Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan


Langkah awal sebelum melakukan analisis kimia adalah dengan melakukan
identifikasi sampel, serta pengamatan dilakukan dengan meliputi wujud, rupa, warna,
bau, sifat hidrokopis (organoleptik).

1.2 Tujuan Percobaan


Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang pengenalan suatu sampel
dari golongan senyawa organik atau anorganik serta melihat karakterisasi atau
pengelempokan sifat sampel yang dianalisis.

1.3 Manfaat Percobaan


Mahasiswa dapat mengetahui kemungkinan unsur/senyawa yang terkandung
dalam sampel yang diberikan oleh asisten dalam percobaan di modul ini. Mahasiswa
dapat mengetahui cara pengenalan sifat yang terdapat dalam suatu sampel.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Teori Modul

Identifikasi sampel merupakan langkah awal sebelum melakukan analisis


kimia untuk menetapkan jenis/karakter/golongan dari sampel yang akan dianalisis,
apakah dari senyawa anorganik/senyawa organik, sekaligus pula dapat menetapkan
metoda/prosedur kerja analisisnya.

Identifikasi meliputi pengamatan secara makro tentang wujud, rupa, warna,


baud an sifat hidroskopis. Dalam praktikum ini jenis atau golongan sampel adalah
sampel dari golongan anorganik misalnya mineral berasal dari batu-batuan, pasir,
tanah, dan air, sedangkan sampel organik misalnya dari alam seperti tumbuh-
tumbuhan, hewan, dan sintetis dari jenis polimer.

2.2 Teori Tambahan.

Sifat materi dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu sifat fisika dan
sifat kimia. Secara fisika, materi dapat digolongkan berdasarkan wujudnya, yaitu
padat, cair, dan gas. Sedangkan secara kimia, umumnya materi dapat digolongkan
menjadi unsure, senyawa, dan campuran. Kita dapat mengklasifikasikan zat menjadi
unsur dan senyawa. Unsur adalah zat yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat
yang lebih sederhana. Tiap unsur hanya dibentuk dari sejumlah tertentu suatu atom.
Sedangkan senyawa, tersusun dari dua atau lebih unsur. Jadi senyawa adalah zat
murni yang dapat terurai membentuk zat lain yang lebih sederhana. Setiap senyawa
mengandung dua atau lebih jenis atom.
Unsur logam dalam larutannya akan membentuk ion positif atau kation,
sedangkan unsur non logam akan membentuk ion negatif atau anion. Banyak
pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kualitatif. Ion ion dapat
diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Beberapa metode analisis
kualitatif modern menggunakan sifat fisika seperti warna, spektrum absorpsi,
spektrum emisi, atau medan magnet untuk mengidentifikasi ion pada tingkat
konsentrasi yang rendah. Namun demikian kita juga dapat menggunakan sifat fisika
dan kimia untuk mengembangkan suatu metode analisis kualitatif menggunakan alat
alat yang sederhana yang dipunyai hampir semua laboratorium. Sifat fisika yang
dapat diamati langsung seperti warna, bau, terbentuknya gelembung gas atau pun
endapan merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya. Berikut
menunjukkan beberapa ion yang berwarna.
Nama Unsur/Senyawa
Hijau Ni(II), Fe(II), Cr(III), Cu(II), Cr2O3, KMnO4
Cu(II), Co(II), HgO, HgI2, HgS, Sb2O3, CrO4, Cu2O,
Biru
K4Fe(CN)6, Cr2O7
Merah Pb3O4, As2O3
Merah jambu Mn(II), Co(II)
Fe(III), As2O3, HgO, CdS, PbI2, CrO4,
Kuning
K4Fe(CN)4.3H2O
Fe(III), PbO, CdO, Fe2O4, Ag3AsO4, SnS,
Coklat
Fe2O3,Fe(OH)3
PbS, CuS, CuO, HgS, FeS, MnO2, Co3O4, CoS, NiS,
Hitam
Ni3O3, Ag2S, C

Analisa kualitatif bertujuan menentukan adanya tidak unsur, radikal, ion atau
senyawa dalam zat atau campuran zat yang tidak diketahui atau sampel (contoh) ,
sedangkan untuk menentukan struktur molekul atau struktur kristal tidak termasuk
analisa kualitatif.
1. Analisa kualitatif semi mikro / mikro
Dapat dilakukan dalam bermacam-macam skala, dalam analisa makro dengan
skala 0,5 1 gr dan volume zat yang dipakai cukup 20 ml, dalam analisa
semimikro kuantitas zat dengan skala 0,1 0,05.
2. Metode analisa kualitatif
a. Analisa dengan reaksi kering, yakni proses penetapan kualitatif dilakukan
dalam keadaan kering.
1) Proses pemanasan, peristiwa sublimasi / pelelehan / penguraian yang
disertai perubahan warna dan disertai timbulnya gas dengan warna dan bau
yang khas.
2) Uji pipa tiup menggunakan nyala mereduksi dihasilkan dengan menaruh
pipa tepat diluar nyala, dengan meniup secara perlahan-lahan kearah
sampel.
3) Uji nyala, senyawa-senyawa logam tertentu diuapkan dalam nyala bunsen
tak terang dan memberikan warna yang karakteristik setiap logam dalam
nyala.
4) Uji spektroskopo, spektra nyala cara yang memisahkan cahaya atas zona-
zona komponenya dan mengidentifikasi kation yang ada oleh perangkat
zona yang khas.
5) Uji manik borak, menggunakan natrium borak Na2B4O7.10H2O dengan
bantuan kawat platinum tempat pelelehan natrium borak.
b. Analisa reaksi basah, analisa terjadi bisa dalam keadaan larutan
Suatu reaksi dinyatakan telah terjadi jika :
1) Terbentuknya endapan
2) Pembebasan gas
3) Perubahan warna
3. Test identifikasi
Test identifikasi dilakukan terhadap
a. Jenis sampel apakah senyawa anorganik atau organik.
b. Wujud sampel (cair, padat dan gas)
c. Rupa (bungkahan, powder, kristal, jika cair atau gas mengarah pada warna)
d. Warna
e. Test sifat zat yang hidrokopis
Zat yang hidrokopis dapat mengabsorpsi air dari udara, terjadi ikatan dengan
air yang ditandai perubahan wujud dari padat ke cair.
f. Test sifat asam dan basa
Zat atau senyawa dapat diidentifikasi sifat asam atau basa menggunakan :
1) Kertas lakmus
2) Kertas pH universal
3) pH meter
4) Indikator
4. Reaksi Uji Nyala
Warna-warna yang ada pada tabel berikut hanya merupakan panduan.
Hampir setiap orang yang melakukan uji nyala berbeda dalam mengamati dan
menjelaskan warna yang terjadi. Sebagai contoh, beberapa orang menggunakan
kata "merah" beberapa kali untuk menunjukkan beberapa warna yang bisa sangat
berbeda satu sama lain. Disamping itu, ada juga yang menggunakan kata seperti
"merah padam" atau "merah tua" atau "merah gelap", tapi tidak semua orang
mengetahui perbedaan antara kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan warna
ini.
Unsur Warna nyala
Li Merah
Na orange cemerlang terus menerus
K lilac (pink)
Rb merah (lembayung kemerah-merahan)
Cs biru lembayung
Ca orange-merah
Sr Merah
Ba hijau pucat
Cu biru-hijau (sering disertai percikan berwarna putih)
Pb putih keabu-abuan

Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam


yang terdapat dalam senyawa. Sebagai contoh, sebuah ion natrium dalam keadaan
tidak tereksitasi memiliki struktur 1s22s22p6. Jika dipanaskan, elektron-elektron
akan mendapatkan energi dan bisa berpindah ke orbital kosong manapun pada
level yang lebih tinggi sebagai contoh, berpindah ke orbital 7s atau 6p atau 4d
atau yang lainnya, tergantung pada berapa banyak energi yang diserap oleh
elektron tertentu dari nyala. Karena sekarang elektron-elektron berada pada level
yang lebih tinggi dan lebih tidak stabil dari segi energi, maka elektron-elektron
cenderung turun kembali ke level dimana sebelumnya mereka berada tapi tidak
musti sekaligus. Sebuah elektron yang telah tereksitasi dari level 2p ke sebuah
orbital pada level 7 misalnya, bisa turun kembali ke level 2p sekaligus.
Perpindahan ini akan melepaskan sejumlah energi yang dapat dilihat sebagai
cahaya dengan warna tertentu. Akan tetapi, elektron tersebut bisa turun sampai
dua tingkat (atau lebih) dari tingkat sebelumnya. Misalnya pada awalnya di level
5 kemudian turun sampai ke level 2. Masing-masing perpindahan elektron ini
melibatkan sejumlah energi tertentu yang dilepaskan sebagai energi cahaya, dan
masing-masing memiliki warna tertentu. Sebagai akibat dari semua perpindahan
elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna akan dihasilkan. Warna yang
anda lihat adalah kombinasi dari semua warna individual. Besarnya
lompatan/perpindahan elektron dari segi energi, bervariasi dari satu ion logam ke
ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan memiliki
pola garis-garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang berbeda pula.
BAB III

METODA PERCOBAAN

3.1 Alat

1. Batang pengaduk
2. Botol semprot
3. Botol warna penyimpanan sample
4. Gelas kimia 250 mL, 500 mL
5. Kaca arloji
6. Kawat nikrom
7. Penjepit tabung
8. Pipet tetes
9. Plate tetes
10. Rak tabung reaksi
11. Tabung reaksi

3.2 Bahan
1. Sampel Anorganik (AS 26) 11. NaOH 1M
2. Sampel Organik (AS 16) 12. Etil alcohol
3. Aquadest 13. Acetone
4. HCl 2M 14. Benzene
5. HCl pekat 15. Eter
6. HNO3 2M 16. Kloroform
7. HNO3 pekat 17. Karbon tetraklorida
8. Aquaregia 18. H2O2
9. H2SO4 pekat 19. n-Heksan
10. H2SO4 1M
3.3 Prosedur Kerja
1. Identifikasi Sampel

1. Sampel yang disiapkan asisten terdiri dari sampel Anorganik dan Organik.

2. Periksa kedua sampel ini secara makro terhadap :


a. Pengenalan Wujud : padat, cair, atau gas
b. Pengenalan Rupa : untuk padat ; bongkahan / flokul, butiran, serbuk halus,
untuk cair ; larutan, koloid
c. Pengenalan Warna :
1. Sampel Anorganik
Sampel padat, larutan, dan cair memberikan warna yang khas sesuai
dengan unsur penyusunnya, warnanya : berwarna dan bening.
Jika berwarna memberikan beberapa kemungkinan ada unsur seperti
berikut :

Warna Nyala Kemungkinan unsur / senyawa yang ada


Hijau Ni (II), Fe(II), Cr(III), Cu(II), Cr2O3, Hg2Cl2, KMnO4
Biru Cu(II), Co(II), HgO, HgL2, HgS, Sb2S3, CrO4, Cu2O,
K4Fe(CN) 6, Cr2O7
Merah Pb3O4, As22O3
Merah Jambu Mn(II), Co(II)
Kuning Fe(III), As2O3, HgO, Cds, PbCL2, CrO4, K4Fe(CN)
4.3H2O

Cokelat Fe(III), PbO, CdO, Fe2O4, Ag3AsO4, SnS, Fe2O3,


Fe(OH)3
Hitam PbS, CuS, CuO, HgS, FeS, MnO2, Co3O4, CoS, NiS,
NI3O3, Ag2S, C

2. Sampel organik : berwarna, tidak berwarna.


d. Pengenalan Bau : untuk anorganik / organik : berbau atau tidak berbau.
3. Pengenalan sifat zat yang Hidroskopis (anorganik dan organik)
a. Diambil beberapa bagian dari masing-masing sampel, disimpan dalam kaca
arloji, dibiarkan beberapa lama.
b. Dicatat waktu mulai mentimpannya dan mulai saat terjadi hidroskopis.
c. Dicari perbandingan waktu dari kedua sampel tersebut dan nyatakan mana
dari sampel tersebut yang sangat hidroskopis.
4. Pengenalan sifat asam dan basa (anorganik dan organik)
a. Dengan kertas lakmus
Sifat zat / senyawa dapat diperiksa sifat keasamannya dan kebasaannya
dengan menggunakan kertas lakmus. Amati apa yang terjadi dari kedua
sampel tersebut.
b. Dengan Asam Sufat
Asam Sulfat yang digunakan H2SO4 encer (1M) dan pekat. Asam Sulfat
adalah asam kuat, sebagai hasil reaksinya dengan asam lemah akan terdesak
keluar dan menghasilkan gas seperti :
CO3= + 2H+ H2CO3
H2CO3 H2O + CO2

A. Dengan H2SO4
1. H2SO4 encer
1. Sampel (diberikan asisten) + 1 gr masuk ke dalam test tube.
2. Ditambahkan 0,5 mL H2SO4 1M, amati yang terjadi dan uji gas yang keluar
untuk gas tidak berwarna dan berwarna seperti table di bawah ini :
Jenis Gas Karakter unsur / senyawa yang ada
SO2 Bau merangsang dan dapat terjadi dari reaksi dengan H2SO4
encer bila memberi warna hijau berarti sulfit, tetapi endapan S
berarti tiosulfat.
CO2 Dapat mengeruhkan setetes Ba(OH)2 berarti adanya karbonat,
oksalat.
H2S Bau telur busuk, dengan kertas Pb asetat memberi warna
hitam dari S berarti adanya polisulfida.
HOAc Dapat memerahlan kertas lakmus, berarti adanya asetat.
NO2 Berwarna coklat, bau merangsang, dan dapat membirukan
kertas benzidina, berarti adanya nitrit.
Br2 Warna coklat, bau merangsang, dan dapat membirukan kertas
KI + kanji, berarti adanya hipobromit.
Cl2 Warn akuning, bau merangsang, membirukan kertas KI +
kanji berarti adnya hipoklorit.

2. H2SO4 pekat
1. Sampel (diberikan asisten) + 1 gr masuk ke dalam test tube.
2. Ditambahkan 0,5 mL H2SO4 1M, diamati yang terjadi dan diuji gas yang
keluar untuk gas tidak berwarna dan berwarna seperti table di bawah ini :
Jenis Gas Karakter unsur / senyawa yang ada
CO2 Dapat mengeruhkan setetes Ba(OH)2 berarti adanya karbonat,
oksalat.
H2S Bau telur busuk, dengan kertas Pb asetat memberi warna
hitam dari S berarti adanya polisulfida.
HOAc Dapat memerahlan kertas lakmus, berarti adanya asetat.
HCl Bau merangsang yang dapat dicirikan bila batang pengaduk
yang dibasahi HCl dicelupkan ke dalam NH4Cl berarti adanya
garam-garam klorida.
HF Bau merangsang, dalam keadaan dingin seperti berminyak,
bila dipanaskan mengeluarkan gas, berarti adanya garam-
garam florida atau silicon florida.
NO2 Berwarna coklat, bau merangsang, dan dapat membirukan
kertas benzidina, berarti adanya nitrit.
Br2 Warna coklat, bau merangsang, dan dapat membirukan kertas
KI + kanji, berarti adanya hipobromit.
Cl2 Warn akuning, bau merangsang, membirukan kertas KI +
kanji berarti adnya hipoklorit.
NO3 Bau merangsang, warna coklat, membirukan kertas KI + kanji
berarti adanya garam-garam nitrat.
ClO2 Gas kuning, dapat meledak berarti adanya garam-garam
klorat.
I2 Gas ungu, bau merangsang, memutihkan kertas lakmus,
membirukan kertas KI + kanji berarti adanya garam-garam
klorida.

B. Dengan NaOH
Selama hal dengan asam kuat, dengan basa kuat juga akan mendesak basa lemah
dan mengeluarkan gas yang dapat ditandai dari baunya.

Cara Kerja :
1. Sampel (diberikan asisten) + 1 gr masuk ke dalam test tube.
2. Tambahkan 0,5 mL NaOH 1M, amati apa yang terjadi dan uji gas yang
dihasilkan.
Jenis Gas Karakter unsur / senyawa yang ada
NH3 Gas tidak berwarna, bau merangsang, dapat merubah kertas lakmus
merah menjadi biru, dengan pereaksi Nessler menimbulkan warna
coklat.

2. Reaksi Nyala
Zat / senyawa dapat memberikan warna khas sesuai dengan unsur / logam
penyusunnya karena logam mempunyai jumlah elektron yang berbeda-beda,
sehingga valenso elektronnya berbeda pula. Eksitasi elektron pada elektron
valensi, akibat dirangsang oleh pembakaran dengan Bunsen, memberikan panjang
gelombang yang dicirkan oleh warna yang muncul. Warna dapat dilihat melalui
pembakaran zat / senyawa dengan kawat Ni-Cr, yang sebelum kawat Ni-Cr
dibersihkan dengan mencelupkan ke dalam larutan HCl. Spesifik panjang
gelombang atau warna dapat terlihat dengan bantuan kaca kobalt atau kaca biru
tua.
Cara Kerja :
1. Sampel yang sudah dilarutkan, diidentifikasi reaksi nyala.
2. Kawat Ni-Cr dicelupkan kedalam larutan HCl pekat.
3. Setelah dicelupkan, kawat Ni-Cr dicelupkan kedalam sampel.
4. Kemudian sampel dibakar menggunakan pembakar bunsen. Diamati warna
yang terjadi, dengan bantuan kaca kobalt/kaca biru tua.
5. Dilakukan secara bergantian pada setiap sampel yang diberikan asisten.
6. Dicatat hasil pengamatan pada jurnal, sesuai dengan kode sampel.
3. Pelarutan Sampel (Anorganik dan Organik)

Untuk melarutkan sampel terutama sampel yang betul-betul belum diketahui


karakternya, dilakukan pelarut-pelarut berturut-turut (dengan sedikit zat). Untuk
senyawa anorganik dapat digunakan pelarut yang bersifat polar (air murni, HCl 2M,
HCl pekat, HNO3 2M, HNO3 pekat, dan Aquaregia (HNO3 pekat : HCl pekat 1:3))
dan senyawa organic digunakan pelarut yang bersifat non polar (etil alkohol, aceton,
benzene, eter, kloroform, dan karbon tetraklorida).

a. Untuk sampel senyawa anorganik


1. Disiapkan 6 buah test tube yang bersih, beri label.
2. Masing-masing test tube dimasukan sampel kira-kira 1 gr.
3. Ditambahkan ke masing-masing test tube 5 tetes berturut pelarut air murni,
HCl 2M, HCl pekat, HNO3 2M, HNO3 pekat, dan Aquaregia dan dikocok.
4. Dilanjutkan penambahan pelarut sampai volume 5 mL dan kocok.
5. Dibiarkan 30 menit, perhatikan mana yan terlarut sempurna (pelarut yang
melarutkan sampel dengan sempurna di pakai sebagai pelarut yang cocok
untuk pecobaan selanjutnya.

b. Untuk sampel senyawa organik


Preparatif awal
1. Sampel ditambahkan HNO3 pekat dan dikocok
2. Dibiarkan beberapa saat hingga membentuk dua fasa,

Pelarutan Sampel Organik


1. Diambil fasa atas dari prosedur preparatif awal , dipindahkan ke
wadah yang berbeda dan diberi label.
2. Test tube disiapkan sebanyak 6 buah, diberi label.
3. Sampel fasa atas dimasukan kedalam masing-masing test tube kira
kira 1 gram.
4. Ditambahkan ke masing masing test tube 5 tetes berturut turut
pelarut etanol, aceton, benzen, eter, kloroform, karbon tetra klorida,
dan kemudian dikocok.
5. Dilanjutkan penambahan pelarut hingga 5 mL dan dikocok.
6. Dibiarkan 30 menit, diperhatikan mana yang terlarut sempurna
(pelarut yang melarutkan sampel dengan sempurna dipakai sebagai
pelarut yang cocok)
7. Setelah didapat pelarut yang cocok,sampel sisa ditambahkan dengan
pelarut tersebut , dikocok hingga larut sempurna.
8. Diberi label identitas sampel dan disimpan.

Pelarutan Sampel Organik Logam


Diambil fasa bawah dari prosedur preparatif awal , dipindahkan ke wadah
yang berbeda dan diberi label.
BAB IV

HASIL PERCOBAAN

1.1 Identifikasi Sampel


Sampel Anorganik : AS 26
Sampel Organik : AS 16

Pemeriksaan Secara Makro


Wujud Rupa Warna Bau Foto

Serbuk
Anorganik Padat Abu-abu Tidak berbau
halus

Kuning
Organik Cair Kental Tidak berbau
jernih

Pemeriksaan Sifat Hidroskopis


Sifat Hidroskopis Foto

Anorganik Tidak Hidroskopis


Organik Tidak Hidroskopis

Dengan Lakmus
Sampel Prosedur Hasil Foto
Ditambahkan Lakmus tetap biru
Anorganik dengan kertas (sampel bersifat
lakmus biru basa)

Ditambahkan Lakmus tetap biru


Organik dengan kertas (sampel bersifat
lakmus biru basa)
Perlakuan Sampel Anorganik
Sampel Prosedur Hasil Foto
ditambah Terbentuk 2 fasa :
H2SO4 Filtrat : putih
encer Endapan : hitam
Tekanan gas lebih
ditambah
besar
H2SO4
Anorganik Tetap berwarna hitam
pekat
Baunya menyengat

Terbentuk 2 fasa :
ditambah
Filtrat : putih
NaOH
Endapan : hitam
a. Sampel Anorganik : Kode AS.26
Pelarutan Sampel Anorganik
Bahan Prosedur Hasil Foto
Ditambah Terbentuk 2 fasa
aquadest, Atas : jernih
dikocok Bawah : endapan hitam
Terbentuk 2 fasa
Ditambah
Atas : coklat
HNO3 2M
Bawah : endapan hitam
Terbentuk 3 fasa
Ditambah HCl Atas : kuning muda
2M Tengah : endapan putih
Bawah : endapan hitam
Ditambah Berwarna kuning
HCl(p) Menghasilkan gas
Sampel
Ditambah Berwarna coklat
Anorganik
HNO3 pekat Menghasilkan endapan

Lebih mudah larut


Ditambah
Berwarna kuning
aquaregia
Baunya menyengat
a. Sampel Organik : Kode AS.16
Pelarutan Sampel Organik
Bahan Prosedur Hasil Foto
Terbentuk 2 fasa
Ditambah
Atas : jernih
etanol
Bawah : coklat
Terbentuk 2 fasa
Ditambah
Atas : kuning keoranyean
aseton
Bawah : jernih

Berwarna coklat
Ditambah Terdapat sedikit
benzen gelembung pada dasar
tabung reaksi

Sampel
Terbentuk 2 fasa
Organik
Ditambah eter Atas : coklat
Bawah : jernih
Terbentuk 2 fasa
Ditambah
Atas : coklat
kloroform
Bawah : kuning jernih

Berwarna kuning muda


Larut
Ditambah CCl4
Berwarna kuning
Baunya menyengat
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Sampel


1. Identifikasi Wujud
Sampel Anorganik (52 IGF) : Padat
Identifikasi wujud dapat dilihat dan ditentukan secara visual sehingga sampel
ini termasuk ke dalam wujud padat.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Padat
Identifikasi wujud dapat dilihat dan ditentukan secara visual sehingga sampel
ini termasuk ke dalam wujud padat.

2. Identifikasi Rupa
Sampel Anorganik (52 IGF) : Padat
Sama seperti identifikasi wujud pada identifikasi rupa dapat dilihat dan
ditentukan secara visual sehingga sampel ini termasuk ke dalam rupa butiran.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Padat
Sama seperti identifikasi wujud pada identifikasi rupa dapat dilihat dan
ditentukan secara visual sehingga sampel ini termasuk ke dalam rupa serbuk.

3. Identifikasi Warna
Sampel Anorganik (52 IGF) : Berwarna coklat
Warna pada sampel anorganik cenderung berwarna coklat sehingga
kemungkinan unsurnya adalah Fe(III), As2O3, HgO, Cds, PbCL2, CrO4,
K4Fe(CN) 4.3H2O
Sampel Organik (Sirih Merah) : Berwarna
Pada sampek organik pada identifikasi warna ini hanya ada dua pilihan yaitu
berwarna dan tidak berwarna, sehingga sampel organik ini termasuk pada
berwarna.

4. Identifikasi Bau
Sampel Anorganik (52 IGF) : Tidak berbau
Pada sampel anorganik ini tidak tercium bau apapun.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Berbau khas sirih
Pada sampel organik ini sangat berbau tajam khas bau sirih.

5. Sifat Hidroskopis
Sampel Anorganik (52 IGF) : Negatif, tidak hidroskopis
Setelah sampel didiamkan pada kaca arloji setelah sekian lama + 90 menit,
sampel tidak hidroskopis.

Sampel Organik (Sirih Merah) : Negatif, tidak hidroskopis


Setelah sampel didiamkan pada kaca arloji setelah sekian lama + 90 menit,
sampel tidak hidroskopis.

6. H2SO4 encer
Sampel Anorganik (52 IGF) : Positif pada penentuan CO2
Pada saat pengujian dengan penambahan H2SO4 encer, terjadi reaksi saat uji
penentuan CO2, sehingga kemungkinan adanya karbonat atau oksalat.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Positif pada penentuan CO2
Pada saat pengujian dengan penambahan H2SO4 encer, terjadi reaksi saat uji
penentuan CO2, sehingga kemungkinan adanya karbonat atau oksalat.

7. H2SO4 pekat
Sampel Anorganik (52 IGF) : Positif pada penentuan CO2
Pada saat pengujian dengan penambahan H2SO4 pekat, terjadi reaksi saat uji
penentuan CO2, sehingga kemungkinan adanya karbonat atau oksalat.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Positif pada penentuan CO2
Pada saat pengujian dengan penambahan H2SO4 pekat, terjadi reaksi saat uji
penentuan CO2, sehingga kemungkinan adanya karbonat atau oksalat.

8. NaOH
Sampel Anorganik (52 IGF) : Negatif, tidak terbentuk reaksi
Pada saat pengujian dengan penambahan NaOH tidak terjadi reaksi, sehingga
negatif adanya NH3.
Sampel Organik (Sirih Merah) : Negatif, tidak terbentuk reaksi
Pada saat pengujian dengan penambahan NaOH tidak terjadi reaksi, sehingga
negatif adanya NH3.
BAB VI
KESIMPULAN

Jadi, proses identifikasi sampel pada sampel anorganik dan organik didapat
hasil yang menunjukan identifikasi awal, sehingga dapat membantu mempermudah
pengujian ke tahap selanjutnya yaitu uji kation dan anionnya. Sehingga didapat hasil
seperti berikut :
1. Sampel Anorganik (52 IGF)
Jadi sampel Anorganik ini berwujud padat, berupa butiran, berwarna coklat,
tidak berabu, dan tidak hidroskopis. Pengujian dengan H2SO4 encer positif
CO2, H2SO4 pekat positif CO2, NaOH negatif NH3. Pelarutan larut dalam
Aqua Regia. Reaksi nyala menghasilkan warna jingga.
2. Sampel Organik (Sirih Merah)
Jadi sampel Organik ini berwujud padat, berupa serbuk, berwarna, tidak
berbau, dan tidak hidroskopis. Pelarutan larut dalam Aceton. Reaksi nyala
menghasilkan warna jingga.
BAB VII
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Kenapa identifikasi sampel sangat penting dilakukan sebelum mengerjakan


analisa suatu sampel ?
Jawab :
Untuk menetapkan jenis/karakter/golongan dari sampel yang akan dianalisis,
apakah dari senyawa organik atau senyawa anorganik, sekaligus pula dapat
menetapkan metoda/prosedur kerja analisisnya.
2. Jelaskan kenapa unsur/ atom dan senyawa mempunyai warna yang khas ?
Jawab :
Warna pada unsur/atom itu disebabkan oleh interaksi elektron dalam senyawa
dari keadaan dasar (ground state) ke tingkat eksitasi dan kembali dari eksitasi
ketingkat dasar elektron memancarkan energi berupa sinar yang dapat
dilihat/diukur. Perbedaan tingkat eksitasi ini akan memberikan tingkat warna
yang berbeda atau panjang gelombang yang berbeda pula.
3. Kenapa dalam percobaan reaksi nyala dicelupkan terlebih dahulu dengan HCl
apakah warna Cl yang terlihat pada waktu memanaskan sampel ?
Jawab :
Dalam percobaan ini digunakan HCl untuk membersihkan kawat nikrom
karena HCl dapat melarutkan pengotor-pengotornya /zat pengganggu yang
mungkin menempel pada kawat nikrom sehingga pengotor tersebut akan
mudah menguap dari kawat, sehingga kawat benar-benar bersih. Pembakaran
HCl tidak memberikan warna sehingga tidak mempengaruhi atau
mengganggu warna nyala logam alkali dan alkali tanah ketika diamati. HCl
digunakan untuk membuat sampel menjadi kental sehingga mudah menempel
dalam kawat nikrom
4. Cari jenis asam kuat yang dapat digunakan sebagai pelarut senyawa organik ?
Jawab : HCl, HNO3, Aqua Regia
5. Cari jenis pelarut organik sebanyak mungkin, lengkapi karakternya
Jawab :
1. Nama bahaN : Gliserol (propana 1,2,3, triol)
Rumus : HOCH2CHCH2OHOH
Kadar : 98 %
BJ : 1,26 kg/lt
BM : 92,10 gr/mol

2. Nama bahan : Ethanol


Rumus : CH3CH2OH
Kadar :-
BJ : 0,790 kg/lt
BM : 46,07 gr/mol
Tanda pada kemasan : Highly Flammable

3. Nama baha : 1- butanol


Rumus : CH3CH2CH2CH2OH
Kadar : 99,5 %
BJ : 0,81 kg/lt
BM : 74,12 gr/mol
Tanda pada kemasan : Harmful
4. Nama bahan : Methanol
Rumus : CH3OH
Kadar : -
BJ : 0,79 kg/lt
BM : 32,04 gr/mol
Tanda pada kemasan : Highly Flammable, Toxic

5. Nama Bahan : Diethyl Ether


Rumus : CH3CH2OCH2CH3
Kadar :-
BJ : 0,71 kg/lt
BM : 74,12 gr/mol
Tanda pada kemasan : Harmful, Extremely Flammable

6. Nama Bahan : Ethyl Methyl Keton (butanon)


Rumus : CH3 CCH2CH3
||
O
Kadar : 99,5 %
BJ : 0,80 kg/lt
BM : 72,11 gr/mol
Tanda pada kemasan : Iritant, Highly Flammeble

7. Nama Bahan : Formaldehyde Solution


O
||
Rumus : HCH
Kadar : 37 %
BJ : 1,08 kg/lt
BM : 30,03 gr/mol
Tanda pada kemasan : Toxic

8. Nama Bahan : Toluene (Toluol)


Kadar : 99,5 %
BJ : 2,51 kg/lt
BM : 92,14 gr/mol
Tanda Pada kemasan : Harmful, Highly Flammeble

6. Apakah yang dimaksud preparatif sampel?


Jawab :
Preparatif sampel adalah menganalisa suatu sampel siap untuk dianalisa atau
diukur sesuai dengan metoda anlisa kimia yang digunakan
7. Kenapa sangat diperlukan preparatif sampel?
Jawab :
Bertujuan agar mempermudah kita dalam melakukan metooda analisis kimia yang
akan kita lakukan, dimana kondisi sampel yang akan di uji disesuaikan dengan
metoda yang akan kita gunakan melalui preparatif sampel ini
8. Wujud sampel harus disesuaikan dengan alat ukur yang dipakai, kenapa
demikian?
Jawab :
Agar hasil analisa menjadi lebih akurat serta alat tersebut dapat bekerja dengan
baik karena sudah berdasarkan standar yang ditentukan
9. Bagaimana merubah wujud sampel menjadi cair bila :
a. Sampel berwujud padat
b. Sampel berwujud cair
c. Sampel berwujud gas
Jawab :
d. Sampel berwujud padat
dilarutkan dengan pelarut yang sesuai.
e. Sampel berwujud cair
bisa langsung dianalisa, setelah dilakukan preparatif sesuai metoda analisa
yang akan digunakannya.
f. Sampel berwujud gas
melalui metoda kromatografi gas cair (KGC) yang digunakan dalam kimia
analitik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Muchtar, Rusvirman, Drs, MSc., PetunjukPraktikum Kimia Analitik I, Cimahi:


2015.
2. Svehla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai