PENDAHULUAN
Sifat materi dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu sifat fisika dan
sifat kimia. Secara fisika, materi dapat digolongkan berdasarkan wujudnya, yaitu
padat, cair, dan gas. Sedangkan secara kimia, umumnya materi dapat digolongkan
menjadi unsure, senyawa, dan campuran. Kita dapat mengklasifikasikan zat menjadi
unsur dan senyawa. Unsur adalah zat yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat
yang lebih sederhana. Tiap unsur hanya dibentuk dari sejumlah tertentu suatu atom.
Sedangkan senyawa, tersusun dari dua atau lebih unsur. Jadi senyawa adalah zat
murni yang dapat terurai membentuk zat lain yang lebih sederhana. Setiap senyawa
mengandung dua atau lebih jenis atom.
Unsur logam dalam larutannya akan membentuk ion positif atau kation,
sedangkan unsur non logam akan membentuk ion negatif atau anion. Banyak
pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kualitatif. Ion ion dapat
diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Beberapa metode analisis
kualitatif modern menggunakan sifat fisika seperti warna, spektrum absorpsi,
spektrum emisi, atau medan magnet untuk mengidentifikasi ion pada tingkat
konsentrasi yang rendah. Namun demikian kita juga dapat menggunakan sifat fisika
dan kimia untuk mengembangkan suatu metode analisis kualitatif menggunakan alat
alat yang sederhana yang dipunyai hampir semua laboratorium. Sifat fisika yang
dapat diamati langsung seperti warna, bau, terbentuknya gelembung gas atau pun
endapan merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya. Berikut
menunjukkan beberapa ion yang berwarna.
Nama Unsur/Senyawa
Hijau Ni(II), Fe(II), Cr(III), Cu(II), Cr2O3, KMnO4
Cu(II), Co(II), HgO, HgI2, HgS, Sb2O3, CrO4, Cu2O,
Biru
K4Fe(CN)6, Cr2O7
Merah Pb3O4, As2O3
Merah jambu Mn(II), Co(II)
Fe(III), As2O3, HgO, CdS, PbI2, CrO4,
Kuning
K4Fe(CN)4.3H2O
Fe(III), PbO, CdO, Fe2O4, Ag3AsO4, SnS,
Coklat
Fe2O3,Fe(OH)3
PbS, CuS, CuO, HgS, FeS, MnO2, Co3O4, CoS, NiS,
Hitam
Ni3O3, Ag2S, C
Analisa kualitatif bertujuan menentukan adanya tidak unsur, radikal, ion atau
senyawa dalam zat atau campuran zat yang tidak diketahui atau sampel (contoh) ,
sedangkan untuk menentukan struktur molekul atau struktur kristal tidak termasuk
analisa kualitatif.
1. Analisa kualitatif semi mikro / mikro
Dapat dilakukan dalam bermacam-macam skala, dalam analisa makro dengan
skala 0,5 1 gr dan volume zat yang dipakai cukup 20 ml, dalam analisa
semimikro kuantitas zat dengan skala 0,1 0,05.
2. Metode analisa kualitatif
a. Analisa dengan reaksi kering, yakni proses penetapan kualitatif dilakukan
dalam keadaan kering.
1) Proses pemanasan, peristiwa sublimasi / pelelehan / penguraian yang
disertai perubahan warna dan disertai timbulnya gas dengan warna dan bau
yang khas.
2) Uji pipa tiup menggunakan nyala mereduksi dihasilkan dengan menaruh
pipa tepat diluar nyala, dengan meniup secara perlahan-lahan kearah
sampel.
3) Uji nyala, senyawa-senyawa logam tertentu diuapkan dalam nyala bunsen
tak terang dan memberikan warna yang karakteristik setiap logam dalam
nyala.
4) Uji spektroskopo, spektra nyala cara yang memisahkan cahaya atas zona-
zona komponenya dan mengidentifikasi kation yang ada oleh perangkat
zona yang khas.
5) Uji manik borak, menggunakan natrium borak Na2B4O7.10H2O dengan
bantuan kawat platinum tempat pelelehan natrium borak.
b. Analisa reaksi basah, analisa terjadi bisa dalam keadaan larutan
Suatu reaksi dinyatakan telah terjadi jika :
1) Terbentuknya endapan
2) Pembebasan gas
3) Perubahan warna
3. Test identifikasi
Test identifikasi dilakukan terhadap
a. Jenis sampel apakah senyawa anorganik atau organik.
b. Wujud sampel (cair, padat dan gas)
c. Rupa (bungkahan, powder, kristal, jika cair atau gas mengarah pada warna)
d. Warna
e. Test sifat zat yang hidrokopis
Zat yang hidrokopis dapat mengabsorpsi air dari udara, terjadi ikatan dengan
air yang ditandai perubahan wujud dari padat ke cair.
f. Test sifat asam dan basa
Zat atau senyawa dapat diidentifikasi sifat asam atau basa menggunakan :
1) Kertas lakmus
2) Kertas pH universal
3) pH meter
4) Indikator
4. Reaksi Uji Nyala
Warna-warna yang ada pada tabel berikut hanya merupakan panduan.
Hampir setiap orang yang melakukan uji nyala berbeda dalam mengamati dan
menjelaskan warna yang terjadi. Sebagai contoh, beberapa orang menggunakan
kata "merah" beberapa kali untuk menunjukkan beberapa warna yang bisa sangat
berbeda satu sama lain. Disamping itu, ada juga yang menggunakan kata seperti
"merah padam" atau "merah tua" atau "merah gelap", tapi tidak semua orang
mengetahui perbedaan antara kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan warna
ini.
Unsur Warna nyala
Li Merah
Na orange cemerlang terus menerus
K lilac (pink)
Rb merah (lembayung kemerah-merahan)
Cs biru lembayung
Ca orange-merah
Sr Merah
Ba hijau pucat
Cu biru-hijau (sering disertai percikan berwarna putih)
Pb putih keabu-abuan
METODA PERCOBAAN
3.1 Alat
1. Batang pengaduk
2. Botol semprot
3. Botol warna penyimpanan sample
4. Gelas kimia 250 mL, 500 mL
5. Kaca arloji
6. Kawat nikrom
7. Penjepit tabung
8. Pipet tetes
9. Plate tetes
10. Rak tabung reaksi
11. Tabung reaksi
3.2 Bahan
1. Sampel Anorganik (AS 26) 11. NaOH 1M
2. Sampel Organik (AS 16) 12. Etil alcohol
3. Aquadest 13. Acetone
4. HCl 2M 14. Benzene
5. HCl pekat 15. Eter
6. HNO3 2M 16. Kloroform
7. HNO3 pekat 17. Karbon tetraklorida
8. Aquaregia 18. H2O2
9. H2SO4 pekat 19. n-Heksan
10. H2SO4 1M
3.3 Prosedur Kerja
1. Identifikasi Sampel
1. Sampel yang disiapkan asisten terdiri dari sampel Anorganik dan Organik.
A. Dengan H2SO4
1. H2SO4 encer
1. Sampel (diberikan asisten) + 1 gr masuk ke dalam test tube.
2. Ditambahkan 0,5 mL H2SO4 1M, amati yang terjadi dan uji gas yang keluar
untuk gas tidak berwarna dan berwarna seperti table di bawah ini :
Jenis Gas Karakter unsur / senyawa yang ada
SO2 Bau merangsang dan dapat terjadi dari reaksi dengan H2SO4
encer bila memberi warna hijau berarti sulfit, tetapi endapan S
berarti tiosulfat.
CO2 Dapat mengeruhkan setetes Ba(OH)2 berarti adanya karbonat,
oksalat.
H2S Bau telur busuk, dengan kertas Pb asetat memberi warna
hitam dari S berarti adanya polisulfida.
HOAc Dapat memerahlan kertas lakmus, berarti adanya asetat.
NO2 Berwarna coklat, bau merangsang, dan dapat membirukan
kertas benzidina, berarti adanya nitrit.
Br2 Warna coklat, bau merangsang, dan dapat membirukan kertas
KI + kanji, berarti adanya hipobromit.
Cl2 Warn akuning, bau merangsang, membirukan kertas KI +
kanji berarti adnya hipoklorit.
2. H2SO4 pekat
1. Sampel (diberikan asisten) + 1 gr masuk ke dalam test tube.
2. Ditambahkan 0,5 mL H2SO4 1M, diamati yang terjadi dan diuji gas yang
keluar untuk gas tidak berwarna dan berwarna seperti table di bawah ini :
Jenis Gas Karakter unsur / senyawa yang ada
CO2 Dapat mengeruhkan setetes Ba(OH)2 berarti adanya karbonat,
oksalat.
H2S Bau telur busuk, dengan kertas Pb asetat memberi warna
hitam dari S berarti adanya polisulfida.
HOAc Dapat memerahlan kertas lakmus, berarti adanya asetat.
HCl Bau merangsang yang dapat dicirikan bila batang pengaduk
yang dibasahi HCl dicelupkan ke dalam NH4Cl berarti adanya
garam-garam klorida.
HF Bau merangsang, dalam keadaan dingin seperti berminyak,
bila dipanaskan mengeluarkan gas, berarti adanya garam-
garam florida atau silicon florida.
NO2 Berwarna coklat, bau merangsang, dan dapat membirukan
kertas benzidina, berarti adanya nitrit.
Br2 Warna coklat, bau merangsang, dan dapat membirukan kertas
KI + kanji, berarti adanya hipobromit.
Cl2 Warn akuning, bau merangsang, membirukan kertas KI +
kanji berarti adnya hipoklorit.
NO3 Bau merangsang, warna coklat, membirukan kertas KI + kanji
berarti adanya garam-garam nitrat.
ClO2 Gas kuning, dapat meledak berarti adanya garam-garam
klorat.
I2 Gas ungu, bau merangsang, memutihkan kertas lakmus,
membirukan kertas KI + kanji berarti adanya garam-garam
klorida.
B. Dengan NaOH
Selama hal dengan asam kuat, dengan basa kuat juga akan mendesak basa lemah
dan mengeluarkan gas yang dapat ditandai dari baunya.
Cara Kerja :
1. Sampel (diberikan asisten) + 1 gr masuk ke dalam test tube.
2. Tambahkan 0,5 mL NaOH 1M, amati apa yang terjadi dan uji gas yang
dihasilkan.
Jenis Gas Karakter unsur / senyawa yang ada
NH3 Gas tidak berwarna, bau merangsang, dapat merubah kertas lakmus
merah menjadi biru, dengan pereaksi Nessler menimbulkan warna
coklat.
2. Reaksi Nyala
Zat / senyawa dapat memberikan warna khas sesuai dengan unsur / logam
penyusunnya karena logam mempunyai jumlah elektron yang berbeda-beda,
sehingga valenso elektronnya berbeda pula. Eksitasi elektron pada elektron
valensi, akibat dirangsang oleh pembakaran dengan Bunsen, memberikan panjang
gelombang yang dicirkan oleh warna yang muncul. Warna dapat dilihat melalui
pembakaran zat / senyawa dengan kawat Ni-Cr, yang sebelum kawat Ni-Cr
dibersihkan dengan mencelupkan ke dalam larutan HCl. Spesifik panjang
gelombang atau warna dapat terlihat dengan bantuan kaca kobalt atau kaca biru
tua.
Cara Kerja :
1. Sampel yang sudah dilarutkan, diidentifikasi reaksi nyala.
2. Kawat Ni-Cr dicelupkan kedalam larutan HCl pekat.
3. Setelah dicelupkan, kawat Ni-Cr dicelupkan kedalam sampel.
4. Kemudian sampel dibakar menggunakan pembakar bunsen. Diamati warna
yang terjadi, dengan bantuan kaca kobalt/kaca biru tua.
5. Dilakukan secara bergantian pada setiap sampel yang diberikan asisten.
6. Dicatat hasil pengamatan pada jurnal, sesuai dengan kode sampel.
3. Pelarutan Sampel (Anorganik dan Organik)
HASIL PERCOBAAN
Serbuk
Anorganik Padat Abu-abu Tidak berbau
halus
Kuning
Organik Cair Kental Tidak berbau
jernih
Dengan Lakmus
Sampel Prosedur Hasil Foto
Ditambahkan Lakmus tetap biru
Anorganik dengan kertas (sampel bersifat
lakmus biru basa)
Terbentuk 2 fasa :
ditambah
Filtrat : putih
NaOH
Endapan : hitam
a. Sampel Anorganik : Kode AS.26
Pelarutan Sampel Anorganik
Bahan Prosedur Hasil Foto
Ditambah Terbentuk 2 fasa
aquadest, Atas : jernih
dikocok Bawah : endapan hitam
Terbentuk 2 fasa
Ditambah
Atas : coklat
HNO3 2M
Bawah : endapan hitam
Terbentuk 3 fasa
Ditambah HCl Atas : kuning muda
2M Tengah : endapan putih
Bawah : endapan hitam
Ditambah Berwarna kuning
HCl(p) Menghasilkan gas
Sampel
Ditambah Berwarna coklat
Anorganik
HNO3 pekat Menghasilkan endapan
Berwarna coklat
Ditambah Terdapat sedikit
benzen gelembung pada dasar
tabung reaksi
Sampel
Terbentuk 2 fasa
Organik
Ditambah eter Atas : coklat
Bawah : jernih
Terbentuk 2 fasa
Ditambah
Atas : coklat
kloroform
Bawah : kuning jernih
2. Identifikasi Rupa
Sampel Anorganik (52 IGF) : Padat
Sama seperti identifikasi wujud pada identifikasi rupa dapat dilihat dan
ditentukan secara visual sehingga sampel ini termasuk ke dalam rupa butiran.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Padat
Sama seperti identifikasi wujud pada identifikasi rupa dapat dilihat dan
ditentukan secara visual sehingga sampel ini termasuk ke dalam rupa serbuk.
