VULNUS LACERATUM
I. Konsep Penyakit
1. Definisi
Mansjoer (2000) menyatakan Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang
terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit
atau otot.
Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda
tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah (Wilsan,
2007).
Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga
terjadi pemisahan jaringan yang semula normal, luka robek terjadi akibat kekerasan
yang hebat sehingga memutuskan jaringan (Purnawati, 1992).
2. Penyebab (Etiologi)
Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya :
a. Alat yang tumpul.
b. Jatuh ke benda tajam dan keras.
c. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
d. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan
(Carpenito, 2000)
6. Patofisiologi
Vulnus laserratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh
terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan
terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya
infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme
yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa
yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan
reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional.
Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah
jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan
mati dan hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan
ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri
di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut
istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak (Guyton & Hall, 1997).
7. Komplikasi
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah.
c. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
d. Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah
lengkap.tujuanya untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya
melalui laboratorium.
b. Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel
pada lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
c. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
d. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
e. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus melitus
(Purnawati, 1992)
9. Penatalaksanaan Medis
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka,
pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi)
b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik
seperti:
Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif).
Halogen dan senyawanya
Oksidansia
Logam berat dan garamnya
Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
Derivat fenol
Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan
turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.
Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka
terinfeksi (Mansjoer, 2000:390).
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci
yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama
waktu rawat dan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus
cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meninangkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari
terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan
mati dan benda asing.
Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
Berikan antiseptik
Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal
Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)
c. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari
8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau
tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam atau pertertiam.
d. Penutupan Luka
Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada
luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
e. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan,
infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
f. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
g. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi pengangkatan
luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi (Mansjoer, 2000).
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
PRE OPERASI
Nyeri akut b/d NOC: NIC:
agens cedera - Pain Level, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
- Pain control, komprehensif termasuk lokasi,
- Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama . Pasien b. Observasi reaksi nonverbal dari
tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil: c. Bantu pasien dan keluarga untuk
- Mampu mengontrol nyeri mencari dan menemukan dukungan
(tahu penyebab nyeri, mampu d. Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri, mencari kebisingan
bantuan) e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
berkurang dengan menentukan intervensi
menggunakan manajemen g. Ajarkan tentang teknik non
nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
- Mampu mengenali nyeri distraksi, kompres hangat/ dingin
(skala, intensitas, frekuensi h. Berikan analgetik untuk mengurangi
dan tanda nyeri) nyeri: ...
- Menyatakan rasa nyaman i. Tingkatkan istirahat
setelah nyeri berkurang j. Berikan informasi tentang nyeri
- Tanda vital dalam rentang seperti penyebab nyeri, berapa lama
normal nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Tidak mengalami gangguan ketidaknyamanan dari prosedur
tidur k. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Kerusakan integritas NOC: NIC:
kulit b/d faktor Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
mekanik Mucous Membranes a. Anjurkan pasien untuk menggunakan
Wound Healing : primer dan pakaian yang longgar
sekunder b. Hindari kerutan pada tempat tidur
Setelah dilakukan tindakan c. Jaga kebersihan kulit agar tetap
keperawatan selama.. bersih dan kering
kerusakan integritas kulit pasien d. Mobilisasi pasien (ubah posisi
teratasi dengan kriteria hasil: pasien) setiap dua jam sekali
- Integritas kulit yang baik bisa e. Monitor kulit akan adanya
dipertahankan (sensasi, kemerahan
elastisitas, temperatur, hidrasi, f. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
pigmentasi) pada derah yang tertekan
- Tidak ada luka/lesi pada kulit g. Monitor aktivitas dan mobilisasi
- Perfusi jaringan baik pasien
- Menunjukkan pemahaman h. Monitor status nutrisi pasien
dalam proses perbaikan kulit i. Memandikan pasien dengan sabun
dan mencegah terjadinya dan air hangat
sedera berulang j. Kaji lingkungan dan peralatan yang
- Mampu melindungi kulit dan menyebabkan tekanan
mempertahankan kelembaban k. Observasi luka : lokasi, dimensi,
kulit dan perawatan alami kedalaman luka, karakteristik,warna
- Menunjukkan terjadinya cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
proses penyembuhan luka tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus
l. Ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka
m. Kolaburasi ahli gizi pemberian diae
TKTP, vitamin
n. Cegah kontaminasi feses dan urin
o. Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
p. Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
Cemas b/d NOC: NIC:
perubahan status - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
kesehatan - Koping kecemasan)
Setelah dilakukan asuhan selama a. Gunakan pendekatan yang
klien kecemasan teratasi menenangkan
dengan kriteria hasil: b. Nyatakan dengan jelas harapan
- Klien mampu terhadap pelaku pasien
mengidentifikasi dan c. Jelaskan semua prosedur dan apa
mengungkapkan gejala cemas yang dirasakan selama prosedur
- Mengidentifikasi, d. Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik untuk e. Berikan informasi faktual mengenai
mengontol cemas diagnosis, tindakan prognosis
- Vital sign dalam batas normal f. Libatkan keluarga untuk
- Postur tubuh, ekspresi wajah, mendampingi klien
bahasa tubuh dan tingkat g. Instruksikan pada pasien untuk
aktivitas menunjukkan menggunakan tehnik relaksasi
berkurangnya kecemasan h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
j. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
k. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
l. Kelola pemberian obat anti
cemas:........
Defisit self care NOC: NIC:
berhubungan - Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs
dengan nyeri Living (ADLs) a. Monitor kemempuan klien untuk
Setelah dilakukan tindakan perawatan diri yang mandiri.
keperawatan selama . Defisit b. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
perawatan diri teratas dengan alat bantu untuk kebersihan diri,
kriteria hasil: berpakaian, berhias, toileting dan
- Klien terbebas dari bau badan makan.
- Menyatakan kenyamanan c. Sediakan bantuan sampai klien
terhadap kemampuan untuk mampu secara utuh untuk
melakukan ADLs melakukan self-care.
- Dapat melakukan ADLS d. Dorong klien untuk melakukan
dengan bantuan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
e. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
f. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
g. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
h. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
Gangguan mobilitas NOC: NIC:
fisik b/d tidak - Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
nyaman, nyeri - Mobility Level a. Monitoring vital sign sebelm/sesudah
- Self care : ADLs latihan dan lihat respon pasien saat
- Transfer performance latihan
Setelah dilakukan tindakan b. Konsultasikan dengan terapi fisik
keperawatan selama.gangguan tentang rencana ambulasi sesuai
mobilitas fisik teratasi dengan dengan kebutuhan
kriteria hasil: c. Bantu klien untuk menggunakan
- Klien meningkat dalam tongkat saat berjalan dan cegah
aktivitas fisik terhadap cedera
- Mengerti tujuan dari d. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
peningkatan mobilitas lain tentang teknik ambulasi
- Memverbalisasikan perasaan e. Kaji kemampuan pasien dalam
dalam meningkatkan kekuatan mobilisasi
dan kemampuan berpindah f. Latih pasien dalam pemenuhan
- Memperagakan penggunaan kebutuhan ADLs secara mandiri
alat Bantu untuk mobilisasi sesuai kemampuan
(walker) g. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
h. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
i. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
III. Referensi
Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis.
(terjemahan) Edisi 6. EGC: Jakarta.
Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan). Widya
Medika: Jakarta.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC: Jakarta.
Purnawati, et, all. 1992. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI