OLEH
ZURYAT RACHMATULLAH
B 121 13 520
OLEH
ZURYAT RACHMATULLAH
B 121 13 520
SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan hidayah serta
kepada Ibunda Kamlah Ahmad dan Ayahanda Fadel Assar Chalid tercinta
berkat doa tulusnya yang selama ini, serta banyak berkorban lahir dan
selama ini.
vi
Sesungguhnya skripsi ini terselesaikan bukan semata-mata hasil
kerja penulis namun semua itu tidak terlepas dari doa dan dukungan
kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, selaku Rektor
2. Ibu Prof. Dr. Farida Patitingi, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas
Universitas Hasanuddin.
4. Para Tim Penguji Bapak Prof. Dr. Muhammad Yunus S.H., M.Si.,
Bapak Dr. Zulkifli Aspan, S.H.,M.H., dan Ibu Ariani Arifin S.H.,M.H
disiplin ilmu lainnya tapi juga nilai-nilai, etika dan pengalaman hidup
vii
yang telah membantu pengurusan administrasi selama kuliah
Administrasi Negara.
Yuda, Chiko, Panca, Ahfad, Ade, Rahmat, Yayat, dan Hikma yang
Ateng Tenri, dan Cita Masyita yang telah menemani dan saling
14. Terima Kasih kepada kakak tercinta, Cantika Nurul Azisha dan
secara moril.
viii
15. Terimakasih juga kepada Arridha Fajrin yang selalu setia menjadi
16. Beserta pihak-pihak lain yang tidak dapat dituliskan satu per satu,
memberi masukan dan kritikan terhadap skripsi ini. Ini dimaksudkan agar
ke depannya penulis lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak khusunya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
atas amalan kita serta kemudahan dalam melangkah menggapai cita dan
cinta serta tak lupa shalawat dan taslim kita panjatkan pada Rasulullah
Muhammad SAW.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR.. vi
DAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUAN
x
BAB III METODE PENELITIAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 67
B. Saran........................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
otoriter. Namun demikian, pergeseran yang terjadi tentu saja harus tetap
Tahun 1945 (UUD NRI 1945) sebagai hukum tertinggi. Menurut konsep
sisi lain desentralisasi dan otonomi daerah adalah ketentuan UUD NRI
1945.1
1 Dalam Pasal 18 UUD NRI 1945 menentukan bahwa "Pembagian daerah indonesia
atas dasar besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahanya ditetapkan dengan
undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa".
1
khususnya untuk pengelolaan sumber daya alam, kehutanan, dan tambang.2
Provinsi.
2
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) tidak
berlaku terhadap penangkapan ikan oleh nelayan kecil.
Hal ini tentu saja menggeser kewenangan serupa yang ditentukan dalam
Daerah (UU 32/2004) yang membagi antara daerah provinsi dengan daerah
kabupaten/kota.
3
Dengan demikian, secara langsung Pasal 27 ayat (1) UU 23/2014
laut paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pangkal ke arah laut
sejauh 4 (empat) mil laut sebagaimana ditetapkan pada Pasal 18 ayat (4) UU
daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling jauh 12
(dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke
arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah
mulai dari garis pantai hingga 12 mil laut menjadi kewenangan Pemerintah
4
tersebut telah memenuhi norma, standar, prosedur dan kriteria yang
5
untuk mengurus pesisir dan pulau-pulau kecil secara komprehensif.
B. Rumusan Masalah
Daerah?
5 Rikardo Simarmata dan Asep Yunan Firdaus, Pemberlakuan UU No. 23/2014 dan
6
C. Tujuan Penelitian
Pemerintahan Daerah
D. Manfaat Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
daya alam yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu dijaga kelestariannya dan
Sumber Daya Alam yang tinggi, dan sangat penting bagi pengembangan
oleh karena itu perlu dikelola secara berkelanjutan dan berwawasaan global,
daerah pertemuan antara darat dengan laut. Ke arah darat wilayah pesisir
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan
air asin. Sedangkan ke arah laut, wilayah pesisir mencakup bagian laut yang
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan
8
wilayah pesisir hanyalah garis khayal yang letaknya ditentukan oleh kondisi
dan situasi setempat. Di daerah pesisir yang landai dengan sungai besar,
garis batas ini dapat berada jauh dari garis pantai. Sebaliknya di tempat yang
Pengertian pesisir juga bisa dijabarkan dari dua segi yang berlawanan,
yakni dari segi daratan dan dari segi laut. Dari segi daratan, pesisir adalah
wilayah daratan sampai wilayah laut yang masih dipengaruhi sifat-sifat darat
Sedangkan dari segi laut, pesisir adalah wilayah laut sampai wilayah darat
yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut (seperti: pasang surut, salinitas, intrusi
adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
ekosistem pulau kecil dan perairan di antara satu kesatuan pulau-pulau kecil.
7 Ibid, h. 2
8 M. S Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan, Grasindo, Yogyakarta, 2005, h. 39
9
mengalami kerusakan akibat aktivitas orang dalam memanfaatkan sumber
dayanya atau akibat bencana alam. Selain itu akumulasi dari berbagai
kecil, perlu dikelola secara baik agar dampak aktivitas manusia dapat
10
B. Pemerintahan Daerah
Istilah otonomi berasal dari penggalan dua kata bahasa Yunani, yakni
12 Nimatul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, Nusa Media, Bandung, 2009, h.83
11
hubungan keuangan antara pusat dan daerah yang menimbulkan hal-
daerah yang self government, self sufficiency, self authority, dan self
regulation to its laws and affairs dari daerah lainnya baik secara vertikal
13 Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum UII,
12
independence.15 Dalam hal ini dengan beranjak dari Pasal 18 UUD NRI
pemerintah kabupaten/kota;
5.
13
c. Pemerintahan desa.
a. Asas Sentralisasi
14
hierarki organisasi.20 Dalam konteks negara sebagai organisasi,
b. Asas Desentralisasi
Dari Era Orde Baru ke Era Reformasi. Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, 2009. h. 169.
21 Ibid. h. 102.
15
dekonsentrasi.22 Menurut Bhenyamin Hoessein, desentralisasi
melaksanakan kebijakan.
16
dikatakan suatu bangsa atau negara apabila segala sesuatunya
17
diselenggarakan desentralisasi tanpa sentralisasi. Sebab,
pembangunan,
18
pengakuan dan penghormatan terhadap identitas daerah.28 Dalam
pinggiran, dari level atas pada level bawah, atau dari pemerintah
c. Asas Dekonsentrasi
19
pusat yang lebih rendah tingkatannya secara hierarkis.31 Menurut
1986, h. 5.
33 Irwan Sudjito. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah, Rieneka Cipta, Jakarta,
1990, h. 29.
34 Laica Marzuki. Berjalan-jalan Di Ranah Hukum. Konstitusi Press, Jakarta, 2005. h.
133.
35 Bhenyamin Hoessein, Op.Cit., h. 3.
20
pemerintah. Wewenang yang dilimpahkan hanyalah wewenang
tangan pemerintah.
implementasinya.37
36 Ibid. h. 169.
37 Sadu Wastiono, dkk. Memahami Asas Tugas Pembantuan, Fokus Media.
Bandung, 2006. h. 19.
21
dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang lebih tinggi
22
administratif kepanjangan tangan pemerintah. Kewenangan daerah
ayat (3) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
23
Bab III tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, pada Pasal 10
24
sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas
kewenangannya.
Pemerintah Daerah.
25
(1) Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan
absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan
pemerintahan umum.
(2) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
(3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota.
(4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah
menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
(5) Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.
1) Urusan Pemerintahan Absolut
kewenangan daerah.
26
2) Urusan Pemerintahan Konkuren
Urusan pemerintahan konkuren berbeda dari urusan
meliputi:
(a) pendidikan
(b) kesehatan
masyarakat; dan
(f) sosial.
27
(a) tenaga kerja;
(c) pangan
(d) pertanahan
(i) perhubungan
(n) statistik
(o) persandian
(p) kebudayaan
(q) perpustakaan
(r) kearsipan.
(b) pariwisata;
(c) pertanian
28
(d) kehutanan
(f) perdagangan
(g) perindustrian
(h) transmigrasi.
Pusat adalah:
Pusat; dan/atau
kepentingan nasional.
29
Sedangkan kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi
kabupaten/kota
kabupaten/kota
Provinsi.
kabupaten/kota;
kabupaten/kota
dan/atau
kabupaten/kota.
30
Selanjutnya, dalam Pasal 14 UU 23/2014 ditentukan pula
31
dilakukan dengan menggunakan prinsip dan kriteria pembagian
peraturan presiden
meliputi:
perundang-undangan.
32
timbul dengan memperhatikan prinsip demokrasi, hak asasi
Pancasila; dan
33
menunjang kelancaran pelaksanaan urusan pemerintahan umum,
C. Teori kewenangan
34
publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Oleh karena itu, konsep
selalu menjadi bagian yang penting dan bagian awal dari hukum
wewenang merupakan suatu konsep inti dalam hukum tata negara dan
1981, h. 29.
