PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikro penis adalah kecilnya ukuran penis seseorang. Pada kondisi ereksi
di bawah 7 cm sudah dikategorikan mikropenis (normalnya rata-rata 12,5 cm).
Mikropenis dapat terjadi akibat dari kurangnya kadar hormon seks pria atau
testoteron saat trimester kedua dan ketiga masa kehamilan. Atau bisa disebabkan
karena ketidak-mampuan dalam merespon hormon testoteron secara normal.
Sebetulnya jika terdeteksi sejak masih masa kanak-kanak, mikropenis
dapat lebih dini diatasi dengan cara terapi penyuntikan hormon testosteron 3
minggu sekali sebanyak 6 kali berturut-turut, yang biasanya dilakukan di
poliklinik endokrinologi anak.Namun jika usia sudah dewasa, agak sulit
'memperbaiki' kondisi ini, kecuali dengan cara operasi. Saat ini, telah banyak
pengobatan yang dapat dilakukan. Dan untuk membesarkan ukuran penis, dapat
dilakukan dengan teknik ini, yang disebut dengan phalloplasty. Operasi
membesarkan penis ini menggunakan kulit dari lengan bawah dan disambungkan
pada penis yang asli. Pasien juga akan mendapat urethra untuk saluran buang air
kecilnya dan protesa penis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Mikro penis adalah kecilnya ukuran penis seseorang. Pada kondisi ereksi
di bawah 7 cm sudah dikategorikan mikropenis (normalnya rata-rata 12,5 cm).
Mikropenis dapat terjadi akibat dari kurangnya kadar hormon seks pria atau
testoteron saat trimester kedua dan ketiga masa kehamilan. Atau bisa disebabkan
karena ketidak-mampuan dalam merespon hormon testoteron secara
normal.Seorang pria dikatakan memiliki mikropenis apabila panjang penisnya
kurang dari 2,5 standar deviasi rata-rata ukuran penis pria normal pada usia
tertentu.Acuan ukuran yang dapat dipakai adalah apabila ukuran penis kurang dari
2 cm saat kelahiran, 2,5 cm saat berusia satu tahun, 4 cm pada masa pubertas, dan
10 cm di akhir masa pubertas atau saat dewasa.
selain itu dikatakan fenomena penis anak yang sangat kecil. Ukuran penis
anak yang mengalami mikropneis tak lebih besar dari ibu jari. Umumnya, panjang
penis pada anak yang baru lahir mencapai 3-4 cm. Sedangkan pada umur 1 tahun,
rata-rata panjang penis anak mencapai 3-5 cm. Jika ukuran kurang dari ukuran
normal bisa jadi anak mengalami mikropenis.
B. Etiologi
1. Kelainan SSP
2. Kelainan gonad
3. Disgenesis gonad, sindrom Klinefelter, sindrom insensitivitas parsial,
sindrom Bjoreson
4. Idiopatik
C. Patofisiologi
Penyebab pasti dari mikropenis belum diketahui secara pasti. Namun ada
beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain makanan yang dikonsumsi ibu
ketika mengandung anak. Makanan yang mengandung hormon estrogen (zat
penggemuk pada hewan ternak) dapat memicu terjadinya mikropenis.selain itu
mikropenis dapat disebabkan karena faktor hormonal sejak seorang anak masih
dikandung, salah satunya adalah kekurangan hormon androgen pada
kehamilan dini.
Mikropenis juga dapat diakibatkan oleh zat kimia yang disebut endocrine
disrupter chemicals(EDC) yang dapat mengganggu atau mengubah fungsi
endokrin sehingga terjadi penghambatan kerja androgen, terutama menggangu
substansi yang bertanggung jawab dalam pembentukan organ seksual dan
perkembangan karakteristik sekunder laki-laki.
Salah satu contoh EDC adalah zat yang terdapat dalam pestisida kimia seperti
diklorodifenil-trikloroetan (DDT). Zat pengganggu tersebut dapat bereaksi dengan
estrogen atau reseptorandrogen serta sebagai senyawa antagonis yang melawan
hormon endrogen.
D. Patway
E. Manifestasi Klinik
1. Anamnesis
Riwayat keluarga : adanya riwayat lahir mati atau hipospadia,
kriptorkismus, infertilitas atau kelainan kongenital ke arah kelainan
genetik yang diturunkan.
Riwayat obstetri : berupa penurunan gerakan janin atau otot bayi yang
waktu dilahirkan (sindrom Prader-Wilii)
Terapi Farmakologi
G. Pengobatan
Untuk pengobatan mikropenis, dapat ditempuh terapi hormon sejak dini,
bahkan sejak bayi menggunakan intramuskular testoteron atau gel
dihidrotestoteron topikal. Terapi yang dilakukan sebaiknya sebelum masa
pubertas atau sebelum berusia 14 tahun. Terapi diberikan 4 kali setiap 3-4 minggu
dengan total sebanyak 4 suntikan. Terapi ini memiliki beberapa efek samping
seperi seringnya terjadi ereksi, memacu penutupan lempeng tulang, dan
memacu pubertas apabila terapi diberikan secara berlebihan.
Apabila terapi hormon tidak berhasil dilakukan, pengobatan yang dapat
ditempuh adalah bedah orchiopexy. Bedah ini dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor fisiologis, teknis, dan risiko apabila operasi diadakan
terlalu dini. Secara fisiologis, waktu yang tempat untuk melakukan operasi ini
adalah saat kelahiran hingga usia 6 bulan.Usia 6-12 bulan, bayi mulai memiliki
kesadaran diri dan kewaspadaan akan dipisahkan dengan ibunya.Kewaspadaan ini
akan meningkat pada usia 1-3 tahun sehingga apabila anak pada usia tersebut
dioperasi maka harus didampingin ibunya. Pada usia 3-6 tahun, akan lebih mudah
untuk melakukan operasi namun di atas usia 6 tahun, mereka mulai cemas
dengan operasi kelamin yang akan dijalani.Secara teknis, orchiopexy dapat
dilakukan oleh ahli pediatrik dengan bantuan bius yang baik.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Riwayat keluarga : adanya riwayat lahir mati atau hipospadia, kriptorkismus,
infertilitas atau kelainan kongenital ke arah kelainan genetik yang diturunkan.
Riwayat obstetri : berupa penurunan gerakan janin atau otot bayi yang waktu
dilahirkan (sindrom Prader-Wilii)
b. Pemeriksaan fisik
Mencari adanya dismorfik yang merupakan tanda sindrom malformasi
Ukuran penis kurang dari 2,5 SB ukuran normal menurut usia tanpa ditemukan
kelainan diferensiasi seksual
c. Pemerikasaan penunjang
a. Hormonal (LH, FSH, testosteron) dicurigai adanya pan-
hipopituitarisme
b. Analisis kromosom dilakukan atas indikasi, misalnya pada kasus
mikropenis dengan congenital anomaly lainnya
4. Diagnosa Keperawatan
5. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Kasus
B. Penjelasan
1. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Suku/Bangsa :
Agama :
Status Marietal :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Bahasa yang digunakan :
Alamat :
Cara Masuk :
Keluhan Utama :
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Sebelum Sakit
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Keadaan Kesehatan Lingkungan
3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum :
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 80 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 90/60 mmHg.
Respirasi : 20 x/menit
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan