Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah
dilimpahkan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Akuntansi
Keuangan ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini disusun berdasarkan tugas mata kuliah
Akuntansi Keuangan Menengah.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak sekali
kekurangan baik dari cara penulisan maupun dari segi bahasanya. Oleh sebab itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penyusun untuk kedepannya demi
kelancaran penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca pada
umumnya.

Bandar Lampung, November 2016

Penyusun,
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Setiap perusahaan didirikan untuk mendapatkan keuntungan (profit) seoptimal mungkin,
sehingga dapat memperluas jaringan usaha yang dapat bersaing dengan perusahaan-
perusahaan lainnya. Untuk itu diperlukan adanya metode penilaian dan pencatatan yang
tepat yang dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka mengelola segala aktivitas
perusahaan seperti bangunan/gedung sebagai kantor, peralatan, dan kendaraan sebagai alat
transportasi.
Sebagai alat yang dapat mendukung suatu kegiatan perusahaan aktiva tetap biasanya
memiliki masa pemakaian yang lama, sehingga bisa diharapkan dapat memberi manfaat bagi
perusahaan selama bertahun-tahun. Namun demikian, manfaat yang diberikan aktiva tetap
pada umumnya semakin menurun karena aktiva tetap tersebut mengalami penyusutan
(depresiasi). Penyusutan ini biasanya dicatat pada akhir tahun sebagai laporan keuangan di
neraca. Dalam akuntansi aktiva tetap ini akan dibahas tentang metode depresiasi.
Semua aset memiliki potensi mengalami penurunan nilai, namun ada yang diatur sendiri
dalam standar aset terkait atau diatur umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai.
Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer dalam akuntansi saat
PSAK mengadopsi IFRS. Istilah impairment sudah lama dikenal dalam akuntansi khususnya
aset tetap. PSAK berbasis IFRS menggunakan istilah penurunan nilai tak hanya untuk aset
tetap tetapi juga untuk aset tak berwujud, goodwill, aset keuangan dan investasi.

1.2 Identifikasi Masalah


Pengertian Penurunan Nilai

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan yang tepat mengenai masalah- masalah
akuntansi yang berhubungan dengan penurunan nilai juga dapat disimpulkan dari makalah
ini. Selanjutnya diharapkan bahwa makalah ini dapat menjelaskan prosedur-prosedur
akuntansi mengenai penurunan nilai aset tetap pada perusahaan-perusahaan dan juga
menjelaskan bagaimana melaporkan dam menganalisa perusahaan tersebut.

1.4 Maksud
Untuk meningkatkan dan memantapkan kemampuan dalam menerapkan ilmu
Untuk menanamkan, memantapkan rasa disiplin dan rasa tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas
Berusaha mempelajari sesuatu yang baru untuk meningkatkan kemampuan
Menambah wawasan
BAB II
PEMBAHASAN PENURUNAN NILAI

2.1 Definisi Penurunan Nilai


Penurunan nilai dari asset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat asset (carrying
amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount).

2.2 Indikasi Penurunan Nilai


Penurunan nilai dari asset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat asset (carrying
amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount). Menurut PSAK 48 (revisi
2009) tentang penurunan asset, pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus
menilai apakah terdapat indikasi suatu asset pengalami penurunan nilai. Dalam menilai
apakah indikasi bahwa asset mungkin mengalami penurunan nilai, entitas harus
mempertimbangkan minimum hal-hal berikut ini.

2.2.1 Informasi dari sumber-sumber ekternal, antara lain sebagai berikut


Selama periode tersebut, nilai pasar asset telah turun secara signifikan lebih dari yang
diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal.
Perubahan yang signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi, atau lingkup hukum
tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat asset dikaryakan, yang berdampak
merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan teradi dalam
waktu dekat.
Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama
periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan memengaruhi tingkat diskonto
yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan nilai terpulihkan aset
secara natural.
Jumlah tercatat asset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.

2.2.2 Informasi dari sumber-sumber internal, antara lain sebagai berikut


Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik asset.
Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan segnifikan yang berdampak
merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu asset digunakan atau
diharapkan akan digunakan.
Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi
asset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.
Untuk suatu investasi dalam entitas anak, antitas asosiasi dan pengendalian bersama
entitas yang disajikan dalam laporan keuangan terpisah berdasarkan metode biaya.

2.2.3 Entitas juga harus melakukan hal berikut.


Menguji penurunan nilai asset tak terwujud dengan masa manfaat tidak terbatas atau asset
takberwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan.
Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam satu kombinasi bisnis secara
tahunan.

2.3 Nilai Pakai (Value In Use)


Pertimbangan dalam penghitungan nilai pakai aset:
1. Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset
2. Ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlah atau waktu arus kas masa depan
tersebut.
3. Nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku
4. Harga untuk menanggung ketidakpastian yang melekat pada asset.
5. Faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar
dalam menilai arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset
tersebut.

