Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KRISTAL TETRAGONAL
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
berkat dan rahmat-Nya, penyusunan tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas yang berjudul Kerapatan Kristal: Tetragonal ini bertujuan untuk memenuhi
pembuatan tugas mata kuliah Ilmu Bahan dan Korosi. Selain itu, tujuan dalam penulisan makalah
ini adalah untuk memberikan informasi mengenai kerapatan dari kristal berstruktur tetragonal.
Dalam penyelesaian tugas ini, kami mengalami beberapa kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan, dukungan dan kerjasama kelompok
dari berbagai pihak, akhirnya tugas ini dapat terselesaikan. Karena itu, sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Tilani, yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuat tugas ini,
serta memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada kami, dan
2. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami berharap tugas yang sederhana ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai
cara perhitungan kerapatan suatu kristal pada umumnya dan kerapatan kristal tetragonal
khususnya, serta bermanfaat bagi rekan mahasiswa dan semua kalangan masyarakat. Apabila
terdapat kekurangan kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif dan bersifat
membangun agar tugas ini dapat menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Tim Penulis
ii
Daftar Isi
BAB I .................................................................................................................................. iv
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. iv
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ iv
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................................... iv
BAB II .................................................................................................................................. 1
2.1 Kristal Tetragonal..............................................................................................................1
2.2 Menghitung Kerapatan Tetragonal....................................................................................6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua yang berada di alam ini dilahirkan unik. Unik disini berarti bahwa setiap komponen
yang ada di alam mempunyai karakteristiknya masing-masing dan hal tersebut lah yang
membedakannya dari yang lain. Begitu juga dengan kerapatan dari suatu sistem kristal,
dikatakan unik karena suatu struktur kristal tertentu memiliki kerapatan masing-masing yang
membedakannya dengan bentuk sistem kristal yang lain. Perbedaan kerapatan ini juga akan
menjadi pertimbangan dalam menggunaan suatu kristal sebagai campuran. Semakin rapat
suatu kristal, maka akan lebih sulit untuk memadunya dengan kristal lain, dan semakin
renggang suatu kristal, maka akan lebih mudah memadukannya dengan kristal lain untuk
membentuk suatu komposit. Dalam sistem kristal dikenal banyak struktur kristal. Namun,
dalam tugas ini hanya akan di bahas sistem kristal tetragonal dan algoritma perhitungan
kerapatan strukturnya.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kristal Tetragonal
Dalam kristalografi, sistem kristal tetragonal adalah salah satu dari 7 kelompok kisi titik.
Kristal tetragonal kisi hasil dari peregangan kisi kubik sepanjang salah satu vektor kisi,sehingga
menjadi kubus prisma empat persegi panjang dengan dasar persegi (a) dan tinggi (c). Ada dua
tetragonal kisi Bravais yaitu: Tetragonal Sederhana (dari peregangan kisi sederhana-kubik) dan
Tetragonal Berpusat (dari peregangan baik wajah-berpusat atau berpusat badan kisi kubik).
1
Gambar 2. Sistem tetragonal
Sistem kristal tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Sudut antara a1 dengan a2
= 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1
dengan a2 = 30o. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30 terhadap sumbu
a2.
2
Terdapat 7 jenis atom tetragonal berdasarkan point group yang akan dipaparkan pada tabel
dibawah ini.
3
2 Cahnite Cahnite adalah mineral berwarna putih kusam
atau tak berwarna yang memiliki belahan
sempurna dan biasanya transparan. Cahnite
biasanya membentuk kristal berbentuk tetragonal
dan memiliki kekerasan 3 mohs. Persamaan
kimia dari cahnite adalah Ca2B[AsO4](OH)4.
Cahnite terbentuk dari 26.91% kalsium, 3.63%
boron, 25.15% arsenik, 1.35% hidrogen, 42.96%
oksigen.
4
5 Diaboleite Diaboleite adalah mineral berwarna biru dengan
formula Pb2CuCl2(OH)4. Diabolite berbentuk
kristal tabular dengan ukuran diatas 2 cm (0.8 in)
sebagai pararel subagregat. Bentuk vicinal dari
kristal tabular memiliki garis luar berbentuk
kotak atau oktagonal dan jarang menunjukkan
hemihedralisme piramid. Diaboleite terbentuk
pada batuan mangan oksida, sebagai mineral
sekunder pada timbal dan batuan copper oxide.
6 Chalcopyrite Chalcopyrite adalah mineral tembaga besi sulfida
yang terkristalisasi pada sistem tetragonal.
Chalcopyrite memiliki rumus kimia CuFeS2.
Chalcopyrite memiliki warna kuning cerah
hingga keemasan dan kekerasan 3.5 4 skala
Mohs. Pada paparan dengan udara, chalcopyrite
teroksidasi menjadi berbagai oksida, hidroksida
dan sulfat. Mineral tembaga yang berhubungan
adalah bornite, chalcocite, covelitte, dan digenite.
Chalcopyrite adalah batuan tembaga yang
terpenting, dengan struktur kristalografi yang
berhubungan erat dengan ZnS (sphalerite).
7 Pyrolusite Pyrolusite adalah mineral yang tersusun dari
mangan dioksida (MnO2) dan merupakan batuan
manganat yang penting. Pyrolusite berwarna
hitam yang memiliki struktur granular, fibrous
atau kolumnar dan terkadang membentuk lipatan
reniform. Pyrolusite memiliki luster metalik dan
garis hitam atau biru kehitaman. Specific gravity
dari pyrolusite adalah sebesar 4.8. Pyrolusite
terbentuk berhubungan dengan manganite,
hollandite, hausmannite, braunite, goethite, dan
5
hematite pada kondisi oksidasi dalam
penyimpanan hidrotermal. Pyrolusite juga
terbentuk dalam bogs dan dihasilkan dari
perubahan manganite.
Kerapatan dari struktur kristal tetragonal bergantung pada parameter a (pada bagian alas
tetragonal) dan parameter c (pada sumbu z). kerapatan struktur kristal sendiri dapat diartikan
sebagai fraksi volume maksimum dari struktur tersebut yang dapat ditempati oleh atom tanpa
saling tumpang tindih. Oleh sebab itu, kerapatan dapat dituliskan sebagai berikut:
() = =
Struktur kristal tetragonal dapat berupa simple tetragonal (8 x 1/8 atom) dan juga berupa body
centered tetragonal. Pada body centered tetragonal, terdapat masing-masing 1/8 atom pada setiap
titik sudut (8 titik) dan satu buah atom di tengah, sehingga berjumlah 2 atom per unit.
Pada rentang ini, jarak antar atom di dalam sel terbatas, dan radius dari atom menjadi
terbatas menjadi:
= /2
Maka, kerapatannya menjadi
6
4 3 3
2 3 = 3 = ( )
2
= =
2 2 6
Untuk nilai > 1
Pada rentang ini, jarak antar atom di dalam sel terbatas, dan radius dari atom menjadi
terbatas menjadi:
= /2
Maka, kerapatannya menjadi
4 3 3
2
= = 3 = 3 =
2 2 6(/)
Jika diplot kurva yang menunjukkan pengaruh nilai c/a terhadap kerapatannya diperoleh:
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Untuk sel jenis Body Centered Tetragonal, kerapatannya juga sangat bergantung pada rasio c/a.
ada tiga rejim yang perlu diperhatikan, yaitu:
Untuk nilai < 2/3
Pada rentang ini, jarak antar atom di dalam sel terbatas, dan radius dari atom menjadi
terbatas menjadi:
= /2
Maka, kerapatannya menjadi
4 3 3
2 3 = 3 = ( )
2
= =
2 2 3
7
Untuk nilai 2/3 < < 2
Pada rentang ini, jarak antar atom terbatas pada diagonal ruang dari sel. Pada kasus ini
radius dari atom menjadi dari diagonal ruang sel.
1
= 22 + 2
4
Maka, kerapatannya menjadi
4 3 4 (22 + 2 )3/2
2
2 3 3 43
= = 2
= 2
3/2
1 2
= [( ) + 2]
24 (/)
Untuk nilai > 2
Pada rentang ini jarak antar atom dibatasi oleh bidang alas. Radius atom menjadi setengah
dari panjang bidang alas.
= /2
Maka, kerapatannya menjadi
4 3 3
2 3 3 =
= = =
2 2 3(/)
Jika diplot kurva yang menunjukkan pengaruh nilai c/a terhadap kerapatannya diperoleh:
8
Daftar Pustaka
Ashcroft, N.W., Mermin, N.D. (1976). Solid State Physics. Belmont, CA: Brooks/Cole.
Azaroff, L.V. (1960) Introduction to Solids. New York, NY: McGraw-Hill.
Callister, Jr., William D. 2001. Fundamentals of Material Science and Engineering Fifth Edition.
New York : John Wiley & Sons, Inc.
Dunlap, R.A., (2012). The Symmetry and Packing Fraction of The Body Centered Tetragonal
Structure. European J of Physics Education.
Feng, D., Jin, G.J. (2005) Introduction to Condensed Matter Physics, Vol. 1. Singapore, World
Scientific.
Generalic, E. (2012) "EniG Periodic Table of the Elements" (http://www.periodni.com/in.html)
accessed 30-05-2012.
Kittel, C. (1996) Introduction to Solid State Physics, 7th ed. New York, NY: Wiley. Wolfram
Alpha (2012) "Indium" http://www.wolframalpha.com/entities/elements/indium/sv/0q/u)
accessed 30-05-2012.
About.com Education. 2016. Crystal: Chemistry Glossary Definition. [ONLINE] Available at:
http://chemistry.about.com/od/chemistryglossary/a/crystaldef.htm. [Accessed 13 September
2017].
What is a Crystal? Crystals Defined. 2016. What is a Crystal? Crystals Defined. [ONLINE]
Available at: http://www.chemistry.co.nz/crystals_defined.htm. [Accessed 13 September 2017].
Solid State Chemistry: Describing Crystalline Solids. 2016. Solid State Chemistry: Describing
Crystalline Solids. [ONLINE] Available at:
http://www.seas.upenn.edu/~chem101/sschem/solidstatechem.html. [Accessed 13 September
2017].