Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
di wilayah hukum kepolisian resor kota Denpasar merupakan bagian dari politik
muda yang sehat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan
justru disinilah baru mulai timbul persoalan-persoalan. Baik yang sudah diperkirakan
atau diperhitungkan sejak semula maupun masalah- masalah lain yang tinbul dengan
tidak terduga-duga. Tiap Undang- undang memerlukan jangka waktu yang lama untuk
bisa dicapai. Jika hasilnya diperkirakan sulit untuk dicapai, apakah perlu diadakan
lepas dari tujuan Negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk
gangguan dan perbuatan pelaku tindak pidana narkotika. Kebijakan yang diambil
1
Al. Wisnubroto dan G. Widiatana, 2005, Pembaharuan Hukum Acara Pidana, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 10.
dalam menanggulangi narkotika bertujuan untuk melindungi masyarakat itu sendiri dari
2
bahaya penyalahgunaan narkotika.
merupakan kebijakan hukum positif yang pada hakikatnya bukanlah semata mata
pidana juga memerluka pendekatan yuridis faktual yang dapat berupa pendekatan
disiplin ilmu lainnya dan pendekatan integral denan kebijakan sosial dan pembangunan
Upaya penanggulangan tindak pidana atau yang biasa dikenal dengan politik
Politik Kriminal dapat meliputi ruang lingkup yang cukup luas yakni penerapan
mengenai kesejahtraan dan kepidanaan lewat media masa. Dalam hal tersebut dapat
garis besarmya dapat dibagi menjadi 2 (dua) jalur yaitu : lewat jalur penal
(hukum pidana) dan lewat jalur non penal (bukan / di luar hukum pidana). Upaya
penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitik beratkan pada sifat
Sedangkan jalur non penal lebih menitik beratkan pada sifat preventif
2
Sudarto, 1981, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, hal. 118.
perbedaan secara kasar, karena tindakan refresif pada hakekatnya Undang-undang
diawali dengan upaya preventif dan preemtif, yaitu berupa pencegahan / penangkalan /
pengendalian) sebelum tindak pidana tersebut terjadi melalui kebijakan non penal yang
kemudian dilanjutkan dengan upaya penal atau dengan upaya repressive (penindasan
Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
misalnya dapat membantu pasien insomia untuk dapat beristirahat, efek penghilang
nyeri juga sangat membantu pasien pasca operasi. Oleh sebab itu, peredaran narkotika
tidak dilarang di Indonesia, yang dilarang adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika.
berbagai faktor, termasuk faktor fisik dan kejiwaan pelaku serta faktor lingkungan
mikro maupun makro. Akibatnya pun sangat kompleks dan luas tidak hanya terhadap
pelakunya tetapi juga menimbulkan beban psikologis, sosial dan ekonomis, bagi
3
A. Hamid S. Attamimi dalam Siswanto Sunarso, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia,
Sinar Grafika, Jakarta, hal. 42.
orangtua dan keluarganya, serta menimbulkan dampak yang merugikan terhadap
biaya yang sangat besar, baik terhadap pelakunya, orang tua atau keluarganya, maupun
untuk membeli narkotika dan psikotropika (narkoba) yang harganya sangat mahal
untuk memenuhi ketagihan akan narkotika dan psikotropika (narkoba) yang terus
sejumlah uang yang sangat besar untuk biaya perawatan dan pemulihannya.
Disamping sangat mahal serta memerlukan waktu yang lama, t idak ada yang
sebab mencegah tentunya lebih baik dar i pada mengobati", dalam art i bahwa
upaya pencegahan lebih baik, murah, dan lebih hemat biaya dari pada upaya lainnya.
menjalani cara dan gaya hidup sehat, serla mcngubah kondis i kehidupan yang
berada dari kawasan satu ke kawasan lainnya, tetapi yang paling penting adalah
diseluruh dunia.
dan psikotropika yang makin serius dihampir semua negara diseluruh dunia,
and ihiil trafficking, tanggal 17-25 Juni 1987, di Wina Austria, telah menggariskan
untuk digunakan sebagai pedoman bagi instansi pemerintah dan non pemerintah.
oleh badan nasional yang bersangkutan, dalam kaitan ini di Indonesia adalah Badan
kalangan remaja.
c. Menggunakan pendekatan seimbang antara pengurangan permintaan gelap
musabah permasalahan.
hingga pada tingkat desa/ kelurahan.4 Pendekatan melalui ceramah dan sosialisasi
4
Muhammad Joni dan Zulchaina Tanamas, 1999, Aspek Hukum Perlindungan anak dalam
Perspektif Kovensi Anak, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 4-5.
mengenai narkotika dan bahaya penyalahgunaan narkotika di sekolah di format dengan
bahasa yang menarik. Polisi selaku penegak hukum berusaha untuk menjadi sahabat
mereka.
