Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

VULNUS LACERATUM

I. Konsep Penyakit
1. Definisi
Mansjoer (2000) menyatakan Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang
terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit
atau otot.
Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda
tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah (Wilsan,
2007).
Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga
terjadi pemisahan jaringan yang semula normal, luka robek terjadi akibat kekerasan
yang hebat sehingga memutuskan jaringan (Purnawati, 1992).

2. Penyebab (Etiologi)
Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya :
a. Alat yang tumpul.
b. Jatuh ke benda tajam dan keras.
c. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
d. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan
(Carpenito, 2000)

3. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi dan Fisiologi
1) Kulit
Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan epidermis, dermis, lemak
subkutan. Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benang
pertahanan terhadap bakteri virus dan jamur. Kulit juga merupakan tempat
sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jahitan ujung syaraf yang
saling bertautan.
a) Epidermis bagian terluas kulit di bagi menjadi 2 bagian lapisan yaitu:
o Lapisan tanduk (stratum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel tidak ber
inti dan bertanduk.
o Lapisan dalam (stratum malfigi) merupakan asal sel permukaan
bertanduk setelah mengalami proses di ferensiasi (Guyton & Hall,
1997).
b) Dermis
Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-serabut
kolagen elastin, dan retikulum yang tertanam dalam substansi dasar.
Matrik kulit mengandung pembuluh pembuluh darah dan syaraf yang
menyokong nutrisi pada epidermis. Disekitar pembuluh darah yang kecil
terdapat limfosit. Limfosit sel masuk dan leukosit yang melindungi tubuh
dari infeksi dan infeksi dan instansi benda-benda asing. Serabut-serabut
kolagen, elastin khusus menambahkan sel-sel basal epidermis pada dermis
(Guyton & Hall, 1997).
c) Lemak Subkutan
Lemak subkutan merupakan lapisan kulit ketiga yang terletak di
bawah dermis. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit isolasi untuk
mempertahankan daya tarik seksual pada kedua jenis kelamin (Guyton &
Hall, 1997).
2) Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi dengan sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot terdiri dari
serabut silindris yang mempunyai sifat sama dengan sel dari jaringan
lain.semua sel di ikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan
ikat yang mengandung unsur kontaktil (Guyton & Hall, 1997).
3) Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:
a) Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.
b) Unsur putih serabut saraf.
c) Neuroclea, sejenis sel pendukung yang di jumpai hanya dalam saraf dan
yang menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel
saraf dan prosesnya di sebut neuron. Sel saraf terdiri atas protoplasma
yang berbutir khusus dengan nukleus besar dan berdinding sel
lainnya.berbagai juluran timbul (prosesus) timbul dari sel saraf, juluran ini
mengantarkan rangsangan rangsangan saraf kepada dan dari sel saraf
(Guyton & Hall, 1997).
4. Type Vulnus
a. Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)
Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri
luka tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko
infeksi.
b. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)
Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada
permukaan kulit merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.
c. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit,
merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat,
jika yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).
d. Vulnus Contussum (Luka Kontusio)
Penyebab: benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat
dari kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan
nyeri dan berdarah (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di
sekitarya jika organ dalam terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius.
e. Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)
Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan
luka terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam
dan licin.
f. Vulnus Schlopetorum (Lika Tembak)
Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-
hitaman, bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.
g. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)
Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar
bentuk luka tergantung dari bentuk gigi.
h. Vulnus Perforatum (Luka Tembus)
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena
panah, tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput
serosa/epithel organ jaringan.
i. Vulnus Amputatum (Luka Terpotong)
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji.
Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan
hebat, resiko infeksi tinggi, terdapat gejala pathom limb.
j. Vulnus Combustion (Luka Bakar)
Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak
dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula carbonisasi/hangus). Sensasi
nyeri dan atau anesthesia (Guyton & Hall, 1997).

5. Tanda dan Gejala


a. Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti: rotasi
pemendekan tulang, penekanan tulang.
b. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur
c. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
d. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
e. Tenderness/keempukan
f. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya
dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
g. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
h. Pergerakan abnormal
i. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
j. Krepitasi
(Doenge, 2000)

6. Patofisiologi
Vulnus laserratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh
terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan
terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya
infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme
yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa
yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan
reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional.
Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah
jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan
mati dan hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan
ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri
di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut
istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak (Guyton & Hall, 1997).

Injury Fisik, Kimia, Thermal

Trauma Tajam Trauma Tumpul

Perdarahan Sulit Bergerak

Kerusakan Cemas Nyeri Deficit Self Gangguan


integritas kulit Care Mobilitas
Fisik

7. Komplikasi
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah.
c. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
d. Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah
lengkap.tujuanya untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya
melalui laboratorium.
b. Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel
pada lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
c. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
d. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
e. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus melitus
(Purnawati, 1992)

9. Penatalaksanaan Medis
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka,
pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi)
b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik
seperti:
Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif).
Halogen dan senyawanya
Oksidansia
Logam berat dan garamnya
Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
Derivat fenol
Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan
turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.
Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka
terinfeksi (Mansjoer, 2000:390).
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci
yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama
waktu rawat dan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus
cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meninangkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari
terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan
mati dan benda asing.
Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
Berikan antiseptik
Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal
Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)
c. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari
8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau
tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam atau pertertiam.
d. Penutupan Luka
Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada
luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
e. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan,
infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
f. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
g. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi pengangkatan
luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi (Mansjoer, 2000).

II. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Doenges (2000) menyatakan bahwa untuk mengkaji pasien dengan vulnus laseratum
di perlukan data-data sebagai berikut:
a. Aktifitas atau istirahat
Gejala : merasa lemah, lelah.
Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahanan keterbatasaan rentang
gerak, perubahan aktifitas.
b. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah atau normal.
Tanda : perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi.
c. Integritas ego
Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : ketakutan, cemas, gelisah.
d. Eliminasi
Gejala : konstipasi, retensi urin.
Tanda : belum buang air besar selama 2 hari.
e. Neurosensori
Gejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri.
Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada daerah
cidera , kemerah-merahan.
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada daerah luka bila di sentuh atau di tekan.
Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat, gelisah,
tidak bisa tidur.
g. Kulit
Gejala : nyeri, panas.
Tanda : pada luka warna kemerahan , bau, edema.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen cidera
b. Kerusakan integritas kulit b/d faktor mekanik
c. Cemas b/d perubahan status kesehatan
d. Defisit self care b/d nyeri
e. Gangguan mobilitas fisik b/d tidak nyaman, nyeri

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
PRE OPERASI
Nyeri akut b/d NOC: NIC:
agens cedera - Pain Level, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
- Pain control, komprehensif termasuk lokasi,
- Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama . Pasien b. Observasi reaksi nonverbal dari
tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil: c. Bantu pasien dan keluarga untuk
- Mampu mengontrol nyeri mencari dan menemukan dukungan
(tahu penyebab nyeri, mampu d. Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri, mencari kebisingan
bantuan) e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
berkurang dengan menentukan intervensi
menggunakan manajemen g. Ajarkan tentang teknik non
nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
- Mampu mengenali nyeri distraksi, kompres hangat/ dingin
(skala, intensitas, frekuensi h. Berikan analgetik untuk mengurangi
dan tanda nyeri) nyeri: ...
- Menyatakan rasa nyaman i. Tingkatkan istirahat
setelah nyeri berkurang j. Berikan informasi tentang nyeri
- Tanda vital dalam rentang seperti penyebab nyeri, berapa lama
normal nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Tidak mengalami gangguan ketidaknyamanan dari prosedur
tidur k. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Kerusakan integritas NOC: NIC:
kulit b/d faktor Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
mekanik Mucous Membranes a. Anjurkan pasien untuk menggunakan
Wound Healing : primer dan pakaian yang longgar
sekunder b. Hindari kerutan pada tempat tidur
Setelah dilakukan tindakan c. Jaga kebersihan kulit agar tetap
keperawatan selama.. bersih dan kering
kerusakan integritas kulit pasien d. Mobilisasi pasien (ubah posisi
teratasi dengan kriteria hasil: pasien) setiap dua jam sekali
- Integritas kulit yang baik bisa e. Monitor kulit akan adanya
dipertahankan (sensasi, kemerahan
elastisitas, temperatur, hidrasi, f. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
pigmentasi) pada derah yang tertekan
- Tidak ada luka/lesi pada kulit g. Monitor aktivitas dan mobilisasi
- Perfusi jaringan baik pasien
- Menunjukkan pemahaman h. Monitor status nutrisi pasien
dalam proses perbaikan kulit i. Memandikan pasien dengan sabun
dan mencegah terjadinya dan air hangat
sedera berulang j. Kaji lingkungan dan peralatan yang
- Mampu melindungi kulit dan menyebabkan tekanan
mempertahankan kelembaban k. Observasi luka : lokasi, dimensi,
kulit dan perawatan alami kedalaman luka, karakteristik,warna
- Menunjukkan terjadinya cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
proses penyembuhan luka tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus
l. Ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka
m. Kolaburasi ahli gizi pemberian diae
TKTP, vitamin
n. Cegah kontaminasi feses dan urin
o. Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
p. Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
Cemas b/d NOC: NIC:
perubahan status - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
kesehatan - Koping kecemasan)
Setelah dilakukan asuhan selama a. Gunakan pendekatan yang
klien kecemasan teratasi menenangkan
dengan kriteria hasil: b. Nyatakan dengan jelas harapan
- Klien mampu terhadap pelaku pasien
mengidentifikasi dan c. Jelaskan semua prosedur dan apa
mengungkapkan gejala cemas yang dirasakan selama prosedur
- Mengidentifikasi, d. Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik untuk e. Berikan informasi faktual mengenai
mengontol cemas diagnosis, tindakan prognosis
- Vital sign dalam batas normal f. Libatkan keluarga untuk
- Postur tubuh, ekspresi wajah, mendampingi klien
bahasa tubuh dan tingkat g. Instruksikan pada pasien untuk
aktivitas menunjukkan menggunakan tehnik relaksasi
berkurangnya kecemasan h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
j. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
k. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
l. Kelola pemberian obat anti
cemas:........
Defisit self care NOC: NIC:
berhubungan - Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs
dengan nyeri Living (ADLs) a. Monitor kemempuan klien untuk
Setelah dilakukan tindakan perawatan diri yang mandiri.
keperawatan selama . Defisit b. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
perawatan diri teratas dengan alat bantu untuk kebersihan diri,
kriteria hasil: berpakaian, berhias, toileting dan
- Klien terbebas dari bau badan makan.
- Menyatakan kenyamanan c. Sediakan bantuan sampai klien
terhadap kemampuan untuk mampu secara utuh untuk
melakukan ADLs melakukan self-care.
- Dapat melakukan ADLS d. Dorong klien untuk melakukan
dengan bantuan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
e. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
f. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
g. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
h. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
Gangguan mobilitas NOC: NIC:
fisik b/d tidak - Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
nyaman, nyeri - Mobility Level a. Monitoring vital sign sebelm/sesudah
- Self care : ADLs latihan dan lihat respon pasien saat
- Transfer performance latihan
Setelah dilakukan tindakan b. Konsultasikan dengan terapi fisik
keperawatan selama.gangguan tentang rencana ambulasi sesuai
mobilitas fisik teratasi dengan dengan kebutuhan
kriteria hasil: c. Bantu klien untuk menggunakan
- Klien meningkat dalam tongkat saat berjalan dan cegah
aktivitas fisik terhadap cedera
- Mengerti tujuan dari d. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
peningkatan mobilitas lain tentang teknik ambulasi
- Memverbalisasikan perasaan e. Kaji kemampuan pasien dalam
dalam meningkatkan kekuatan mobilisasi
dan kemampuan berpindah f. Latih pasien dalam pemenuhan
- Memperagakan penggunaan kebutuhan ADLs secara mandiri
alat Bantu untuk mobilisasi sesuai kemampuan
(walker) g. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
h. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
i. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
III. Referensi
Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis.
(terjemahan) Edisi 6. EGC: Jakarta.

Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan). Widya
Medika: Jakarta.

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC: Jakarta.

Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius


FKUI: Jakarta.

Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.

Purnawati, et, all. 1992. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Willson.J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7. EGC: Jakarta.

Tucker.S.M. 1998. Standar Keperawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan


Evaluasi (Terjemahan). Volume 2. Edisi 2. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai