A. LATAR BELAKANG
Asesmen pasien merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus dan
dinamis untuk mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologi, sosial,
riwayat kesehatan pasien; analisis informasi dan data termasuk hasil laboratorium dan
radiologi untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien, serta membuat
rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Memberikan pelayanan yang berkualitas bagi pasien
2. Tujuan Khusus :
a. Memahami pelayanan yang dicari pasien
b. Mengetahui jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
c. Menetapkan diagnosis
d. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya.
33.02.08 |1
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN
33.02.08 |2
BAB III
TATA LAKSANA
Isi minimal asesmen pasien rawat jalan adalah informasi atau data minimal
yang harus dikaji dari pasien rawat jalan
Isi minimal asesmen pasien rawat jalan Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru
mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) adalah sebagai berikut :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit, status psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau alergi
obat sebelumnya
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik serta skala nyeri
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan/atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik, dan
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan
Isi minimal asesmen pasien rawat inap adalah informasi atau data minimal
yang harus dikaji dari pasien rawat inap.
Isi minimal asesmen pasien rawat inap Rumah Sakit Umum daerah .........
mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
33.02.08 |7
269/MENKES/PER/III/2008 dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) adalah sebagai berikut :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit, status psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau aleri
obat sebelumnya
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik serta
e. Penilaian skala nyeri dan manajemennya
f. Penilaian resiko jatuh dan manajemennya
g. Diagnosis
h. Rencana penatalaksanaan dan rencana pulang (discharge plan)
i. Pengobatan dan/atau tindakan
j. Catatan observasi klinis yang terintegrasi dan hasil pengobatan
k. Ringkasan pulang (discharge summary)
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (informasi mengenai
penyakit, edukasi kepada pasien dan keluarga)
m. Persetujuan tindakan bila diperlukan
n. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
o. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
Asesmen awal medis dituangkan dalam formulir asesmen awal medis umum,
asesmen awal medis obstetri dan gynekologi, asesmen awal medis neonatal dan
asesmen awal medis perinatologi-NICU.
Setiap pasien yang direncanakan operasi dilakukan asesmen awal medis
terlebih dahulu oleh DPJP dan dokter spesialis Anestesi.
Asesmen awal keperawatan dituangkan dalam formulir asesmen awal
keperawatan umum, asesmen awal keperawatan anak, asesmen awal keperawatan
maternal, asesmen awal keperawatan neonatal, dan asesmen awal keperawatan
NICU.
E. ASESMEN NUTRISI
Informasi yang didapat pada asesmen awal melalui penerapan kriteria
skrining/penyaingan dapat memberi indikasi bahwa pasien membutuhkan asesmen
lebih lanjut atau lebih mendalam tentang status gizi. Asesmen lebih mendalam ini
mungkin penting untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan intervensi
nutrisional.
Asesmen Nutrisi terdiri dari :
a. Skrining Gizi untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan oleh
perawat pada saat asesmen rawat jalan maupun asesmen awal keperawatan
rawat inap.
b. Asesmen gizi oleh ahli gizi
Asesmen gizi oleh ahli gizi merupakan asesmen terhadap pasien rawat inap
yang telah dilakukan skrining nutrisi oleh perawat, dan direkomendasikan oleh
DPJP.
1) Ahli Gizi melakukan Asesmen Gizi untuk semua pasien baru yang telah
diskrining oleh perawat dalam waktu 2x24 jam.
Dewasa dengan metode MST (malnutrition Screening Tool) Modifikasi.
Ahli gizi melakukan asuhan gizi lengkap untuk pasien dewasa rawat
inap yang memiliki criteria MST 2 dan atau dengan penyakit
diabetes/penyakit ginjal kronik/ sirosis /PPOK/kanker/
33.02.08 | 10
stroke/pneumonia/ post operasi. Untuk pasien yang nilainya <2 akan
dilakukan asesmen ulang 7 hari kemudian.
Hasil asesmen dituangkan di Formulir asesmen gizi lanjut
Anak dengan metode Strong-Kids Modifikasi
Ahli gizi melakukan asuhan gizi lengkap untuk pasien anak rawat ianp
yang memiliki skor 0-3 (atas rekomendasi DPJP) dan skor 4-5 dan
atau dengan penyakit DM Tipe I/thypoid/nefrotik sindrom. Hasil
asesmen dituangkan di formulir Catatan asuhan gizi anak.
