Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PERAWATAN

GIGI TIRUAN CEKAT

Nama : Dinar Sukma Pamungkas


NIM : 20110340047
Pembimbing : drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERANDAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. DASAR TEORI
Gigi tiruan sebagian adalah suatu restorasi prostetik, menggantikan gigi asli
yang hilang dan bagian lain dari rahang yang tidak bergigi sebagian, mendapatkan
dukungan tambahan dari jaringan di bawahnya dan sebagian dari gigi asli yang
tertinggal yang dipakai sebagai pilar. Gigi tiruan sebagian sangat diperlukan karena
adanya gigi yang hilang dapat mengakibatkan :
1. Drifting dan tilting serta over erupsi dari gigi yang masih ada, erupsi berlebihan
atau over erupsi dapat terjadi karena kehilangan gigi antagonis dan dapat disertai
pertumbuhan struktur tulang alveolar ataupun tidak disertai pertumbuhan tulang
alveolar.
2. Berkurangnya efisiensi pengunyahan dan terjadi perubahan pada suara
3. Rasa sakit pada persendian atau otot-otot yang berhubungan, dapat disebabkan
karena pengunyahan yang buruk atau hubungan maksilo mandibula yang tidak
sinergis dalam waktu lama
4. Tekanan yang berlebihan pada jaringan pendukung, gigi yang masih ada akan
mendapat tekanan mastikasi yang lebih besar.
5. Faktor kecantikan berkurang, terutama pada kasus pasien dengan kehilangan gigi
anterior
6. Gangguan pada kebersihan mulut, adanya ruang interproksimal merupakan
predisposisi terbentuknya plak, debris, makanan yang akan terkalsifikasi menjadi
kalkulus, resiko karies pun meningkat.
7. Terjadi atrisi, adanya beban berlebihan dapat menyebabkan atrisi pada gigi-geligi
tersebut dan lambat laun akan mengurangi dimensi vertikal seseorang.
8. Mempengaruhi jaringan lunak mulut, jika tidak menggunakan gigi tiruan
sebagian, bagian yang hilang akan terisi oleh jaringan lunak pipi dan lidah atau
bahkan terjadi atropi tulang alveolar. Bila keadaan ini berlangsung hingga
bertahun-tahun, pasien akan kesulitan dalam memakai gigi tiruan sebagian.
Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang tidak dapat
dapat dilepas dengan mudah baik oleh pasien maupun dokter giginya. Restorasi ini
dipasang secara permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi asli yang merupakan
pendukung utama restorasi tersebut.
Jika gigi dicabut dan tidak segera diganti, maka (contoh kehilangan molar satu
kanan bawah) : (Prajitno, 1991)
1. Molar dua condong kemesial
2. Gigi antagonis ekstrusi
3. Premolar dua condong kedistal
4. Dapat terjadi pocketing pada edentulous space
5. Titik kontak antara premolar satu dan premolar dua hilang
6. Akumulasi plak, sehingga menyebabkan karies
7. Gangguan estetika
8. Gangguan fonetik
9. Posisi gigi baru kemungkinan tidak serasi dengan gigi lain
10. Ketidakserasian pergerakan gigi
Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Cekat
a. Untuk mengembalikan daya kunyah (masticating efficiency) karena kehilangan
satu atau lebih gigi asli.
b. Mencegah terjadinya occlusal disharmony
c. Mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi disekitar ruangan yang kosong.
Perpindahan dapat berupa migrasi, rotasi, miring atau ekstrusi
d. Mencegah kerusakan lebih lanjut
e. Memperbaiki estetik untuk manfaat psikologik
f. Memulihkan fungsi fonetik
g. Memelihara dan mempertahankan gusi dan jaringan periodontium

Keuntungan Gigi Tiruan Cekat


a. Gigi tiruan cekat diletakkan pada gigi asli, maka tidak mudah terlepas atau
tertelan.
b. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien, tanpa adanya frame/plat.
c. Gigi tiruan cekat tidak mempunyai clasp (pendekap) yang dapat menyebabkan
keausan pada enamel gigi.
d. Gigi tiruan cekat dapat mempunyai efek spint (efek belat) yang melindungi gigi
terhadap stress.
e. Mendistribusikan stress (tegangan) fungsi ke seluruh gigi, sehingga
menguntungkan jaringan pendukungnya.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perawatan Gigi Tiruan Cekat:
a) Kedudukan, kondisi dan tempat dari gigi yang masih ada, yang akan
dipakai sebagai penyangga. Gigi-gigi yang vital atau gigi pasca PSA dalam
keadaan baik, tidak berkaries, dan tidak memiliki kelainan pada apex. Gigi
tidak boleh goyah, gigi yang memilik sumbu panjangnya miring > 25 derajat
tidak dapat dipakai sebagai penyangga. Gigi yang kuat setidaknya memiliki
akar berukuran 1 dari panjang mahkota gigi.
b) Jumlah gigi yang akan diganti. Hukum Ante sebagai pedoman : Luas
permukaan periodontal gigi-gigi penyangga hendaknya sama atau lebih besar
dari luas permukaan periodontal dari gigi-gigi yang aakan diganti
c) Umur penderita. Suatu jembatan tidak dianjurkan untuk usia di bawah 17
tahun karena ruang pulpa masih lebar, tulang alveolar yang masih berkembang
dan belum kompak dan gigi-gigi belum seluruhnya tumbuh sempurna. Suatu
jembatan juga tidak dianjurkan pada usia > 55 tahun karena gigi-gigi akan
abrasi, mudah terjadi resesi gingiva dan struktur dentin semakin terkikis
sehingga akan menyebabkan gigi goyah.
d) Keadaan kesehatan gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar.
Keadaan ini terutama dipertimbangkan pada gigi-gigi penyangga karena
kemungkinan akan terjadi peradangan pada ligamen periodontal, atrofi vertikal
maupun horizontal pada gingiva karena traumatik oklusi. Hal tersebut akan
menyebabkan gigi goyah.
e) OHI dan indeks karies. Penderita dengan OHI buruk merupakan kontra
indikasi dari pemasangan jembatan karena tidak mampu untuk menjaga
kebersihan mulut. Penderita dengan indeks karies tinggi juga merupakan
kontra indikasi karena batas logam dengan gigi akan mudah terbentuk karies
yang memang rawan karies.
f) Oklusi. Bentuk oklusi abnormal akan memnyebabakan penakanan reteiner
sehingga reteiner akan mudah lepas.
g) Keadaan gigi antagonis.

Indikasi pemakaian GTC antara lain :


1) Pasien berusia 20 hingga 50 tahun
2) Kesehatan struktur gigi baik
3) Kebersiham mulut pasien baik
4) Tulang alveolar normal
5) Bentuk gigi bagus
6) Sesuai hukum ante
7) Pasien tidak memiliki bad habit
Komponen gigi tiruan cekat adalah :
1. Gigi abutment
Gigi abutment merupakan pendukung GTC atau bagian dari GTC di mana retainer
dilekatkan atau disemenkan.
2. Retainer
Retainer adalah bagian dari GTC yang disemen atau direkatkan pada gigi abutment
dan dapat berupa inlay, crown pinlay atau pinledge. Retainer dapat berhubungan
dengan pontic, retainer gigi sebelahnya, atau keduanya.
3. Pontic
Pontik merupakan bagian dari GTC yang mengganti gigi yang hilang. Pontik dapat
disesuaikan dengan kecukupan ruang gigi yang hilang, jadi misal ruang yang tersedia
untuk mengganti molar yang hilang sudah menyempit, maka dapat diganti dengan
premolar.
4. Unit
Setiap bagian dari GTC yang meliputi retainer atau pontic disebut unit, jadi GTC
yang terdiri dari satu pontic dan dua retainer disebut three-unit-bridge.
5. Connector
Connector adalah hubungan antara dua unit dari suatu GTC, dapat berupa rigid
connector ataupun semi rigid connector.
1. Syarat-syarat gigi penyangga pada gigi tiruan cekat
a. Memiliki luas permukaan gigi yang kuat sehingga dapat diperhitungkan sesuai
dengan hukum Ante
b. Gigi yang vital lebih baik/ kuat daripada yang non vital
c. Dentin tebal
d. Porosnya tegak
e. Kondisi membrana periodontal harus sehat.
f. Gigi abutment harus dipersiapkan supaya betul-betul dapat memberikan dukungan
yang kuat pada GTC.
Untuk menentukan banyaknya gigi abutment sebaiknya disesuaikan dengan
Hukum Ante.
Jenis-jenis GTC antara lain :
1. Fixed-fixed bridge
Suatu bridge di mana kedua konektor bersifat rigid, dapat digunakan untuk gigi
anterior maupun posterior
2. Fixed movable bridge
Suatu bridge yang mempunyai satu konektor bersifat rigid dan konektor lain
bersifat semi rigid, dapat digunakan untuk gigi posterior maupun anterior.
3. Spring bridge
Suatu bridge yang letak pontiknya jauh dari retainer dan dihubungkan dengan
palatal bar, dapat digunakan pada kasus diastema dan mengutamakan estetis.
4. Cantilever bridge
Suatu bridge dimana salah satu ujungnya melekat secara rigid pada retainer dan
ujung yang lain bebas atau menggantung.
5. Compound bridge
Kombinasi dua atau lebih dari macam-macam bridge tersebut.
Bentuk pontik terdiri atas
1) Saddle pontic
Pontic ini dapat menambah estetika karena dapat mengganti seluruh bentuk gigi
yang hilang, kelemahan tipe inidapat menyebabkan inflamasi jaringan lunak di bawah
pontic tersebut.
2) Ridge lap pontic
Pontic ini tidak menempel pada edentulous ridge pada permukaan palatinal atau
lingual, sehingga memperkecil adanya impaksi dan akumulasi makanan namun faktor
estetika tetap terjaga. Dapat digunakan untuk gigi anterior.
3) Hygienic pontic
Pontic ini sama sekali tidak menempek pada edentulous ridge atau menggantung,
sehingga self cleansing lebih terjamin, estetika tidak dipertimbangkan sehingga lebih
cocok untuk gigi posterior.
4) Conical pontic
Pontic ini hampir sama dengan hygienic pontic, namun terdapat bagian yang
bersinggungan dengan edentulous ridge.

B. REKAM MEDIK
I. Data Pasien
Nama : Wisnu Arisandy
No.RM : 034494
Usia : 23 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Yogyakarta

II. Anamnesa
Keluhan utama :
Riwayat perjalanan penyakit
Pasien datang mengeluh giginya kurang nyaman saat digunakan untuk
mengunyah. Pasien mengaku gigi geraham kanan bawah telah dicabut 3 bulan lalu
karena berlubang. Pasien mengaku belum pernah menggunakan gigi tiruan
sebelumnya.
Riwayat kesehatan oral
Pasien menggosok gigi 2x sehari saat mandi.
Riwayat kesehatan keluarga
Ayah : sehat, tidak dicurigai mempunyai penyakit sistemik
Ibu : sehat, tidak dicurigai mempunyai penyakit sistemik
Riwayat kehidupan pribadi/sosial
Pasien merupakan seorang freshgraduate yang tinggal di kost, makan 2x sehari, jarang
ngemil dan sering minum teh.
Riwayat kesehatan utama
Pasien tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik / menular.

III. PemeriksaanFisik
Kesanumumkesehatanpenderita
Pasien kooperatif, sehat jasmani dan rohani,
Vital sign
Tek.Darah : 100/ 70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : Afebris
Berat badan : 71 kg
Tinggi badan : 165cm
Pemeriksaan ekstraoral
Tak ada kelainan.
Pemeriksaan klinis intraoral
Mukosa dan jaringan lunak :Tidak ada kelainan
Oklusi : Normal
Torus Palatinus : Ada
Torus Mandibula : Tidak ada
Palatum : Sedang
Supernumerary teeth : Tidak ada
Diastema : Tidak ada
Gigi anomaly : Tidak ada
Gigi tiruan : Tidak ada
Bentuk Lengkung
Rahang Atas : Parabola
Rahang bawah : Parabola

IV. Ringkasan Pemeriksaan


Terdapat edentoulus padagigi 46, dengan kondisi tulang alveolar dan jaringan
pendukung gigi yang masih baik.
BAB II
PROSEDUR KERJA DAN TAHAPAN PERAWATAN

A. Persiapan di dalammulut ( Mouth Preparation )


Merupakan persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuatkan gigi tiruan
sebagian, meliputi :
1. Perawatan periodontal / periodontal treatment, misalnya pemeriksaan gigi, gusi, dan
tulang pendukungnya serta perawatan scalling.
2. Perawatan konservasi / konservatif treatment, misalnya restorasi gigi yang karies.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi hambatan, mencari bidang bimbing, membuat
sandaran oklusal dan bila perlu menciptakan daerah-daerah untuk retensi mekanis.
3. Perawatan bedah / surgical treatment, misalnya pencabutan gigi yang tidak mungkin
dipertahankan.
B. TahapPerawatan
1. Kunjungan I ( Membuat studi model RA dan RB & Foto rontgen)
Sendok cetak : perforated stock tray No. 2
Bahan cetak : alginate
Cara mencetak : mukostatik
Studi model ini dipergunakan untuk mempelajari :
1) Letak gigi abutment
2) Letak pontik
3) Letak retainer
4) Letak konektor
Cara pencetakan
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan kedalam rongga mulut pasien
1) Pencetakan rahangatas
a. Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa sehingga kepala dan
punggung terletak pada satu garis lurus, dataran oklusal sejajar lantai.
Mulut pasien setinggi siku operator.
b. Operator berdiri di sebelah samping kanan depan pasien.
c. Sendok cetak rahang bawah yang berisi adonan alginate dimasukkan
kemulut pasien dengan menempelkan bagian posterior lebih dahulu
lalu sedikit demi sedikit kearah anterior sampai seluruh gigi terbenam
alginate. Selanjutnya pasien di instruksikan mengucapkan U lalu
dilakukan muscle trimming dibagian bukal dan labial.
d. Setelah alginate setting, sendok cetak dilepas.
2) Pencetakan rahang bawah
a. Sama seperti pada rahang atas, tetapi posisi operator di belakang
samping kanan pasien.
b. Lidah diangkat keatas.
Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan di isi stone gips lalu di boxing.

KUNJUNGAN II
(Preparasi Gigi Abutment)
A. Preparasi abutment dengan PFM crown pada gigi 45
1. Oklusal reduction : Menggunakan bur fissured ujung datar untuk membuat marker
terlebih dahulu kemudian dipreparasi mengikuti marker yang telah dibuat, dikurangi
1,5-2 mm menurut bentuk permukaan oklusal, jangan dikurangi secara rata namun
sesuai anatomi gigi.
2. Bukal/lingual reduction : Bagian bukal atau lingual dibuat marker terlebih dahulu
kemudian dipreparasi mengikuti marker yang telah dibuat, dikurangi dengan chamfer
bur 1,5mm kemudian dibuat chamfer finish line pada daerah cemento-enamel junction
3. Proximal reduction : menggunakan bur tapered yang tipis dan kecil dengan
pemotongan sejajar antar dinding proksimal sedikit konvergen ke arah oklusal kearah
incisal sebesar 6o. Pengurangan proksimal sebesar 1,5mm
4. Axial reduction : Tumpulkan sudut-sudut aksial dengan silindris tapered bur terutama
daerah gingival margin
5. Penghalusan hasil preparasi : Menggunakan chamfer finishing bur untuk
menghilangkan bagian yang tajam, runcing, tidak rata, dan undercut-undercut untuk
memperoleh hasil preparasi yang halus