2.4 Pengukuran Penurunan Nilai


Setelah suatu entitas mengevaluasi adanya indikasi penurunan nilai, dan ternyata
menemukan adanya indikasi penurunan nilai maka harus dilakukan pengujian atas
penurunan nilai. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan antara jumlah
tercatat dari asset dengan jumlah terpulihkannya. Apabila tercatatnya lebih tinggi dari
jumlah terpulihkan, maka selisih antara keduanya tersebut diakui sebagai rugi penurunan
nilai dan nilai tercatat asset diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan tersebut. Apabila
tercatat lebih rendah dari jumlah terpulihkan, maka tidak terdapat penurunan nilai.
Apabila terdapat indikasi-indikasi penurunan nilai, maka entitas diharuskan membuat
estimasi formal jumlah terpulihkannya. Jumlah terpulihkan merupakan jumlah yang lebih
tinggi antara nilai wajar asset atau unit penghasil kas dikurangi biaya penjualan dengan nilai
pakainya. Nilai wajar dikurangi biaya penjualan adalah jumlah yang dapat dihasilkan dari
penjualan suatu asset atau unit penghasilan kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang
mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan asset. Nilai ini
mencerminkan nilai yang dapat dihasilkan oleh asset tersebut bila asset terjual setelah
dikurangi biaya untuk melakukan penjualan. Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini dari
taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima dari suatu asset atau unit penghasil kas.

2.5 Pengakuan Rugi Penurunan Nilai


Rugi penurunan nilai adalah nilai terpulihkan lebih kecil dari nilai tercatat, nilai tercatat
asset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan.
Rugi penurunan nilai asset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif. Namun demikian, kerugian penurunan nilai atas asset revaluasian diakui
dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi
jumlah surplus revaluasi untuk asset yang sama. Rugi penurunan nilai atas asset revaluasian
mengurangi surplus revaluasi untuk asset tersebut. Ketika jumlah estimasi rugi penurunan
nilai lebih besar dari nilai tercatat asset yang terkait, entitas mengakui liabilitas jika, dan
hanya jika, hal ini disyaratkan oleh standar akuntansi lainnya. Setelah pengakuan rugi
penurunan nilai, beban penyusutan (amortisasi) asset disesuaikan di masa depan untuk
mengalokasikan nilai tercatat asset revision, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara
sistematis selama sisa masa manfaatnya.

2.6 Dasar Estimasi Arus Kas Masa Depan


1. Asumsi yang masuk akal dan didukung oleh fakta atau teori.
2. Anggaran keuangan terbaru dan telah disahkan manajemen
3. Tidak memasukkan komponen arus kas masa depan dari restrukturisasi
4. Penggunaan dasaran kepada anggaran hanya meliputi periode 5 tahun, kecuali jika
periode yang lebih lama dapat dijustifikasi.
5. Periode setelah anggaran menggunakan tingkat pertumbuhan tetap atau menurun, kecuali
jika pertumbuhan naik dapat dijustifikasi
6. Tingkat pertumbuhan dalam proyeksi tidak boleh melebihi rata-rata jangka panjang
pertumbuhan untuk produk, industri, atau negara tempat entitas beroperasi atau pasar
dimana aset digunakan, kecuali jika tingkat yang lebih tinggi dapat dijustifikasi.

2.7 Penurunan Nilai pada Unit Penghasil Kas


Unit Penghasil Kas (UPK) asset adalah kelompok terkecil dari asset yang termasuk asset
tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk dari asset
atau kelompok asset lain. Jika terdapat indikasi bahwa suatu asset turun nilainya, jumlah
terpulihkan diestimasi untuk asset individual. Jika tidak mungkin mengestimasi jumlah
terpulihkan asset individual, entitas menentukan nilai terpulihkan dari UPK yang mana asset
tercakup (asset dari unit penghasil kas), mengidentifikasi UPK memerlukan pertimbangan
tersendiri. Jika jumlah terpulihkan tidak dapat ditentukan untuk asset individual, entitas
mengidentifikasi agregasi terendah atas asset yang menghasilkan arus kas masuk yang
berdiri sendiri. UPK diidentifikasi secara konsisten dari periode ke periode untuk asset atau
jenis asset yang sama, kecuali perubahan dapat dijustifikasi. Jumlah terpulihkan dari UPK
adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar unit penghasil kas dikurangi biaya
penjualan dengan nilai pakainya. Entitas menggunakan estimasi terbaik manajemen
mengenai harga masa depan yang dapat tercapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi:
a) Arus Kas Masa Depan dan b) Arus Kas Masuk Masa Depan.

2.7.1 Jumlah tercatat dari UPK


Mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan langsung, atau
dialoksikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke UPK dan akan menghasilkan arus
kas masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai unit penghasil kas; dan tidak
mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang diakui, kecuali jumlah terpulihkan dari
unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut.
2.7.2 Jumlah terpulihkan dari suatu asset individual tidak dapat ditentukan
Nilai pakai asset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi nilai biaya
penjualan (contoh, apabila arus kas masa depan dari penggunaan asset); dan
Asset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok asset lain.

2.8 Unit Penghasil Kas (UPK)


Rugi Penurunan Nilai diakui untuk UPK jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari unit
tersebut (kelompok dari unit) < jumlah tercatatnya. Dialokasikan untuk mengurangi jumlah
tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit) dengan urutan sbb:
pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan ke unit
penghasil kas (kelompok dari unit); dan selanjutnya, ke aset lain dari unit tersebut dibagi
pro rata atas dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut (kelompok dari unit).
Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai, entitas tidak harus mengurangi jumlah
tercatat. Asset dengan jumlah yang tertinggi dari:
Nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (jika ditentukan)
Nilai pakainya (jika dapat ditentukan)
Nol

2.9 Goodwill
Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis
harus, sejak tanggal akuisisi, dialokasikan pada unit penghasil kas pihak pengakuisisi, (atau
kelompok unit penghasil kas) yang diharapkan memberikan manfaat dari senergi
kombinasi. Rugi penurunan nilai dialokasikan untuk menurunkan jumlah tercatat dari asset
dengan tahapan sebagai berikut. Pertama, menurunkan jumlah tercatat dari goodwill yang
telah dialokasikan pada UPK. Kedua, mengalokasikan pada asset lainnya pada UPK secara
perorate dari jumlah tercatat pada masing-masing asset dalam UPK

2.10 Aset Korporat

Aset korporat termasuk asset kelompok atau divisi seperti bangunan kantor pusat atau divisi
dari entitas, perlengkapan EDP, atau pusat penelitian, karakteristik khusus asset korporat
adalah bahwa asset korporat tidak menghasilkan arus kas masuk secara independen dari
asset atau kelompok asset lain dan jumlah tercatatnya tidak sepenuhnya diatribusikan ke
unit penghasil kas yang sedang ditelaah. Jika sebagian jumlah tercatat asset korporat, adalah
sebagai berikut.

Dapat dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten terhadap unit tersebut.
Tidak dapat dialokasikan pada suatu dasar yang layak dan konsisten ke unit itu, entitas
harus; (i) membandingkan jumlah tercatat unit, di luar asset korporat, dengan jumlah
terpulihkan dan mengakui setiap rugi penurunan nilai; (ii) mengidentifikasi kelompok
terkecil dari unit penghasil kas yang mencakup unit penghasil kas yang telaah dan yang
sebagian dari jumlah tercatat asset korporat dapat dialokasikan atas dasar yang layak dan
konsisten; (iii) membandingkan jumlah tercatat dari kelompok unit penghasil kas tersebut
(termasuk bagian dari jumlah tercatat asset korporat yang dialokasikan ke kelompok dari
unit tersebut) dengan jumlah terpulihkan dari kelompok unit itu.

2.11 Pemulihan Rugi Penurunan Aset

Entitas menilai pada akhir setiap periode laporan apakah terdapat indikasi bahwa rugi
penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk asset (selain Goodwill,
karena untuk Goodwill tidak diperbolehkan adanya pemulihan rugi penurunan nilai)
mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal,
indikasi berikut ini:

Infomasi yang bersumber dari luar

Informasi yang bersumber dari dalam

Jika indikasi dimaksud ditemukan, entitas mengestimasi jumlah terpulihkan asset tersebut.
Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada
periode-periode sebelumnya untuk asset (selain Goodwill) mungkin tidak ada lagi atau
mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini.

3.11.1 Informasi yang bersumber dari luar, antara lain sebagai berikut.
Nilai wajar asset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut. Perubahan
signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi selama periode
tersebut.Suku bunga pasar atau tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun
selama periode itu.

3.11.2 Informasi yang bersumber dari dalam, antara lain sebagai berikut

Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama
periode tersebut, atau diharapkan akan terjadi dalam waktu dekat. Bukti tersedia dari
pelaporan internal yang mengidikasikan bahwa kinerja ekonomi asset lebih baik atau
akan lebih baik dari yang diharapkan.

Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk asset
selain Goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika terdapat perubahan estimasi yang
digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan atas asset tersebut sejak rugi penurunan
nilai terakhir diakui. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai.
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas dialokasikan kepada
asset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) prorate dengan jumlah tercatat dari asset-
asetnya. Dalam mengalokasikan pembelian rugi penurunan nilai untuk unit penghasil kas,
jumlah tercatat asset tidak boleh dinaikan di atas nilai yang terendah dari:

Jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan jumlah tercatat yang telah ditentukan
(amortisasi atau depresiasi neto) seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah
diakui untuk asset tersebut dalam periode sebelumnya. Jumlah pemulihan rugi penurunan
nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk asset tersebut harus dialokasikan prorate
ke asset lain dari unit itu, kecuali untuk goodwill.

Contoh Penurunan nilai

Soal Penurunan Nilai UPK

Suatu entitas mengoperasikan peralatan minyak di dasar laut. Entitas menyediakan biaya
restorasi senilai Rp 15 M, yang mencerminkan nilai kini dari biaya tersebut. Entitas tersebut
menerima tawaran untuk membeli peralatan minyak seharga Rp 21 M, dan nilai biaya pelepasan
seharga Rp 7 M. Nilai pakai sebesar Rp 29 M. Sedangkan nilai tercatat dari peralatan sebesar Rp
25 M.

Apakah nilai dari peralatan menurun?

Nilai wajar dikurangi cost to sell dari peralatan adalah Rp 14 M (Rp 16 M Rp 2 M).

Nilai pakai dari peralatan sebesar Rp 14 M (Rp 24 M Rp 10 M).

Nilai tercatat dari peralatan adalah Rp 10 M (Rp 20 M Rp 10 M).

Sehingga, nilai terpulihkan dari unit penghasil kas melebihi nilai tercatatnya, sehingga aset ini
tidak diturunkan nilainya.

Soal Penurunan Nilai UPK

PT Melati melakukan review penurunan nilai dari UPK X pada tahun 2011, berikut ini aset yang
dimiliki oleh PT Melati:

Nilai Catat
Goodwill Rp200.000.000
Properti, Pabrik, dan Peralatan,telah didepresiasi Rp400.000.000
Aset Tak Berwujud, pada nilai amortisasinya Rp300.000.000
Properti Investasi, setelah didepresiasi Rp350.000.000
Aset Keuangan, pada nilai wajar Rp207.000.000
Persediaan, at cost Rp150.000.000
Piutang Dagang Rp230.000.000
Total Rp1.837.000.000

Setelah review penurunan nilai, PT Melati menemukan fakta bahwa nilai yang dapat dipulihkan
atas UPK X senilai Rp900 juta termasuk properti investasi senilai Rp300 juta.
Hitunglah kerugian penurunan dan alokasikan ke masing-masing aset.
Kemudian, sisa kerugian dialokasikan pada aset tidak lancar pro rata terhadap nilai tercatat dari
aset tidak lancar tersebut.
Jumlah Tercatat Alokasi Kerugian
Setelah Alokasi
Jumlah Tercatat Penurunan Nilai
Penurunan Nilai
Goodwill Rp 200 juta Rp (200 juta) Rp 0
Property, plant and equipment 400 juta (392.6 juta) 7.4 juta
Aset Tak Berwujud 300 juta (294.4 juta) 5.6 juta
Properti Investasi
(350 jt-50 jt) 300 juta - 300 juta
Aset Keuangan 207 juta - 207 juta
Persediaan 150 juta - 150 juta
Piutang Dagang 230 juta - 230 juta
Total 1787 juta (887 juta) 900 juta

Soal Penurunan Nilai Goodwill

PT Lily memiliki 80% kepemilikan PT Kenanga dengan membayar Rp 32 M pada 1 Januari


2010. Setelah tanggal akuisisi, aset bersih yang dapat diidentifikasi memiliki nilai Rp30 M.
PT Kenanga merupakan UPK. Pada 31 Desember 2010, nilai yang dapat dipulihkan dari PT Lily
sebesar Rp20 M. Nilai wajar aset teridentifikasi 27.
Harga perolehan kombinasi bisnis 80% = Rp 32 M
Harga perolehan kombinasi bisnis 100% = Rp 40 M
Nilai wajar aset bersih bisa diidentifikasi = Rp 30 M
Goodwill total = Rp 10 M
Pengendali
Nilai aset bersih yang diakusisi = 80% x Rp30 M = Rp 24 M
Goodwill pengendali = Rp 8 M
Harga perolehan = Rp 32 M
Nilai aset pada saat perolehan pertama

Akhir tahun 2010 Goodwill Aset diidentifikasi Total


Nilai tercatat bruto Rp 10 M Rp 30 M Rp 40 M
Pengendali 8M 24 M 32 M
Kepemilikan minoritas 2M 6M 8M
Nilai tercatat yang disesuaikan Rp 10 M Rp 30 M Rp 40 M
BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Penurunan nilai akan membuat aset entitas mencerminkan manfaat ekonomi di masa depan
dan tidak akan dicatat melebihi potensi manfaat ekonomi yang akan diterima entitas di masa
mendatang. Penurunan nilai didasarkan pada konsep konservatif, kehati-hatian dan relevansi
informasi.

Anda mungkin juga menyukai