44 Philipus M. Hadjon, Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Gadjah
35
Sebagai konsep hukum publik, wewenang sekurang-kurangnya
terdiri atas tiga komponen, yaitu pengaruh, dasar hukum dan
konformitas hukum. Komponen pengaruh ialah penggunaan
wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subyek
hukum. Komponen dasar hukum, bahwa wewenang itu selalu harus
dapat ditunjuk dasar hukumnya dan komponen dasar konformitas
hukum mengandung makna adanya standar wewenang, yaitu
standar umum (semua jenis wewenang) dan standar khusus (untuk
jenis wewenang tertentu).46
Wewenang dibatasi oleh materi (substansi), ruang (wilayah: locus)
Atas dasar legalitas formal lahirlah asas praesumptio iustae causa. Tidak
diperoleh melalui tiga sumber yaitu: atribusi, delegasi dan mandat. 47 Asas
yaitu: asas negara hukum, asas demokrasi dan asas instrumental. Asas
36
hak-hak dasar; Asas negara hukum dalam prosedur berkenaan dengan
D. Asas Preferensi
antar norma hukum (antinomi hukum), dan norma yang kabur (vage
normen) atau norma tidak jelas.50 Dalam menghadapi konflik antar norma
37
c. Lex posteriori derogat legi priori, adalah peraturan yang baru
mengalahkan atau melumpuhkan peraturan yang lama51
konflik itu terjadi berkenaan dengan asas lex specialis dalam konflik
Yogyakarta, 2002, h. 33
52 Philipus M. hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Cet. IV, Gadjah
38
Mahkamah Agung. Adapun pembatalan praktikal yaitu tidak menerapkan
memberikan kompensasi.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
untuk mencari masalah atau isu hukum dan permasalahan hukum yang ada.
Hasil dari penelitian hukum ini adalah memberikan preskripsi mengenai apa
B. Pendekatan Penelitian
53 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi Cetakan ke-9, Kencana
40
melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum
C. Bahan Hukum
hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah dikumpulkan tersebut
54 Ibid, h. 135
55 Ibid, h.181
56 Ibid, h. 237
41
kemudian dikelompokkan dan dikaji berdasarkan pendekatan yang
komprehensif dari bahan hukum primer dan sekunder yang diperoleh untuk
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
alam sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945, bahwa
bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Makna pada Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 secara tersirat bahwa
masyarakat memiliki hak untuk hasil dari sumber daya alam tersebut yang
Indonesia (NKRI), oleh karena itu maka adanya campur tangan pemerintah
agar dapat memaksimalkan hasil dari sumber daya alam yang dimilikinya.
43
Dikarenakan luas Negara Indonesia ini sangat luas maka perlu
Kesatuan Republik Indonesia atas provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
ayat (2) UUD NRI 1945 dikatakan bahwa pemerintah daerah provinsi, daerah
perundang-undangan.
terkait dengan urusan pemerinthan daerah pada sektor wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
44
1. Desentralisasi Dalam Bidang Pesisir&Pulau-Pulau Kecil Menurut
UU No. 27/2007
Lingkup pengaturan Undang-Undang ini secara garis besar terdiri dari
a. Perencanaan
45
bertahap tersebut disertai dengan upaya pengendalian dampak
Pulau Kecil dibagi ke dalam empat tahapan: (i) rencana strategis; (ii)
b. Pengelolaan
penyelesaian konflik.
46
keterkaitan ekonomi, dan keterkaitan sosial budaya dalam satu
pertumbuhan ekonomi.
pesisir;
wilayah pesisirnya;
47
oleh Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan dunia usaha. Kemudian
laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut pada
48
ikan, dll), Izin Lokasi tersebut harus diikuti dengan Izin
Pengelolaan.
sanksi administratif.
49
hukum asing hanya dapat melakukan penanaman modal asing
bersangkutan.61
50
kelautan serta industri perikanan secara lestari, pertanian organik,
51
di dapatkan berdasarkan pada asas desentralisasi merupakan suatu konsep
dari tatanan konsep secara otonomi daerah maka daerah otonom yang
52
fungsi pemerintahan daerah kabupaten/kota. Kewenangan yang dimiliki oleh
pemerataan serta keadilan maka, perlunya nilai efisiensi dan efektivitas pada
kabupaten/kota.
53
pada Pasal 12 ayat (3) UU 23/201464 yang dimana urusan tersebut bukan
54
Tabel 1
Pembagian Urusan Bidang Kelautan Dan Perikanan
55
Setelah diberlakukannya UU 23/2014 yang sampai pada saat ini
pesisir dan pulau-pulau kecil. Menurut Abdul Azis Said selaku Kepala
Bidang Tangkap, Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dinas Kelautan dan
65 Wawancara dengan Abdul Azis Said, Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi
56
pemerintah provinsi berdasarkan UU 23/2014, pemerintah pusat telah
Permen KP 23/2016).
57
dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota berdasar pada UU
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai norma, standar, dan
pedoman bagi Pemerintah Daerah provinsi dalam melakukan
penyusunan Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil. (2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Menteri ini
untuk mewujudkan Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil secara terpadu pada tingkat Pemerintah Daerah
provinsi.
Pemerintah daerah provinsi kedepannya dalam melaksanakan
daerah.
sangat berarti bagi kehidupan manusia di bumi. Potensi sumber daya pesisir
58
suatu pendekatan yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya,
2004, yang menyebutkan bahwa Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan
59
b. Pengaturan administratif.
konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut hanya untuk sumber daya di luar
minyak dan gas bumi. Dengan kata lain, minyak dan gas bumi menjadi
wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pangkal ke
dimaksud pada ayat (3) paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi
60
maka mulai dari garis pantai hingga 12 mil laut menjadi kewenangan
Pemerintah Provinsi.
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil masih dapat membuat RZWP-3-K serta
61
Pasal 50 ayat (3)
tugas dan fungsi kabupaten/kota dalam hal pengelolaan wilayah pesisir dan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tidak begitu banyak dan sudah
yang terbatas.
62
terbatas.66 Situasi yang sama juga pastinya berpotensi terjadi untuk
dapat mendukung kinerja pemerintah provinsi dalam hal ini terkait dengan
kegiatan, dan yang tidak kalah penting adalah menangani konflik kelautan
66 Wawancara dengan Abdul Azis Said Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi
63
melakukan pengelolaan dan pemanfaatan secara penuh berdasarkan
penetapan untuk RZWP-3-K hingga dengan pemberian Izin lokasi dan izin
itu rencana strategis wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang selanjutnya
disebut RSWP- 3-K, rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
dan pulau-pulau kecil yang selanjutnya disebut RPWP-3-K; dan rencana aksi
Permen KP 23/2016
Pasal 5
(1) Pemerintah Daerah provinsi menyusun RSWP-3-K yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dan/atau komplemen dari penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).
Pasal 17
(1) Pemerintah Daerah provinsi dalam menyusun RZWP-3-K mengacu
pada:
a. Rencana Tata Ruang Laut Nasional dan/atau Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Zonasi Kawasan Laut; dan
64
c. RSWP-3-K atau RPJPD provinsi yang yang terkait dengan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Pasal 52
(1) Pemerintah daerah provinsi dalam menyusun RPWP-3-K mengacu
pada RSWP-3-K dan RZWP-3-K.
Pasal 62
a. Pemerintah daerah provinsi dalam Penyusunan RAPWP-3-K
mengacu pada RSWP-3-K, RZWP-3-K dan RPWP-3-K dengan
mempertimbangkan: kemampuan dalam pembiayaan, sumber daya
manusia, dan fasilitas dalam pelaksanaan rencana aksi oleh
pemerintah daerah atau Pemangku Kepentingan Utama.
b. kesesuaian dan kemampuan implementasi kegiatan program oleh
sektor terkait lainnya yang tertuang dalam Rencana Anggaran Kerja
Pembangunan Daerah (RAKPD) yang bersangkutan; dan
c. kemampuan dan ketersediaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain dari pada itu hal yang yang menjadi implikasi dari peniadaan
65
masyarakat kabupaten/kota yang bisa saja tidak terakomodir dalam
provinsi sulit untuk mengambil kebijakan atau membuat regulasi dan produk
di daerah. Hal tersebut lama kelamaan menjdai hal yang serius untuk
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
67
demi hukum karena jelas, uu 23/2014 yang berlaku meniadakan
kewenangan tersebut.
B. Saran
pulau kecil.
68
DAFTRA PUSTAKA
A. Buku
Ahmad Rifai, 2011, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum
Progresif, Cet. II, Sinar Grafika, Jakarta.
69
_______________, 2010, Hukum Administrasi dan Good Governance,
Universitas Trisakti, Jakarta
Philipus M. hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, 2009, Argumentasi Hukum, Cet.
IV,:Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2014, Penelitian Hukum, Edisi Revisi Cetakan ke-9,
Kencana Pranada Media Group, Jakarta.
70
B. Artikel, Makalah, dan Karya Ilmiah
71
LAMPIRAN
72