B. Preparasi abutment dengan PFM crown pada gigi 47


1. Oklusal reduction : Menggunakan bur fissured ujung datar untuk membuat marker
terlebih dahulu kemudian dipreparasi mengikuti marker yang telah dibuat, dikurangi
1,5-2 mm menurut bentuk permukaan oklusal, jangan dikurangi secara rata namun
sesuai anatomi gigi.
2. Bukal/lingual reduction : Bagian bukal atau lingual dibuat marker terlebih dahulu
kemudian dipreparasi mengikuti marker yang telah dibuat, dikurangi dengan chamfer
bur 1,5mm kemudian dibuat chamfer finish line pada daerah cemento-enamel junction
3. Proximal reduction : menggunakan bur tapered yang tipis dan kecil dengan
pemotongan sejajar antar dinding proksimal sedikit konvergen ke arah oklusal kearah
incisal sebesar 6o. Pengurangan proksimal sebesar 1,5mm
4. Axial reduction : Tumpulkan sudut-sudut aksial dengan silindris tapered bur terutama
daerah gingival margin
5. Penghalusan hasil preparasi : Menggunakan chamfer finishing bur untuk
menghilangkan bagian yang tajam, runcing, tidak rata, dan undercut-undercut untuk
memperoleh hasil preparasi yang halus
C. Anastesi infiltrasi dapat digunakan apabila terdapat kesulitan saat preparasi. Bila dengan
menganastesi Nervus Buccalis Longus untuk menganastesi pada daerah bukal gigi yang
akan di preparasi dan Nervus Lingualis untuk menganastesi pada daerah lingual gigi
yang akan di preparasi
D. Retrak gingival dengan menggunakan cord adrenalin atau kapas adrenalin yang dilinting
seukuran lingkaran gigi kemudian masukkan pada sulkus gingival dengan menggunakan
plastis instrument tipis
E. Pencetakan work model
Pencetakan work model dilakukan dengan bahan cetak elastomer jenis silicon adisi.
Silicon adisi digunakan karena stabilitas dimensi baik, mudah digunakan dan kualitas
permukaan baik. Cara mencetak (metode one step putty wash) :
Bahan putty base dan katalis dimanipulasi dengan menggunakan tangan tanpa
handscoon kemudian letakkan pada sendok cetak, buat cekungan pada bagian yang
akan diisi wash sedalam gigi yang akan dicetak
Injeksikan bahan wash pada gigi yang sudah di preparasi yang sebelumnya sudah
diretrak dan pada bagian putty yang sudah di cekungkan
Kumudian cetak pada pasien dan tunggu hingga setting
Evaluasi cetakan. Pastikan finishing line tercetak dengan baik
F. Pembuatan mahkota sementara dan pontik sementara
Sebelumnya buat mock up pontik pada study model dan cetakan dengan putty
Setelah gigi di preparasi dan dicetak dengan putty wash, isi cetakkan negative dengan
glass stone tunggu hingga setting membentuk cetakkan positif
Cetakkan mock up putty kemudian diisi dengan menggunakan acrilic putih SC,
sebelumnya cetakan preparasi gigi diolesi dengan CMS dan kemudian letakkan akrilik
putih SC diatas cetakkan preparasi dan tunggu hingga setting.
Bersihkan kelebihan akses dan rapihkan tepi bagian dari akrilik putih. Try in pada
pasien dan pastikan tepi akrilik tidak menekan gingival
Sementasi dengan menggunakan fletcher

KUNJUNGAN III
(Tryin dan insersi GTC)

a. Lepas mahkota sementara pasien dengan crown removal


b. Try in gigi tiruan lalu cek oklusi pasien dengan articulating paper
c. Sementasi retainer menggunakan semen ionomer kaca (SIK) tipe 1 (luting)
d. Retainer pasa kasus ini menggunakan PFM (Porcelain Fused Metal)

KUNJUNGAN IV
(Kontrol)
Kontrol dilakukan untuk mengoreksi adanya kesalahan yang mungkin terjadi setelah
pemakaian GTC, dengan cara :
1. Pemeriksaan subyektif
- Apakah terdapat keluhan berkaitan dengan GTC?
- Apakah fungsi bicara terganggu?
2. Pemeriksaan obyektif
Komplikasi setelah pemakaian GTC dapat berupa :
a. Terdapat suara akibat sentrik oklusi yang tinggi sehingga menimbulkan suara pada
bagian oklusal
b. Retensi yang kurang menyebabkan GTC tidak stabil
c. Kesukaran dalam mengunyah akibat oklusi yang tidak seimbang
d. Gigi tiruan goyang : perlu diperiksa oklusinya dengan kertas artikulating paper
e. Saliva berlebih : adanya stimulasi pada glandula salivarius karena gigi tiruan, namun
dapat hilang setelah beradaptasi
SUSUNAN GIGI GELIGI
a. Odontogram :

18 : 28 :
17 : Karies 27 :
16 : Karies 26 :
15 : Karies 25: missing
14 : 24:
13: 23 :
12 : 22 :
11 : 21 :
41 : 31 :
42 : 32 :
43 : 33 :
44: 34 :
45: 35 :
46: Missing 36 : Karies
47: Karies 37 : Karies
48: Karies 38 :
FOTO STUDI MODEL

DESIGNALAT

Keterangan :
1. Pontic
2. Retainer
3. Abutment
4. Connector
5. Unit
BAB III
DISKUSI

Pemakaian GTC pada pasien berusia 23 tahun dengan pertimbangan untuk mengganti
gigi posterior yang sudah hilang, diharapkan dapat mengembalikan fungsi mastikasi dan
fonetik. Kondisi tulang alveolar dan jaringan pendukung masih baik. Jenis GTC yang akan
digunakan pada kasusini dalah fixed-fixed brigde. Gigi yang hilang adalah gigi 46 dan
membutuhkan pontic yang bersifat estetis dan juga hygien, maka digunakan sanitary pontic.
Gigi abutment yang akan digunakan adalah gigi 45 dan47, sehingga akan dilakukan preparasi
full pada gigi 47 dan gigi 45 dengan finishing line menggunakan chamfer finish line karena
finishing line jelas, adekuat, dan lebih mudah dikontrol. Retainer yang akan digunakan
menggunakan crown dengan bahan PFM ( porcelein fused to metal)dengan diberi jarak 1,5
mm pada saat preparasi untuk penempatan bahan (1mm untuk porcelain, 0,3mm untuk metal
dan 0,2 untuk opaquer). Sementasi retainer menggunakan bahan semen ionomer kaca tipe 1
(luting). Conector pada kasus ini menggunakan rigid connector

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan penjalasan di atas pasien berusia 23 tahun dengan kehilangan gigi 46,
dapat dibuatkan Gigi Tiruan Cekat dengan prognosis yang diharapkan baik karena dilihat dari
keinginan yang besar dari pasienuntuk dibuatkan gigi tiruan cekat dan tulang alveolar yang
masih cukup baik. Gigi yang hilang adalah gigi 46, sehingga akan dibuat GTC fixed bidge
dengan gigi 45dan 47 sebagai abutment dan preparasi pada gigi tersebut menggunakan
preparasi full crown, disertai dengan sanitary pontik dan rigid connector. Retainer yang akan
menjadi restorasi gigi menggunakan bahan PFM (porcelein fused to metal)
Yogyakarta, Juni 2016
Mengetahui,
Operator Pembimbing

Dinar Sukma Pamungkas drg. Fahmi Yunisa, Sp.Pros

Anda mungkin juga menyukai