Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

Saat ini Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup,
AKB 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi baru lahir (AKN) 19 per 1000
kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDGs
2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007
menjadi 102 dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23. Upaya
penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi 90%
pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan.

Sejak awal 1990-an para pakar yang aktif dalam upaya Safe Motherhood mengatakan
bahwa pendekatan risiko, yang mengelompokkan ibu hamil dalam kelompok tidak berisiko
dan berisiko, sebaiknya tidak digunakan lagi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari
90% kematian ibu disebabkan komplikasi obstetrik yang sering tak diramalkan saat
kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan. Banyak di
antara ibu yang tidak dikategorikan berisiko, ternyata mengalami komplikasi dan sebaliknya
di antara ibu yang dikategorikan berisiko, ternyata persalinannya berlangsung normal. Karena
itu pendekatan yang dianjurkan adalah menganggap semua kehamilan itu berisiko dan setiap
ibu hamil agar mempunyai akses ke pertolongan persalinan yang aman dan pelayanan
obstetri. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi
obstetrik, yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani
dengan memadai.
Setiap tahun kira-kira 3,5 juta kehamilan mencapai viabilitas (gestasi 22 sampai 24
minggu), tetapi dari angka ini sedikitnya 30.000 janin gagal bertahan hidup. Kira-kira dengan
jumlah yang sama, bayi baru lahir meninggal selama bulan pertama kehidupan.

Ide bahwa peristiwa intra partum dan prenatal dapat menimbulkan efek merugikan
pada bayi dalam kehidupan selanjutnya bukanlah hal yang baru. Kecacatan biologis serius,
masalah kesehatan, gangguan obstetrik dan masalah sosial yang dapat mengganggu ibu dan
bayi, baik tingkat ringan maupun secara nyata. Identifikasi pasien dengan risiko tinggi
penting dalam meminimalkan mortalitas dan morbiditas maternal dan neonatus.

1
Masalah tingginya angka kematian ibu hamil ini dapat kita cegah dengan mengadakan
upaya promotif dan preventif yang dapat dilakukan dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan ibu hamil ke sarana kesehatan (ANC) minimal 4 kali selama kehamilan.

2
BAB 2
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA


I.Identitas Pasien
Nama : Ny. Tri ika Hardiati
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 24 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Mulosari RT 01/RW 11, Desa kalisalak , Kecamatan
Salaman , Kabupaten Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : tamat SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta

II. Identitas Kepala Keluarga


Nama : Tn.Bagus panuntun
Jenis Kelamin : Laki laki
Umur : 36 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Dusun Mulosari RT 01/RW 11, Desa kalisalak , Kecamatan
Salaman , Kabupaten Magelang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Supir bus trans jawa- sumatra

B. PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAH


Tabel 1. Profil Keluarga Yang Tinggal Satu Rumah
No Nama Keduduk JK Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
an dalam (th)
Keluarga
1 Bagus KK L 36 SLTA Supir Bus Sehat
Panuntun
2 Tri Ika Istri P 24 SLTA Wiraswasta Sehat
Hardiayanti

3
tn Sururi Ny Tun

Ny Ny tn Yanto tn Iklas Tri


Alim Lulu Ika
Hardi
ayanti

Bagus
Panuntun
nn

Keterangan :
: laki-laki

: perempuan

C. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH DILAKUKAN

I. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Agustus 2012 pukul 11.45-pukul
13.00 WIB di rumah pasien dan dilanjutkan pada tanggal 14 Agustus 2012 pukul 14.15-15.20
WIB di rumah pasien di Dusun Mulosari RT 01 RT 11, Kalisalak, Kecamatan Salaman.

a. Keluhan Utama:
Kenceng kenceng ada tapi jarang, rembes (-), lendir darah (-), darah (-), gerak janin (+),
sesak nafas (-), bengkak pada tungkai dan wajah (-), sedikit lemas. Keluhan lain : (-).
b. Riwayat Penyakit Sekarang

4
Merupakan kehamilan ketiga pasien, dua kehamilan sebelumnya pasien mengalami
keguguran. Pada usia kehamilan 3 bulan dikehamilan yang sekarang dilakukan pengikatan
serviks yang menurut dokter kandungan yang merawat pasien, ikatan ini akan dibuka saat
awal persalinan. Di awal kehamilan pasien sering mengalami flek, tetapi berhenti setelah
dilakukan pengikatan. Mual dan muntah tidak begitu dirasakan di awal kehamilan , nafsu
makan berkurang sehingga lemas tetapi telah diberikan obat-obatan penambah nafsu makan
dan penambah darah. Tekanan darah selalu stabil, berat badan naik bertahap, tidak pernah
bengkak pada tungkai ataupun wajah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengalami keguguran sebanyak 2 kali. Keguguran pertama 3 tahun yang lalu usia
kehamilan 3 bulan, keguguran yang kedua 2 tahun yang lalu pada usia kehamilan 3 bulan.
Pasien tidak dirawat di rumah sakit dan tidak dilakukan kuretase. Pasien telah menikah
selama 4 tahun. Mengikuti KB yaitu suntik per 3 bulan. Setelah keguguran yang kedua,
pasien tidak lagi berKB.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat hipertensi, Diabetes melitus dan asma di keluarga pasien. Kakak pasien
juga mengalami keguguran sebanyak 2 kali, dikarenakan toksoplasmosis. Setelah di obati,
dapat hamil kembali, anak dalam keadaan sehat.
e. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah satu kali. Pernikahan saat usia 20 tahun.
f. Riwayat Haid
Pasien menarche pada usia 15 tahun, haid datang teratur tiap bulan, menggunakan 3-4
pembalut reguler tiap harinya, siklusnya 28 hari, lamanya kurang lebih 7 hari, tidak ada
keluhan nyeri perut hebat atau keluhan lain saat datang bulan
HPHT : 18 November 2011
UK : 37 minggu 6 hari
TP : 25 Agustus 2012
g. Riwayat KB
Os pengguna KB suntik per 3 bulan selama 1 tahun.
h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
G3P0A2
I. Hamil , usia kehamilan 3 bulan keguguran (2009)
II. Hamil , usia kehamilan 3 bulan keguguran (2010)
III. Hamil sekarang. (2012)
i.Riwayat ANC : kontrol dirumah bidan tiap bulan /TT (+) 2x, kontrol ke dokter spesialis
kandungan setiap bulan.

II. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal 10 agustus 2012 di rumah pasien

5
Keadaan umum : tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda vital:
Tekanan darah :110/70mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu :36,60C
Pernapasan : 18x/menit,reguler
TB : 155 cm
BB : 59kg
b. Status Generalis:
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Normotia, benjolan (-), oedem (-), nyeri tekan (-), cairan (-), membran
timpani intak
Hidung : Normosepti, sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks :
o Paru - paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak thoraks pada pernafasan simetris, sama
tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, retraksi (-/-)
- Palpasi : Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, vokal
fremitus simetris, sama kuat
- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor, batas paru hepar tidak dapat dinsilai,
peranjakan paru tidak dapat dinilai
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
o Jantung
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, iktus kordi tidak terlihat pada ICS V 2 cm
lateral dari garis mid klavikularis kiri
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ics V 1 cm medial dari garis mid klavikularis kiri
- Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis parasternalis kanan
setinggi ics V, batas jantung atas pada sela iga II linea parasternal kiri, batas jantung kiri pada sela
iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri.

6
- batas paru lambung sekitar ics VI,
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
o Abdomen
Lihat status obstetrik
o Ekstremitas
- Inspeksi : Bentuk normal simetris, sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Suhu hangat, edema (-/-)

c. Status Obstetrik:
1. Abdomen :
TFU : 29cm , TBJ : (29-12)x155gram = 2.635 gram
DJJ : 145x/menit
His :-
Leopold : letak memanjang, punggung di kanan, bagian kecil-kecil di kiri presentasi
kepala ,kepala belum masuk PAP.
2. Pemeriksaan dalam
Vaginal toucher : tidak dilakukan

d. Hasil Laboratorium Dan Pemeriksaan Penunjang:


Hb : 11,0g/dL
Protein urine: -

III. DIAGNOSIS KERJA


G3P0A2 H 37 minggu 6 hari belum inpartu dengan inkompetensi serviks, janin tunggal hidup,
presentasi kepala.

IV. RENCANA PENATALAKSANAAN


o Medikamentosa :
Tablet Fe
o Nonmedikamentosa :
Pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Hindari aktivitas yang berlebih
Pola makan dengan gizi seimbang.

7
Jika merasa ada tanda-tanda seperti kencang-kencang yang teratur, rembes, lendir darah dan
darah segera ke dokter spesialis kandungan yang merawat selama ini.
Rencana Partus Pervaginam setelah servikal cerclage dibuka.

V. HASIL PENATALAKSANAAN MEDIS


Pasien mengetahui apa yang menyebabkan keguguran di dua kehamilan sebelumnya,
mengetahui bahwa telah dilakukan pengikatan serviks untuk mempertahankan kehamilannya
sekarang, mengetahui tanda-tanda persalinan dan kapan dia harus ke dokter spesialis
kandungan untuk bersalin .
Faktor pendukung :
Pasien memiliki pendidikan yang baik, kemampuan ekonomi yang cukup, mengerti tentang
apa yang harus dilakukannya selama kehamilan, mengetahui beberapa tanda-tanda kehamilan
beresiko tinggi, dan tau tanda-tanda persalinan. Keluarga memberikan dukungan penuh
terhadap kehamilannya.
Faktor penghambat:
-
Indikator keberhasilan
Adanya buku KIA ibu, adanya print-out USG yang rutin dilakukannya untuk mengetahui
perkembangan janinnya.

D. TABEL PERMASALAHAN PADA PASIEN


Tabel 2. Tabel Permasalahan Pada Pasien
No. Risiko & masalah Rencana pembinaan Sasaran
kesehatan
1. Riwayat abortus Edukasi tentang macam-macam Pasien dan
penyebab abortus serta tanda- keluarga
tanda awal abortus.

E. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Biologisya
Dari wawancara dengan pasien, diperoleh keterangan bahwa pasien memiliki riwayat abortus
dua kali yaitu 3 tahun dan 2 tahun yang lalu. Menurut dokter spesialis kandungan yang
merawatnya hal ini dikarenakan kandungan pasien lemah, tidak kuat menahan perkembangan

8
janin yang semakin membesar sehingga terjadi keguguran. Pasien tidak di kuretase, karena
telah terjadi abortus komplit, hanya diberikan uterotonika. Suami dalam keadaan sehat baik
secara fisik maupun psikis. Selama bekerja sebagai supir hanya mengeluhkan badan pegal,
setelah beristirahat dirumah, kondisi pulih kembali. Tidak pernah merasa nyeri pinggang
berkepanjangan. Suami seorang perokok, sering bergadang karena tuntutan pekerjaannya,
dan makan tidak teratur ataupun lebih sering menyantap makanan padang serta siap saji.
Tetapi belum pernah mengeluhkan adanya nyeri dada, belum pernah check up ke dokter.
2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal sendiri dirumah, suami pulang seminggu sekali. Mertua tinggal di sebelah
rumahnya. Hubungan pasien dan suami harmonis, dengan keluarga yang lain juga baik.
Pasien berwiraswasta berjualan gas dan bahan bakar minyak. Suaminya bekerja sebagai supir
bus trans jawa-sumatra. Pasien mempunyai kepribadian yang cukup terbuka, tidak cepat
tersinggung, dan ramah terhadap orang lain. Sangat terbuka terhadap pengetahuan atau
informasi baru. Kehamilan sekarang sangat ditunggu-tunggu oleh pasien dan suaminya serta
keluarga. Oleh karena itu pasien rutin memeriksakan keadaan diri dan janinnya ke dokter
spesialis kandungan dan bidan, serta rajin membaca buku tentang kehamilan dan persalinan
3. Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh suaminya. Pendapatan perbulan kurang
lebih Rp.5.000.000,- Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah tangga sendiri. Pasien
tidak mempunyai kartu Jamkesmas ataupun asuransi lainnya, semua biaya kesehatan dibayar
dengan uang pribadi.
4. Fungsi Pendidikan
Pasien dan suaminya sudah memiliki rencana dan juga sudah menyiapkan dana untuk
pendidikan anaknya kelak.
5. Fungsi Religius
Pasien sejak kecil menganut agama Islam, suami dan keluarganya juga menganut agama yang
sama dan taat beribadah.
6. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di Dusun Mulosari , Desa Kalisalak. Komunikasi dengan
tetangga baik. Keluarga penderita aktif dalam kegiatan di lingkungan baik dengan tetangga
sekitar, di lingkungan pengajian ataupun arisan yang diadakan oleh ibu-ibu di lingkungan
tempat tinggalnya.

F. POLA KONSUMSI KELUARGA

9
a. Frekuensi makan rata-rata 3x sehari. Penderita biasanya makan di rumah. Jenis makanan
dalam keluarga ini kurang bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut : nasi, lauk (tahu,
tempe), sayur hijau,dll, air minum biasanya air putih atau teh.Pasien mengkonsumsi daging
ikan atau ayam , telur kira-kira seminggu/dua minggu sekali. pasien dan keluarga mengaku
tidak suka mengkonsumsi susu.
b. Faktor Perilaku
Pasien seorang ibu rumah tangga yang pekerjaan sehari-harinya mengurus pekerjaan rumah
tangga seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan berjualan gas dan
makanan kecil
c. Faktor Lingkungan
Tinggal dalam lingkungan yang tidak terlalu padat penduduk. Atap rumah memiliki langit-
langit, dinding terbuat dari tembok, lantai rumah dari plester atau disemen. Kebersihan di
dalam rumah baik. Pencahayaan di dalam cukup, dan sirkulasi udara cukup. Sumber air
minum berasal dari sumur pompa yang kemudian dimasak. Buang air besar menggunakan
jamban leher angsa rumah. Untuk pembuangan limbah dialirkan ke kali dekat rumah, sampah
dibuang ke tempat sampah di depan rumah.
G. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Faktor perilaku keluarga
Perilaku keluarga terhadap pola hidup yang sehat cukup baik.
Faktor non perilaku
Tidak ada masalah yang berarti untuk pasien.

H. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Dusun Mulosari, RT 01/RW 11, Desa Kalisalak, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang, dengan ukuran rumah 3 x 13 m2, bentuk bangunan 1 lantai.
Rumah tersebut ditempati oleh 2 orang. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 1 kamar
tidur, 1 ruang tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga, 1 ruangan untuk berjualan di
bagian depan rumah dan 1 dapur di bagian belakang rumah.
Rumah mempunyai langit-langit, memiliki tembok permanen, lantai disemen.
Penerangan dalam rumah dan kamar cukup, siang hari pencahayaan hanya berasal dari
cahaya matahari. Ventilasi dan jendela cukup memadai, yaitu dua pada ruang tamu yang
merangkap ruang keluarga dan ruang makan, satu pada kamar tidur dan satu pada dapur.

10
Secara umum kondisi dalam rumah terasa lembab. Cahaya matahari masuk lewat pintu dan
jendela. Tata letak barang di rumah cukup rapi tidak berdebu. Sumber air bersih berasal dari
sumur pompa yang dipakai untuk minum maupun cuci dan masak. Air minum dimasak
sendiri. Fasilitas MCK dilakukan di jamban, yang menggunakan jamban leher angsa dengan
sumber air bersih berjarak > 10 m. Kebersihan dapur cukup, terdapat ada lubang asap dapur.
Pembuangan air limbah ke saluran limbah ke kali dekat rumah. Terdapat tempat pembuangan
sampah di depan rumah. Jalan di depan rumah lebarnya 3 meter terbuat dari aspal.

Ruang Dapur
jualan Ruang Ruang kamar tidur
tamu keluarga

Gambar 3. Denah Rumah


I. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Dari hasil wawancara.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik
Hubungan sosial dengan tetangga dan kerabat baik.
3. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan per bulan kurang lebih Rp 5.000.000,00 pasien dan keluarga merasa sudah
cukup, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Fungsi Religius dan Sosial Budaya
Pasien dan keluarga menganut agama yang sama, taat beribadah, ikut aktif dalam kegiatan
keagamaan di sekitar lingkungan rumah
5. Faktor Perilaku
Pasien seorang ibu rumah tangga yang pekerjaan sehari-harinya mengurus pekerjaan rumah
tangga seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan berjualan gas dan
makanan kecil

11
6. Faktor non perilaku
Sarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah cukup dekat. Jarak antara rumah pasien dengan
puskesmas < 5 km.
J. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

GENETIK Kakak ada riwayat


abortus.

STATUS
YANKES LINGKUNGAN
KESEHATAN
Dokter praktek
Dinding permanen,
Ventilasi cukup, Jendela
Bidan
Suami supir: makan tidak PERILAKU cukup, Lantai terbuat
teratur,bersantan+siap saji, dari semen
merokok dan bergadang

Gambar 3. Diagram Realita

K. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN


Tabel 3. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Di lakukan Hasil Kegiatan
di

10 S : kencang-kencang + jarang, Rumah Pasien mengerti tentang


Agustus rembes (-), lendir darah (-), Pasien masalah dan penatalaksanaan
2012 darah (-), lemas . kehamilan serta
persalinannya.
O : KU : CM. Tidak tampak
sakit. Status generalis : DBN.
Status obstetrikus : abdomen :
TFU 29cm, Djj : 145x/menit,
His - , leopold letak memanjang,
punggung dikanan, bagian-
bagian kecil dikiri, presentasi

12
kepala, belum masuk PAP. VT :
tidak dilakukan
A : G3P0A2 H 37 minggu 6 hari
belum inpartu dengan
inkompetensi servik. JTH.
Preskep
P: mengingatkan ibu untuk
bersiap-siap jika ada tanda
persalinan segera ke dokter
spesialis kandungan untuk
penanganan selanjutnya. Makan
makanan bergizi , istirahat
cukup.
14 S : kencang-kencang + jarang, Pasien dan Pasien serta keluarga
Agustus rembes (-), lendir darah (-), keluarga dapat memahami
2012 darah (-), lemas . penjelasan yang
O : KU : CM. Tidak tampak diberikan.
sakit. Status generalis : DBN.
Status obstetrikus : abdomen :
TFU 29cm, Djj : 140x/menit,
His - , leopold letak memanjang, Pasien setuju untuk
punggung dikanan, bagian- menggunakan KB setelah
bagian kecil dikiri, presentasi melahirkan
kepala, belum masuk PAP. VT :
tidak dilakukan
A : G3P0A2 H 38 minggu 3 hari
belum inpartu dengan
inkompetensi servik. JTH.
Preskep
P: mengingatkan ibu untuk
bersiap-siap jika ada tanda
persalinan segera ke dokter
spesialis kandungan untuk
penanganan selanjutnya. Makan

13
makanan bergizi , istirahat
cukup. Keluarga agar lebih
bersiaga karena sudah memasuki
minggu persalinan

Mengamati keadaan kesehatan


rumah dan lingkungan sekitar

Edukasi untuk menggunakan


KB setelah melahirkan.

L. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA


a. Tingkat pemahaman:
Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan cukup baik.
b. Faktor pendukung :
- Penderita dan keluarga mau menerima informasi yang diberikan, merasa ingin tahu,
dapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan tentang antenatal care,
inkompetensi servik dan proses pelepasan cerclage yang akan dilakukan saat
persalinannya, serta pola hidup sehat bagi ibu hamil.
- Keluarga yang kooperatif serta siaga dalam membantu proses persalinan.
c. Faktor penyulit : -

14
BAB 3
KEHAMILAN RISIKO TINGGI

A. DEFINISI
Kehamilan Resiko Tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki resiko lebih besar
dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian
sebelum maupun sesudah persalinan.

B. MACAM-MACAM KEHAMILAN RESIKO TINGGI

Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda, namun
dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.

Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:


Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu
keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian,
kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi.
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan angka bulat
di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang

15
rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga
kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh
persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang
memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko
kegawatan tetapi tidak darurat.
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12
Kehamilan dengan faktor risiko:
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan
atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan
adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang
membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati,
2003).

C. BATASAN FAKTOR RISIKO/MASALAH


a. Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai)
Primi muda
Primi tua
Grande multi
Tinggi badan 145 cm atau kurang
Riwayat obstetric jelek (ROJ)
Dll
b. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
Perdarahan antepartum
- Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh mulut
rahim.
- Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya
disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka terjadi

16
perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan adanya
penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
- Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
- Dapat membahayakan ibu:
o Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok
o Ibu dapat meninggal
- Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).
Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)
- Anemia
- Preeklamsi
- Letak lintang

D. LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN

Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan.
Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan skrining
antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama kehamilan:
a. Satu kali pada triwulan I (K1)
b. Satu kali pada Triwulan II
c. Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).
Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE
(Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi
ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).
Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa
kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu
hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:
a. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan,
pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.
b. Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil
mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya.
Pendekatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh

17
pengertian, diberikan secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui dukungan
moril dari petugas, suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya.
c. Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya
tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu
dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan
transportasi untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).

E. TUJUAN PERAWATAN ANTENATAL :


Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:
a. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik
meupun mental yang merugikan.
b. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental
c. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya
d. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana setelah
kelahiran bayinya. (Poedji Rochjati, 2003).
Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil :
Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting
dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan aman dilakukan
persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).
Melalui kegiatan ini beberapa faKtor risiko yang ada pada ibu hamil telah dapat
dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh
karena itu kegiatan skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara
dini factor risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut. (Poedji Rochjati,
2003).

F. PENANGANAN
Untuk menghadapi kehamilan atau janin risiko tinggi harus di ambil sikap proaktif, dan
berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai pada waktunya harus di amnil sikap
tepat dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayinya atau hanya di pilih ibunya saja.
1). Penegakan diagnosis kehamilan dan janin dengan risiko tinggi adalah:
a). Melakukan anamnesis yang intensif (baik)
b). Melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
Pemeriksaan laboratorium

18
Pemeriksaan rontgen.
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan lab yang di anggap perlu
2). Berdasarkan waktu, keadaan risiko tinggi ditetapkan pada :

a). Menjelang kehamilan


b). Saat hamil muda
c). Saat hamil pertengahan
d). Saat trimester III
e). Saat persalinan/pasca partus.
3). Pengawasan antenatal bertujuan untuk menegakkan secara dini risiko tinggi.

a). Apakah kehamilan berjalan dengan baik


b). Apakah terjadi kelainan bawaan pada janin
c). Bagaimana fungsi plasenta untuk tumbuh kembang janin
d). Apakah terjadi penyulit pada kehamilan
e). Apakah terdapat penyakit ibu yang membahayakan janin
f). Jika diperlukan terminasi kehamilan :
Apakah terminasi untuk menyelamatkan ibu
Apakah janin dapat hidup di luar kandungan
Bagaimana tehnik terminasi kehamilan sehingga tidak menambah penyulit ibu atau janin.
g). Kesanggupan memberikan pertolongan persalinan dengan memperhitungkan :
Tempat pertolongan itu dilakukan
Persiapan alat yang diperlukan untuk tindakan
Kemampuan diri sendiri untuk melakukan tindakan
h). Sikap yang akan di ambil menghadapi kehamilan adalah:
Kehamilan dengan risiko rendah dapat di tolong di tempat
Kehamilan dengan risiko tinggi meragukan perlu pengawasan intensif
Kehamilan dengan risiko tinggi perlu di rujuk.

4). Pengawasan antenatal untuk mengetahui secara dini keadaan risiko tinggi pada ibu dan janin
dapat:
Melakukan pengawasan yang lebih intensif
Memberikan pengobatan sehingga ririko dapat dikendalikan
Melakukan rujukan mendapatkan tindakan yang adekuat
Segera merujuk untuk mendapatkan tindakan yang adekuat
Segera melakukan terminasi kehamilan

19
Wanita akan mengalami risiko kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan
paling kecil jika :
o Menunda saat mulai berkeluarga hingga mereka mencapai umur paling sedikit 20 tahun.
o Mempunyai anak tidak lebih dari empat.
o Jarak kelahiran paling tidak 2 tahun.
o Tidak mempunyai anak lagi setelah berumur 35 tahun.

G. KELUARGA BERENCANA
ProgramKBdiIndonesia

PengertianKB

Upayapeningkatkankepedulianmasyarakatdalammewujudkankeluargakecilyangbahagiasejahtera
(UndangundangNo.10/1992).

KeluargaBerencana(FamilyPlanning,PlannedParenthood):suatuusahauntukmenjarangkanatau
merencanakanjumlahdanjarakkehamilandenganmemakaikontrasepsi.

WHO(ExpertCommitte,1970),tindakanygmembantuindividu/pasutriuntuk:Mendapatkan
objektifobketiftertentu,menghindarikelahiranyangtidakdiinginkan,mendapatkankelahiranyang
diinginkan,mengaturintervaldiantarakehamilandanmenentukanjumlahanakdalamkeluarga.

TujuanProgramKB

Tujuanumumadalahmembentukkeluargakecilsesuaidengankekutansosialekonomisuatu
keluargadengancarapengaturankelahirananak,agardiperolehsuatukeluargabahagiadansejahtera
yangdapatmemenuhikebutuhanhidupnya.

Tujuanlainmeliputipengaturankelahiran,pendewasaanusiaperkawinan,peningkatanketahanan
dankesejahteraankeluarga.

KesimpulandaritujuanprogramKBadalah:Memperbaikikesehatandankesejahteraanibu,anak,
keluargadanbangsa.Mengurangiangkakelahiranuntukmenaikkantarafhiduprakyatdanbangsa.

20
MemenuhipermintaanmasyarakatakanpelayananKBdanKRyangberkualitas,termasukupaya
upayamenurunkanangkakematianibu,bayidananaksertapenanggulanganmasalahkesehatan
reproduksi.

BAB IV
INKOMPETENSI SERVIKS

Pendahuluan
Inkompetensi serviks merupakan penyebab abortus habitualis trimester kedua
kehamilan. Inkompetensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan
suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks. Meskipun beberapa
kasus inkompetensi serviks melibatkan faktor mekanik seperti hipoplasia serviks kongenital,
riwayat operasi serviks, dan trauma serviks yang luas, kebanyakan wanita dengan diagnosis
klinis serviks inkompeten memiliki anatomi serviks yang normal. Pematangan serviks yang
dini mungkin merupakan jalur akhir dari berbagai proses patofisiologi seperti infeksi,
kolonisasi, inflamasi dan predisposisi genetik atau hormonal.
Serviks merupakan barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri
vagina. Banyak pasien dengan dilatasi serviks pada midtrimester yang asimptomatis memiliki
bukti adanya infeksi intrauterin subklinis. Tidak jelas apakah ini merupakan invasi mikroba
akibat dilatasi serviks yang prematur. Ketika terjadi pematangan serviks yang prematur,
barier mekanik terganggu dan selanjutnya dapat menyebabkan proses patologis (misalnya
kolonisasi pada saluran kemih bagian atas) yang berakhir pada kelahiran prematur spontan.
Pada inkompetensi serviks yang berhubungan dengan kelainan mekanik, penanganan suportif
misalnya cerclage suture dapat mencegah infeksi dan dapat memperpanjang masa kehamilan.
Sebaliknya, jika perubahan pada serviks adalah akibat proses non mekanik, maka cerclage

21
menjadi kurang efektif dan bahkan berbahaya dalam beberapa kasus karena kemungkinan
adanya komplikasi inflamasi dan infeksi.

Definisi
Inkompetensi serviks didefinisikan sebagai kehilangan kehamilan trimester kedua
yang berulang disebabkan oleh faktor intrinsik atau diperoleh kelemahan pada integritas
jaringan serviks dimana leher rahim mengalami penipisan dan dilatasi sebelum waktunya
tanpa rasa sakit, dengan prolaps dan ballooning membrane ke dalam vagina, diikuti oleh
pengeluaran janin belum matang. Inkompetensi serviks terjadi sehingga menyebabkan
persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan kelahiran prematur.

Etiologi
Etiologi sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Diduga 3 faktor yang memegang peranan
penting dalam terjadinya inkompetensi serviks, yaitu :

a. Faktor kongenital
Akibat perkembangan abnormal jaringan fibromuskular serviks menyebabkan
kelemahan serviks tersebut. Kelainan ini jarang ditemukan. Pada primigravida yang tidak
pernah mengalami trauma pada serviks jarang menderita kelainan ini.
b. Faktor akuisita
Akibat trauma sebelumnya pada serviks uteri yang mencapai ostium uteri internum,
misalnya pada persalinan normal, tindakan cunam yang traumatik, kesulitan ekstraksi bahu,
seksio sesaria di daerah serviks yang terlalu rendah, dilatasi dan kuretase berlebihan,
amputasi serviks, konisasi ataupun kauterisasi. Kelainan ini lebih sering ditemukan.
c. Faktor fisiologik
Hal ini ditandai dengan pembukaan serviks normal akibat kontraksi uterus yang
abnormal.
Dikemukakan bahwa ibu-ibu hamil yang menggunakan dietilstilbestrol akan berakibat janin
perempuan yang dikandungnya mempunyai resiko tinggi untuk menderita inkompetensi
serviks.

Insiden
Insiden inkompetensi serviks masih belum diketahui secara pasti karena diagnosisnya
ditegakkan secara klinis dan belum ada kriteria objektif yang disetujui secara umum untuk
mendiagnosis keadaan tersebut. Secara kasar, suatu studi epidemiologi menunjukkan insiden
terjadinya serviks inkompeten adalah sekitar 0,5% pada populasi pasien obstetri secara umum
dan 8% pada wanita dengan abortus trimester kedua sebelumnya.

22
Hampir 1.300 wanita dengan sejarah non-klasik dari inkompetensi serviks dipelajari
dalam uji coba secara acak sebagai hasil primer persalinan sebelum 33 minggu. Cerclage
ditemukan bermanfaat, meskipun sedikit, bahwa 13 persen wanita dalam kelompok cerclage
disampaikan sebelum 33 minggu dibandingkan 17 persen pada kelompok noncerclage. Jadi
untuk setiap 25 prosedur cerclage, satu kelahiran sebelum 33 minggu adalah dicegah.

Anatomi Serviks
Serviks adalah bagian bawah dari uterus dan merupakan suatu struktur fibromuskuler
berbentuk silindris dengan panjang 3-4 cm dan diameter 2.5 cm. Serviks disokong oleh
ligamentum kardinalis serta ligamentum uterosakral. Sebagian bawah dari serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut portio vaginalis, dan muara serviks ke dalam vagina
disebut ostium serviks. Bagian eksterior dari ostium serviks disebut ektoserviks sedangkan
bagian proximal dari ostium serviks disebut endoserviks, yang menghubungkan kavum uteri
dengan vagina. Ruang vagina yang mengelilingi serviks disebut forniks, dan terbagi menjadi
forniks anterior, posterior, dan lateral sesuai dengan kedudukannya masing-masing terhadap
serviks.
Gambar 1.0

Gambar 2.0 : Tampak longitudinal dari serviks.

1. Stroma serviks terbentuk atas jaringan fibromuskuler padat yang diselingi oleh struktur
vaskuler, saraf, dan limfatik.

23
2. Vaskularisasi serviks: serviks divaskularisasi oleh arteri uterina yang merupakan cabang
arteri iliaka interna. Drainase vena akan menuju ke pleksus hipogastrikus.5
3. Persarafan serviks: terdapat perbedaan persarafan pada ektoserviks dengan endoserviks.
Pada ektoserviks, jumlah ujung saraf sensoris kurang dibandingkan dengan endoserviks yang
memiliki banyak ujung saraf sensoris serta ujung saraf simpatik dan parasimpatik. Oleh
karena itu, harus berhati-hati dengan endoserviks saat melakukan kuretase sebab ada
kemungkinan untuk mencetuskan reaksi vasovagal. Beda halnya dengan ektoserviks dimana
wanita dapat mentoleransi beberapa tindakan seperti biopsi, elektrokoagulasi dan
cryotherapy.
4. Drainase limfatik serviks: sistem limfatik serviks mengalami 3 jalur drainase yaitu dari
bagian lateral ke nodus iliaka eksterna, posterior ke nodus sakral, dan posterolateral ke nodus
iliaka internal.

Gambar 3.0 : Menunjukkan perbedaan dilatasi serviks pada inkompetensi serviks dan pada
persalinan normal. Pada persalinan normal dilatasi disertai His atau kontraksi uterus.

Patofisiologi Terjadinya Pelunakan Serviks Prematur


Perubahan patofisiologi jaringan serviks yang dipanggil pelunakan serviks, adalah
kompleks dan tidak difahami. Apa yang diketahui adalah serviks adalah struktur anatomi
dinamik yang berfungsi selama kehamilan sebagai pertahanan bagi janin dan sekitarnya ,
dengan vagina dan dunia luar. Pada waktu gestasi ini, ia terdiri dari struktur yang kuat yang
terdiri dari kolagen, tetapi ketika tiba masanya persalinan, kolagennya mengalami degradasi
dan serviks menjadi lunak dan memulai proses untuk dilatasi. Ini mengakibatkan
ketidaksempurnaan dalam proses ini dan; atau waktu pelunakan yang tidak sesuai waktunya
dan menjadikan serviks tidak kompeten lagi sehingga terjadinya kelahiran prematur atau
kesulitan dalam persalinan (distosia).
Infeksi dan inflamasi sangat berhubungan dengan kelahiran prematur dan pelunakan
serviks. Ini berhubungan dengan sifat serviks, dimana peluang untuk terjadinya persalinan
premature berbanding terbalik dengan panjang kanalis servikalis, yang berisi lender yang

24
bersifat antibakteri. Jika sifat mekanik atau antibakteri leher rahim secara antomi atau
fungsional terganggu, misalnya dengan paparan dietilstilbestrol intra-uterin atau dengan
operasi atau trauma pada serviks, kekuatan serviks mungkin tidak cukup untuk
mempertahankan kehamilan.

DIAGNOSIS
Diagnosis serviks inkompeten umumnya ditegakkan berdasarkan riwayat satu atau
lebih kegagalan kehamilan pada trimester kedua atau riwayat keguguran berulang pada
trimester kedua, dengan kerugian masing-masing terjadi pada usia kehamilan lebih awal dari
yang sebelumnya dan kurang kontraksi yang menyakitkan atau peristiwa berkaitan lainnya.
Namun, dalam penemuan ultrasonografi terakhir, definisi ini sedang ditantang. Terdapat
keraguan bahwa pemeriksaan ultrasonografi, terutama transvaginal, bermanfaat sebagai alat
bantu untuk mendiagnosis pemendekan serviks atau pencorongan ostium interna dan
mendeteksi secara dini serviks yang inkompeten. Secara umum, panjang serviks sebesar
25mm atau kurang antara 16 dan 18 minggu gestasi dibuktikan secara prediktif untuk
kelahiran prematur pada wanita dengan riwayat penghentian kehamilan pada midtrimester.

Gambar 4 : Ultrasonografi menunjukkan Ostium Serviks Interna dan Ostium Serviks


Eksterna yang terbuka. (Referensi :Bag, Obstetrik& Ginekologi Hospital Taiping, Malaysia)
Ultrasonografi transvaginal adalah metode yang aman untuk secara objektif menilai panjang
serviks dan lebih unggul berbanding pemeriksaan vagina digital atau USG perut dalam hal
ini. Ultrasonografi transvaginal telah menjadi standar emas atau gold standard untuk
evaluasi serviks. Leher rahim pada kehamilan mengikuti pola penipisan dimulai ostium
servikal internal dan berlangsung dalam cara menyalurkan menuju ostium serviks eksternal.
Pada sonogram ini awalnya muncul sebagai beaking atau bentuk mencuih dibentuk dinding
samping saluran leher rahim yang berkembang dari Y menjadi ruang berbentuk U.
Panjang leher rahim biasanya tetap stabil hingga awal trimester ketiga dan memendek secara
progresif setelah itu.

25
Gambar 5 : Funneling dari serviks yang membentuk huruf T, Y, V, (korelasi antara panjang
serviks dengan perubahan pada ostium uteri internum).
Temuan ultrasonografi :
1. Penyempitan atau funneling serviks yang membentuk huruf T, Y, V, U (hubungannya
dengan panjang serviks dengan perubahan pada ostium uteri internum).
2. Panjang serviks < 25 mm
3. Protusi membran amnion
4. Adanya bagian fetus dalam serviks atau vagina.

Gambar 6 : Hasil USG yang menunjukkan gambaran funnelling pada serviks uteri

DAFTAR PUSTAKA

26
1. Kehamilan resiko tinggi. Available at:
http://medicastore.com/penyakit/569/Kehamilan_Risiko_Tinggi.html . Accessed on: 15th
august , 2012.
2. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Available at : http//
www.acog.org-publications-patient_education-bp038.html. Accessed on: 20th august, 2012.
3. Cunningham FG, Leveno, KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD. Williams
Obstetrics.22nd ed. McGraw Hill; p 587606.
4. Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo J. Perdarahan pada Hamil Muda. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: 2002; Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
5. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. 2nd ed. Jakarta : 1997;Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN .2005. BKKBN.
7. Kependudukan KB dan KIA. Bandung; 1999. Balai Litbang:NRC-POGI.
8. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana. Makalah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia. Available at: www.bkkbn.go.id. Accessed on: 21th august 2012.

LAMPIRAN

27
28
29
30

Anda mungkin juga menyukai