Anda di halaman 1dari 41

Makassar, 21 Mei 2016

LAPORAN HASIL
OBSERVASI LAPANGAN
KELOMPOK 4B

DISUSUN OLEH :
110 2013 0027 Irma Rahmayani
110 2013 0028 Sitti Hikmaniar Husrani
110 2013 0057 Ratkhiaber Asnawi
110 2013 0058 Hartati Burhan
110 2013 0087 Rahmawati S
110 2013 0088 Suardiman
110 2013 0101 M. Fadhil Asyraq
110 2013 0117 Andi Nurqalby TSM
110 2013 0118 Cutri Amilah
110 2013 0154 Andi Aisyah Deapati

BLOK TUMBUH KEMBANG GERIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESUA
2016
IMUNISASI PADA BALITA

I. PENDAHULUAN
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud
dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin
BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). 1

Tujuan imunisasi
Tujuan diberikannya imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. 1

Macam-macam imunisasi 1
- Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi
suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologis
spesifik yang akan memnghasilkan respon seluler dan humiral serta
dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh
secara cepat dapat merespons. Terdapat 4 macam kandungan dalam setiap
vaksinnya, yaitu:
Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan
Pelarut berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan

Preservative, stabilizer, dan antibiotic yang berguna untuk mencegah


tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen
Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imunogenitas antigen
- Imunisasi pasif
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu suatu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang
diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi

Jenis imunisasi dasar 1


Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
(imunisasi dasar) dan ada juga yang hanya dianjurkan. Keberhasilan pemberian
imunisasi pada anak dipengaruhi oleh beberpa faktor, diantaranya terdapat
tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang
disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi, dan status nutrisi terutama
kecukupan protein karena protein dibutuhkan untuk menyintesis antibody.
Berikut imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah:
Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (bacillus calmette guerin) merupakan imunsasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab
terjadinya TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan imunisasi BCG. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal. Efek
samping pembrian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah
suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.Imunisasi BCG penting
bagi anak balita dalam penceghan TBC milier, otak, dan tulang karena
masih tingginya kejadian TBC pada anak.

Imunisasi hepatitis B
Imunisasi hepaitits B merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penaykit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah
HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepaitits
sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun.
Imunisasi hepatitis diberikan melalui intramuskular.

Imunisasi polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan
pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi
polio diberikan melalui oral.

Imunisasi DPT
Imunisasi DPT (diphtheria, pertussis, tetanus) merupakan imunisasi
yang digunakan utuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertussis, dan
tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mnegandung racun kuman
difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikti (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua
dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui
intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat.
Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat
penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat,
kesakitan kurang lebih 4 ajm, kesadaran menurun, terjadi kejang,
ensefalopati, dan syok.

Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virtus
yang dilemahkan. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi
ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan
panas.
Imunisasi HiB
Imunisasi HiB (haemophillus influenza tipe B) merupakan imunisasi
yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B.
Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni kuman H. influenza tipe B.
Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein lain,
seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid difteri (PRP-D), atau dengan
kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemberian imunisasi awal
dengan PRP-T dilakukan suntikan dengan interval 2 bulan, sedangkan
vaksin PRP-OMPC dilakukan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian
booster-nya dapat diberikan pada usia 18 bulan.

Sumber: http://www.idai.or.id/
Keterangan: 2
1. Vaksin Hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan dihalui
pemberian vitamin K.
2. Vaksin Polio diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS
diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi
virus vaksin kepada bayi lan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3
dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.
3. Vaksin BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin
BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.
Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan,
namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat
suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut
(diagnostik TB).
4. Vaksin DPT diberikan pada umur 6 minggu. Dapat diberikan vaksin
DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DPT
umur 18 bulan dan 5 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal
imunisasi Kementrian Kesehatan. Untuk anak umur si atas 7 tahun
dianjurkan vaksi Td.
5. Vaksin Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan
pada umur 5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi
Kementrian kesehatan.
6. Vaksin Pneumokokus dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada
umur 7-12 bulan, diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada umur > 1
tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada
umur >12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur
diatas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
7. Vaksin Rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen
diberikan 3 kali. Vaksin rortavirus monovalen dosis 1 diberikan umur 6-14
minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya
vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan
tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1
diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu,
dosis ke-3 diberikan pada umur <32 minggu (interval minimal 4 minggu)
8. Vaksin Varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur
sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pda umur >12 tahun, perlu 2
dosis dengan interval minimal 4 minggu.
9. Vaksin Influenza diberikan pada umur 6 bulan, setiap tahun. Untuk
imunisasi primer anak 6 bulan - < 9 tahun diberi 2x dengan interval minimal
4 minggu.
10. Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Jadwal vaksin HPV
bivalen 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen 0, 2, 6 bulan.

PEMBERIAN IMUNISASI dan KEMASAN VAKSIN


Vaksin dapat dikemas dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Contoh
kemasan vaksin tunggal: BCG, Polio, Hepatitis B, Hib, campak. Contoh kemasan
vaksin kombinasi: DPT (Diptheri, Pertusis, Tetanus), MMR (campak, gondong,
campak jerman), tetravaccine (kombinasi DPT dan polio suntik).3
Beberapa vaksin yang dikemas tunggal dapat diberikan bersamasama, aman
dan proteksinya memuaskan, misalnya:3
1) Vaksin BCG bersama cacar
2) Vaksin BCG bersama polio
3) Vaksin BCG bersama Hepatitis B
4) Vaksin DPT bersama BCG
5) Vaksin DPT bersama polio
6) Vaksin DPT bersama hepatitis B
7) Vaksin DPT bersama polio dan campak
8) Vaksin DPT bersama MMR
9) Vaksin campak bersama polio

1. Vaksin BCG3
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan.
Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8 C Dosis :0.05 ml
Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label)
Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan kelenjar getah
bening setempat yang terbatas dan biasanya menyem-buh
sendiri walaupun lambat
Indikasi kontra :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC
atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit
berat/menahun.
2. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)3
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus,
kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari
toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan
dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau
dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang
digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus
yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasanvaksin tetanus
yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan
pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah
dimatikan.
Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8 C
Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
Kemasan : Vial 5 ml
Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label)
Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan
selama 1-2 hari
Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat
efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau
kejang, yang biasanya disebabkan unsur pertusisnya.
Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang
demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan,
anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan.
Batuk, pilek, demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotra indikasi
yang mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.

3. Vaksin Poliomielitis3
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung
virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio yang
sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin yang
mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian per
oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di Indonesia.
Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20 C
Dosis : 2 tetes mulut
Kemasan : vial, disertai pipet tetes
Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20C
Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak-berak
ringan
Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak
seperti polio sebenarnya.
Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan

4. Vaksin Campak3
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan untuk
program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin
dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella
(campak jerman) disebut MMR.
Penyimpanan :Freezer, suhu -20 C
Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta
pelarut 5 ml (aquadest)
Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan
dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari
ke 7-8 setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada tempat
penyuntikan.
Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat
terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka
kejadiannya sangat rendah.
Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi
dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan.
Dihindari pula pemberian pada ibu hamil.

5. Vaksin Hepatitis B3
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu
bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara
pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin.
Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak
membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan sampai
berumur beberapa
bulan setelah lahir.
Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas
atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
Kemasan :HB PID

Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang
berarti
Indikasi kontra :anak yang sakit berat.

6. Vaksin DPT/ HB (COMBO)3


Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan
dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit
vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
Kemasan :Vial 5 ml
Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas, demam,
pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan. Kadang
terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau
yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari
Kontra indikasi :gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala
serius keabnormalan pada saraf yang merupakan
kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap komponen
vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang

PENGELOLAAN VAKSIN
Vaksin harus dikelola dengan baik, baik dalam penyimpanan maupun saat
transportasi ke tempat lain, supaya tetap memiliki potensi yang baik
(imunogenisitas tinggi). Perlu diketahui, bahwa vaksin adalah produk biologis yang
sentitif terhadap perubahan suhu. Ada vaksin yang sensitif terhadap panas misalnya
vaksin polio, campak dan BCG. Ada vaksin yang sensitif terhadap pembekuan
misalnya vaksin heparitis B, DPT, TT dan DT. Namun secara umum, semua vaksin
akan rusak bila terpapar suhu panas, namun vaksin polio, campak dan BCG akan
lebih mudah rusak pada paparan panas bila dibanding vaksin hepatitis B, DPT, DT
dan TT. Setiap unit pelayanan diharuskan memiliki tempat penyimpanan vaksin.
Demikian juga dalam pendistribusiannya penting untuk diperhatikan. Faktor yang
dapat merusak vaksin antara lain sinar matahari, suhu dan kelembaban.3
Efektifitas vaksin di Indonesia selalu dimonitor oleh badan POM dengan
mengambil sampel secara acak, atau dengan alat Vaccine Vial Monitor/ VVM, yaitu
sejenis stiker yang ditempelkan pada botol vaksin. Bila vaksin rusak maka VVM
akan berubah warna, namun karena mahal, belum semua vaksin ditempel VVM.3
Berikut ini bukan kontra indikasi imunisasi pada bayi atau anak3:
- Alergi atau asma (kecuali alergi terhadap komponen vaksin)
- Sakit ringan seperti ISPA atau diare dengan demam<38,5
- Riwayat keluarga tentang peristiwa membahayakan setelah imunisasi
- Dalam pengobatan antibiotik
- Dugaan infeksi HIV atau positif HIV tanpa tanda dan gejala AIDS
- Anak diberi ASI
- Sakit kronis seperti jantung kronis, paru-paru, ginjal atau hati
- Kondisi syaraf labil seperti kelumpuhan otak atau Down Sundrome
- Prematur atau Berat Bayi Lahir Rendah
- Pembedahan baru atau direncanakan dengan segera
- Kurang gizi
- Riwayat sakit kuning pada kelahiran

Pengelolaan peralatan vaksin dan rantai vaksin di Puskesmas3


Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam
pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur utk menjaga vaksin pada suhu yang
ditetapkan, meliputi :
1. Lemari Es
Setiap Puskesmas mempunyai 1 lemari es sesuai standar program ( buka
atas).
2. Vaccine carrier
adalah alat untuk membawa vaksin dari kota ke puskesmas, dapat
mempertahankan Suhu +2C s/d +8C relatif lama . Vaccine carrier
dilengkapi dengan 4 buah cool pack @ 0.1 liter

3. Kotak Dingin ( Cool pack )


Adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi dengan air yang
kemudian didinginkan pada lemari es selama 24 jam

4. Thermos
Digunakan untuk membawa vaksin ke tempat pelayanan imunisasi. Setiap
thermos dilengkapi cool pack minimal 4 bh @ 0.1 L. Dapat
mempertahankan suhu kurang dari 10 jam, sehingga cocok digunakan
untuk daerah yang transportasinya lancar.
5. Cold Box
Cold box ditingkat Puskesmas digunakan apabila keadaan darurat seperti
listrik padam untuk waktu cukup lama.

6. Freeze Tag/freeze watch


Untuk memantau suhu dari kota ke Puskesmas pada waktu membawa
vaksin serta dari puskesmas ke tempat pelayanan dalam upaya
peningkatan kualitas rantai vaksin.

Penanganan vaksin di Puskesmas


1. Penyimpanan vaksin
a. Semua Vaksin disimpan pada suhu +2C s/d +8C
b. Bagian bawah lemari es diletakkan cool pack sebagai penahan dingin dan
kestabilan suhu
c. Peletakan dus vaksin bejarak minimal 1-2 cm
d. Vaksin yang sensitif terhadap panas (BCG, Campak, Polio) diletakan
dekat evaporator
e. Vaksin yang sensitif terhadap dingin (DT, TT, DPT, HB) diletakan jauh
dari evaporator.
2. Penggunaan di tempat pelayanan imunisasi
a. Vaksin disimpan dalam thermos yang berisi cool pack
b. Diletakkan di meja yang tidak terkena matahari langsung
c. Dalam penggunaannya vaksin diletakkan di atas spon yg berada dalam
d. thermos
e. Dalam thermos tidak boleh ada air yang merendam vaksin
3. Penggunaan vaksin dari vial yang sudah dibuka Sisa vaksin yg telah dibuka
pada pelayanan dinamis tidak boleh digunakan lagi. Pada pelayanan statis (di
Puskesmas) sisa vaksin dapat digunakan dengan ketentuan :
- Vaksin tidak melewati tanggal kadaluwarsa
- Tetap disimpan pada suhu -2C s/d -8C
- Kemasan vaksin tidak pernah terendam air
- VVM (Vaccine Vial Monitor : stiker yang ditempel pada botol vaksin )
masih bagus
- Pada label ditulis tanggal vaksin pertama kali dibuka
- Vaksin Polio dapat digunakan hingga 2 minggu setelah dibuka
- Vaksin DPT,DT,TT,HB dapat digunakan hingga 4 minggu
- Vaksin Campak hanya boleh digunakan tidak lebih 6 jam setelah
dilarutkan
- Vaksin BCG hanya boleh digunakan tidak lebih 3 jam setelah dilarutkan

Sebelum menggunakan vaksin, periksa kondisi vaksin dengan VVM


Kondisi vaksin dapat digunakan warna segi empat bagian dalam lebih
terang dari warna gelap sekelilingnya.

Kondisi vaksin harus segera digunakan warna segi empat bagian dalam
sudah mulai gelap namun masih terang dari warna gelap sekelilingnya.
Kondisi vaksin tidak boleh digunakan warna segi empat bagian dalam
sama gelap / lebih gelap dari warna gelap di sekelilingnya.
II. PENGAMATAN
A. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus, petugas melakukan pemeriksaan kartu
imunisasi untuk melihat riwayat imunisasi terakhir dari balita

B. Penyimpanan Vaksin

Vaksin disimpan di suhu (-2) (-8) derajat celcius


C. Persiapan Alat dan Bahan
Sebelum dilakukan vaksinasi, petugas puskesmas memeriksa kartu
imunisasi yang dibawa
Memeriksa kelayakan vaksin (tanggal kadaluarsa, warna, fisik, VVM)

D. Pemberian Vaksin
Disuntikkan pada deltoideus kanan intrakutan sebanyak 0,05

E. Setelah Pemberian Vaksinasi


Orang tua balita diberikan edukasi mengenai efek setelah vaksinasi agar
vaksin dapat bekerja serta diberitahukan kapan harus kembali lagi untuk
dilakukan vaksinasi berikutnya. Petugas juga memberikan obat penurun
panas jika ada demam setelah vaksinasi
III. KAJIAN KASUS
Pasien 1
Nama : Sheza
Usia : 4 minggu 5 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 08-04-2016
Cara Persalinan : Normal
Berat Lahir : 3000
Panjang Lahir : 48
Riwayat Imunisasi : polio 1
Imunisasi yang dilakukan ketika datang ke puskesmas : BCG
Pasien 2
Nama : Naira
Usia : 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 11-04-2016
Cara Persalinan : Normal
Berat Lahir : 2800 gram
Panjang Lahir : 48 cm
Riwayat Imunisasi : HB0
Imunisasi yang dilakukan ketika datang ke
puskesmas : polio 1, BCG
PERTUMBUHAN BALITA

I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik
sedangkan perkembangan berkaitan dengan bertambahnya kemampuan fungsi
tubuh atau kemampuan individu untuk mempelajari segala keterampilan yang
diperlukannya. Kedua proses ini terjadi selaras pada setiap individu. Proses tumbuh
kembang anak merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait, yaitu
faktor keturunan, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial, diet dan perilaku. Proses ini
bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil akhir yang berbeda dan ciri
tersendiri pada setiap anak.4
Pada setiap pemeriksaan pertumbuhan anak biasanya dilakukan pengukuran
berat badan, tinggi badan, serta pengukuran lingkar kepala. Setelah itu hasilnya
akan dibandingkan dengan tabel pertumbuhan rata-rata anak. Dari tabel tersebut
akan tampak apakah status gizi dan lingkar kepala anak berada dalam kategori
normal.4

Tujuan Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak5


1. Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal-hal lain yang merupakan
risiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut.
2. Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan pengobatan
atau konseling genetik.
3. Mengetahui kapan anak perlu dirujuk ke center yang lebih tinggi.

Alat dan Bahan yang digunakan6


1. Alat pengukur berat badan.
2. Mikrotois.
3. Pita shakir.
4. Meteran.
5. Benang wol merah, kismis/mank-manik, kubus warna merah-kuning-
hijau,permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan pensil.
6. Lembar formulir pemeriksaan (Denver/KPSP).
7. KMS.
8. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara melakukan tes dan cara
penilainnya.

Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting dan diukur
pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur.
Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan pada tubuh,
antara lain tulang, otot, lemak, dan cairan tubuh. Pada saat ini berat badan di pakai
sebagai indikator yang terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh
kembang anak karena berat badan sensitif terhadap perubahan walaupun sedikit.
Pengukurannya bersifat objektif dan dapat diulangi dengan menggunakan
timbangan apa saja yang relatif murah, mudah, dan tidak memerlukan banyak
waktu. Kerugian indikator berat badan adalah tidak sensitif terhadap proporsi
tubuh, misalnya pendek gemuk/tinggi kurus. Terdapat fluktuasi BB yang wajar
dalam sehari sebagai akibat dari asupan (intake) makanan dan minuman, dengan
luaran (output) melalui urin, feses, keringat dan nafas. Besarnya fluktuasi
tergantung pada kelompok umur dan bersifat individual, yaitu berkisar antara 100-
200 gram sampai 500-1000 gram bahkan lebih.4

Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri kedua terpenting.
Keistimewaannya adalah bahwa pada masa pertumbuhan ukuran tinggi badan
meningkat terus sampai tinggi maksimal di capai. Kenaikan tinggi badan ini
berfluktuasi, yaitu meningkat pesat pada masa bayi, kemudian melambat, dan
selanjutnya menjadi pesat kembali pada masa remaja, kemudian melambat lagi dan
akhirnya berhenti pada ummur 18-20 tahun. Tulang-tulang anggota gerak berhenti
bertambah panjang tetapi ruas-ruas tulang belakang berlanjut tumbuh sampai 30
tahun. Dengan pengisian tulang pada ujung atas dan bawah korpus ruas tulang
belakang tinggi badan sedikit bertambah sekitar 3-5 mm. Antara umur 30-45 tahun
tinggi badan tetap statis, kemudian menyusut pada umur 45 tahun. 4

Lingkar Kepala
Ukuran lingkar kepala berbeda dengan bagian tubuh lainnya. Kepala menjadi
bagian yang harus diperhatikan karena kepala yang berkembang merupakan tanda
dari hidrosefalus dan ukuran kepala yang berkembang terlalu lambat menandakan
masalah perkembangan atau nutrisi. Berdasarkan tabel 4 menunjukkan hampir
seluruhnya (96,8%) anak memiliki lingkar kepala normal dan tidak satupun (0%)
anak memiliki lingkar kepala makrosefal. 4

Kartu Menuju Sehat (KMS)


Kartu menuju sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan
KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini,
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum
masalahnya lebih berat.7
Di mana kartu ini menggambarkan pertumbuhan anak berdasarkan
pertumbuhan berat badan mulai 0 60 bulan dengan cara ditimbang tiap bulan
kemudian mencatumkan berat badan anak sebagai suatu titik pada KMS. Dengan
melihat KMS kita dapat langsung mengikuti pertumbuhan dan kesehatan anak. Pita-
pita yang berwarna hijau muda sampai dengan warna kuning yang terlihat pada
KMS menggambarkan pola pertumbuhan anak yang sehat. 8
KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai instrumen
utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah
serangkaian kegiatan yang terdiri dari (1) penilaian pertumbuhan anak secara
teratur melalui penimbangan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status
pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat badan.; dan (2) menindaklanjuti setiap
kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan
biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian
suplementasi gizi dan rujukan. 7
KMS-BALITA 2008 di bedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS
anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat
tulisan Untuk Laki-Laki. KMS anak perempuan berwarna dasar merah muda dan
terdapat tulisan Untuk Perempuan. KMS terdiri dari 1 lembar (2 halaman) dengan
5 bagian di dalamnya sebagai berikut. 7
Halaman 1 terdiri dari 2 bagian sebagai berikut: 7

Bagian 1

Bagian 2

Halaman 2 terdiri dari 3 bagian sebagai berikut:


Menentukan status pertumbuhan anak. Status pertumbuhan anak dapat
diketahui dengan 2 cara yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya, atau dengan
menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat
Badan Minimum (KBM). 7
Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah seperti tertera
berikut:7
- Naik (N) : Grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB sama
dengan KBM (kenaikan BB minimal) atau lebih
- Tidak Naik (T) : grafik BB mendatar atau menurun memotong garis
pertumbuhan di bawahnya atau kenaikan BB kurang dari KBM.
Contoh di samping menggambarkan
status pertumbuhan berdasarkan grafik
pertumbuhan anak dalam KMS: 7
a. TIDAK NAIK (T) : grafik berat
badan memotong garis pertumbuhan di
bawahnya; kenaikan berat badan <KBM
(<800g)
b. NAIK (N) : grafik berat badan
memotong garis pertumbuhan di atasnya;
kenaikan berat badan >KBM (>900g)

c. NAIK (N) : grafik berat badan


mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan berat badan >KBM (>500g)
d. TIDAK NAIK (T) : grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan <KBM
(<400g)
e. TIDAK NAIK (T) : grafik berat badan menurun; grafik berat badan <KBM
(<300g)
II. PENGAMATAN
A. Kegiatan Pengukuran
Pengukuran dasarnya dilakukan pada tiga hal berikut:
1. Berat Badan
Setelah melepaskan pakaian pada bayi, dokter atau perawat
akan meletakkan bayi pada timbangan khusus untuk diukur beratnya.
Pengukuran biasanya akan tercatat dalam satuan kilogram, dan Ibu
dapat segera mengetahui berat badan yang akurat dari bayi.
2. Tinggi/Panjang Badan
Dalam posisi berbaring, dokter atau perawat akan mengukur
bayi Ibu dari atas kepala hingga tumit. Beberapa rumah sakit
menggunakan alat khusus dengan bagian kepala dan kaki dari ranjang
pengukur untuk mendapatkan hasil yang akurat.
3. Lingkar Kepala
Untuk mengukur lingkar kepala bayi Ibu, dokter atau perawat
akan melingkarkan alat pengukur khusus yang fleksibel tepat di atas
alis dan telinga. Pentingnya mengukur lingkar kepala bayi adalah untuk
mengetahui apakah ukuran tengkorak dan otak bayi sudah sesuai dan
pertumbuhannya dalam batas wajar.Melalui pengukuran lingkar kepala,
dokter anak dapat langsung mendeteksi bila ada penyakit atau
ketidakwajaran dalam pertumbuhan bayi.
4. Status gizi pasien
Berdasarkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan RI, maka kita
dapat menghitung status gizi pasien melalui 2 parameter
1) BB menurut TB
a. 0-5 tahun : WHO 2006
b. > 5 tahun : CDC/NCHS 2000
2) BMI menurut Umur
a. 0-2 tahun : WHO 2006
b. > 2 tahun : CDC/NCHS 2000
B. Interpretasi Status Pertumbuhan Sesuai Dengan KMS
Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah seperti tertera
berikut:
Naik (N) : Grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB
sama dengan KBM (kenaikan BB minimal) atau lebih
Tidak Naik (T) : grafik BB mendatar atau menurun memotong garis
pertumbuhan di bawahnya atau kenaikan BB kurang dari KBM.

C. Intervensi
Jika ditemukan bayi dengan curiga gizi buruk, akan dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut di rumah sakit
D. KAJIAN KASUS
Pasien 1
Nama : Riski
Usia : 24 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal Lahir : 04-05-2014
Cara Persalinan : Normal
Berat Lahir : 3000 gram
Panjang Lahir : 48 cm
Riwayat Imunisasi : Hb0, BCG, Hb1, Hb2, Hb3, Polio1, Polio2, Polio3,
Campak, Hib lanjutan,
Penilaian pertumbuhan pada saat datang ke puskesmas :
Lahir Sekarang
BB (gram) 3000 11000
PB (cm) 48 -
LK (cm) 34 -

BERAT BADAN
Berat badan lahir 3000 gr
Normal (2500-4000gr)

Penambahan berat badan bayi pada tahun pertama berkisar antara:


700 1000 gr/bln pd triwulan I
500 600 gr/bln pd triwulan II
350 450 gr/bln pd triwulan III
250 350 gr/bln pd triwulan IV

PANJANG BADAN
Panjang badan saat lahir 48 cm
Normal (48-53cm)
Penambahan panjang badan bayi pada tahun pertama berkisar antara:
Trimester I : 2,8 4,4 cm / bulan
Trimester II : 1,9 2,6 cm / bulan
Trimester III : 1,3 1,6 cm / bulan
Trimester IV : 1,2 1,3 cm / bulan

PBL 48 cm
Trimester I = 2,8-4,4 cm/bln
50,8-52,4 cm
LINGKAR KEPALA
Lingkar kepala saat lahir 34 cm
Normal (33-38cm)

Penambahan ukuran lingkar kepala bayi pada tahun pertama berkisar


antara:
0 - 3 bln = 2 cm/bln
4 - 6 bln = 1 cm/bln
6 12 bln = 0,5 cm/bln
LKL 34 cm
0-3 bln = 2 cm/bln
36 cm
Pasien 2
Nama : Naila
Usia : 4 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 30-12-2015
Cara Persalinan : Normal
Berat Lahir : 3500 gram
Panjang Lahir : 49 cm
Riwayat Imunisasi : HBO, Polio1, BCG, Hb1,
Polio2, Hb2, Polio3, Hb3
Penilaian pertumbuhan pada saat datang ke puskesmas
Lahir Sekarang
BB (gram) 3500 6800
PB (cm) 48 -

BERAT BADAN
Berat badan lahir 3500 gr
Normal (2500-4000gr)

Penambahan berat badan bayi pada tahun pertama berkisar antara:


700 1000 gr/bln pd triwulan I
500 600 gr/bln pd triwulan II
350 450 gr/bln pd triwulan III
250 350 gr/bln pd triwulan IV

BBL 2800 gr
Trimester I = 700-1000 gr/bln
= 3500-3800 gr
Trimester II = 500 600 gr/bulan
= 4000 5100 gr/bulan
berat badan saat ini 6800 gram

PANJANG BADAN
Panjang badan saat lahir 49 cm
Normal (48-53cm)

Penambahan panjang badan bayi pada tahun pertama berkisar antara:


Trimester I : 2,8 4,4 cm / bulan
Trimester II : 1,9 2,6 cm / bulan
Trimester III : 1,3 1,6 cm / bulan
Trimester IV : 1,2 1,3 cm / bulan

PBL 48 cm
Trimester I = 2,8-4,4 cm/bln
50,8-52,4 cm
panjang badan saat ini . cm

LINGKAR KEPALA
Lingkar kepala saat lahir..cm
Normal (33-38cm)

Penambahan ukuran lingkar kepala bayi pada tahun pertama berkisar


antara:
0 - 3 bln = 2 cm/bln
4 - 6 bln = 1 cm/bln
6 12 bln = 0,5 cm/bln
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
2. IDAI. 2011. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. Rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI).
3. Probandari, Ari Natalia dkk. 2013. Keterampilan Imunisasi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Halaman 8, 15-20, 24-27.
4. Kusbiantoro, Dadang. 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia
Prasekolah di Taman Kanak-Kanak ABA 1 Lamongan. Jurnal Vol 07, No. 01.
Halaman 4-5.
5. Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
6. Nursalam. (2005). Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Salemba Medika
7. Kementrin kesehatan republik indonesia. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan
Republik Indonesia Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi
Balita. Halaman 5, 8-9, 16.
8. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20BMD.pdf.2012.
Mengenal Parameter Penilaian Pertumbuhan Fisik pada Anak Oleh : dr.
Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc

Anda mungkin juga menyukai