Anda di halaman 1dari 10

1

BAB 1. PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit peningkatan kadar glukosa darah akibat
ketidakmampuan tubuh dalam melakukan pengaturan kadar glukosa. Penyebab dari diabetes
melitus sendiri bersifat multifaktorial, diantaranya adalah genetik, gaya hidup, pola makan, dan
jenis makanan yang dikonsumsi. Penderita DM memiliki resiko tinggi untuk mengalami suatu
komplikasi di kemudian hari. Komplikasi yang terjadi dapat mengenai sistem pembuluh darah
kecil (mikrovaskular) ataupun sistem pembuluh darah besar (makrovaskular). Untuk
menghindari bahaya komplikasi yang ditimbulkan, biasanya penderita diabetes akan mencari
suatu penanggulan atau pengobatan (Wicaksono,2015).

Dasar pengobatan yang sedang berkembang dikalangan peneliti adalah penggunaan obat
tradisional karena beragam nilai kelebihan yang didapat, seperti mudah diperoleh, harga murah,
bahkan umumnya gratis serta efek samping yang kecil. Pengembangan ini berkonsep pada
pemanfaatan tanaman-tanaman obat. Secara tradisional, banyak yang berkhasiat menurunkan
kadar gula darah, tetapi penggunaan tanaman obat tersebut kadang hanya berdasarkan
pengalaman saja, belum didukung oleh adanya penelitian untuk uji klinis dan farmakologinya.
Tanaman obat yang diketahui memiliki efek hipoglikemik salah satunya adalah jahe merah.

Tanaman obat yang terdapat di Indonesia sangat beragam, sebagai salah satu contoh
tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu tanaman Jahe Merah (Zingiber officinale var
rubrum). Salah satu penggunaanya adalah sebagai obat antidiabetes, untuk menurunkan kadar
glukosa darah. Jahe merah termasuk dalam famili temu-temuan (Zingiberaceae), dimana jahe
merah ini rimpangnya berwarna merah hingga jingga muda dan memiliki aroma yang tajam serta
rasanya yang sangat pedas karena kandungan oleoresin sangat tinggi, yaitu kandungan
senyawa dalam jahe merah yang menyebabkan rasa jahe pedas. Jahe merah berkhasiat dan
bermanfaat sebagai obat tradisional, yaitu untuk diabetes,kanker, pencahar, peluruh masuk angin,
radang tenggorokan, asma, dan lainnya (Meilinda, 2008). Factor-faktor yang mempengaruhi
indeks glikemik adalah varietas, proses pengolahan, kadar amilosa dan amilopektin, kadar gula
dan kadar asam, kadar serat, kadar lemak dan protein.

Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum) merupakan salah satu jenis bahan alami
yang dapat dikembangkan. Jahe merah selalu dipanen setelah tua dan memiliki kandungan
minyak atsiri 2,58 % s/d 3,9 %, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan. Rasa dominan pedas
pada jahe merah disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Jahe mempunyai kegunaan yang
cukup beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat.
Secara tradisional kegunaan jahe merah salah satunya adalah penyakit diabetes (Ali et al
,2008).

Penelitian Arman et al (2016). mempelajari pengaruh pemberian serbuk kering jahe


merah terhadap pasien diabetes melitus tipe 2, dengan memberikan serbuk kering jahe merah
dengan dosis 3 gram perhari dengan obat standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis
2

tersebut signifikan efektif menurunkan glukosa darah dengan nilai signifikansi (p=0,031). Singh
et al. pernah meneliti tentang pengaruh pemberian jahe sebagai antiglikemik, menurunkan lemak
darah dan sebagai agen antioksidan untuk diabetes tipe 2.

Tepung jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) yang merupakan hasil dari proses
pengendapan sari jahe, masih belum dimanfaatkan untuk makanan. Pemanfaatan yang sudah
dilakukan saat ini antara lain sebagai campuran obat. Dengan memanfaatkan tepung jahe merah
(Zingiber officinale var rubrum) ini menjadi biskuit diharapkan dapat merupakan salah satu
usaha untuk substitusi tepung terigu dan dapat memberikan aroma yang khas dari produk yang
dihasilkan. Selain itu juga dapat memberikan nilai tambah bagi pengusaha jahe instan.
Penggunaan tepung jahe merah ini dapat menjadikan biskuit yang dihasilkan sebagai salah satu
jenis pangan fungsional, karena mengandung komponen bioaktif yang dapat memberi pengaruh
positif pada fungsi metabolisme manusia.

Menurut SNI 01-2973-1992 biskuit adalah produk yang diperoleh dengan memanggang
adonan dari tepung terigu dengan penambahan makanan lain dan dengan atau tanpa penambahan
bahan tambahan pangan yang diizinkan, dengan proses pemanasan dan pencetakan.

Tepung terigu yang digunakan biasanya yang berprotein rendah. Terdapat tiga jenis
tepung terigu, yaitu : Tepung terigu dengan protein tinggi, mengandung protein antara 11 %-13
%, yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat roti, mi, pasta dan donat ; Tepung terigu
dengan protein sedang, mengandung protein antara 8 %-10 %, yang dapat digunakan sebagai
bahan pembuat cake; Tepung terigu dengan protein rendah, mengandung protein antara 6 %-8
%, yang dapat digunakan untuk membuat kue yang renyah, makanan gorengan.

Berdasarkan penelitian para ahli, baik dari dalam negeri maupun manca negara, jahe
memiliki efek farmakologis yang berkhasiat sebagai obat dan mampu memperkuat khasiat obat
lain yang dicampurkannya. Didukung dengan bertambahnya jumlah penduduk yang
mengakibatkan kebutuhan terhadap obat-obatan semakin meningkat, khususnya obat-obatan
tradisional. Jahe merah merupakan salah satu jenis jahe yang ada, dimana lebih banyak
digunakan sebagai obat karena mempunyai kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya paling
tinggi dibanding dengan jahe lainnya, sehingga lebih ampuh.

Penelitian Wicaksono, (2015) mempelajari pengaruh pemberian ekstrak jahe merah


terhadap kadar glukosa darah puasa dan postprandial pada tikus yang telah diinduksi diabetes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan fenol yang ada dalam ekstrak jahe merah
memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi yang akan mengurangi radikal bebas dan proses
inflamasi pada pankreas yang disebabkan oleh induksi alosan. Oleh karena itu, ekstrak jahe
merah memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
melitus.

Penelitian Abdulrazaq et al. (2012 ) juga telah membuktikan efektifitas dari ekstrak jahe
merah sebagai penurun kadar glukosa darah karena sifat hipoglikemik yang dimilikinya. Dalam
3

penelitian ini dilakukan dengan memberikan ekstrak jahe merah dalam berbagai dosis yang
bervariasi pada tiga kelompok yang diberi perlakuan. Dosis yang diujikan adalah dosis ekstrak
jahe merah sebesar 100 mg/kg BB, 300 mg/kg BB, 500 mg/kg BB.

Penelitian Hartati (2013) meneliti pengaruh penambahan pati jahe hasil samping
pembuatan jahe instan pada mutu kue kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran
tepung terigu dan pati jahe hasil samping pembuatan jahe instan berpengaruh nyata terhadap
aroma kue kering yang dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit diabetes adalah penyakit yang
menyebabkan seseorang memiliki gula darah tinggi akibat terjadinya gangguan pada tubuh
karena kurangnya produksi insulin. Seiring waktu, gula darah tinggi dapat merusak organ-organ
seperti ginjal dan jantung.

Jahe merah mempunyai manfaat dalam pencernaan, penyerapan dan metabolisme.


Disamping itu, jahe merah juga memiliki komponen bioaktif berupa minyak atsiri, oleoresin dan
gingerol. Berbagai komponen bioaktif tersebut, disamping memperbaiki produktivitas juga
mampu mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Oleoresin jahe mengandung komponen
gingereol dan zingiberen, shagaol, resin dan minyak atsiri. Gingerol yang terkandung di dalam
jahe memiliki efek sebagai antiinflamasi, antipiretik, gastroprotektif, kardiotonik dan
antioksidan, antikanker, antiinflamasi, antiangiogenesis dan antiaterosklerosis. Oleh karena itu,
ekstrak jahe merah memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita
diabetes melitus.