3. Identifikasi Warna
Sampel Anorganik (52 IGF) : Berwarna coklat
Warna pada sampel anorganik cenderung berwarna coklat sehingga
kemungkinan unsurnya adalah Fe(III), As2O3, HgO, Cds, PbCL2, CrO4,
K4Fe(CN) 4.3H2O
Sampel Organik (Sirih Merah) : Berwarna
Pada sampek organik pada identifikasi warna ini hanya ada dua pilihan yaitu
berwarna dan tidak berwarna, sehingga sampel organik ini termasuk pada
berwarna.
4. Identifikasi Bau
Sampel Anorganik (52 IGF) : Tidak berbau
Pada sampel anorganik ini tidak tercium bau apapun.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Berbau khas sirih
Pada sampel organik ini sangat berbau tajam khas bau sirih.
5. Sifat Hidroskopis
Sampel Anorganik (52 IGF) : Negatif, tidak hidroskopis
Setelah sampel didiamkan pada kaca arloji setelah sekian lama + 90 menit,
sampel tidak hidroskopis.
6. H2SO4 encer
Sampel Anorganik (52 IGF) : Positif pada penentuan CO2
Pada saat pengujian dengan penambahan H2SO4 encer, terjadi reaksi saat uji
penentuan CO2, sehingga kemungkinan adanya karbonat atau oksalat.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Positif pada penentuan CO2
Pada saat pengujian dengan penambahan H2SO4 encer, terjadi reaksi saat uji
penentuan CO2, sehingga kemungkinan adanya karbonat atau oksalat.
7. H2SO4 pekat
Sampel Anorganik (52 IGF) : Positif pada penentuan CO2
Pada saat pengujian dengan penambahan H2SO4 pekat, terjadi reaksi saat uji
penentuan CO2, sehingga kemungkinan adanya karbonat atau oksalat.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Positif pada penentuan CO2
Pada saat pengujian dengan penambahan H2SO4 pekat, terjadi reaksi saat uji
penentuan CO2, sehingga kemungkinan adanya karbonat atau oksalat.
8. NaOH
Sampel Anorganik (52 IGF) : Negatif, tidak terbentuk reaksi
Pada saat pengujian dengan penambahan NaOH tidak terjadi reaksi, sehingga
negatif adanya NH3.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Negatif, tidak terbentuk reaksi
Pada saat pengujian dengan penambahan NaOH tidak terjadi reaksi, sehingga
negatif adanya NH3.
BAB VI
KESIMPULAN
Jadi, proses identifikasi sampel pada sampel anorganik dan organik didapat
hasil yang menunjukan identifikasi awal, sehingga dapat membantu mempermudah
pengujian ke tahap selanjutnya yaitu uji kation dan anionnya. Sehingga didapat hasil
seperti berikut :
1. Sampel Anorganik (52 IGF)
Jadi sampel Anorganik ini berwujud padat, berupa butiran, berwarna coklat,
tidak berabu, dan tidak hidroskopis. Pengujian dengan H2SO4 encer positif
CO2, H2SO4 pekat positif CO2, NaOH negatif NH3. Pelarutan larut dalam
Aqua Regia. Reaksi nyala menghasilkan warna jingga.
2. Sampel Organik (Sirih Merah)
Jadi sampel Organik ini berwujud padat, berupa serbuk, berwarna, tidak
berbau, dan tidak hidroskopis. Pelarutan larut dalam Aceton. Reaksi nyala
menghasilkan warna jingga.
BAB VII
PERTANYAAN DAN JAWABAN