Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


pada kegiatan konstruksi merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh seluruh pelaku konstruksi di Indonesia. Hal ini sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum. Kewajiban ini semakin dipertegas dengan
dimasukkannya unsur K3 dalam proses pengadaan barang dan jasa,
sebagaimana dipersyaratkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang dan Jasa maupun pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi.

Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya


Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi, mempunyai tugas dan peran
strategis dalam pembinaan penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, termasuk
yang menyangkut penerapan SMK3 Konstruksi ini. Mengingat urgensi
penyebarluasan informasi mengenai kebijakan maupun pengetahuan terkait
SMK3 Konstruksi, maka Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi setiap
tahunnya mengadakan kegiatan Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi yang
diperuntukkan bagi Pengguna Jasa maupun Penyedia Jasa.

Pada hakikatnya, materi Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi terdiri dari 3 (tiga)
bagian utama, yaitu materi mengenai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan persyaratn
lainnya, materi-materi terkait Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Konstruksi, serta Workshop Penyusunan Rencana K3 Kontrak (RK3K).

ii
Materi ini kemudian dipecah menjadi 12 (dua belas) modul, disesuaikan dengan
jumlah kebutuhan tatap muka setiap harinya dalam pelaksanaan Bimbingan
Teknis, yaitu:
Modul 1. Kebijakan Pemerintah tentang K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
Modul 2. Peraturan Perundangan K3 dan Persyaratan Lainnya
Modul 3. Pengetahuan Dasar K3
Modul 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang
Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
Modul 5. Sistem Manajemen K3 Konstruksi
Modul 6. Pengetahuan Dasar tentang HIV dan AIDS
Modul 7. Manajemen Risiko K3
Modul 8. Penerapan SMK3 dalam Pengadaan Barang dan Jasa
Modul 9. K3 Pekerjaan Konstruksi
Modul 10. Manajemen Lingkungan dan Hygiene
Modul 11. Pra RK3K dan RK3K
Modul 12. Observasi Lapangan

Modul-modul ini telah dikaji dan disusun sedemikian rupa oleh Tim Penyusun
agar dapat dipahami dengan baik oleh para pembaca, tanpa mengubah
substansinya. Namun demikian, sebagaimana pepatah Tak Ada Gading Yang
Tak Retak, maka Tim Penyusun sangat terbuka bagi saran dan kritik yang
membangun, demi tersempurnakannya Modul Bimbingan Teknis SMK3
Konstruksi ini.

Akhir kata, ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu, sehingga Modul Bimbingan Teknis SMK3 Konstruksi ini dapat
tersusun dengan baik dan semoga dapat memberikan manfaat bagi
penggunanya.

Jakarta, Mei 2012


Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................... ii


Daftar Isi . iv
Daftar Gambar ... v
Tujuan Pengajaran vi

I. PENDAHULUAN . 1
II. KEGIATAN K3 PEKERJAAN KONSTRUKSI SECARA UMUM .. 2
2.1. K3 Pekerjaan Tanah ...................... 3
2.1.1. Pekerjaan Galian ................................................. 4
2.1.2. Potensi Sumber Bahaya .................................................... 6
2.1.3. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan ................................. 10
2.1.4. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Tanah ..................... 11
2.1.5. Pencegahan Bahaya Kebakaran di Dalam Galian Tanah . 16
2.1.6. Fasilitas Keselamatan di Dalam Galian Tanah .................. 18
2.2. K3 Pekerjaan Struktur ....................................................... 20
2.3. Pekerjaan Konstruksi Baja ................................................ 27
III. KESIMPULAN ................... 28

Daftar Pustaka ....................................................................................... vii


Tim Penulis ............................................................................................ viii

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pekerjaan Galian ....... 5


Gambar 2. Binatang Berbisa di Lokasi Proyek .............................. 9
Gambar 3. Pekerja Terkena Ledakan .................. 10
Gambar 4. K3 Pekerjaan Bawah Tanah ........... 13
Gambar 5. Memadamkan Api ......... 17
Gambar 6. K3 Pekerjaan Beton ............. 21
Gambar 7. Penutup Ujung Besi Beton .. 21
Gambar 8. Petugas Memandu Menggunakan Crane ..... 22
Gambar 9. Pekerjaan Shootcrete ... 24
Gambar 10. K3 Pekerjaan di Tempat Tinggi ... 26

v
TUJUAN PENGAJARAN

A. TUJUAN UMUM
Peserta paham akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kegiatan
konstruksi, sehingga kecelakaan kerja yang mungkin timbul pada
pelaksanaan konstruksi di lapangan dapat dihindari dengan melaksanakan
prinsip-prinsip K3 pada pekerjaan konstruksi yang ditanganinya.