Penelitian Al Amin et al. (2006) dalam Ali et al (2008) mempelajari potensi


hipoglikemik jahe pada tikus yang telah diinduksi diabetes, dengan memberikan jahe segar
sebanyak 500 mg/kg setiap hari selama 7 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis
tersebut signifikan efektif menurunkan level serum glukosa, kolesterol dan triasilgliserol. Singh
et al. (2009) meneliti pengaruh pemberian jahe sebagai antiglikemik, menurunkan lemak darah
dan sebagai agen antioksidan untuk diabetes tipe 2.

Maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah pengaruh penggunaan tepung jahe
merah (Zingiber officinale Rosc) sebagai bahan dasar membuat biskuit anti hiperglikemik untuk
penderita diabetes dengan menggunakan campuran tepung terigu ?.

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui formasi tepung jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) sebagai bahan
dasar membuat biskuit anti hiperglikemik terhadap penurunan kadar glukosa pada penderita
diabetes.
4

2. Untuk mengetahui formasi gingerol jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) sebagai
bahan dasar membuat biskuit anti hiperglikemik terhadap penurunan kadar glukosa pada
penderita diabetes.
1.4 Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini berupa biskuit untuk makanan yang bergizi bagi penderita diabetes
meilitu dan masalah pangan di Indonesia, sehingga biskuit ini menjadi alternative gizi yang baik
untuk dikonsumsi penderita diabetes .

1.5 Luaran Penelitian


Luaran yang diharapkan pada penelitian ini adalah artikel penelitian dan paten pembuatan
modifikasi tepung jahe merah menjadi biskuit anti hiperglikemik untuk penderita diabetes. Serta
memperbaiki ketahanan pangan Indonesia
Manfaat Penelitian:
a. Bagi Pemerintah
1. Membantu pemerintah dalam mengatasi gizi bagi penderita diabetes
2. Memberikan alternatif makanan yang sehat dan bergizi
b. Bagi masyarakat
1. Memberikan informasi mengenai makanan bagi penderita diabetes
2. Memperbaiki gizi masyarakat
c. Bagi Akademis
1. Memberikan ilmu yang baru dan bermanfaat
2. Dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus (DM)


Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit peningkatan kadar glukosa darah akibat
ketidakmampuan tubuh dalam melakukan pengaturan kadar glukosa. Penyebab dari diabetes
melitus sendiri bersifat multifaktorial, diantaranya adalah genetik, gaya hidup, pola makan, dan
jenis makanan yang dikonsumsi (Wicaksono, 2015).

2.1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)

Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh Perkeni adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DM
American Diabetes Association (ADA). Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila trdapat
keluhan klasik DM seperti tersebut di bawah ini: a. Keluhan klasik DM berupa : banyak minum,
banyak makan, banyak buang air kecil dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. b. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae (gatal didaerah kemaluan) pada wanita .

2.2 Jahe Merah ( Zingiber officinale )

2.2.1 Jahe Merah ( Zingiber officinale )


5

Jahe merah merupakan tanaman obat tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe merah
termasuk dalam suku temu-temuan ( zingiberaceae ), satu keluarga dengan temu-temuan lainnya
seperti temulawak, temu hitam, kunyit, dan kencur. Tanaman jahe merah suatu tanaman rumput-
rumputan tegak dengan ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang tingginya dapat mencapai
120 cm. Daunnya sempit, berwarna hijau, bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu
gelap, rimpangnya berwarna merah, dan akarnya bercabang-cabang, berwarna kuning dan
berserat, seperti pada gambar 2.1 (Widiyanti,2009).

2.2.2 Komposisi Kimia Jahe Merah

Rimpang jahe (Rhizoma) mengandung beberapa komponen kimia antara lain air, serat
kasar, pati, minyak atsiri, oleoresin, dan abu. Jumlah masing-masing komponen berbeda-beda
pada jahe tergantung daerah penghasilnya, karena adanya perbaikan iklim, curah hujan, keadaan
tanah, lingkungan dan lain-lain sebagainya (Pinem, 1988).

Minyak Atsiri

Minyak atsiri biasa disebut minyak eteris, minyak menguap atau essential oil, secara umum
didefinisikan sebagai persenyawaan organik yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami dekomposisi. Tidak larut dalam air, mempunyai rasa yang getir dan mempunyai
aroma yang khas menurut tanaman yang menghasilkannya (Paimin, 1991).

Oleoresin

Oleoresin adalah salah satu senyawa yang dikandung jahe yang biasa diambil. Oleoresin
merupakan komponen yang memberi rasa pedas dan pahit yang khas pada jahe. Sifat pedas ini
tergantung pada umur panen. Semakin tua umurnya semakin pedas dan pahit. Oleoresin
mengandung komponen-komponen pemberi rasa pedas yaitu ginger ale sebagai komponen
utama,shogaoldan zingeron dalam jumlah relatif sedikit ( Purseglove, et al., 1981 ).

2.2.3 Manfaat Jahe Merah

Jahe merah mengandung zat yang berguna bagi tubuh manusia, sehingga banyak digunakan
untuk obat maupun untuk bumbu masakan. Jahe merah juga berkhasiat merangsang pelepasan
hormone adrenalin, memperlebar pembuluh darah sehingga darah mengalir lebih cepat dan
lancer. Tubuhpun akan menjadi lebih hangat dan kerja jantung dalam memompa darah akan
semakin ringan sehingga tekanan darah akan turun.

2.3 Tepung Terigu

Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum, dan
digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi dan roti. Kata terigu dalam bahasa Indonesia
diserap dari bahasa Portugis, trigo, yang berarti "gandum".

2.3.1 Kandungan Kimia Tepung Terigu


6

Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mi. Tepung terigu diperoleh dari biji
gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu mempunyai gluten yang tidak dimiliki
oleh serealia lainnya. Gluten tersebut berperan penting dalam membuat massa adonan tepung
menjadi ulet dan menyebabkan mi yang dihasilkan tidak mudah putus pada proses pencetakan
dan pemasakan. Mutu terigu yang dikehendaki adalah terigu yang memiliki kadar air 14%, kadar
protein 8-12%, kadar abu 0,25-0,60%, dan gluten basah 24-36% (Astawan, 2008).

2.4 Tepung Kedelai

Kedelai termasuk ke dalam family Leguminosae, subfamily Papilinoideae, genus Glysene


dan spesies max, memiliki nama latin Glicine max. Kedelai adalah tanaman merambat dengan
bentuk buah polong, berbiji 1-4 butir per polong. Polong kedelai berwarna kuning kecokelatan
dan kulitnya berbulu. Bila sudah kering, polong mudah pecah dan melentingkan bijinya.

2.4.1 Kandungan Gizi Kedelai


Nilai gizi utama dalam kedelai adalah protein. Kedelai digolongkan sebagai bahan pangan
nabati setara susu, telur, dan keju. Di familinya, kedelai memiliki kadar protein tertinggi yaitu
(30-50%). Kedelai memiliki kandunagn 8 asam amino esensial yaitu isoleusin, leusin, lisn,
treonin, valin, metionin, fenilanin, dan triptofan dengan asam amino pembatas metionin dan
sistein. Kandungan asam amino yang cukup tinggi pada kedelai adalah lisin dan treonin.
.
Tabel 2.3. Komposisi Zat Giji Biji Kedelai Kering per 100 gr
Zat Gizi Jumlah
Kalori 331.0 Cal
Protein 46.2 g
Lemak 19.1 g
Karbohidrat 28.2 g
Kalsium 254.0 g
Fosfor 781.0 g
Besi 11.0 g
Vitamin A 110.0 SI
Vitamin B1 0.48 mg
Serat 3.7 g

2.5 Nilai Indeks Glikemik

Indeks glikemik adalah angka yang menunjukkan potensi


peningkatan dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan atau secara sederhana dapat
dikatakan sebagai tingkatan atau rangking pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa
darah.
7

Pangan ber-IG rendah mengalami proses pencernaan lambat, sehingga laju pengosongan
perut pun berlangsung lambat. Hal ini menyebabkan suspensi pangan (chyme) lebih lambat
mencapai usus kecil, sehingga penyerapan glukosa pada usus kecil menjadi lambat. Akhirnya,
fluktuasi kadar glukosa darah pun relatif kecil. Sebaliknya, pangan ber-IG tinggi mencirikan laju
pengosongan perut, pencernaan karbohidrat, dan penyerapan glukosa yang berlangsung cepat,
sehingga fluktuasi kadar glukosa darah juga relatif tinggi. Hal tersebut karena penyerapan
glukosa sebagian besar hanya terjadi pada usus kecil bagian atas. (Abdullah,2013)

2.5.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Indeks Glikemik Pangan

a. Kadar Serat Pangan


Serat pangan merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman seperti pada
buah-buahan, sayuran, serealia, dan aneka umbi. Komponen serat pangan meliputi polisakarida
yang tidak dapat dicerna, seperti selulosa, hemiselulosa, oligosakarida, pektin, gum, dan waxes
(Englyst dan Cummings 1985; Sardesai 2003; Astawan dan Wresdiyati 2004; Marsono 2004).
Keberadaan serat pangan dapat memengaruhi kadar glukosa darah (Fernandes et al. 2005).
Secara umum, kandungan serat pangan yang tinggi berkontribusi pada nilai IG yang rendah
(Trinidad et al. 2010). Dalam bentuk utuh, serat dapat bertindak sebagai penghambat fisik pada
pencernaan. Serat dapat memperlambat laju makanan pada saluran pencernaan dan menghambat
aktivitas enzim sehingga proses pencernaan khususnya pati menjadi lambat dan respons glukosa
darah pun akan lebih rendah.
b. Kadar Amilosa dan Amilopektin
Granula pati terdiri atas dua fraksi, yakni amilosa dan amilopektin yang keduanya dapat
dipisahkan dengan air panas. Amilopektin pada dasarnya mirip amilosa, namun memiliki ikatan
-(1,6)-glikosidik pada titik percabangannya. Amilopektin bersifat lebih rapuh (amorphous)
dibanding amilosa yang struktur kristalnya cukup dominan. Kandungan amilosa yang lebih
tinggi menyebabkan pencernaan menjadi lebih lambat karena amilosa merupakan polimer
glukosa yang memiliki struktur tidak bercabang (struktur lebih kristal dengan ikatan hidrogen
yang lebih ekstensif). Amilosa juga mempunyai ikatan hidrogen yang lebih kuat dibandingkan
dengan amilopektin, sehingga lebih sukar dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan (Behall dan
Hallfrisch, 2002). Struktur yang tidak bercabang ini membuat amilosa terikat lebih kuat sehingga
sulit tergelatinisasi dan akibatnya sulit dicerna (Rimbawan dan Siagian, 2004). Selain itu,
amilosa mudah bergabung dan mengkristal sehingga mudah mengalami retrogradasi yang
bersifat sulit untuk dicerna (Meyer, 1973).

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian


Penelitian telah dilakukan dalam beberapa tahap (Gambar 3.1), yaitu:

(1) Tahap analisis awal bahan baku.


8

(2) Tahap pembuatan biskuit dengan variasi rasio tepung dan konsentrasi sampai dihasilkan
biskit.

(3) Tahap analisis fisik produk, meliputi analisis tekstur (tingkat kekerasan mie) dan sifat fisik
selama pemasakan (swelling index dan cooking loss).

(4) Tahap pengolahan hasil dan penentuan titik optimum

(5) Tahap analisis produk biskuit.

3.2 Bahan Penelitian

Bahan baku pembuat adonan biskuit yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tepung
jahe merah, tepung kedelai, tepung terigu, gula pasir, margarin, telur, baking soda, vanili, dan
air.

3.3 Peralatan Penelitian


Peralatan utama dalam penelitian ini yaitu mixer, neraca, oven/tray dryer, cetaan biskuit.
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian utama dimulai dengan menyiapkan pasta pati . Kemudian, pasta pati
tersebut akan diolah lebih lanjut dalam pembuatan biskuit kering.

3.5 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis setiap
variabel penelitian untuk mengindikasikan pengaruh rasio tepung terhadap indeks glikemiks.
Faktor yang diamati adalah rasio massa dari tepung terigu dan campuran tepung jahe merah dan
tepung kedelai. Sedangkan respon yang akan diamati adalah tingkat kerapuhan biskuit, swelling
index, cooking loss, dan indeks glikemiks.
3.6 Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok utama,
yaitu analisis bahan baku, analisis fisik produk, dan analisis dari kondisi fisik produk yang paling
optimum. Analisis bahan baku dilakukan pada tepung jahe merah yang digunakan pada
pembuatan biskuit. Analisis bahan baku ini meliputi analisis pengambiln tepung pada jahe
merah.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran Biaya
Tabel 2. Anggaran Biaya
No Jenis kegiatan Biaya (Rp)
1. Peralatan Penunjang 2.870.000
2. Bahan Habis Pakai 4.610.000
3. Perjalanan 1.450.000
9

4. Lain: Administrasi, Publikasi, Seminar 1.620.000


JUMLAH Rp. 10.550.000

4.2. Jadwal Kegiatan


Tabel 3. Jadwal Kegiatan
NO KEGIATAN BULAN
I II III IV V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi
literature

2. Penyiapan
Bahan dan
Alat

3. Pembuatan
Biskuit
dengan
modifiksi
tepung jhe
merah
4. Analisis dan
Interpretasu
Data

5. Penyusunan
Laporan
Penelitian
dan
Pembuatan
Artikel
Penelitian
10

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrazaq NB, Cho MM, Win NN, Zaman R, Rahman MT. Beneficial effects of ginger
(Zingiber officinale) on carbohydrate metabolism in streptozotocin-induced diabetic rats.
British Journal of Nutrition. 2011; 108:1194-201
Arman E,Almasdy D,Martin RD.2008.Pengaruh Pemberian Serbuk Kering Jahe Merah terhadap
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.prodi kebidanan, Stikes Syedza Saintika Padang, Fakultas
Farmasi Universitas Andalas,RSUP M.Djamil Padang : Sumatera Barat
Meilinda, Mely.2008.Optimasi Formula Tablet Hisap Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb)
Dengan
Kombinasi Laktosasorbitol Sebagai Bahan Pengisi Dengan Metode Simplex Lattice Design.
Skripsi Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sazalina, (2005), Optimisation Of Operating Parameters For The Removal of Ethanol From
Zingiber Officinale Roscoe (Ginger) Oleoresin Using Shortpath Distillation, Master
Thesis, Faculty Of Chemical and Natural Resources Engineering, Universiti Teknologi
Malaysia, hal. 42-46
Singh AB, Akanksha, Singh N, Maurya R, Srivastava AK. Anti-hyperglycaemic, lipid lowering
and anti-oxidant properties of [6]-gingerol in db/db mice. International Journal of
Medicine and Medical Sciences. 2009; 1(12):536-44
Supardan MD, Ruslan, Satriana, Arpi N. Hidrodistilasi Minyak Jahe (Zingiber officinaleRosc.)
Menggunakan Gelombang Ultrasonik. Reaktor, Vol. 12 No. 4, Desember 2009, Hal. 239-
244
Wicaksono, Andrian Prasetya.2015.Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe Merah (Zingiber
officinale) terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan Postprandial pada Tikus
Diabetes.Fakultas Kedokteran.Universitas Lampung
Widiyanti, Ratna.2009. Analisis Kandungan Jahe. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai