Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 ANATOMI DAN HISTOLOGI OVARIUM

Ovarium merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita,


yang berlokasi pada pelvis yang menyokong uterus menutupi
dinding lateral pelvis, di belakang ligament dan bagian anterior dari
rektum. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga
pelvis. Selama masa reproduksi ovarium mempunyai ukuran 4 x 2,5
x 1,5 cm.

Gambar 1. Anatomi ovarium Cited at 20-3-2010 (dikutip dari hhtp ://


www.detak.org/about cancer.php)

Gambar 2. Alat reproduksi wanita ( dikutip dari : Junqueira LC, et al, In


: Basic Histology, Text & Atlas, 11th ed. Mc graw LANGE 2005)

7
Ovarium dilapisi oleh satu lapisan yang merupakan
modifikasi macam-macam mesotelium yang dikenal sebagai epitel
permukaan dan germinal. Stroma ovarium dibagi dalam region
kortikal dan medullari, tapi batas keduanya tidak jelas. Stroma
terdiri dari sel-sel spindel menyerupai fibroblast, biasanya tersusun
berupa whorls atau storiform pattern. Sel-sel terdiri atas
cytoplasmic lipid dan dikelilingi oleh suatu serat retikulin.
Beberapa sel menyerupai gambaran seperti miofibroblastik dan
immunoreaktif dengan smooth muscle actin (SMA) dan desmin.
Bagian korteks dilapisi suatu lapisan biasanya ditutupi oleh
jaringan ikat kolagen yang aseluler. Folikel mempunyai tingkatan
maturasi yang bervariasi di luar korteks. Setiap siklus menstruasi,
satu folikel akan berkembang menjadi suatu folikel grafian, yang
mana akan berubah menjadi korpus luteum selama ovulasi.
Medula ovarium disusun oleh jaringan mesenkim yang longgar
dan terdiri dari kedua duktus (rete ovarii) dan small clusters yang
bulat, sel epiteloid yang mengelilingi pembuluh darah dan
pembuluh saraf. Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu :
1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan.

2. Memproduksi hormon estrogen dan progesterone.

Pembuluh darah limfe ovarium mengalir ke saluran yang lebih


besar membentuk pleksus pada hilus, dimana akan mengalir
melewati mesovarium ke nodus para aortik, aliran lain ke iliaka
interna, iliaka eksterna, interaorta, iliaka pada umumnya dan nodus
inguinal.

8
Gambar 3. Skema siklus ovulasi (dikutip dari KossDiagnoctic
Cytology and Its Histopathologi Bases)

Gambar 4. Folikel Grafian (dikutip KossDiagnostic Cytology and Its


Histopathologic Bases)

Gambar 5. Korpus Luteum (dikutip dari Koss Diagnostic Cytology and


Its Histopathologic Bases)

9
2.2 Kanker Ovarium
Karsinoma ovarium sering mengenai wanita usia di atas 40
tahun, rata-rata terdiagnosa usia 58 tahun. Angka kelangsungan
hidup 5 tahun sekitar 40% dan tergantung pada stadium.
Bervariasinya epidemiologi akan meningkatkan faktor resiko
obstetrik, endokrin, dan ginekologi menimbulkan kesulitan, dan
tidak menghasilkan kesimpulan (Runnebaum dan Stickeler, 2001).3
Munculnya limfosit sel T intratumoral berhubungan dengan
kelngsungan hidup yang lebih baik (Zhang et al, 2003).
Keberadaan limfosit dalam tumor dihubungkan dengan
sitotoksik T limfosit (CTL), karena CTL adalah mekanisme
pertahanan utama terhadap tumor. Limfosit yang tergolong CTL ini
berusaha untuk melawan baik antigen yang spesifik untuk tumor
(tumor specific antigen (TSA)) maupun antigen yang berhubungan
dengan tumor (tumor association antigen (TAA)). Namun perlu
dipertimbangkan apakah limfosit ini tidak digolongkan pada sel
Treg (Treg cell) Berbeda dengan limfosit dalam penelitian ini, sel
Treg bersifat membantu melindungi sel tumor. Limfosit Treg
memberi pertanda CD4+, CD25+ dan FOXP3+. Berdasarkan
keterangan di atas perlu pemikiran lebih lanjut, mengenai sifat
imunohistokimia dari limfosit yang berada dalam massa tumor

2.2.1 ETIOLOGI
Penyebab dari karsinoma ovarium saat ini belum diketahui
secara pasti,namun berhubungan dengan faktor lingkungan termasuk
paparan dengan makanan,virus,dan bahan-bahan industri

2.2.2 FAKTOR RESIKO


Ada beberapa faktor resiko seseorang wanita yang mengalami
keganasan pada ovarium. Diantaranya adalah nulliparitas, riwayat
keluarga, kontrasepsi oral dan adanya mutasi yang diwariskan

10
memegang peranan penting dalam perkembangan tumor ini.
Gonadal dysgenesis pada anak-anak berhubungan dengan faktor
resiko kanker ovarium

2.2.3 PATOGENESIS

Gen BRCA1 dan BRCA2


Pada karsinoma ovarium ditemukan dua gen yang
bertanggung jawab pada 2/3 familial atau 5% secara keseluruhan ,
yaitu gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17 (17q21) dan
gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q-12-13. Walaupun
BRCA1 dan BRCA2 tidak menunjukkan kesamaan rangkaian ,
tetapi memiliki fungsi yang sama dan berinteraksi dengan
kompleks multiprotein yang sama. Keduanya berfungsi sebagai
tumor supresor, dan apabila kehilangan fungsi dapat menyebabkan
terjadinya resiko keganasan. Fungsi dari kedua gen tersebut dalam
memproteksi genom dari kerusakan dengan penghentian siklus sel
dan perbaikan DNA belum sepenuhnya diketahui. Adanya mutasi
dan delesi BRCA1 yang bersifat herediter pada 85% menyebabkan
terjadinya peningkatan resiko untuk terjadinya kanker ovarium.
Mutasi dari BRCA1 menunjukkan perubahan kearah karsinoma
tipe medular, cenderung high grade, mitotik sangat aktif, pola
pertumbuhan dan mempunyai prognosis yang buruk.
Mutasi gen BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17q dan
BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q, meningkatkan
kerentanan terjadinya karsinoma ovarium. Mutasi gen BRCA1
terjadi pada sekitar 5% pada penderita karsinoma ovarium yang
berusia kurang dari 70 tahun. Resiko karsinoma ovarium karena
mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 adalah 20%-60% pada penderita
berusia 70 tahun. Sebagian besar peristiwa ini terjadi pada
penderita Cystadenocarcinomas Serosa.
HER2/neu
11
HER2/neu (c-erbB-2) merupakan suatu onkogen yang meng-
code glikoprotein transmembran melalui tirosin kinase, yaitu p185.
Hampir 30% kanker payudara mengalami ekspresi berlebihan dari
protoonkogen HER2/neu. Gen ini adalah anggota dari family
reseptor faktor pertumbuhan epidermi. Ekspresi berlebihan dari
HER2/neu dapat dideteksi melalui pemeriksaan imunohistokimia,
FISH (fluorencence in situ hybridization) dan CISH (chromogenic
in situ hybridization). Suatu kromosom penanda (1q+) telah
dilaporkan dan peningkatan ekspresi onkogen HER2/neu telah
dideteksi pada beberapa kasus. Adanya onkogen HER2/neu yang
mengalami amplikasi pada sel-sel payudara berhubungan dengan
prognosis yang buruk.

2.2.4 GEJALA KLINIS


Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10% dari
kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal. Umumnya
lebih dari 60% penderita setelah berada pada stadium lanjut.
Pada stadium lanjut biasanya dijumpai gejala-gejala :
1.penekanan pada rongga abdomen berupa rasa mual,
muntah, hilang nafsu makan, dan gangguan motilitas
usus.
2.pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam
rongga abdomen
3.perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
4.menstruasi tidak teratur
5.perasaan lelah.
6.keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
7.nyeri saat berhubungan seksual
8.penurunan berat badan

12
2.2.5 DETEKSI DINI KARSINOMA OVARIUM
Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat
pengobatan harapan akan semakin baik. Metode pemeriksaan yang
sekarang ini digunakan sebagai skrining karsinoma ovarium
adalah:
pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus
dan ovarium untuk mengetahui bentuk dan ukuran yang
abnormal,meskipun pemeriksaan rektovaginal tidak dapat
mendeteksi stadium dini karsinoma ovarium.
ultrasonografi (USG)
penanda tumor CA-125

2.2.6 KLASIFIKASI
Klasifikasi WHO untuk karsinoma ovarium berdasarkan jenis
sel berasal. Karsinoma ovarium dibagi ke dalam tiga komponen : 1.
Epitel permukaan ovarium yang berasal dari epitel celomic atau
epitel endometrium ektopik. Epitel ini akan meningkatkan epitel
mullerian selama perkembangan embrionik. Ini berasal dari tuba
falopi (sel kolumnar serosa yang bersilia), lapisan endometrium
(sel kolumnar tanpa silia), atau kelenjar endoserviks (sel
musinosum tanpa silia); 2. Sel germinal, yang bermigrasi ke
ovarium dari yolk salk dan totipotensial; dan 3. Stroma ovarium,
termasuk seks kord. Disamping itu tumor ovarium bisa juga berasal
dari metastase tumor lain.

WHO histological classification of tumours of the ovary


Surface epithelial-stromal tumours
Serous tumours
Malignant
Adenocarcinoma
Surface papillary adenocarcinoma
13
Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma)
Borderline tumour
Papillary cystic tumour
Surface papillary tumour
Adenofibroma, cystadenofibroma
Benign
Cystadenoma
Papillary cystadenoma
Surface papilloma
Adenofibroma and cystadenofibroma
Mucinous tumours
Malignant
Adenocarcinoma
Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma)
Borderline tumour
Intestinal type
Endocervical-like
Benign
Cystadenoma
Adenofibroma and cystadenofibroma
Mucinous cystic tumour with mural nodules
Mucinous cystic tumour with pseudomyxoma peritonei

Endometrioid tumours including variants with squamous


differentiation
Malignant
Adenocarcinoma, not otherwise specified
Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma)
Malignant mullerian mixed tumour
(carcinosarcoma)
Adenosarcoma
14
Endometrioid stromal sarcoma (low grade)
Undifferentiated ovarium sarcoma
Borderline tumour
Cystic tumour
Adenofibroma and cystadenofibroma
Benign
Cystadenoma
Adenofibroma and cystadenofibroma

Clear cell tumours


Malignant
Adenocarcinoma
Adenocarcinofibroma (malignant adenofibroma)
Borderline tumour
Cystic tumour
Adenofibroma and cystadenofibroma
Benign
Cystadenoma
Adenofibroma and cystadenofibroma

Transitional cell tumours


Malignant
Transitional cell carcinoma (non-Brenner type)
Malignant Brenner tumour
Borderline
Borderline Brenner tumour
Proliferating varian

15
Gambar 6. Klassifikasi tumor ovarium (dikutip dari Pathologic Basis of Disease)

16

Anda mungkin juga menyukai