PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kekayaan
alam berupa keanekaragaman jenis tumbuhan tropis yang telah
banyak memberikan manfaat untuk kemaslahatan manusia. Banyak
dari tumbuhan tersebut dimanfaatkan diantaranya sebagai kebutuhan
makanan, perumahan dan pengobatan. Salah satunya adalah
tumbuhan tembelekang (L. camara). Tumbuhan ini dikenal sebagai
salah satu tanaman obat tradisional yang cukup dikenal luas
masyarakat khususnya di Sulawesi Selatan. Termasuk dalam famili
verbenaceae dari tumbuhan yang disebut semak belukar ataupun
pohon, yang terdiri dari sekitar 100 genera dan 2.600 jenis dan banyak
terdapat didaeah tropis. (Iwan dini, dkk. 2011)
Di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, tumbuhan L.
camara yang banyak sekali tumbuh sebagai tumbuhan liar terkesan tidak
diperhatikan dan tidak termanfaatkan, padahal tumbuhan ini dikenal dan
banyak digunakan sebagai tanaman obat. Oleh masyarakat Sulawesi
Selatan, daun tumbuhan digunakan sebagai obat yang dapat mempercepat
penyembuhan luka. Selain itu, juga berkhasiat mengatasi; sakit kulit, gatal-
gatal, bisul, luka, batuk, rematik, memar, dan bengkak. (Iwan dini, dkk.
2011)
Pemeriksaan kandungan senyawa kimia tumbuhan ini telah
dilakukan. Pada tahun 1994, Rini Asterina melakukan pemeriksaaan
flavonoid dan verbaskosid daun Lantana camara L., memperoleh andanya
senyawa golongan flavonoid pada daun yang diekstrak dengan
menggunakan etanol 95%. Golongan flavonoid ini tergolong sebagai
senyawa flavonol. Tahun 1996, Tedjo Narko melakukan studi efek anti
bakteri dari minyak atsiri daun L. camara Linn dan memperoleh bahwa
minyak atsiri dari daun L. camara Linn mempunyai efek anti bakteri lebih
besar terhadap S. pygenes, sebaliknya menunjukkan efek anti bakteri yang
lebih kecil terhadap S. aureus dan E. coli.. Berdasarkan pemeriksan secara
fitokimia pada tumbuhan ini ditemukan senyawa golongan alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin dan kuinon (Pian Sopyan Nurochman, 1996). Pada
senyawa lantaden XR glikosida, yaitu senyawa turunan flavonoid. (Iwan
dini, dkk 2011)
B. Maksud percobaan
Maksud dari praktikum ini adalah untuk memahami dan
mengetahui cara mengekstraksi zat aktif yang terkandung dalam
rimpang jahe dengan menggunakan metode soxhletasi dan
mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam rimpang jahe
dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT).
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengekstraksi zat
aktif yang terkandung dalam rimpang jahe dengan menggunakan
metode soxhletasi dan mengidentifikasi senyawa kimia yang
terkandung dalam rimpang jahe dengan metode KLT.
D. Prinsip Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Family : Verbenaceae
Genus : Lantana
Spesies : Lantana camara L (Anonim. 2017)
2. Morfologi
Tembelekan kadang tumbuh liar atau di tanam sebagai
tanaman hias atau tanaman pagar. Perdu, tegak atau memanjang,
tinggi 0,5 sampai 4 meter, berbau. Batang berkayu, bercabang,
banyak ranting, bentuk segi empat, berduri, berambut. Daun
tunggal, berhadapan, bundar telur, ujung runcing, pangkal tumpul,
tepi bergerigi, pertulangan menyirip, kedua permukaan berambut,
perabaan kasar, panjang 5-8 cm, lebar 3,5-5 cm, warnanya hijau
tua. Perbungaan majemuk bentuk butir, mahkota bagian dalam
berambut, warnanya putih, merah muda, jingga, kuning, dan
sebagainya. Buah buni, tangkai berambut, masih muda hijau, bila
masak hitam mengkilap.
3. Nama daerah
Sumatera: bunga (Melayu). Jawa: Kembang satek,
saliyara, saliyere, tai hayam, t. kotok, cente (Sunda), kembang
telek, oblo, puyengan, pucengan, tembelek, tembelekan,
teterapan, waung, wileran (Jawa), kamanco, mainco, tamanjho
(Madura).
4. Khasiat dan kegunaan
a. Menurut literatur
Daun tembelekan berkhasiat sebagai obat luka,
menghilangkan gatal (anti-pruritus), anti-toksik, menghilangkan
bengkak, perangsang muntah, peluruh haid, peluruh keringat
(sudorifik).
b. Menurut empiris
Daun tembelekan di gunakan sebagai obat sakit kulit,
gatal-gatal, keseleo, rematik, panas tinggi, perangsang
muntah pada keracunan makan.
5. Kandungan kimia
Daun tembelekan mengandung lantadene A, lantadene B,
lantanolic acid, lantic acid, humulene, (mengandung minyak atsiri),
-caryophyllene, -terpidene, -pinene, dan p-cymene.
B. Uraian Metode Ekstraksi Bahan Alam
1. Pengertian ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian adalah suatu cara yang
dilakukan untuk mengerluarkan atau menarik zat aktif yang
terdapat didalam sel bahan alam dengan menggunakan metode
ekstraksi dan pelarut pengekstraksi yang sesuai. (Tim dosen.
2016)
2. Tujuan ekstraksi
Untuk menarik zat aktif yang terdapat dalam sel simplisia
dengan menggunakan metode ekstraksi dan pelarut pengekstraksi
yang sesuai. (Tim dosen. 2016)
3. Jenis-jenis ekstraksi
a. Ekstraksi secara dingin
Metode ekstraksi secara dingin adalah metode ekstraksi
yang didalam proses kerjanya tidak memerlukan pemanasan.
Metode ini di peruntukkan untuk simplisia yang mengandung
komponen kimia yang tidak tahan terhadap pemanasan dan
simplisia yang mempunyai tekstur yang lunak atau tipis. Cara
ekstraksi yang termasuk dalam metode ekstraksi dingin antara lain:
maserasi, perkolasi, dan soxhletasi. (Tim dosen. 2016)
1. Maserasi
Maserasi adalah cara penyaringan yang sederhana.
Maserasi di lakukan dengan cara merendam simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari (biasanya 5 hari) pada
temperature kamar dan terlindung dari cahaya.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol,
air-etanol atau pelarut lain. Bila cairan penyari yang
digunakan adalah air maka untuk mencegah timbulnya
kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang
diberikan pada awal penyarian (Sediaan galenika, 1986).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan
mudah diusahakan. Sedangkan kerugian cara maserasi
adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang
sempurna (Sediaan galenika, 1986).
Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan
pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan
konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga
dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan
di dalam sel dengan larutan di luar sel (Sediaan galenika,
1986).
Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan
selama waktu tertentu. Waktu tersebut diperlukan untuk
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut
terlarut dalam cairan penyari seperti malam dan lain-lain
(Sediaan Galenika, 1986).
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:
a. Digesti
b. Maserasi dengan mesin pengaduk
c. Remaserasi
d. Maserasi melingkar
e. Maserasi melingkar bertingkat
Prinsip kerja maserasi yaitu serbuk simplisia direndam
dalam wadah maserasi dengan pelarut yang sesuai selama
5 hari. Dan setiap 24 jam dilakukan pengadukan, setelah 5
hari disaring. Maserasi dilakukan 3 kali 5 hari (Sediaan
galenika, 1986).
2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan cara perkolasi
adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder yang pada bagian bawahnya diberi sekat berpori.
Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk
tersebut, sehingga cairan penyari akan melarutkan zat aktif
dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai mencapai
keadaan jenuh. Gerakan kebawah cairan penyari yang telah
melarutkan zat aktif disebabkan karena adanya kekuatan
gaya berat dari cairan penyari itu sendiri dan tekanan
penyari dari cairan penyari yang ada diatasnya, dikurangi
dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan
gerakan kebawah (Tim Dosen, 2016).
C. Prosedur Kerja
1. Pengambilan Sampel
Bagian tanaman yang digunakan adalah daun temblekan (Lantana
camara L) yang berasal dari Desa Kec. Kab. Takalar Prov.
Sulawesi Selatan. daun tembelekan (Lantana camara L) di ambil
pada pukul 08:00-11:00 WITA.
2. Pengolahan sampel
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil daun jambu biji, lalu dicuci dengan air mengalir
c. Dipotong-potong kecil membentuk haksel
d. Dikeringkan pada suhu kamar sampai betul-betul kering
e. Setelah kering dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup
dengan baik.
3. Ekstraksi sampel
a. Ekstraksi secara maserasi
Wadah maserasi berupa toples di cuci sampai bersih, di
keringkan dan di bilas dengan methanol, kemudian sampel
yang telah di gunting-gunting kecil di timbang sebanyak 3 gram
dan di masukkan kedalam toples dan I tekan dengan batang
pengaduk hingga rata permukaannya, lalu ditambahkan pelarut
methanol kira-kira dua bagian dari sampel kemudian di tutup
dengan aluminium foil dengan rapat dan diikat dengan benar
kasar dan simpan pada tempat yang tidak terkena cahaya
langsung pada temperatur kamar, setelah 24 jam sampel di
aduk-aduk hingga sampel bagian bawah berada pada bagian
atas. Setelah 5 hari sampel di saring dengan menggunakan
kertas saring atau kapas bebas lemak kedalam botol-botol
penapung. Ampasnya dimasukkan kembali di dalam toples dan
di lakukan seperti semula. Maserasi dilakukan 3 kali 5 hari.