Sosialisasi pada tingkat desa atau kelurahan ditujukan kepada warga desa atau
kelurahan maupun secara khusus kepada Karang Taruna yang beranggotakan para
pemuda di desa atau kelurahan setempat. Pendekatan juga dilakukan pada tokoh agama
dan tokoh adat agar dapat mengawasi dan memberikan panutan bagi generasi muda.
akibat pengar uh dar i banyak faktor inter na l dan ekster na l kebudayaan vang
yang semakin luas dan ber agam. Kebutuhan yang luas dan beragam it u seperti
hasil penemuan, teknologi dan industri baru termasuk rokok, minuman keras dan
narkoba (narkotika dan psikotropika) tidak mempunyai makna dan berdampak buruk
terhadap kesehatan dan fungsi organ tubuh, bahkan oleh kalangan tertentu hal itu
ketidak pastian, dan kesenjangan sosial, merupakan situasi yang rawan ketegangan jiwa
kebutuhan akan jat i diri dan kelompok sosial. Sit uasi kehidupan demikian pada
dalam menghadapi kehidupan yang penuh persaingan, schingga para remaja mencari
cara penyaluran ketegangan tersebut dengan berpaling pada narkoba (narkotika).
Hanya sedikit remaja yang mendapatkan suasana kehangatan dan perhatian di dalam
keluarga. Banyak remaja yang jatuh kedalam lingkungan kelompok remaja, dengan
kelompok sebaya. Para orang tua perlu diingatkan kembali tentang peran utamanya
dibidang pendidikan anak. Sementara pendidikan dasar perlu diluruskan kembali kepada
menjadi komuditas pasar gelap yang diminati kapitalis besar sampai pengedar.
Secara sosial budaya narkoba (narkotika dan psikotropika) telah merupakan bagian
dari gaya hidup modern; pola konsumsi conspicious, hedomis, dan emulatif ; antara
lain sebabai pemicu korupsi. Narkotika juga telah menjadi alat komunikasi sosial
yang merupakan cerminan dari kelemahan sitat manusia, seperti masyarakat Indonesia
penguatan rasa takut, rasa bersalah, dan rasa malu terhadap bahaya penyalahgunaan
narkotika dan psikotropika, melalui sarana penebakan hukum, agama, pendidikan moral,
pengawasan social dan pengembangan ideologi, penggunaan sarana tersebut bukan tanpa
kele mahan dan kendala: agama seringkali dogmatis, ritual, dan sekretarian,
pendidikan moral, adanya instruksi budaya asing yang sangat kuat, meminggirkan
budaya lokal, pengembangan sistem nilai, terkendala oleh kesenjangan antara nilai
ideal dengan nilai nyata, pengembangan rasa malu, masyarakat makin metarialis,
dan individualis, pengawasan sosial makin lemah, tidak acuh dan tidak peduli,
pengembangan rasa takut terkendala oleh lemahnya kepastian dan penegakan hukum.
Narkotika
menjadi pusat perhatian kriminologi, karena kriminologi sebagai study yang bertujuan
kejahatan dan penjahat. Kajian mengenai kebijakan hukum pidana (Penal Policy)
yang termasuk salah satu bagian dari ilmu hukum pidana, erat kaitannya dengan
pembahasan hukum pidana nasional yang merupakan salah satu masalah besar yang
dihadapi bangsa Indonesia. Kebijakan penal meliputi perbuatan apa yang seharusnya
dijadikan tindak pidana dan sanksi apa yang sebaiknya di gunakan atau dikenakan
kepada si pelanggar.
dilihat pada ketentuan pidana dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2011 tentang
Narkotika meliputi:
tanaman.
kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5
(lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram.
11. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
13. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
17. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
19. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
21. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
23. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
25. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
27. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
29. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
31. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan III tehadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan III untuk
Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain mengakibatkan orang lain
Golongan I bagi diri sendiri; Narkotika Golongan II bagi diri sendiri; dan
34. Perbuatan yang dilakukan oleh Orang tua atau wali dari pecandu yang belum
35. Perbuatan yang tanpa hak atau melawan hokum memiliki, menyimpan,
Narkotika.
39. Perbuatan dimana keluarga dari Pecandu Narkotika yang dengan sengaja tidak
40. Perbuatan dari pengurus Industri Farmasi yang tidak melaksanakan kewajiban
tentang Narkotika.
benda atau aset baik dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak,
berwujud atau tidak berwujud yang berasal dari tindak pidana Narkotika
penyamaran investasi, simpanan atau transfer, hibah, waris, harta atau uang,
benda atau aset baik dalam bentuk benda bergerak maupun tidak bergerak,
berwujud atau tidak berwujud yang diketahuinya berasal dari tindak pidana
44. Perbuatan dimana Penyidik pegawai negeri sipil yang secara melawan hukum
45. Perbuatan dimana Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penyidik
87, Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91 ayat (2) dan ayat (3), dan Pasal 92 ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Undang- undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika.
46. Perbuatan Kepala kejaksaan negeri yang secara melawan hukum tidak
47. Perbuatan dimana Petugas laboratorium yang memalsukan hasil pengujian atau
48. Perbuatan berupa saksi yang memberi keterangan tidak benar dalam
49. Perbuatan dimana pimpinan rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai
II dan III bukan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau bukan untuk
pidana juga mengatur mengenai sanksi yang dapat dijatuhkan kepada pelaku. Sanksi
yang dapat dijatuhkan berupa pidana mati, pidana penjara, pidana penjara seumur
hidup, kurungan dan denda. Apabila pelaku adalah korporasi, maka terhadap korporasi
tersebut dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha; dan/atau
Hal ini tidak saja merugikan bagi penyalahgunaan, tetapi juga berdampak
social, ekonomi, dan keamanan nasional, sehingga hal ini merupakan ancaman bagi
2009 tentang narkotika. Hukum bisa dikatakan sebagai pro of conduct men behavior
in a society serta merupakan the normative of the state and its citizen sebagai sebuah
sistem hukum dapat berfungsi sebagai control social (as a tool of social control),
masyarakat. Friedmann menyatakan bahwa legal systems are of course not static.6
Terkait dengan pemahaman tentang pidana, hukum, hukum pidana dan tindak
pidana tersebut di atas, maka tindak pidana narkotika yang oleh Undang-Undang telah
5
Lawrence Friedmann, 1975, The Legal System A Social Science Persperctive, Russel Sage
Foundations, New York, hal.269.
6
Barda Nawawi Arief, 2005, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 21.
dinyatakan sebagai suatu tindak pidana yang dapat di hukum, karena telah terpenuhi
unsur-unsur tindak pidana serta telah ada Undang-undang yang mengatur yaitu
seperti apapun pasti ada hukum dengan corak dan bentuk yang sesuai dengan tingkat
primitif pun pasti ada hukum. Kebijakan penal dalam menanggulangi dan memberantas
tindak pidana narkotika didasarkan pada fungsi hukum sebagai pedoman untuk
setiap orang dalam bertingkah laku. Hukum bisa dikatakan sebagai pro of conduct men
behavior in a society serta merupakan the normative of the state and its citizen sebagai
sebuah sistem hukum dapat berfungsi sebagai control social (as a tool of social
memperbaharui masyarakat.
perangkat hukum berupa sanksi (pidana) dalam pelanggaran hukum publik dan sanksi
dalam bidang hukum lainnya. Sanksi pidana dalam hukum pidana merupakan salah
satu cara untuk menanggulangi kejahatan, dan peran sanksi pidana dalam
tahun.
Usaha penangulangan tindak pidana narkotika secara represif, juga merupakan
pidana narkotika) oleh karena itu sering pula dikatakan, bahwa politik dan kebijakan
hukum pidana juga yang merupakan bagian dari penegakan hukum (Lau Enforcement
Policy).
kebijakan hukum pidana (Penal Policy) adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada
dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada
putusan pengadilan. 7Pengertian kebijakan atau poltik hukum pidana dapat dilihat dari
politik hukum maupun dari politik criminal. Menurut Prof. Sudarto politik hukum
adalah:
7
Sudarto, 1981, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, hal. 20.
8
Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung, hal. 20.
9
Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung, hal. 20.
Dilihat sebagai bagian politik hukum, maka politik hukum pidana mengandung
arti, bagaimana mengusahakan atau membuat dan merumuskan suatu per undang-
undangan pidana yang baik. Kebijakan atau politik hukum pidana erat kaitannya
dengan kebijakan criminal, menurut Salman Luthan sebagai mana dikutip O.C Kaligis
repormasi hukum pidana meliputi dua bersalah, yaitu pidana: dan apakah criteria
hukum pidana, kriminologi dan kebijakan kriminal tentang kejahatan dalam kaitannya
dengan nilai-nilai dan tujuan pengaturan hukum dapat diketahui dasar pembenaran
perbuatan sebagai tindak pidana, karena perbuatan tersebut bersifat amoral merugikan
hasil dan budaya, kemampuan sistem pendidikan pidana, dan kedudukan hukum
10
O.C. Kaligis dan Soedjono Dirdjosisworo, 2006, Narkoba dan Peradilan di Indonesia, Reformasi
Hukum Pidana Melalui Perundang-undangan dan Peradilan, Kaligis Associates, Jakarta, hal. 22.
sumber daya aparat penegak hukum. Kriteria khusus kriminalisasi yang bersifat
tindak pidana tersebut, maka Negara mempunyai hak untuk menjatuhkan pidana dan
apakah yang menjadi dasar pemikirannya, sehingga Negara mempunyai hak untuk
suatu penderitaan dan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Bertolak dari dasar
sebenarnya sudah terdapat sistimatik rumusan tindak pidana (criminal) dan ancaman
hukumannya yang mengacu pada fenomena sosial yang sekaligus merupakan tindakan
Sebagai salah satu ciri reformasi Undang-Undang adalah masuknya fenomena sosio-
Ada kebijakan penal yang penting dalam ketentuan pada Undang - undang
pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika.
11
Ibid.
12
Ibid. hal. 25.
Dalam Undang-undang ini dilampirkan mengenai Prekursor Narkotika dengan
khusus, pidana penjara 20 (dua puluh) tahun, pidana penjara seumur hidup,
2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi, dan Badan
Presiden. Selain itu, BNN juga mempunyai perwakilan di daerah provinsi dan
kabupaten/kota.
d. Untuk lebih memperkuat kelembagaan, diatur pula mengenai seluruh harta
kekayaan atau harta benda yang merupakan hasil tindak pidana Narkotika dan
Prekursor Narkotika dan tindak pidana pencucian uang dari tindak pidana
memperoleh kekuatan hukum tetap dirampas untuk negara dan digunakan untuk
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dan upaya rehabilitasi medis
dan sosial.
dan memiliki jaringan yang luas melampaui batas negara, dalam Undang-
Undang ini diatur mengenai kerja sama, baik bilateral, regional, maupun
internasional.
g. Dalam Undang-Undang ini diatur juga peran serta masyarakat dalam usaha
hukum dan masyarakat yang telah berjasa dalam upaya pencegahan dan
Narkotika.
seluruh bangsa Indonesia, artinya tanpa komitmen seluruh rakyat, bangsa dan Negara
hukum narkotika dalam hal ini adalah usaha-usaha yang dilakukan penegak hukum
hukum pidana) atau politik hukum pidana, di samping menggunakan kebijakan non
penal atau kebijakan sosial. Kebijakan semacam ini juga di jumpai dalam Undang
pidana atau kebijakan penal yang berupa penghukuman terhadap pelaku tindak pidana
penyalahgunaan narkotika, juga di kenal adanya kebijakan non penal atau kebijakan
mengatur Kebijakan Non Penal atau Kebijakan Sosial yaitu: kebijakan atau upaya
upaya rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Dari ketentuan tersebut dapat
Humanistik dan penggunaan sanksi pidana, tidak hanya berarti bahwa pidana yang
dikenakan kepada si pelanggar hukum harus sesuai dengan nilai nilai hukum yang
konsepsi kebijakan pidana dari aliran social defence (the penal policy of social
defence) menurut Marc Ancel yang bertolak pada konsepsi pertanggung jawaban
yang bersifat pribadi. Hal ini di anggap perlu di kemukakan karena istilah perlindungan
masyarakat atau social defence yang dikaitkan dengan masalah rehabilitasi dan
penyelesaian kasus (sampai di tahap penyidikan) baik yang dilakukan oleh warga
negara Indonesia maupun terhadap pelaku yang berasal dari warga negara asing.
Pelaku tindak pidana narkotika ini memiliki jaringan yang tidak saling mengenal. Oleh
13
Barda Nawawi Arief, op.cit., hal. 38.
sebab itu pengungkapan kasus tindak pidana narkotika ini memerlukan strategi yang