2. Ahli Gizi melakukan asuhan Gizi lengkap menggunakan ADIME :
a) Asesmen :
Pengukuran Antropometri
Biokimia
Keadaan Klinis/ Fisik
Riwayat Gizi
Pola makan pasien
b) Diagnosis Gizi
Diagnosis Gizi berdasarkan Problem, Etiologi, dan Sign
c) Intervensi Gizi
Ahli Gizi menentukan diet dan menghitung kebutuhan zat gizi pasien dan
melakuakn perencanaan intervensi lainnya seperti konsultasi gizi.
d) Monitoring dan Evaluasi
Hasil asuhan gizi dituangkan dalam formulir asesmen gizi lanjut dan
catatan asuhan gizi anak.
G. ASESMEN NYERI
Asesmen nyeri adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa nyeri pada
pasien di rumah sakit yang terdiri dari asesmen awal dan asesmen ulang nyeri.
Asesmen nyeri awal adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa sakit/
nyeri pada saat pasien dilayani pertama kali di rawat jalan, IGD, maupun rawat inap.
Asesmen nyeri ulang adalah suatu tindakan melakukan penilaian ulang rasa
sakit/ nyeri pada pasien yang telah dilakukan asesmen nyeri awal maupun yang
telah dilakukan pengelolaan nyeribaik baik di rawat jalan, IGD, rawat inap, rawat
khusus ICU, maupun Hemodialisa, sampai pasien terbebas dari rasa nyeri.
Pelaksanaan asesmen nyeri sesuai dengan Panduan Manajemen Nyeri :
33.02.08 | 12
a. Asesmen Awal Nyeri
1) Semua pasien yang diperiksa di Rumah Sakit Umum Daerah ......... baik
pasien aanak maupun dewasa, pasien yang ada di IGD, Instalasi Rawat
Jalan, Instalasi Rawat Inap, pasien yang akan operasi, pasien di ICU,
maupun Peresti harus dilakukan asesmen awal nyeri.
2) Asesmen awal nyeri dilakukan dengan cara anamnesa kepada pasien,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
3) Anamnesa terhadap keluhan nyeri pada pasien, hal-hal yang ditanyakan
pada pasien saat melakukan anamnesa adalah sebagai berikut :
Onset
Provocating (Penyebab)
Quality (Kualitas)
Region (Lokasi)
Severate (Skala)
b. Asesmen Ulang Nyeri
1) Asesmen ulang nyeri dilakukan kepada pasien yang telah dilaakukan
penanganan/ pengelolaan nyeri atau dilakukan tiap 30 menit s/d 1 jam
setelah pemberian obat nyeri.
2) Asesmen ulang nyeri dilakukan oleh perawat pada waktu :
Tiap shift
Pada saat pengukuran tanda-tanda vital pasien
1 jam setelah tatalaksana nyeri atau sesuai jenis dan onset obat.
Setelah pasien menjalani prosedur operasi/ tindakan lain yang
menimbulkan rasa sakit.
Sebelum transfer pasien antar ruang/ bagian
Sebelum pasien pulang dari Rumah Sakit
3) Untuk pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), dilakukan asesmen
ulang tiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat-obat intravena.
c. Penilaian rasa sakit/ nyeri dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sesuai
untuk masing-masing pasien.
d. Dokter/ perawat melakukan tindakan/ intervensi sesuai dengan derajat nyeri yang
diderita pasien.
e. Hasil asesmen nyeri awal didokumentasikan dalam rekam medis pasien, yaitu di
Formulir Asesmen Gawat Darurat, Asesmen Keperawatan, dan Asesmen Medis
pasien rawat inap, serta Asesmen medis rawat jalan, untuk asesmen ulang
33.02.08 | 13
nyeri, dicatat pada formulir Catatan Perkembangan PasienTerintegrasidan
grafik tanda vital.
f. Hasil asesmen nyeri diinformasikan kepada pasien/ keluarga dan
didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
g. Penilaian/ Pengukuran Nyeri
Untuk menilai nyeri ada beberapa cara/ tool yang dipakai untuk mengukur nyeri.
Dibawah ini skala nyeri yang digunakan di Rumah Sakit Umum daerah ......... :
Numeric Rating Scale (NRS) untuk pasien dewasa dan anak diatas usia 7
tahun dan dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri
yang dirasakan.
Wong Baker Faace Pain Scale (WBFPS) untuk pasien dewasa dan anak > 3
tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.
Face, Leg, ctivity, Cry, Consolability (FLACC) digunakan pada anak usia< 3
tahun yang belum dapat berkomunikasi, atau pada pasien NICU yang tidak
dalam pengaruh sedasi.
Critical Care Pain Observation Tools (CCPOT) digunakan pada pasien yang
dalam pengarug sedasi/ tidak sadar dan pasien yang dirawat di ICU dengan
menggunakan ventilator
33.02.08 | 14
2. Lanjut Usia yang Lemah/ geriatri
Terdapat beberapa penyebab mengapa penderita geriatrik berbeda dengan
penderita golongan populasi lain, yaitu :
Terjadi berbagai perubahan pada semua orang yang mencapai usia lanjut
yang tidak disebabkan oleh proses penyakit. Penurunan daya ingat ringan,
penurunan pendengaran dan penglihatan bulkanlah suatau penyakit.
Terjadi akumulasi proses patologik kronik yang biasanya bersifat degeneratif.
Semakin banyak gejala sisa penyakit degeneratif ini akan memperberat
penyakit lain.
Berbagai keadaan sosial ekonomi lingkungan sering tidak membantu
kesehatan dan kesejahteraan pasien lanjut usia. Penurunan kemampuan fisik
dengan lanjutnya usia akan menurunkan kemampuan ekonomi yang secara
berkesinambungan akan membatasi gerak sosial. Keterbatasan sosial-
ekonomi tersebut berhubungan pula dengan kesulitan dalam memperoleh
lingkungan yang memadai.
Penyakit iatrogenik, atau penyakit akibat obat-obatan. Berbagai penyakit yang
diderita oleh orang lanjut usia sering menyebabkan pasien minum obat dalam
jumlah banyak. Perubahan efek farmakodinamik dan farmakokinetik obat di
dalam tubuh juga memegang peranan terjadinya penyakit iatrogenik tersebut.
Penyakit atau episode akut baik fisik (infeksi, infark jantung, trauma) maupun
psikologik (kematian pasangan hidup) merupakan keadaan yang akan
memperberat berbagai keadaan di atas dan seringkali menyebabkan
kematian.
33.02.08 | 15
1) Identitas Pasien
Nama, alamat, umur, perkawinan, anak (jumlah, jenis kelamin, dan berapa
yang masih tinggal bersama pasien), pekerjaan, keadaan sosial ekonomi.
Termasuk dalam bagian ini adalah anamnesa mengenai faktor resiko sakit
yaitu usia sangat lanjut (>70 tahun), duda hidup sendiri, baru kematian
orang terdekat, baru sembuh dari sakit/ pulang opname, gangguan mental
nyata, menderita penyakit progresif, gangguan mobilitas, dan lain-lain.
2) Anamnesa tentang obat, baik sebelum sakit ini atau yang diminum di
rumah, baik yang berasal dari resep dokter atau yang dibeli bebas
(termasuk jamu-jamuan).
3) Penilaian sistem
Bagian ini berbeda dengan anamnesa pasien golongan umur lain, karena
tidak berdasarkan model medik (tergantung pada keluhan utama). Pada
usia lanjut, keluhan tidak selalu menggambarkan penyakit yang
diderita,seringkali justru memberikan keluhan yang tidak khas. Penilaian
sistem dilakukan secara urut, mulai dari sistema syaraf pusat, saluran
nafas atas dan bawah seterusnya sampai kulit integumen, dan lain-lain.
33.02.08 | 16
Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital (seperti pada
golongan umur lain), rinciannya terdapat beberapa perbedaan, yaitu :
Pemeriksaan tekanan darah, harus dilaksanakan dalam keadaan tidur,
duduk, dan berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk
melihat kemungkinan terdapatnya hipotensi ortostatik.Kemungkinan
hipertensi palsu juga harus dicari.
2) Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. Pemeriksaan organ dan sistem ini
perlu disesuaikan dengan tingkat kemampuan pemeriksa. Pada
pelaksanaannya dilakukan pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada
anamnesa penilaian sistem yaitu :
- Pemeriksaan syaraf kepala
- Pemeriksaan panca indera, saluran mafas atas, gigi mulut.
- Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis.
- Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung, dan seterusnya sampai
pada pemeriksaan ekstremitas, refleks- refleks, kulit- integumen.
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan tambahan rutin untuk usia lanjut meliputi :
- Foto thoraks, EKG
- Laboratorium :
Darah rutin/ feses rutin
Gula darah, lipid, fungsi hati, fungsi ginjal
Fungsi tiroid (T3,T4,TSH)
Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau
diperlukan tindakan diagnostik lain, dapat dilakukan konsultasi/ rujukan
kepada disiplin lain.
Pemeriksaan fungsi
Pelaksanaan pengkajian fungsi fisik dan psikis pasien dibagi beberapa jenis,
yaitu
1) Aktivitas hidup sehari-hari (AHS dasar), yang hanya memerlukan
kemampuan tubuh untuk berfungsi sederhana, misalnya bangun dari
tempat tidur, berpakaian, ke kamar mandi/ WC
2) Aktivitas hidup sehari-hari instrumental (AHS instrumental), yang selain
memerlukan kemampuan dasar, juga memerlukan berbagai koordinasi
33.02.08 | 17
kemampuan otot, susunan syaraf yang lebih rumit, juga kemampuan
berbagai organ kognitif lain.
3) Kemampuan mental dan kognitif, terutama menyangkut fungsi intelek,
memori lama dan memori tentang hal-hal yang baru saja terjadi.
Dari pengkajian ketiga fungsi tersebut dapat ditentukan tiga tingkat
kemampuan dari seorang penderita lanjut usia, yaitu :
- Kemampuan untuk melakukan kegiatan tersebut diatas tanpa bantuan
orang lain.
- Kemampuan untuk melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan.
- Sama sekali tidak mampu untuk melakukan kegiatan diatas tanpa
bantuan orang lain.
Asesmen Lingkungan
Asesmen lingkungan dengan menanyakan berbagai hal mengenai keadaan
rumah, adanya hambatan, halangan bagi mobilitas pasien, keadaan
penerangan di kamar mandi, dan lain sebagainya.
Daftar Masalah
Daftar masalah berisi kesimpulan berbagai hasil pengkajian yang telah
dikerjakan.Daftar masalah ini kemudian dikembangkan untuk
penatalaksanaan pasien.
Asesmen tambahan lain yang diperlukan bertujuan untuk melindungi pasien
geriatri dari tindak kekerasan
Hasil asesmen medis awal pasien geriatri dicatat dalam formulir asesmen
medis umum, asesmen keperawatan dicatat dalam formulir asesmen keperawatan
umum.
3. Wanita dalam proses melahirkan
Melahirkan/ bersalin adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus. Wanita dalam proses persalinan memerlukan modifikasi
asesmen yang meliputi :
Anamnesa
1) Riwayat perkawinan
2) Riwayat menstruasi
3) Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
4) Riwayat kehamilan sekarang : HPHT, KB, ANC
5) Riwayat pemakaian obat/ jamu
33.02.08 | 18
Pemeriksaan fisik umum : keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan fisik head
to toe
Pemeriksaan khusus :
1) Inspeksi perut
2) Palpasi TFU, TBJ, Leopold I-IV, His
3) DJJ
4) Genitalia : Vulva dan Vagina, kulit ketuban, pembukaan serviks,
penurunan kepala
Hasil asesmen medis pasien dalam proses melahirkan dicatat dalam formulir
asesmen medis Obstetri & Kebidanan, asesmen keperawatan dicatat dalam formulir
asesmen keperawatan khusus kebidanan, perkembangan persalinan dicatat dalam
partograf.
4. Pasien Tahap Terminal
Pasien tahap terminal adalah pasien yang mengalami sakit yang secara
medis tidak mempunyai harapan untuk sembuh atau dekat dengan proses kematian.
Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu
juga berbeda. Pada kondisi terminal pasien harus tetap menerima pelayanan sesuai
haknya yaitu : hak diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai ajal, hak
menerima perhatian dalam pengobatan dan perawatan yang berkesinambungan,
hak untuk bebas dari rasa sakit, hak untuk meninggal dengan damai dan
bermartabat, hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medisuntuk keluarga
yang ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya. Untuk pasien tahap
terminalperlu modifikasi asesmen berupa pengkajian yang lebih sering atau
pengkajian tambahan yang memperhatikan :
Kondisi klinis pasien : keluhan pasien, tanda vital
Kondisi Psikososial Pasien
Kebutuhan pendampingan spiritual pasien dan atau keluarga
Pelaksanaan Asesmen untuk Pasien Tahap Terminal mengacu kepada
Panduan Pelayanan Pasien Tahap Terminal.
Hasil asesmen pasien terminal dituliskan di Catatan Perkembangan
Terintegrasi.
33.02.08 | 19
I. ASESMEN KHUSUS
Pada proses asesmen awal selain mengidentifikasi kebutuhan utama
seringkali ditemukan kondisi-kondisi lain yang membutuhkan pengkajian khusus
bidang lain lebih lanjut seperti gigi, pendengaran, mata dan lainnya. Untuk
menfasilitasi kebutuhan asesmen lebih lanjut kondisi-kondisi khusus ini
dikembangkan sistem rujukan dengan mengacu kepada panduan sistem rujukan
rumah sakit yang sudah ada, pasien dirujuk di dalam atau keluar rumah sakit.
Asesmen khusus yang dilakukan di dalam rumah sakit dicatat dalam formulir
konsultasi (untuk rujukan intern rumah sakit) dan formulir rujukan (untuk rujukan
antar rumah sakit) dan dicatat dalam rekam medis.
33.02.08 | 21
4) Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh,baik kondisi fisik, mental,
emosional, spiritual dengan mempertimbangkan juga aspek sosial, budaya
dan finansial pasien
5) Kriteria pasien yang diperbolehkan pulang sesuai dengan asesmen ulang
rawat inap tentang asesmen pemulangan yaitu :
a) Status fungsional : pasien dapat menerima diet tanpa mual muntah
setidaknya 12 jam sebelum dipulangkan,mampu melakukan aktivitas
sehari hari secara mandiri atau aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan
bantuan pengasuh/keluarga tanpa bantuan tenaga profesional, mampu
BAB/BAK tanpa hambatan setidaknya 12 jam sebelum pemulangan
pasien.
b) Tanda tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu dalam batas
normal.
6) Tentukan tempat perawatan selanjutnya setelah pasien dipulangkan dari
rumah sakit sesuai kondisi dan kebutuhan pasien, seperti :
a) Perawatan di rumah dengan menggunakan peralatan tambahan untuk
penunjang perawatan pasien.
b) Perawatan di rumah tanpa perawatan khusus
c) Perawatan di rumah dengan pendampingan perawat/ carer
d) Rumah sakit/fasilitas perawatan jangka panjang
e) Panti jompo
7) Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai maka pasien tidak dapat
dipulangkan.
8) Identifikasi pasien yang memerlukan perawatan khusus seperti perawatan
kebersihan diri, nutrisi dan diskusikan dengan keluarga cara memenuhinya
dan berikan dukungan tambahan.
9) Diskusikan dengan pasien dan keluarga kesepakatan mengenai rencana
keperawatan yang harus dilakukan selanjutnya.
10) Mengatur proses pemulangan pasien.
11) Memastikan bahwa pasien dan keluarga telah memperoleh informasi secara
adekuat/lengkap.
12) Untuk pasien yang menghendaki pulang atas permitaan sendiri /APS harus
diberi penjelasan mengenai resiko yang dapat timbul akibat pulang atas
permintaan sendiri.
33.02.08 | 22
13) Ringkasan/ resume discharge planning pasien berisi :
a) Alasan dirawat, diagnosa, komorbiditas.
b) Tindakan/ prosedur untuk diagnosa atau therapi.
c) Ringkasan riwayat dan pemeriksaan fisik.
d) Hasil laboratorium, Rongent ( yang penting/berhubungan ).
e) Therapi/ pengobatan.
f) Keadaan pulang.
g) Anjuran, seperti waktu kontrol, perawatan selanjutnya.
h) Nomor kontak yang dapat dihubungi apabila terjadi kondisi emergensi/
muncul masalah medis pasien.
K. ASESMEN ULANG/REASESMEN
Perjalanan suatu penyakit merupakan suatu proses yang seringkali tidak dapat
diprediksi. Perbedaan antar individu dan antar penyakit menjadi hal-hal yang
menyebabkan suatu penyakit sulit untuk diprediksi perkembangannya. Perjalanan
penyakit ke arah perbaikan dan kesembuhan merupakan harapan yang ingin
diwujudkan oleh pasien, keluarga dan petugas medis yang memberikan pelayanan
kesehatan.
Pemantauan terhadap proses ini hendaknya harus dilakukan seoptimal mungkin
sesuai dengan situasi dan kondisi pasien. Pemantauan ini dijalankan dengan
melakukan asesmen ulang/reasesmen.
Reasesmen oleh para pemberi pelayanan kesehatan adalah kunci untuk
memahami apakah keputusan pelayanan sudah tepat dan efektif. Pasien dilakukan
reasesmen selama proses pelayanan pada intervaltertentu sesuai dengan
kebutuhan dan rencana pelayanan atau sesuai dengan kebijakan dan prosedur
Reasesmen oleh dokter adalah terintegrasi dalam proses pelayanan pasien.
Dokter melakukan reasesmen setiap hari, termasuk akhir minggu dan bila ada
perubahan signifikan pada kondisi pasien.
Beberapa hal yang hendaknya dijadikan panduan umum dalam melakukan
reasesmen adalah sebagai berikut;
1. Dilakukan dalam interval yang reguler selama pelayanan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang ada
Dokter melakukan reasesmen dengan visite rutin setiap hari pada seluruh
kasus baik akut maupun tidak
33.02.08 | 23
Perawat mencatat perkembangan pasien secara periodik, setiap
pergantian shift atau sesuai kebutuhan dan keadaan pasien
2. Dilakukan sebagai respon apabila terjadi perubahan kondisi pasien yang
signifikan
3. Dilakukan bila diagnosa pasien berubah dan kebutuhan asuhan memerlukan
perubahan encana
4. Dilakukan untukmenetapkan keberhasilan obat dan hasil pengobatan sehingga
pasien dapat dipindahkan atau keluar rumah sakit
5. Temuan dari semua asesmen di luar rumah sakit harus dinilai ulang dan
diverifikasi pada saatpasien diterima sebagai pasien rawat inap
6. Reasesmen harus didokumentasikan di dalam rekam medis.
a. Medis
Petugas medis yang melakukan reasesmen adalah DPJP, Dokter Spesialis lain
yang melakukan perawatan bersama DPJP
Interval waktu reasesmen adalah setiap hari termasuk hari libur, kecuali dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang melakukan perawatan bersama
DPJP setiap 3 hari, atau disesuaikan dengan kondisi pasien.
Hasil reasesmen dicatat dalam Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi.
Penulisan reasesmen dengan SOAP
b. Keperawatan
Petugas keperawatan yang melakkan reasesmen adalah Perawat/ bidan
Interval waktu pelaksaan reasesmen adalah setiap shift, kecuali karena kondisi
pasien reasesmen dapat dilakukan lebih sering (ada keluhan pasien, ada
perubahan kondisi pasien, sehabis melakukan tindakan)
33.02.08 | 24
Reasesmen oleh perawat dicatat dalam Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi.
Penulisan reasesmen dengan SOAP
c. Asesmen lanjut oleh tenaga medis lain
Ahli Gizi
Interval waktu reasesmen adalah setiap hari
Penulisan dengan ADIME
Hasil asesmen awal setelah skrining oleh perawat dicatat di Formulir Skrining
Gizi dan Asuhan Gizi
Hasil reasesmen dicatat dalam Formulir Catatan Perkembangan Terintegrasi.
Petugas Keterapian Fisik
Interval waktu reasesmen adalah setiap hari
Penulisan dengan SOAP
Hasil reasesmen dicatat dalam Formulir Catatan Perkembangan pasien
Terintegrasi..
33.02.08 | 25
i. NICU: dokter dan perawat yang telah mendapat pelatihan NICU/Resusitasi
Neonatus dengan sertifikat yang masih berlaku
j. ICU: dokter dan perawat yang telah mendapat pelatihan IC dengan sertifikat
yang masih berlaku
33.02.08 | 26
BAB IV
DOKUMENTASI
33.02.08 | 27