Ekstrak yang di peroleh di kumpulkan dan di enaptuangkan
selama semalam, filtrate dan endapan di pisahkan. Fltrat di
ambil dan di uapkan hingga kering atau kental dan selanjutnya
di identifikasi komponen kimianya.
b. Ekstraksi secara perkolasi
Perkolator dicuci sampai bersih, dikeringkan kemudian dibilas
dengan metanol. Simplisia yang telah diserbuk, ditimbang
kemudian dibasahi dengan pelarut metanol dalam gelas kimia
dan biarkan mengembang selama 3 jam Setelah itu massa
diindahkan ke dalam perkolator dan diratakan dengan batang
pengaduk, kemudian diberikan kertas saring atau kapas pada
bagian atas massa(simplisia) Tambahkan cairan penyari
Setelah perkolator sudah penuh dengan cairan penyari maka
kran perkolatordibuka dan tetesan perkolatnya diatur dengan
kecepatan 1 ml per menit. Perkolat yang keluar ditampung
dalam wadah penampung, sementara cairan penyari ditambah
pada bagian atas perkolator secara kontinu Perkolat
dikumpulkan dan dan dienap tuangkan selama semalam Filtrat
dan endapan dipisahkan, kemudian filtrat diuapkan hingga
kering Hasil akhirnya berupa ekstrak yang sangat kental
c. Ekstraksi secara soxhletasi
Labu alas bulat dan kondensor dicuci dengan sabun,
dikeringkan kemudian dibilas dengan methanol. Kondensor
dipasang pada statif dengan kuat. Sampel ditimbang dan
dimasukkan ke dalam labu alas bulat, kemudian ditambahkan
cairan penyari methanol sebanyak 2/3 bagian dari sampel lalu
ditutup dengan gabus yang berlubang kemudian dipasang pada
kondensor di atas tangas air. Setelah terpasang kuat, aliran air
dan tangas air dijalankan hingga 4 jam. Setelah itu sampel
disaring, ekstrak ditampung dalam wadah dan ampasnya
dibuang.
d. Ekstraksi secara refluks
Dimasukkan Sampel dan cairan penyari Kedalam labu alas
bulat 250 ml, susun alat untuk refluks, lakukan refluks dengan
api secukupnya selama 2 jam dan hentikan. Letakkan
Erlenmeyer dibagian bawah kondensor untuk tempat akhir zat
aktif sampel. Ditunggu selama 3-4 jam. Untuk mencegah
bumping, maka batu didih diletakkan pada ember atau wadah
yang berisi air tempat dimana Erlenmeyer diletakkan. Hasil
penarikan zat aktif diletakkan dipirex dan dianginkan hingga
terbentuk dua fase. Fase filtrate kemudian diambil dan
dipanaskan diheating mantle. Hasil akhirnya berupa ekstrak
yang sangat kental.
4. Ekstraksi dengan pelarut eter
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil ekstrak methanol kering, lalu ditambahkan 50 ml
aquadest.
c. Dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 3 x 50 ml
dietil eter
d. Ditutup corong pisah, lalu dibalik kemudian dikocok pada satu
arah beberapa kali.
e. Setelah dikocok, dibuka kran corong untuk mengeluarkan gas
dari cairan tersebut
f. Ditutup kran corong lalu corong dibalik seperti semula dan
dibiarkan beberapa saat hingga terjadi pemisahan lapisan air
dan eter, lalu dikeluarkan dan ditampung dalam wadah yang
berbeda.
g. Dimasukkan lagi lapisan air kedalam corong pisah dan
dilakukan seperti semula, dilakukan 3 kali ekstraksi.
h. Dikumpulkan ekstraksi eter dan diuapkan.
5. Ekstraksi dengan pelarut n-butanol
a. Diambil lapisan air dari ekstrak eter.
b. Dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan dengan n-
butanol sebanyak 3 x 50 ml.
c. Ditutup corong pisah, lau dibalik kemudian dikocok pada satu
arah beberapa kali.
d. Setelah dikocok, dibuka kran corong untuk mengeluarkan gas
dari cairan tersebut
e. Ditutup kran corong dan corong dibalik seperti semula dan
dibiarkan beberapa saat hingga terjadi pemisahan lapisan air
dengan n-butanol, lalu dikeluarkan dan ditampung dalam
wadah yang berbeda.
f. Dimasukkan lagi lapisan air dalam corong pisah dan dilakukan
seperti semulah, dilakukan 3 kali ekstraksi.
g. Diambil ekstraksi n-butanol lalu diuapkan.
BAB IV
HASIL DAN PENBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Table 1 hasil pengamatan
No Pengamatan Sampel
Daun tembelekan (Lantana
camara L)
1. Metode ekstraksi Soxhletasi
2. Bobot sebelum di ekstraksi (g) 100 gram
3. Jumlah cairan penyari (ml) 1000 ml
4. Jumla ekstrak cair (ml) 1000 ml
B. Saran
1. Asisten
Diharapkan kepada asisten agar membimbing kami dalam
melakukan praktikum dan pembuatan laporan.
2. Laboratorium
Diharapkan agar kebersihan laboratorium dan alat-alat praktikum
dapat diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA