Anda di halaman 1dari 38

SKENARIO 3

RETARDASI MENTAL

Kelompok A-15

Ketua : Darayani Amalia (1102013070)


Sekretaris : Airindya Bella (1102013016)
Ariqo Alala (1102010035)
Ayu Nujma Paradis (1102011058)
Fitria Nengsih (1102012092)
Aiman Idrus Aalatas (1102013015)
Bayu Adhitya W (1102013053)
Bayu Hernawan R M (1102013054)
Dea Melinda S (1102013072)
Harvien Bhayangkara (1102013124)
Betari Texania Harsa (1102013058)

UNIVERSITAS YARSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN AJARAN 2015-2016
SKENARIO 3

RETARDASI MENTAL

Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan
keluhan kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari-
hari tak mengalami banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri seperti mandi, berpakaian,
dan bab/bak, tetapi dalam ketrampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga
ia terpaksa tinggal kelas, karena nilai rapotnya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes
psikologik diperoleh nilai Intellegence Quotien (IQ) 65, yang menunjukkan klien
menyandang Redartasi Mental Ringan. Oleh psikolog klien disarankan untuk mengikuti
pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB), degan pertimbangan bila di sekolah umum klien
akan banyak megalami kesulitan dalam proses belajarnya.
Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi
rendah, menempati rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga.
Sebagai bungsu dari lima bersaudara, klien lebih banyak diasuh kakak perempuan yang paling
tua; kedua orang tua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu buruh cuci, sehingga pemberian makan
pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi, padahal usia tersebut adalah periode
penting bagi pertumbuhan terutama sel-sel otak.
Orang tua klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukkan anaknya ke SLB berhubung
biayanya yang tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa,
tetapi dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelola Zakat-Infak-Shodaqah (ZIS),
akhirnya orang tua klien memasukkan anaknya ini ke SLB sebagai tanggung jawab dan wujud
dilanjutkan dengan pendidikan ketrampilan, agar klien dapat hidup mandiri, tidak
bergantung dengan orang lain.
HIPOTESIS

Anak usia di bawah 18 tahun dengan faktor organik; kekurangan gizi, sosio-ekonomi rendah,
serta faktor non-organik; kelainan genetik dapat menyebabkan retardasi mental yang dideteksi
dini dengan skrining, PEDS, tes kromosom, serta test IQ pada anak untuk diagnosis, dimana
hasil test IQ dapat menentukan derajat penyakit. Retardasi mental ini dapat diterapi dengan dua
cara, pertama melalui terapi farmako yaitu memberikan suplemen nutrisi dan anti hiperkinetik
bagi pasien dengan gejala hiperaktif, kedua melalui terapi non-farmako yang termasuk di
dalamnya adalah konseling serta menjaga asupan makanan. Pencegahan retardasi mental dapat
dilakukan sejak dini saat ibu hamil dengan mengatur asupan nutrisi yang cukup dan melakukan
skrining.
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis
LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis & Diagnosis Banding
LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana
LO 1.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis
LO 1.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Kebutuhan Gizi pada Anak dan Remaja

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Mengurus Anak dalam Pandangan
Islam
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi
Retardasi mental (intellectual disability) merupakan suatu keadaan dimana berkurangnya
perkembangan, dimulai ketika masa kanak-kanak, yang bermanifestasi secara signifikan
seperti keterbatasan intelektual atau kognitif dan kurangnya adaptasi dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Ketidakmampuan intelektual ini bukan merupakan penyakit itu
sendiri, namun merupakan perkembangan atas dasar konsekuensi dari beberapa proses
patogenik.
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Penyebab dari retardasi mental
sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983)
dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental
1. Non- organik
Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
Faktor sosiokultural
Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
Penelantaran anak
2. Organik
2.1.Faktor prakonsepsi
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneos,dll)
Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic
familial
2.2.Faktor pranatal
Ganguan pertumbuhan otak trimester I
Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)
Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll)
Disfungsi plasenta
Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III
Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)
Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
Toksemia gravidarum
Ibu malnutrisi
2.3.Faktor perinatal
Sangat prematur
Asfiksia neonatorum
Trauma lahir : perdarahan intra kranial
Meningitis
Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
2.4.Faktor post natal
Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
Neuro toksin, misalnya logam berat
CVA (Cerebrovascular accident)
Anoksia, misalnya tenggelam
Metabolik
Gizi buruk
Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll.
Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
Infeksi
Meningitis, ensefalitis, dll
Subakut sklerosing, panesefalitis

LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi


Menurut nilai IQ-nya (dikutip dari Swaiman 1989) :

Nilai IQ

Sangat superior 130 atau lebih

Superior 120-129

Diatas rata-rata 110-119

Rata-rata 90-110

Dibawah rata-rata 80-89

Retardasi mental borderline 70-79

Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51

Retardasi mental berat 20-35

Retardasi mental sangat berat Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih
mampu didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan
sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :


a) Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup
berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang
terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah.
Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari
pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

b) Tipe sosialbudaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti
pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam
jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak
yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah.
Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya, mereka
mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena anaknya
gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ
golongan borderline dan retardasi mental ringan.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Kemampuan Usia Kemampuan Usia Kemampuan
Kisaran
Tingkat Prasekolah Sekolah Masa Dewasa
IQ
(sejak lahir-5 tahun) (6-20 tahun) (21 tahun keatas)
Ringan 52-68 Bisa membangun Bisa mempelajari Biasanya bisa
kemampuan sosial pelajaran kelas 6 mencapai
& komunikasi pada akhir usia kemampuan kerja
Koordinasi otot belasan tahun & bersosialisasi
sedikit terganggu Bisa dibimbing ke yg cukup, tetapi
Seringkali tidak arah pergaulan ketika mengalami
terdiagnosis sosial stres sosial
Bisa dididik ataupun ekonomi,
memerlukan
bantuan
Moderat 36-51 Bisa berbicara & Bisa mempelajari Bisa
belajar beberapa memenuhi
berkomunikasi kemampuan sosial kebutuhannya
Kesadaran sosial & pekerjaan sendiri dengan
kurang Bisa belajar melakukan
Koordinasi otot bepergian sendiri di pekerjaan yg
cukup tempat-tempat yg tidak terlatih
atau semi
dikenalnya dengan terlatih
baik dibawah
pengawasan
Memerlukan
pengawasan &
bimbingan
ketika
mengalami
stres sosial
maupun
ekonomi yg
ringan
Berat 20-35 Bisa mengucapkan Bisa berbicara atau Bisa
beberapa kata belajar memelihara
Mampu berkomunikasi diri sendiri
mempelajari Bisa mempelajari dibawah
kemampuan untuk kebiasaan hidup pengawasan
menolong diri sehat yg sederhana Dapat
sendiri melakukan
Tidak memiliki beberapa
kemampuan kemampuan
ekspresif atau perlindungan
hanya sedikit diri dalam
Koordinasi otot lingkungan yg
jelek terkendali
Sangat 19 atau Sangat terbelakang Memiliki beberapa Memiliki
berat kurang Koordinasi ototnya koordinasi otot beberapa
sedikit sekali Kemungkinan tidak koordinasi otot
Mungkin dapat berjalan atau & berbicara
memerlukan berbicara Bisa merawat
perawatan khusus diri tetapi
sangat terbatas
Memerlukan
perawatan
khusus

LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi


Prevalensi retardasi mental sekitar 1% dalam satu populasi. Di indonesia 1-3% penduduknya
menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi mental kadang-kadang tidak
dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan.
Insiden tertinggi pada masa sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental
mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Pada lanjut
usia, prevalensi lebih sedikit, karena pada retardasi mental yang berat atau sangat berat
memiliki angka mortalitas yang tinggi disebabkan dari penyulit gangguan fisik yang menyertai

LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis


Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 2003; Wolery & Haring, 2004 pada
Exceptional Children, six edition, p.485-486, menyatakan:
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari
pengetahuan abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang dipelajari tanpa latihan yang terus
menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat
mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri
atau bangun dengan bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat
sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat
sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus
kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan
dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain
bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak
melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental
dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai
retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe
- Galactosemia
- Sindrom Down
- Kretin
- Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
- Lues congenital
- Penyakit Sitomegalovirus
- Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
- Lues Congenital
- Sindrom Hunter
- Sindrom Hurler
- Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthesa
- Hipersilinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
a. Bintik caf-au-lait
- Atakasia-telengiektasia
- Sindrom bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
c. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
- Hidrosefalus
- Neuropolisakaridase
- Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka
ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali
tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca
tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu
sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal.
Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap
membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu
latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai
kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya
pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka
juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang
mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan
pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis
mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga
berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat
keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik.
Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak
dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang
hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat
minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.

LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis & Diagnosis Banding


Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk mengetahui
penyebab kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat diobati/tidak dan
apakah ada faktor genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan
menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat
segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya,
sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur enam tahun dapat
dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambil
kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat,
perlu anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah
lingkungan/faktor non organik lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak
anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah
kesuatu sindrom penyakit tertentu. (Depkes, 2005)

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya
pada individu yang dilakukan test IQ.
2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan
menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

Anamnesis

Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah
membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi
besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa
sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal,
serta gangguan emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :
Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara
padanya.
Kapan bayi mulai mengeluarkan suara aaaggh
Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari
ke arah suara
Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
Mengikuti perintah satu langkah, seperti beri ayah sepatu atau ambil koran
Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung,
telinga.

(Depkes, 2009)
American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap

1.Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti:


Perbendaharaan kata yang jelas terbatas,
Membuat kesalahan dalam kosa kata,
mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang
panjang
memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial
Namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh.
Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat
mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan
badannya untuk menyatakan keinginannya.
2.Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif,
selain ditemukan gejala-gejala gangguan bahasa ekspresif
Disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat.
Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat
pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih
tua.
Anak dengan gangguan bahasa reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan
auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti arti suatu
gambar, biasanya tampak tuli.

3. Anak-anak dengan kesulitan berbicara


memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan gangguan
motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.
4. Anak yang gagap dapat diketahui dari
cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan suara, kata,
atau suku kata.
Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki

Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian
khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental;
hubungan darah pada orang tua; dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit,
klinisi menilai latar belakang sosialkultural pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi
intelektual pasien.
Serta dilakukan anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:

1. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?


2. Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
3. Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
4. Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan
anjuran dokter?
5. Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
6. Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
7. Riwayat perkembangan anak?
8. Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
9. Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
10. Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan
bahasa dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis
media yang berulang, sindrom William (facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung,
langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa
dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang
suku kata pa, ta, pata, pataka. (Depkes, 2007)

Cara Pengukuran Pertumbuhan


Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan,
maka dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter
yang sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:
Tinggi badan
Berat badan
Lingkar lengan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkar abdomen

a. Pengukuran Tinggi Badan


Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri.
Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun. Panjang
badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang memiliki
tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal yang dipasang
pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat pengukur
ataupun menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan
tumit, bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang vertikal
(misal dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan. Kemudian
ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua
dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:

TB anak perempuan = ( TB ayah 13 cm ) + TB ibu 8,5 cm

TB anak laki-laki = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah 8,5 cm


(Moersintowati, 2008)
2

b. Pengukuran Berat Badan


Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat digunakan
untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang yang standar.
c. Pengukuran Lingkar Kepala
Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak
mudah berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita
dilingkarkan pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.

Tabel 1. Lingkaran Kepala Anak


Umur Anak Angka normal anak Hasil
Ketika Diperiksa Laki-laki (cm) Perempuan (cm) pengukuran
0 bulan 32 - 37.5 32 - 36.5
1 Bulan 34.5 - 40.5 34 39
2 Bulan 36.5 42 36 41
3 Bulan 38 - 43.5 37 42
4 Bulan 39 - 44.5 38.5 - 43.5
5 Bulan 40.5 45 39 - 45
6 Bulan 41 46 40 - 46
7 Bulan 42 47 41 - 47
8 Bulan 43 48 41.5 - 47.5
9 Bulan 43.5 - 48.5 42 - 48
10 Bulan 44 49 42.75 - 48.5
11 Bulan 44.5 - 49.5 43.5 - 48.75
12 bulan 45 - 49.75 43.75 - 49
13 Bulan 45 - 49.75 43.75 - 49
14 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5
15 Bulan 45.5 - 50.5 44.5 - 49.5
16 Bulan 46.25 51 45 - 50
17 Bulan 46.25 51 45 - 50
18 Bulan 46.25 51 45 - 50
19 bulan 46.25 - 51.5 45 - 50
20 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
21 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
22 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
23 Bulan 46.5 - 51.5 45.5 - 50.75
24 Bulan 47 52 45.75 - 51
2.5 Tahun 47 52 45.75 - 51
3 Tahun 48 53 46.5 - 52
3.5 Tahun 48 53 46.5 - 52
4 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53
4.5 Tahun 48.5 - 53.5 47 - 53
5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53
5.5 Tahun 48.75 - 53.75 48 - 53
6 Tahun 49 54 48 - 53

Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada
pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.

Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris).


Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah.
Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus.
Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke
atas.
Mulut : bentuk V yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi.
Geligi : odontogenesis yang tidak normal.
Telinga : keduanya letak rendah atau bentuknya aneh.
Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia.
Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna.
Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan lebar,
klinodaktil.
Dada dan Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit.
Genitalia : mikropenis, testis tidak turun.
Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang dan tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk.
(Kaplan, 2008)

Pemeriksaan Penunjang

1. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)


Merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan
saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap
stimulus auditorik.
Gangguan neurologis sering terjadi pada retardasi mental seperti gangguan kejang terjadi
pada 10 % dari semua orang retardasi mental. Gangguan pada motorik dimanifestasikan oleh
kelainan pada tonus (spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperrefleksia), dan gerakan
involunter (koreoatetosis). Derajat kecacatan yang lbih kecil ditemukan dalam kelambanan dan
koordinasi yang buruk.
Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran yang ringan. Gangguan visual
dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep ruang, pengenalan rancangan, dan
konsep citra tubuh. Dilakukan pemeriksaan sinar-x tengkorak, pemeriksaan tomografi
computer (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menghubungkan patologi
sistem saraf pusat dengan retardasi mental, pembesaran kepala, dicurigai adanya kelainan otak
yang luas, dicurigai adanya tumor intra kranial, kejang local.
Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk menentukan adanya gejala kejang yang
dicurigai, kesulitan mengerti bahasa yang berat. (Kaplan, 2008)

2. Pemeriksaan audiometric

Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan untuk
anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori pengukuran
dengan audiometri :

1. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan
melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat
berupa menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan
dilakukan di ruangan yang tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan yang
berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak.
2. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil
bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu
bila dia mendengar bunyi.
3. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus
dalam daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List). Anak diminta
untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini
dilihat apakah anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini
adalah untuk menilai kemampuan anak dalam pembicaraan seharihari dan untuk
menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
4. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus. (Toback, 2003)

3. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran
area otak yang abnormal.

4. Timpanometri, digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system


osikular. Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala
Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ
gabungan.

Skala intelegensi Wechsler untuk anak II: penyelesaian susunan gambar. Tes ini terdiri
dari satu set gambar-gambar objek yang umum, seperti gambar pemandangan. Salah
satu bagian yang penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon
dinilai sebagai benar atau salah.
Skala intelegensi Wechsler untuk anakIII: mendesain balok. Anak diberikan pola
bangunan dua dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya menggunakan
kubus dua warna. Respon dinilai sebagai benar atau salah. (Depkes, 2005)

5. Tes Laboratorium

Pada tes laboratorium retardasi mental yang digunakan adalah pemeriksaan urin dan darah
untuk mencari gangguan 17actor17ti. Kelainan enzim pada gangguan kromosom, terutama
sindrom down.
Amniosentesis yaitu pengambilan cairan 17actor17t dari ruang amnion secara trans-abdominal
antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, digunakan untuk kelainan kromosom bayi terutama
sindrom Down. Sel cairan amnion, yang terbanyak berasal dari janin, dibiakkan untuk
pemeriksaan sitogenetik dan biokimiawi. Amniosentesis dianjurkan untuk semua wanita hamil
di atas usia 35 tahun.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS;chorionic villi sampling) adalah tehnik skrining
yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukakn pada usia kehamilan 8 dan 10
minggu, yang 6 minggu lebih awal dibandingkan amniosentesis. Hasilnya tersedia dalam
waktu yang singkat (beberapa jam/hari), jika kehamilan abnormal, keputusan untuk
mengakhiri kehamilan dapat dilakukakan dalam trimester pertama. (Soetjiningsih, 1995)

6.Pemeriksaan Psikologis
Dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman. Tes Gesell, Bayley, dan Cattell adalah
tes yang sering digunakan untuk bayi. Tes Bender Gestalt dan Benton Visual Retention test
juga digunakan untuk anak retardasi mental. Disamping itu, pemeriksaan psikologi harus
menilai kemampuan 18actor18tic, motorik, 18actor18tic, dan kognitif. Informasi tentang
18actor motivasional, emosional, dan interpersonal juga penting.

Diagnosis banding retardasi mental

Attention Deficit Hyoperactivity Disorder (ADHD)


Kelainan perkembangan yang diturunkan secara genetik akibat adanya gangguan pada gen
transporter dopamin dan gen reseptor dopamin D4. Gangguan tersebut terjadi pada sistem
dopaminergik dan nor-adrenergik yang menyebabkan adanya disfungsi pre-frontal dan sirkuit
fronto-striatal.

Manifestasi Klinis:
Anak dengan ADHD dapat memperlihatkan gejala inatensi, hiperaktifitas dan
implusivitas. Inatensi dapat berupa keluhan susah konsentrasi, mudah sekali teralih
perhatiannya, sering lupa akan barang-barang pribadinya dan bahkan lupa pada tugas-tugas
yang harus dikerjakannya. Bila sedang berjalan anak sering menabrak benda-benda di
sekitarnya sehingga seringkali, dengan perilakunya yang seperti itu, akan menyebabkan
barang-barang yang berada di dekat anak berjatuhan.
Hal tersebut penting karena sebagian besar penderita ADHD memiliki IQ normal, bahkan
diantaranya ada yang diatas rerata. Dampak bagi individu ADHD itu sendiri yaitu adanya
gangguan emosi, rasa rendah diri, dan pada saat dewasa akan tampak memiliki kepribadian
yang sulit.
(Depkes, 2009)
Anak-anak dari keluarga yang sangat melarat dengan deprivasi rangsangan yang berat
(retardasi mental ini reversibel bila diberi rangsangan yang baik secara dini). Kadang-kadang
anak dengan gangguan pendengaran atau penglihatan dikira menderita retardasi mental.
Mungkin juga gangguan bicara dan cerebral palsy membuat anak kelihatan terbelakang,
biarpun intelegensianya normal. Gangguan emosi dapat menghambat kemampuan belajar
sehingga dikira anak itu bodoh. early infantile dan skizofrenia anak juga sering menunjukkan
gejala yang mirip retardasi mental. (Soetjiningsih, 1995)

LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual.
Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan jalan terbaik.
Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk
mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan
psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter
anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab dan mengobati
penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social kadang-kadang
diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi.
Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak juga menderita
epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila
orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis bila diperlukan
untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara untuk
memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta
diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.

Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa
yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang lama
untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula dengan
psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan orang
tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak disekolah dan
dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak tidak diejek atau
dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental
agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.

Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf IQ-
nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan yang
mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak retardasi
mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan
harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baik-buruknya suatu
tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan yang tidak terpuji,
seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.

Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini
juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak
yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan
pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down
dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.

Anak retardasi mental seringkali memiliki kesulitan emosional dan perilaku yang memerlukan
terapi psikiatrik. Kemampuan kognitif dan sosial yang terbatas yang dimiliki anak tersebut
memerlukan modalitas terapi psikiatrik yang dimodifikasi berdasarkan tingkat kecerdasan
anak.

a. Pendidikan untuk anak

Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan retardasi mental harus termasuk program
yang lengkap yang menjawab latihan keterampilan adaptif, latihan keterampilan sosial, dan
latihan kejujuran. Perhatian khusus harus dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk
meningkatkan kualitas hidup. Terapi kelompok seringkali merupakan format yang berhasil
dimana anak-anak dengan retardasi mental dapat belajar dan mempraktekkan situasi hidup
nyata dan mendapatkan umpan balik yang mendukung.

b. Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika

Kesulitan dalam beradaptasi di antara orang retardasi mental adalah luas dan sangat bervariasi
sehingga sejumlah intervensi sendiri atau dalam kombinasi mungkin berguna.

Terapi perilaku telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membentuk dan meningkatkan
perilaku sosial dan untuk mengendalikan dan menekan perilaku agresif dan destruksi pasien.
Dorongan positif untuk perilaku yang diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut
hak istimewa) untuk perilaku yang tidak diinginkan telah banyak menolong. Terapi kognitif
seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri,
juga telah dianjurkan untuk pasien retardasi mental yang mampu mengikuti instruksi pasien.

Terapi psikodinamika telah digunakan pada pasien retardasi mental dan keluarganya untuk
menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi
yang menetap.

c. Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien dengan retardasi mental
adalah tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil mempertahankan harapan
yang realistic untuk pasien. Keluarga seringkali merasa sulit untuk menyeimbangkan antara
mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh dan suportif bagi anak
retardasi mental, yang kemungkinan mengalami suatu tingkat penolakan dan kegagalan di luar
konteks keluarga.

Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang terus-menerus datau terpai
keluarga. Orang tua harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan bersalah,
putus asa, kesedihan, penyangkalan yang terus-menerus timbul, dan kemarahan tentang
gangguan dan masa depan anak. Dokter psikiatrik harus siap untuk memberikan semua
informasi medis dasar dan terakhir tentang penyebab, terapi, dan bidang lain yang berhubungan
(seperti latihan khusus dan perbaikna defek sensorik).

d. Intervensi farmakologis
Pendekatan farmakologis dalam terpai gangguan mental komorbid pada pasien retardasi
mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien yang tidak mengalami retardasi
mental. Semakin banyak data yang mendukung pemakaian berbagai medikasi untuk pasien
dengan gangguan mental yang tidak retardasi mental. Beberapa penelitian telah memusatkan
perhatian pada pemakaian medikasi untuk sindrom perilaku berikut ini yang sering terjadi di
antara retardasi mental:

1) Agresi dan perilaku melukai diri sendiri

o Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa lithium (Eskalith)


berguna dalam menurunkan agresi dan perilaku melukai diri sendiri.
o Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah dilaporkan menurunkan
perilaku melukai diri sendiri pada pasien retardasi mental yang juga memenuhi
kriteria diagnostik untuk gangguan austik infantile. Satu hipotesis yang
diajukan sebagai mekanisme kerja terapi naltrexone adalah bahwa obat
mempengaruhi pelepasan opioid endogen yang dianggap berhubungan dengan
melukai diri sendiri.
o Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid (Depakene) adalah medikasi yang
juga bermanfaat pada beberapa kasus perilaku melukai diri sendiri.

2) Gerakan motorik stereotipik


Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan chlorpromazine (Thorazine),
menurunkan perilaku stimulasi diri yang berulang pada pasien retardasi mental, terapi medikasi
tersebut tidak meningkatkan perilaku adaptif. Beberapa anak dan orang dewasa (sampai
sepertiga) dengan retardasi mental menghadapi resiko tinggi mengalami tardive dyskinesia
dengan pemakaian kontinu medikasi antipsikotik.

3) Perilaku kemarahan eksplosif

Penghambat-, seperti propranolol dan buspirone (BuSpar), telah dilaporkan menyebabkan


penurunan kemarahan ekspolasif di antara pasien dengan retardasi mental dan gangguan
autistik. Penelitian sistematik diperlukan sebelum obat dapat ditetapkan sebagai manjur.

4) Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas


Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental ringan dengan gangguan defisit
atensi/hiperaktivitas telah menunjukkan perbaikan bermakna dalam kemampuan
mempertahankan perhatian dan menyelesaikan tugas. Penelitian terapi metylphenidate tida
menunjukkan bukti adanya perbaikan jangka panjang dalam keterampilan sosial atau belajar.

LO 1.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi


Anak dengan retardasi mental memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya gangguan
penglihatan, pendengaran, ortopedi, dan perilaku atau emosi.Deficit yang paling umum terjadi
diantaranya gangguan motoric, ganngguan perilaku atau emosi, komplikasi medis, dan
kejang.Makin parah tingkat retardasi makin banyak kompikasi yang terjadi.Dengan
mengetahui tingkat retardasi mental dapat membantu memprediksi ganngguan yang dapt
terjasi.Sindrom Fragile Xdan Sindrom Fetal Alcohol dihubungkan dengan tingginya angka
kejadian gangguan perilaku; Down Syndrome memiliki banyak komplikasi medis (
hipotiroidisme, Celiace disease, penyakit jantung bawaan). Bila gangguan tersebut terjadi
dibutuhkan terapi fisik jangka panjang, occupational terapi, terapi wicara, alat bantu dengar,
dan obat-obatan medis. Kegagalan dalam mengidentifikasi dan tata laksana adekuat terhadap
gangguan yang terjadi dapat menghambat kesuksesan dan rehabilitasi dan menyebabkan
kesulitan daalam aktifitas di sekolah, rumah, dan lingkungan.

LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis


Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi
pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental
ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur
harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental
yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.3
Pada anak dengan retardasi mental berat, gejalanya telah dapat terlihat sejak dini. Retardasi
mental ringan tidak selalu menjadi gangguan yang berlangsung seumur hidup. Seorang anak
bisa saja pada awalnya memenuhi kriteria retardasi mental saat usianya masih dini, namun
seiring dengan bertambahnya usia, anak tersebut dapat saja hanya menderita gangguan
perkembangan (gangguan komunikasi, autisme, slow learner-intelejensia ambang normal).
Anak yang didiagnosa dengan retardasi mental ringan di saat masa sekolah, mungkin saja
dapat mengembangkan perilaku adaptif dan berbagai keterampilan yang cukup baik sehingga
mereka tidak dapat lagi dikategorikan menderita retardasi mental ringan, atau dapat
dikatakan efek dari peningkatan maturitas menyebabkan anak berpindah dari satu kategori
diagnosis ke kategori lainnya (contohnya, dari retardasi mental sedang menjadi retardasi
mental ringan). Beberapa anak yang didiagnosis dengan gangguan belajar spesifik atau
gangguan komunikasi dapat berkembang menjadi retardasi mental seiring dengan
berjalannya waktu. Ketika masa remaja telah dicapai, maka diagnosis biasnya telah menetap.
Prognosis jangka panjang dari retardasi mental tergantung dari penyebab dasarnya, tingkat
defisit adaptif dan kognitif, adanya gangguan perkembangan dan medis terkait, dukungan
keluarga, dukungan sekolah/masyarakat, dan pelayanan dan training yang tersedia untuk
anak dan keluarga. Saat dewasa, banyak penderita retardasi mental yang mampu memenuhi
kebutuhan ekonmi dan sosialnya secara mandiri. Mereka mungkin saja membutuhkan
supervisi secara periodik, terutama di saat mengalami masalah sosial maupun ekonomi.
Kebanyakan penderita dapat hidup dengan baik dalam masyarakat, baik secara mandiri
maupun dalam supervisi. Angka harapan hidup tidak terpengaruh oleh adanya retardasi
mental ini.

LO 1.10 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan


A. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau


menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan
retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk :
a. Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang
retardasi mental.
b. Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
c. Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal.
d. Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam
keluarga dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan dengan retardasi mental. Untuk
anak-anak dan ibu dengan sosioekonomi rendah, pelayanan medis prenatal dan perinatal yang
sesuai dan berbagai program pelengakap dan bantuan pelayanan social dapat menolong
menekan komplikasi medis dan psikososial.

B. Pencegahan Sekunder dan Tersier


Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali, gangguan harus
diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan sekunder) dan untuk menekan
sekuele atau kecacatan yang terjadi setelahnya (pencegahan tersier). Gangguan metabolik dan
endokrin herediter, seperti PKU dan hipotiroidisme, dapat diobati dalam stadium awal dengan
control diet atau dengan terapi penggantian hormone.

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Kebutuhan Gizi pada Anak dan Remaja


Kecepatan pertumbuhan anak melambat setelah tahun pertama kehidupan. Pada umur
setahun berat badan anak menjadi 3 kali BB lahir, tetapi pada umur 2 tahun BB anak hanya 4
kali BB lahir. Panjang badan anak bertambah 50% pada umur setahun, namun panjang badan
lahir baru tercapai pada umur 4 tahun. Pada anak yang baru sembuh dari suatu penyakit atau
anak mengalami kekurangan gizi akan mengalami pertumbuhan yang lambat.
Anak membutuhkan nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan tulang, gigi, otot dan
darah. Anak mempunyai risiko mengalami malnutrisi apabila anak terlalu lama nafsu
makannya buruk, asupan makanan yang terbatas atau makanan yang terlalu encer. Energi
dibutuhkan oleh anak untuk keperluan metabolisme basal, pertumbuhan dan aktifitas.
Komposisi makanan pada masa ini dianjurkan terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-15% protein
dan 25-30% lemak. Dalam menghitung kebutuhan energi pada anak normal lebih baik
berdasarkan kebutuhan energi per kg BB dan jenis kelamin anak.Anak umur 1 3 tahun
mempunyai risiko mengalami anemia defisiensi besi. Keadaan ini disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan, dan akibat dari diet anak yang tidak
cukup mengandung energi. Kalsium dibutuhkan untuk mineralisasi tulang dan
mempertahankan pertumbuhan tulang. Kebutuhan kalsium tergantung pada kemampuan
absorpsi dan faktor diet seperti jumlah protein, vitamin D dan fosfor. Vitamin D diperlukan
untuk absorpsi kalsium dan deposisi kalsium di tulang.
Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Defisiensi seng dapat mengakibatkan
gagal tumbuh, penurunan nafsu makan atau pengecapan, dan penyembuhan luka yang lambat.
Kebutuhan seng adalah 10 mg/hari. (Moersintowati, 2008)
Faktor faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah :
a. Keluarga
b. Media
c. Teman sebaya
d. Penyakit

Masalah makanan yang sering terjadi pada masa anak adalah :


a. Obesitas
b. Kurang gizi
c. Defisiensi besi
d. Defisiensi vitamin A
e. Karies gigi
f. Alergi makanan
g. Gizi pada masa prasekolah
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang
mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan (Depkes, 2008).

b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian
dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan
karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu
(Depkes, 2007).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus
kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau
juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan
tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini
pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan
akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes, 2009).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status
kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan
fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (Soekirman, 2000).
Prinsip Gizi Pada Remaja Dan Dewasa
Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses
pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual dan
tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses pematangan
fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Periode Adolesensia ditandai dengan
pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada
periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.

Growth Spurt :
- Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
- Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.

Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan
tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan
aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula. Penelitian membuktikan bahwa
apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama
sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi
untuk mempertahankan keadaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih
baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak
konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya.
Sehingga mengharuskan mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya. (Phyllis,
2000)

Jenis gizi anak dan remaja

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga
usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki peranan penting
dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak. (Soekirman, 2000)

Fungsi zat-zat gizi


Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:
*Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan sebagai sumber
energi untuk membentuk sel-sel otak baru.
*Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan penting
bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel otak satu ke sel
otak yang lain.
*Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel otak baru.
Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang paling utama adalah
asam lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak
omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut, seperti ikan kod.
*Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja otak, menunjang kerja
sistem imun dan sistem saraf pusat.
Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin D menjaga kesehatan tulang dan gigi.
DHA 224 mg/5 ml membantu perkembangan sel-sel otak.

Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi aneka zat
gizi yang diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga
anak berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi makanan
bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.
Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok
asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).

1. Asam lemak tak jenuh


Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan
diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam
lemak tak jenuh itu adalah:
*DHA (asam dokosaheksaenoat) atau omega-3. Berperan besar dalam perkembangan sel saraf,
otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 dapat mengganggu perkembangan sistem saraf.
Akibatnya, terjadi gangguan pada sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan
penglihatan.
*AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu pembentukan
senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu sebagai pengantar perintah dari satu sel saraf ke
sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk ke otak.
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam lemak ini
bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari.
(Moersintowati, 2008)

2. Kalori dan protein


Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan
mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses
metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru, termasuk
otak. Sumber-sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan produk
olahannya, minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.

3. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana mengangkut
dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta berperan dalam pembentukan
eritrosit di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah
tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan,
telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.

4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1,
B3, B6, dan B12.
Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja
sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh dalam
proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk senyawa
kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang belakang,
serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12
jga membantu pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-kacangan,
biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran berwarna hijau.

5. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng
juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng
dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng
banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
(Hurlock, 2007)

Jenis Nutrisi Fungsi Sumber


Air Pelarut untuk pertukaran seluler Air, makanan
Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh
Mengatur suhu tubuh
Protein Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan Susu, telur, daging,
dan perbaikan jaringan kacang-kacangan,
Menjaga keseimbangan osmotik padi-padian
Membentuk hemoglobin, nukleoprotein,
glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi
Karbohidrat Sebagai sumber energi Susu, padi-padian,
Membentuk glikogen dan lemak buah, sirup, tepung,
Membantu pembentukan asam amino sayuran
Lemak Sebagai sumber cadangan energi Susu, mentega, telur,
Melindungi pembuluh darah, saraf, dan organ- daging, ikan, minyak
organ tubuh sayur
Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar
Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K
Memperlambat proses pengosongan lambung

(Nelson, 1999)

Jenis Vitamin Fungsi Sumber


Penglihatan Susu, telur, buah,
Vitamin A Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel sayur, cod & halibut
Diferensiasi sel-sel epitel liver oil
Vitamin B
Thiamine Sebagai koenzim dalam metabolisme Padi-padian, ragi,
karbohidrat jeroan
Riboflavin Konduksi membran dan saraf Susu, telur, daging,
Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan kacang-kacangan
FMN
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
Niasin dehidrogenase Ikan tuna dan halibut,
Merupakan komponen dari hampir semua zat- daging, sereal gandum
zat pembawa elektron dalam sel hidup
Asam Berperan dalam berbagai proses metabolisme Kuning telur, susu,
Pantothenat Sebagai bagian dari koenzim A dan protein kacang-kacangan
Piridoksin pembawa asil Daging, ikan, tepung
Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan kedelai, ragi
Asam Folat piridiksamine fosfat Sayuran hijau,
Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam kacang-kacangan,
Kobalamin metabolisme asam amino, purin, dan nukleat telur, ikan
Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA Telur, susu
Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks Kacang-kacangan,
potensial tubuh sayuran hijau, buah-
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen buahan
Vitamin C Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor
neurotransmitter asetilkolin
Homeostasis kalsium dalam plasma Minyak ikan laut,
Mengatur sintesis protein yang mengatur kuning telur
Vitamin D transpor Ca
Pembentukan garam Ca di jaringan yang
membutuhkan
Sebagai antioksidan alam paling kuat Minyak biji-bijian,
Vitamin E
Berperan dalam metabolisme selenium buah, sayur, lemak
Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X Sayuran hijau, sereal,
Vitamin K Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat susu, telur
reaksi karboksilase pada hati

(Nelson, 1999)

Jenis Mineral Fungsi Sumber


Kalsium Membentuk struktur tulang dan gigi Susu, sayur hijau,
Membantu proses kontraksi otot dan kerja salmon, kerang
jantung
Membantu koagulasi darah Garam, daging, susu,
Klorida Membantu keseimbangan asam basa telur
Membentuk HCl lambung
Khromium Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin Ragi
Kobalt Merupakan komponen pembentuk molekul Tersebar luas
vitamin B12 dan eritropoietin
Tembaga Penting untuk produksi sel darah merah, Hati, tiram, daging,
transferin, dan hemoglobin ikan, butir padi,
Membantu penyerapan besi kacang
Fluorin Membentuk struktur gigi dan tulang Air, makanan laut
Iodium Merupakan komponen pembentuk hormon T3 Garam, makanan laut
dan T4
Besi Membentuk struktur hemoglobin, enzim Hati, daging, kuning
oksidatif, sitokrom C, dan katalase telur, sayuran hijau
Magnesium Membentuk struktur tulang dan gigi Biji-bijian, kacang,
Iritabilitas otot dan saraf daging, susu
Kation intraseluler
Mangan Berperan dalam aktivasi enzim Sayuran hijau, biji-
Metabolisme karbohidrat bijian
Molibdenum Komponen enzim santin oksidase Sayuran
Mobilisasi feritin dalam hati
Fosfor Membantu pembentukan tulang dan gigi Susu, kuning telur,
Struktur nukleus dan sitoplasma sel kacang-kacangan
Kalium Berperan dalam kontraksi otot Tersebar luas
Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh
Selenium Kofaktor glutation peroksidase Sayuran, daging
Sulfur Unsur pokok protein seluler Makanan berprotein
Berperan dalam pembentukan melanin
Natrium Berperan dalam menjaga tekanan osmotik Garam, susu, telur
Menjaga keseimbangan asam basa
Seng Unsur pokok enzim Daging, susu, kacang

(Nelson, 1999)

Makanan yang Mempengaruhi Kecerdasan


Mempunyai anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi merupakan dambaan setiap orang tua.
Untuk mendapatkan kecerdasan anak yang optimal sebaiknya orangtua memperhatikan
beberapa hal, yang pertama yaitu pemberian Asi eksklusif, kemudian kecukupan zat gizi,
lingkungan yang sehat dan nyaman serta suasana keluarga yang harmonis. Berikut ini adalah
7 makanan yang baik untuk kecerdasan anak :
*Ikan salmon yaitu sumber asam lemak omega-3-DHA and EPA- yang keduanya penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak anak.
*Telur, kuning telur padat kandungan kolin yaitu zat yang membantu perkembangan daya
ingat.
*Kacang tanah, merupakan sumber vitamin E. Vitamin ini membantu otak dan sistem saraf
dalam penggunaan glukosa untuk kebutuhan energi.
*Susu dan yoghurt, protein dan vitamin B tinggi yang terkandung di dalamnya sangat penting
untuk pertumbuhan jaringan otak, neurotransmitter dan enzim.
*Daging sapi tanpa lemak, selain mengandung zat besi daging sapi juga dapat memelihara daya
ingat dan kecerdasan anak.
*Gandum murni, serat pada gandum, dapat membantu mengatur pelepasam glukosa dalam
tubuh, selain itu juga mengandung vitamin B yang berfungsi memelihara kesehatan sistem
saraf. Gandum juga mempunyai kemampuan untuk mendukung kebutuhan sediaan glukosa
dari tubuh yang sifatnya konstan.
*Strawberry, cherry, blueberry. Buah-buahan ini kaya antioksidan kadar tinggi, khususnya
vitamin C. Biji dari buah berry kaya asam lemak omega-3 yang sangat penting untuk
kecerdasan otak. Secara umum, semakin kuat warnanya, semakin banyak nutrisinya.
(Hurlock, 2007)

Peranan dan Pengaruh Gizi dalam Perkembangan Inteligensi

Periode emas. Proses perkembangan otak anak terdiri dari serangkaian tahapan yang telah
dimulai sejak di dalam kandungan. Tepatnya, ketika kehamilan memasuki trimester ke-3.
Tahapan itu berlanjut setelah anak lahir dan perkembangan yang berlangsung hingga usia 2
tahun merupakan periode emas atau periode pacu tumbuh otak.
*Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%.
*Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%.
*Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%.
*Pada umur 10 mencapai 99%.

Faktor genetik hanya berperan 30-40% dalam menentukan perkembangan otak dan tingkat
kecerdasan anak. Selebihnya, yang berperan adalah faktor lingkungan, pemenuhan kebutuhan
berbagai zat gizi yang diperlukan untuk menunjang proses perkembangan otak anak.
DHA merupakan bahan baku pembentuk 60% asam lemak esensial otak, yang memiliki fungsi
penting, yaitu membentuk sel-sel saraf otak, melindungi serabut saraf otak, dan memelihara
fungsi otak serta indera penglihatan (terutama retina).
Dari berbagai kajian ilmiah menunjukkan bahwa kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan serta sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan
gejala lesu, lemah, letih, lalai dan cepat capai. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar,
olahraga dan produktifitas kerja serta menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
(Moersintowati, 2008)
Kebutuhan gizi anak remaja
Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992)
masa remaja berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15
tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas
fisik. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih
besar dibandingkan yang kurang aktif.
Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200
kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan
sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah: beras,
terigu dan hasil olahannya (mie, spagetti, macaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong),
jagung, gula, dan lain-lain.

*Protein
Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang
terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, karena memasuki masa pertumbuhan yang lebih cepat.
Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan
karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0gr/kgBB/hari. AKG
protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per
hari untuk laki-laki.

*Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muscular,
skeletal/kerangka dan perkembangan endokrin lebih besar dibandingkan masa anak dan
dewasa. Lebih dari 20% pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50% massa tulang dewasa
dicapai pada masa remaja.
AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan
dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil
olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain.

*Zat Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan
besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan
konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun.
Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi
selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi
dibandingkan laki-laki.
Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau dengan kehilangan besi yang meningkat,
akan mengalami anemia defisiensi besi.

*Seng (Zink)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk remaja
laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan serta
laki-laki.

*Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan
perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan
beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat
menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan
vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan tulang diperlukan
vitamin D yang cukup. Dan vitamin A, C dan E untuk pembentukan dan penggantian sel.

Kebutuhan Gizi Bayi


*Kalori
100-120 per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x
100 /120 = 800/960 kkal.
*Protein
1,5-2 gram per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya 8
x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4 gram.
*Karbohidrat
50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka
50%-nya = 400 : 4 = 100 gram.
*Lemak
20 persen dari total kalori. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 =
40 gram.
(Soekirman, 2000)
Kebutuhan gizi pada balita :
Beda orang dewasa dengan balita
*Gula & Garam
Jika anak sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam untuk balita
tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram. Porsi
makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Anak membutuhkan makanan sumber energi
yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil namun sering.
*Kebutuhan Energi & Nutrisi
Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak serta vitamin, mineral dan
serat wajib dikonsumsi anak setiap hari.
*Susu Pertumbuhan
Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting dikonsumsi balita. Sedikitnya balita
butuh 350 ml/12 oz per hari.
*Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 20-35% lemak, dan
sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan asupan energi sebanyak 100 kkal.
*Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak adalah lemak.
Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan margarin.
(Moersintowati, 2008)

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda atau
penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang
berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004).
Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang
mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi
kurang.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
*Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk
memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik
jumlah maupun mutu gizinya.
*Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat
menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang
dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
*Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan yang ada
diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar

1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri


Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Jika dilihat dari
tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
*Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit, lingkar
lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan
menggambarkan keadaan sekarang.
*Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linier
sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat menggambarkan
riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak
adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 2006).

a. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)


Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran
tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan
yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya
makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat
labil. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan
sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan
yang perlu mendapat perhatian.
Kelebihan indeks BB/U yaitu :
*Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
*Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
*Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).

Kelemahan dari indek BB/U adalah :


*Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema.
*Memerlukan data umur yang akurat.
*Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak pada saat
penimbangan.
*Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat.
Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti
barang dagangan (Supariasa, 2002).

b. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan
skeletal. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang
cukup lama.
Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :
*Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.
*Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak
mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 2002).

c. Indeks Massa Tubuh Menurut (IMT/U)


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah
dengan menentukan atau melihat. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat
mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan
menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.
Rumus IMT :

IMT = BB (kg) : (TB (m) x TB (m))

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri

Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku
(reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO
sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.

Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks IMT/U


a. Normal : -2 SD s/d 2 SD a. Normal : -2 SD s/d 2 SD a. Sangat gemuk : > 3 SD
b. Kurang : -3 SD s/d < -2 SD b. Pendek : -3 SD s/d < -2 SD b. Gemuk : > 2 SD s/d 3 SD
c. Sangat Kurang : < -3 SD c. Sangat pendek : < -3 SD c. Normal : -2 SD s/d 2 SD
d. Kurus : -3 SD s/d < -2 SD
e. Sangat kurus : < -3 SD

AKG Remaja

Uraian Perempuan Laki laki


13- 15 th 16 19 th 20 - 45 th 13 - 15 th 16 - 19 th 20 - 45 th
Energi (kcal) 2100 2000 2200 2400 2500 2800
Protein (g) 62 51 48 64 66 55
Kalsium (mg) 700 600 600 700 600 500
Besi (mg) 19 25 26 17 23 13
Vit. A (RE) 500 500 500 600 700 700
Vit. E (mg) 8 8 8 10 10 10
Vit B1 (mg) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2
Vit C (mg) 60 60 60 60 60 60
Folat (mg) 130 150 150 125 165 170
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Mengurus Anak dalam
Pandangan Islam
Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda
yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak harus dijaga
sebaik mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia yang memiliki
nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.
1. Anak mempunyai hak untuk hidup.
Allah berfirman:

Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan
rizqi kepadamu dan kepada mereka. ( QS. Al-Anam: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa
hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan
kepada kita bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun
sang anak, asalkan berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman
Allah (QS AI Baqarah: 233)











}233{

Artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik.
Seorang ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali ada alasan
yang dapat diterima oleh hukum Islam. Menyusui anak sampai dua tahun ini akan
menumbuhkan pengaruh positif terhadap sang anak baik secara fisik maupun secara jiwani.
3. Memberi Nama yang Baik
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam
memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir.
Kedua, mendidiknya dengan al-Quran dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak
dewasa.
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
sekalian, maka perbaguslah nama kalian. (HR.Abu Dawud)
Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi
nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.

1. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan aqiqah adalah; menyembelih kambing untuk (bayi) yang
baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan aqiqahnya. Disembelih
(aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits
dari Samurah ).

2. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia
senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan
para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah
kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti
mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu
mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini
dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang
sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera
menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada
anak-anaknya.

3. Memberi makan dan keperluan lainnya

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisan pun
berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;
Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan (tanggung jawab) memberi makan keluarganya.
( HR Abu Daud)

4. Memberi rizqi yang thayyib


Rasulullah s.a.w. bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik. HR Al Hakim.

5. Mendidik anak tentang agama


Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan
menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary ).
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; Wanita itu
bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun
apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah.

6. Mendidik anak untuk sholat


Rasulullah s.a.w. bersabda; Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan
gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka
(putra putri).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak berumur
tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan sholat, boleh
dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas atau
menyakitkan.

10. Mendidik anak tentang adab yang baik


Islam mengutamakan pendidikan mental. Taqwa itu ada disini, kata Rasulullah seraya
menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik
buruknya perilaku seseorang.

11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik


Berkata shahabat Aly r.a.; Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zaman yang berbeda dengan zamanmu.

12. Memberi pengajaran Al Quraan


Rasulullah s.a.w. bersabda;Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur aan
dan mengajarkannya.
Nabi s.a.w. bersabda; Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan. Adapun
yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Quraan) yang muhkamat, ilmu tentang
Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).

13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis


Rasulullah s.a.w. bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik. HR Al Hakim.

14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan


Rasulullah s.a.w. bersabda; Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu
lakukan. Sesungguhnya Allah SAW menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak akan
masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan. ( HR At Thabarany ).

15. Memberikan pengajaran ketrampilan


Rasulullah s.a.w. bersabda; Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan; Mengapa tidak kau ajarkan padanya (anak itu)
menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca? (HR An- Nasai).

16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar
menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi perilakunya
yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah membentak apalagi
memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah dengan penuh kasih
sayang nasehati dengan santun.
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini?
Nabi s.a.w. menjawab; Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan
memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )

17. Memberi kasih sayang


Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa
pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya
perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih
muda dan (bukan dari golongan kami) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.(HR At
Tirmidzi).

18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus
tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga,
tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga,
Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya,
sebagaimana firman-Nya, Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-
orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang
perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan
kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya. (QS. An-Nur:32)

19. Mengarahkan anak


Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih kawan,
teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan kepada anak
tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan orang-orang sholeh,
dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan ataupun teman yang
jelek.
Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mencari tahu setiap keadaan anak, menanyakan
tentang teman-temannya. Betapa banyak terjadi seorang anak yang jelek mengajak teman-
temannya untuk berbuat kemungkaran dan kerusakan, serta menghiasi perbuatan jelek dan dosa
di hadapan teman-temannya.
Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak
mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal itu
mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu saja
dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya Allah k
tidak menyukai kerusakan.
Inilah kiranya sebuah kewajiban yang tak boleh dilupakan oleh setiap orang tua.
Hendaknya orang tua mengingat sebuah ucapan yang dituturkan oleh Amr bin Qais Al-Mala`I:
Sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh. Maka apabila dia lebih mengutamakan untuk
duduk bersama orang-orang yang berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat.
Namun bila dia cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia rusak binasa. (Dinukil
dari Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, bab Hukmus Salaf alal Mar`i bi Qarinihi
wa Mamsyahu).
DAFTAR PUSTAKA

C Simon, et al. (2015) Pediatric Intellectual Disability. Medscape [diakses pada 3


September 2015] http://emedicine.medscape.com/article/289117-overview#showall
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma.
Pedoman penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke 5 (PPDGJ-V). 2005.
Departemen Kesehatan RI.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan Manajemen
Sekolah Khusus Tunanigra (SLB-C). (2008). Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pemeriksaan Kemampuan
Fungsional Penyandang Cacat untuk Sekolah dan Melamar Kerja. (2009). Jakarta.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta.
EGC.
Moersintowati. B, Narendra. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja edisi
1. Jakarta. Sagung Seto.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
Phyllis A. Balch CNC, Prescription for Nutritional Healing, Avery; a member of
PENGUIN GROUP (USA), INC. (2000) New York.
Toback C. Mental Retardation in Psichological Handbook: A guidline for pediatric health
care provider, 1st. Ed. Exterpa Medica Co. Singapore, p 100-109.

Anda mungkin juga menyukai