LAPORAN HASIL
OBSERVASI LAPANGAN
KELOMPOK 4B
DISUSUN OLEH :
110 2013 0027 Irma Rahmayani
110 2013 0028 Sitti Hikmaniar Husrani
110 2013 0057 Ratkhiaber Asnawi
110 2013 0058 Hartati Burhan
110 2013 0087 Rahmawati S
110 2013 0088 Suardiman
110 2013 0101 M. Fadhil Asyraq
110 2013 0117 Andi Nurqalby TSM
110 2013 0118 Cutri Amilah
110 2013 0154 Andi Aisyah Deapati
I. PENDAHULUAN
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud
dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin
BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). 1
Tujuan imunisasi
Tujuan diberikannya imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. 1
Macam-macam imunisasi 1
- Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi
suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologis
spesifik yang akan memnghasilkan respon seluler dan humiral serta
dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh
secara cepat dapat merespons. Terdapat 4 macam kandungan dalam setiap
vaksinnya, yaitu:
Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan
Pelarut berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan
Imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepaitits B merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penaykit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah
HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepaitits
sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun.
Imunisasi hepatitis diberikan melalui intramuskular.
Imunisasi polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan
pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi
polio diberikan melalui oral.
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (diphtheria, pertussis, tetanus) merupakan imunisasi
yang digunakan utuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertussis, dan
tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mnegandung racun kuman
difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikti (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua
dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui
intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat.
Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat
penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat,
kesakitan kurang lebih 4 ajm, kesadaran menurun, terjadi kejang,
ensefalopati, dan syok.
Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virtus
yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi
ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan
panas.
Imunisasi HiB
Imunisasi HiB (haemophillus influenza tipe B) merupakan imunisasi
yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B.
Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni kuman H. influenza tipe B.
Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein lain,
seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid difteri (PRP-D), atau dengan
kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemberian imunisasi awal
dengan PRP-T dilakukan suntikan dengan interval 2 bulan, sedangkan
vaksin PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian
booster-nya dapat diberikan pada usia 18 bulan.
Sumber: http://www.idai.or.id/
Keterangan: 2
1. Vaksin Hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan dihalui
pemberian vitamin K.
2. Vaksin Polio diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS
diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi
virus vaksin kepada bayi lan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3
dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.
3. Vaksin BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin
BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.
Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan,
namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat
suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut
(diagnostik TB).
4. Vaksin DPT diberikan pada umur 6 minggu. Dapat diberikan vaksin
DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DPT
umur 18 bulan dan 5 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal
imunisasi Kementrian Kesehatan. Untuk anak umur si atas 7 tahun
dianjurkan vaksi Td.
5. Vaksin Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan
pada umur 5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi
Kementrian kesehatan.
6. Vaksin Pneumokokus dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada
umur 7-12 bulan, diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada umur > 1
tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada
umur >12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur
diatas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
7. Vaksin Rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen
diberikan 3 kali. Vaksin rortavirus monovalen dosis 1 diberikan umur 6-14
minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya
vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan
tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1
diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu,
dosis ke-3 diberikan pada umur <32 minggu (interval minimal 4 minggu)
8. Vaksin Varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur
sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pda umur >12 tahun, perlu 2
dosis dengan interval minimal 4 minggu.
9. Vaksin Influenza diberikan pada umur 6 bulan, setiap tahun. Untuk
imunisasi primer anak 6 bulan - < 9 tahun diberi 2x dengan interval minimal
4 minggu.
10. Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Jadwal vaksin HPV
bivalen 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen 0, 2, 6 bulan.
1. Vaksin BCG3
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan.
Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8 C Dosis :0.05 ml
Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label)
Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan kelenjar getah
bening setempat yang terbatas dan biasanya menyem-buh
sendiri walaupun lambat
Indikasi kontra :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC
atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit
berat/menahun.
2. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)3
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,
kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari
toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan
dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau
dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang
digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus
yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasanvaksin tetanus
yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan
pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah
dimatikan.
Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8 C
Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
Kemasan : Vial 5 ml
Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label)
Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan
selama 1-2 hari
Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat
efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau
kejang, yang biasanya disebabkan unsur pertusisnya.
Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang
demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan,
anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan.
Batuk, pilek, demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotra indikasi
yang mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.
3. Vaksin Poliomielitis3
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung
virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio yang
sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin yang
mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian per
oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di Indonesia.
Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20 C
Dosis : 2 tetes mulut
Kemasan : vial, disertai pipet tetes
Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20C
Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak
ringan
Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak
seperti polio sebenarnya.
Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
4. Vaksin Campak3
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan untuk
program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin
dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella
(campak jerman) disebut MMR.
Penyimpanan :Freezer, suhu -20 C
Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta
pelarut 5 ml (aquadest)
Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan
dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari
ke 7-8 setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat
penyuntikan.
Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat
terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka
kejadiannya sangat rendah.
Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi
dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan.
Dihindari pula pemberian pada ibu hamil.
5. Vaksin Hepatitis B3
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu
bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara
pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin.
Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak
membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan sampai
berumur beberapa
bulan setelah lahir.
Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas
atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
Kemasan :HB PID
Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang
berarti
Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
PENGELOLAAN VAKSIN
Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam penyimpanan maupun saat
transportasi ke tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang baik
(imunogenisitas tinggi). Perlu diketahui, bahwa vaksin adalah produk biologis yang
sentitif terhadap perubahan suhu. Ada vaksin yang sensitif terhadap panas misalnya
vaksin polio, campak dan BCG. Ada vaksin yang sensitif terhadap pembekuan
misalnya vaksin heparitis B, DPT, TT dan DT. Namun secara umum, semua vaksin
akan rusak bila terpapar suhu panas, namun vaksin polio, campak dan BCG akan
lebih mudah rusak pada paparan panas bila dibanding vaksin hepatitis B, DPT, DT
dan TT. Setiap unit pelayanan diharuskan memiliki tempat penyimpanan vaksin.
Demikian juga dalam pendistribusiannya penting untuk diperhatikan. Faktor yang
dapat merusak vaksin antara lain sinar matahari, suhu dan kelembaban.3
Efektifitas vaksin di Indonesia selalu dimonitor oleh badan POM dengan
mengambil sampel secara acak, atau dengan alat Vaccine Vial Monitor/ VVM, yaitu
sejenis stiker yang ditempelkan pada botol vaksin. Bila vaksin rusak maka VVM
akan berubah warna, namun karena mahal, belum semua vaksin ditempel VVM.3
Berikut ini bukan kontra indikasi imunisasi pada bayi atau anak3:
- Alergi atau asma (kecuali alergi terhadap komponen vaksin)
- Sakit ringan seperti ISPA atau diare dengan demam<38,5
- Riwayat keluarga tentang peristiwa membahayakan setelah imunisasi
- Dalam pengobatan antibiotik
- Dugaan infeksi HIV atau positif HIV tanpa tanda dan gejala AIDS
- Anak diberi ASI
- Sakit kronis seperti jantung kronis, paru-paru, ginjal atau hati
- Kondisi syaraf labil seperti kelumpuhan otak atau Down Sundrome
- Prematur atau Berat Bayi Lahir Rendah
- Pembedahan baru atau direncanakan dengan segera
- Kurang gizi
- Riwayat sakit kuning pada kelahiran
4. Thermos
Digunakan untuk membawa vaksin ke tempat pelayanan imunisasi. Setiap
thermos dilengkapi cool pack minimal 4 bh @ 0.1 L. Dapat
mempertahankan suhu kurang dari 10 jam, sehingga cocok digunakan
untuk daerah yang transportasinya lancar.
5. Cold Box
Cold box ditingkat Puskesmas digunakan apabila keadaan darurat seperti
listrik padam untuk waktu cukup lama.
Kondisi vaksin harus segera digunakan warna segi empat bagian dalam
sudah mulai gelap namun masih terang dari warna gelap sekelilingnya.
Kondisi vaksin tidak boleh digunakan warna segi empat bagian dalam
sama gelap / lebih gelap dari warna gelap di sekelilingnya.
II. PENGAMATAN
A. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus, petugas melakukan pemeriksaan kartu
imunisasi untuk melihat riwayat imunisasi terakhir dari balita
B. Penyimpanan Vaksin
D. Pemberian Vaksin
Disuntikkan pada deltoideus kanan intrakutan sebanyak 0,05
I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik
sedangkan perkembangan berkaitan dengan bertambahnya kemampuan fungsi
tubuh atau kemampuan individu untuk mempelajari segala keterampilan yang
diperlukannya. Kedua proses ini terjadi selaras pada setiap individu. Proses tumbuh
kembang anak merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait, yaitu
faktor keturunan, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial, diet dan perilaku. Proses ini
bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil akhir yang berbeda dan ciri
tersendiri pada setiap anak.4
Pada setiap pemeriksaan pertumbuhan anak biasanya dilakukan pengukuran
berat badan, tinggi badan, serta pengukuran lingkar kepala. Setelah itu hasilnya
akan dibandingkan dengan tabel pertumbuhan rata-rata anak. Dari tabel tersebut
akan tampak apakah status gizi dan lingkar kepala anak berada dalam kategori
normal.4
Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting dan diukur
pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur.
Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan pada tubuh,
antara lain tulang, otot, lemak, dan cairan tubuh. Pada saat ini berat badan di pakai
sebagai indikator yang terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh
kembang anak karena berat badan sensitif terhadap perubahan walaupun sedikit.
Pengukurannya bersifat objektif dan dapat diulangi dengan menggunakan
timbangan apa saja yang relatif murah, mudah, dan tidak memerlukan banyak
waktu. Kerugian indikator berat badan adalah tidak sensitif terhadap proporsi
tubuh, misalnya pendek gemuk/tinggi kurus. Terdapat fluktuasi BB yang wajar
dalam sehari sebagai akibat dari asupan (intake) makanan dan minuman, dengan
luaran (output) melalui urin, feses, keringat dan nafas. Besarnya fluktuasi
tergantung pada kelompok umur dan bersifat individual, yaitu berkisar antara 100-
200 gram sampai 500-1000 gram bahkan lebih.4
Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri kedua terpenting.
Keistimewaannya adalah bahwa pada masa pertumbuhan ukuran tinggi badan
meningkat terus sampai tinggi maksimal di capai. Kenaikan tinggi badan ini
berfluktuasi, yaitu meningkat pesat pada masa bayi, kemudian melambat, dan
selanjutnya menjadi pesat kembali pada masa remaja, kemudian melambat lagi dan
akhirnya berhenti pada ummur 18-20 tahun. Tulang-tulang anggota gerak berhenti
bertambah panjang tetapi ruas-ruas tulang belakang berlanjut tumbuh sampai 30
tahun. Dengan pengisian tulang pada ujung atas dan bawah korpus ruas tulang
belakang tinggi badan sedikit bertambah sekitar 3-5 mm. Antara umur 30-45 tahun
tinggi badan tetap statis, kemudian menyusut pada umur 45 tahun. 4
Lingkar Kepala
Ukuran lingkar kepala berbeda dengan bagian tubuh lainnya. Kepala menjadi
bagian yang harus diperhatikan karena kepala yang berkembang merupakan tanda
dari hidrosefalus dan ukuran kepala yang berkembang terlalu lambat menandakan
masalah perkembangan atau nutrisi. Berdasarkan tabel 4 menunjukkan hampir
seluruhnya (96,8%) anak memiliki lingkar kepala normal dan tidak satupun (0%)
anak memiliki lingkar kepala makrosefal. 4
Bagian 1
Bagian 2
C. Intervensi
Jika ditemukan bayi dengan curiga gizi buruk, akan dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut di rumah sakit
D. KAJIAN KASUS
Pasien 1
Nama : Riski
Usia : 24 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal Lahir : 04-05-2014
Cara Persalinan : Normal
Berat Lahir : 3000 gram
Panjang Lahir : 48 cm
Riwayat Imunisasi : Hb0, BCG, Hb1, Hb2, Hb3, Polio1, Polio2, Polio3,
Campak, Hib lanjutan,
Penilaian pertumbuhan pada saat datang ke puskesmas :
Lahir Sekarang
BB (gram) 3000 11000
PB (cm) 48 -
LK (cm) 34 -
BERAT BADAN
Berat badan lahir 3000 gr
Normal (2500-4000gr)
PANJANG BADAN
Panjang badan saat lahir 48 cm
Normal (48-53cm)
Penambahan panjang badan bayi pada tahun pertama berkisar antara:
Trimester I : 2,8 4,4 cm / bulan
Trimester II : 1,9 2,6 cm / bulan
Trimester III : 1,3 1,6 cm / bulan
Trimester IV : 1,2 1,3 cm / bulan
PBL 48 cm
Trimester I = 2,8-4,4 cm/bln
50,8-52,4 cm
LINGKAR KEPALA
Lingkar kepala saat lahir 34 cm
Normal (33-38cm)
BERAT BADAN
Berat badan lahir 3500 gr
Normal (2500-4000gr)
BBL 2800 gr
Trimester I = 700-1000 gr/bln
= 3500-3800 gr
Trimester II = 500 600 gr/bulan
= 4000 5100 gr/bulan
berat badan saat ini 6800 gram
PANJANG BADAN
Panjang badan saat lahir 49 cm
Normal (48-53cm)
PBL 48 cm
Trimester I = 2,8-4,4 cm/bln
50,8-52,4 cm
panjang badan saat ini . cm
LINGKAR KEPALA
Lingkar kepala saat lahir..cm
Normal (33-38cm)