B. TUJUAN KHUSUS
Peserta akan mampu :
1. Memahami pengertian dan definisi menyangkut K3 Pekerjaan
Konstruksi;
2. Melakukan identifikasi bahaya K3;
3. Melakukan upaya pengendalian bahaya K3 pada setiap item
pekerjaan konstruksi.

vi
K3 PEKERJAAN KONSTRUKSI

I. PENDAHULUAN

Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi diperlukan persiapan dan


perencanaan yang matang serta koordinasi yang baik antara bahan dan alat
yang digunakan, metoda kerja yang akan dilaksanakan dan tenaga
pelaksananya itu sendiri.

Pekerjaan Konstruksi adalah pekerjaan yang kompleks dan sangat potensial


untuk terjadi kecelakaan kerja, mengingat hal-hal sbb:
1. Melibatkan banyak ahli, seperti ahli sipil, ahli struktur, ahli geodesi,
ahli hidrolika, arsitek, ahli mekanikal dan elektrikal, dan lain-lain,
sehingga perlu ada sinkronisasi perencanaan agar setiap kegiatan
berjalan dengan baik dapat saling mendukung sehingga tidak
mengganggu proses kegiatan yang lainnya;
2. Melibatkan banyak tenaga kerja kasar, hal ini sangat rawan untuk
terjadinya kecelakaan kerja. Tenaga kerja kasar biasanya tingkat
pendidikannya rendah, seringkali tingkat kesadarannya untuk
berperilaku selamat sangat kurang, sehingga perlu selalu diingatkan,
diberi pengertian dan pemahaman akan pentingnya menggunakan
Alat Pelindung Diri, tidak bercanda saat bekerja, tidak merokok di
lokasi kerja, dan sebagainya;
3. Hampir semua tenaga kasar adalah laki-laki usia produktif berusia
antara 20 40 tahun, jauh dari pasangan dalam waktu lama, sehingga
sangat potensial untuk terjadinya tindakan perbuatan prostitusi,
terlebih jika lokasi proyek berada di kota atau tempat yang banyak
tersedia hiburan malam;
4. Melibatkan berbagai bahan material, seperti besi beton, bahan kimia
yang mudah terbakar, bahan kimia yang dapat menimbulkan iritasi
kulit, mata, dan sebagainya;

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 1


5. Menggunakan alat berat yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja
karena alat berat yang tidak layak operasi, rem blong, operator yang
tidak punya Ijin Operasi (tidak memiliki SIO), tidak berpengalaman,
menjalankan alat tidak sesuai prosedur, bercanda, lalai dalam
menjalankan alat, dan sebagainya.

Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, meliputi tahapan berikut:


1. Pra Konstruksi yaitu tahapan persiapan mulai dari Feasibility Study,
penyusunan (Detailed Engineering Design) DED, sampai dengan
pelaksanaan pengadaan;
2. Konstruksi, yaitu masa pelaksanaan pembangunan;
3. Paska Konstruksi, yaitu pemanfaatan bangunan konstruksi yang telah
selesai dilaksanakan.

Setiap tahapan kegiatan harus selalu dimasukkan pertimbangan perihal


Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Makin awal unsur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dijadikan bahan pertimbangan, makin besar potensi bangunan
konstruksi tersebut untuk selamat.

II. KEGIATAN K3 PEKERJAAN KONSTRUKSI SECARA UMUM

Ditinjau dari aspek K3, pelaksanaan kegiatan konstruksi yang umum


dilaksanakan, meliputi :

1. Pekerjaan Tanah, meliputi pekerjaan galian saluran, timbunan,


sumuran dan terowongan.
2. Pekerjaan Struktur, meliputi pekerjaan bekisting, pembesian, struktur
beton, shotcrete, pekerjaan pada ketinggian dan pekerjaan konstruksi
baja.

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 2


2.1. K3 Pekerjaan Tanah

Setiap konstruksi yang dibangun sudah dipastikan berhubungan dengan


tanah yang merupakan pondasi alamiah setiap konstruksi bangunan
diatasnya. Oleh sebab itu setiap kegiatan konstruksi yang berhubungan
dengan pekerjaan tanah harus diperhatikan sifat-sifat tanah yang di
tempatinya. Pengetahuan akan sifat-sifat fisik tanah penting untuk
diketahui, karena akan sangat membantu untuk menentukan peralatan
serta metoda yang tepat untuk dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi di lokasi tersebut. Dengan demikian pelaksanaan
pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan dapat berjalan dengan aman,
selamat, segala risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat di
antisipasi untuk dikendalikan.

Pekerjaan tanah pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga),


yaitu:
1. Pekerjaan Galian;
2. Pekerjaan Urugan/Timbunan;
3. Pekerjaan Bawah Tanah.

Sifat-sifat fisik tanah dapat dikelompokkan atas:


1. Tanah lempung;
2. Tanah cadas;
3. Tanah pasir;
4. Tanah kerikil;
5. Tanah lumpur.

Dalam melaksanakan pekerjaan tanah untuk pekerjaan galian, urugan


maupun bawah tanah diperlukan peralatan yang memadai sesuai dengan
lingkup pekerjaannya, peralatan tersebut dapat berupa cangkul, sekop
serta peralatan ringan lainnya maupun peralatan berat seperti excavator,
bulldozer, loader ataupun peralatan berat lainnya. Setiap jenis peralatan

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 3


yang digunakan mempunyai konsekuensi risiko bahaya tersendiri, oleh
sebab itu setiap pekerjaan tanah yang dilaksanakan dengan
menggunakan peralatan tertentu harus ditangani oleh pekerja yang sudah
berpengalaman dan terlatih. Untuk penggunaan alat berat harus dilakukan
oleh tenaga operator alat berat yang bersertifikat. Disamping itu,
diperlukan pengawasan yang baik oleh pelaksana yang mengerti akan
ketentuan-ketentuan K3 pada pekerjaan tanah.

Pada pekerjaan tanah diperlukan prasarana dan sarana pengaman antara


lain :
1. Dinding penahan, perancah dan tangga kerja untuk pekerjaan tanah
dengan ketinggian tertentu, misalnya pada pekerjaan penggalian
diperlukan suatu susunan konstruksi penyangga yang kokoh guna
melindungi pekerja terhadap longsoran;
2. Pagar pengaman agar pekerja atau orang lain tidak jatuh terperosok;
3. Adanya sirkulasi udara, penerangan yang cukup dan alat komunikasi
yang memadai guna pemberian instruksi tanda peringatan bagi pekerja
yang sedang melaksanakan pekerjaan tanah pada ruang tertutup atau
dibawah tanah agar semua orang secara cepat dapat dievakuasi jika
terjadi bahaya;
4. Sarana evakuasi perlu dilengkapi untuk memudahkan evakuasi pekerja
jika situasi pekerjaan membahayakan.

2.1.1 PEKERJAAN GALIAN


Pekerjaan galian tanah dalam suatu kegiatan konstruksi biasanya
merupakan awal dari seluruh kegiatan proyek itu sendiri.
Pekerjaan galian adalah kegiatan penggalian untuk melakukan
pemindahan tanah atau batu-batuan dari suatu lokasi semula ke tempat
lain. Penggalian tanah yang dilakukan tanpa perhitungan yang matang
akan mengakibatkan longsoran yang dapat mengakibatkan terkuburnya
pekerja. Sebagai awal suatu kegiatan dari suatu proyek, maka jika terjadi

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 4


kecelakaan kerja pada s
saat peng
ggalian dilakukan, akan sa
angat
mempeng
garuhi kejiw
waan/rasa
a takut dari pekerja dalam mela
akukan taha
apan
kegiatan selanjutnyya.

Gamba
ar 1. Pekerrjaan Galia
an

Air yang tidak terke


endali saa an penggalian (air ya
at pekerjaa ang keluarr dari
sumber air,
a air hujjan, air ba
anjir dan air
a buangan) dapat m
mengakiba
atkan
ambruknyya atau lon
ngsornya dinding
d tan
nah yang digali.

Bahaya terbesar dari peke


erjaan tan
nah adalah terjadin
nya longso
oran.
Seringkali mengang
ggap peke
erjaan tana
ah yang be
erkedalaman kurang
g dari
2 (dua) meter
m tidakk membaha
ayakan, pa
ada kenya
ataanya se
ering kali te
erjadi
kecelakaan fatal pa
ada pelakssanaan galian tanah pada kedalaman ku
urang
dari 2 (du
ua) meter.

Pekerjaan galian ta an saluran drainase, galian pipa


anah (galia a, galian kabel,
k
saluran irigasi, sumur,
s terrowongan bawah tanah) pe
erlu perhatian
pengama
anannya. Dengan
D engetahui jenis tana
me ah pada pe
ekerjaan ta
anah
yang sed
dang dilakksanakan, maka kitta dapat mengantissipasi kegiatan

Pusa
at Pembinaa
an Penyelenggaraan Konstruksi
K 5
pengamanan yang tepat agar tidak terjadi longsor. Untuk itu diperlukan uji
stabilitas tanah sebagai jaminan kemampuan tanah untuk mendukung
beban bangunan diatasnya.

2.1.2 Potensi Sumber Bahaya

Potensi sumber bahaya pada pekerjaan galian tanah adalah sebagai


berikut:
1. Pekerja tertimbun longsoran tanah
Kecelakaan kerja akibat tertimbun longsoran tanah merupakan
kecelakaan kerja pada pekerjaan tanah yang paling sering terjadi.
Penyebab terjadinya longsor antara lain disebabkan oleh:
a. Kondisi tanah
1) Geologis, antara lain secara geologis memang jenis tanah di
daerah tersebut misalnya berupa tanah berpasir yang mudah
longsor
2) Topografis, antara lain letak dari pekerjaan galian berada di
daerah yang punya kemiringan tinggi.
3) Lereng galian, antara lain sudut kemiringan galian terlalu curam,
tanpa diberi turap penahan.

b. Air
1) Air tanah:
Muka air tanah yang tinggi dapat menyebabkan melemahkan
kekuatan daya ikat tanah.
2) Air permukaan:
Akibat terjadinya genangan/banjir ataupun akibat curah hujan
yang tinggi dapat menimbulkan kestabilan tanah berkurang
sehingga terjadi longsor.

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 6


c. Alat berat
Akibat penggunaan alat berat ataupun alat angkut pengangkut tanah
galian yang hilir mudik; di lokasi pekerjaan dapat menimbulkan
getaran-getaran yang menyebabkan keruntuhan galian.

2. Pekerja tenggelam akibat banjir


Banjir yang terjadi secara tiba-tiba tanpa sempat diantisipasi
sebelumnya dapat mengakibatkan pekerja yang bekerja di dalam
saluran/galian tidak sempat untuk menyelamatkan diri. Kecelakaan
yang terjadi bisa disebabkan oleh dinding penahan yang tiba-tiba jebol
tidak kuat menahan besarnya arus air dan pipa air yang bocor terkena
alat atau banjir dari sungai yang sedang digali untuk pondasi
mengakibatkan kondisi tak terkendali.
Banjir yang terjadi dapat disebabkan oleh kondisi tanah yang digali
merupakan rawa dan terdapat banyak sumber air, atau karena hujan
yang turun di daerah hulu sungai sehingga tidak bisa diantisipasi
sebelumnya. Dapat juga disebabkan oleh saluran pipa air yang pecah
terkena alat penggali dan dapat juga disebabkan oleh tanggul dinding
penahan yang jebol.

3. Pekerja tersengat aliran listrik


Pada pekerjaan galian tanah di daerah bandara, pelabuhan, pabrik dan
tempat-tempat umum lainnya, seringkali sudah banyak ditanam utilitas
bawah tanah seperti kabel listrik bawah tanah. Keberadaan lampu
penerangan, peralatan listrik ataupun lampu pengatur lalu lintas
merupakan indikasi bahwa di wilayah tersebut terdapat kabel-kabel
listrik yang tertanam dibawah tanah.

Jika menemui kondisi tersebut, sebelum pekerjaan galian dilaksanakan


lakukan hal-hal sebagai berikut :

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 7


a. Dapatkan peta layout penempatan kabel-kabel listrik dari PLN
ataupun pemilik lahan di wilayah tersebut, untuk digunakan sebagai
referensi pekerjaan penggalian;
b. Jika peta layout tidak didapatkan, buat gambar perkiraan denah
kabel dibawah tanah di wilayah tersebut berdasarkan informasi
pemilik lahan dan atau pekerja yang melakukan pemasangan kabel
listrik sebelumnya;
c. Pada tempat-tempat tertentu, seperti tikungan, persimpangan atau
titik singgung dengan galian, gali tanah secara manual dengan
menggunakan alat gali yang bertangkai kayu (cangkul, sekop, dll)
guna menghindari tersengat arus listrik dan terputusnya kabel listrik
akibat alat berat yang digunakan;
d. Penggalian dilakukan dengan hati-hati sampai menemukan lokasi
kabel;
e. Posisi kabel yang telah ditemukan ditandai dengan patok kayu dan
dituliskan juga kedalamannya;
f. Jika menemukan kabel yang rusak atau terkelupas, secepatnya
tempat tersebut diberi tanda dan diamankan;
g. Jika perlu digunakan alat cable locator untuk menentukan seluruh
lokasi dari kabel yang ada;
h. Gunakan Alat Pelindung Diri (sepatu karet, kaos tangan) pada saat
melakukan penggalian.

4. Pekerja menghirup gas beracun.


Kondisi bawah tanah kadang mengeluarkan gas beracun, baik itu
berasal dari pipa bawah tanah yang bocor terkena alat atau berasal dari
kandungan gas yang terjebak dalam tanah.

5. Pekerja tersembur bahan kimia.


Pada pekerjaan galian di daerah pabrik bahan kimia, terdapat
kemungkinan alat penggali merobek pipa bahan kimia jika tidak berhati-
hati. Semburan bahan kimia ini dapat berakibat fatal jika tidak

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 8


diantisipasi dengan baik sebelum terjadi. Diperlukan penggunaan Alat
Pelindung Diri seperti sepatu, sarung tangan dan jaket yang tahan
terhadap zat kimia.

6. Pekerja menghirup debu.


Pada saat pekerjaan galian dilaksanakan di daerah kering dan berdebu,
debu halus akan sangat berbahaya jika terhirup oleh pekerja dan
masuk kedalam paru-paru.

7. Pekerja tertimpa alat berat/material/bangunan.


Beban berat seperti tembok bangunan ditepi galian, kendaraan truk dan
alat-alat yang beroperasi disekitar galian, ada kemungkinan dapat
terjerumus kedalam galian dan menimpa pekerja.

8. Pekerja digigit binatang berbisa.


Kadang kala saat penggalian dilakukan ada binatang berbisa di dalam
tanah yang terusik keberadaannya sehingga menggigit pekerja.

23/05/2012 13

Gambar 2. Binatang Berbisa di Lokasi Proyek

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 9


9. Pekerja terkena ledakan.
Pada daerah-daerah tertentu seringkali masih tersimpan granat
ataupun bom peninggalan perang dunia yang masih aktif yang terkubur
dalam tanah.

Gambar 3. Pekerja Terkena Ledakan

10. Pekerja terjatuh kedalam galian


Tanah galian yang basah disekitar galian dapat mengakibatkan
terjatuhnya pekerja kedalam galian.

2.1.3 Pencegahan Terjadinya Kecelakaan


Pencegahan terjadinya kecelakaan pada lokasi proyek dapat dilakukan
dengan:
1. Memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain
Permenaker No. 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Konstruksi Bangunan, Keputusan Bersama Menteri Tenaga
Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. 174/MEN/1986 dan
104/KPTS/1986 tentang. Keselamatan dan Kesehatan kerja pada
tempat kegiatan Konstruksi.
2. Memenuhi persyaratan minimal pekerjaan galian yang berlaku.
Dengan mengacu pada standar dan aturan yang ada tentang
persyaratan pekerjaan galian, maka potensi bahaya yang mungkin
terjadi dapat kita kendalikan dengan membuat program pencegahan

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 10


dan pengendalian sehingga potensi bahaya yang dapat terjadi bisa di
antisipasi dan di kurangi bahkan dihilangkan.

2.1.4 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Tanah


1. Rencana Galian
Dalam merencanakan galian yang akan dilaksanakan perlu dilakukan
identifikasi terhadap:
a. Keadaan tanah dan air tanah, jaringan utilitas bawah tanah,
khususnya listrik, saluran air dan gas;
b. Kondisi tanah; apakah tanah keras atau tanah lunak, ini akan
mempengaruhi penggunaan peralatan kerja yang tepat yang perlu
disediakan;
c. Tenaga Kerja; harus terlindung dari bahaya tertimbun tanah/bahan
galian atau bahaya roboh akibat tanah longsor;
d. Pengujian untuk gas; pada kondisi tertentu perlu dilakukan
pengujian kemungkinan adanya gas beracun;
e. Harus dilakukan semaksimal mungkin upaya-upaya untuk
mencegah terjadinya tanah longsor akibat getaran mesin dan lalu
lintas kendaraan umum;
f. Harus direncanakan sedemikian rupa agar air dapat mengalir
secara teratur dari tempat penggalian;
g. Harus direncanakan jangan sampai gas buang hasil pembakaran
motor terperangkap dalam parit galian;
h. Lampu-lampu peringatan utamanya pada malam hari harus
dipasang untuk mencegah orang jatuh kedalam saluran;
i. Pemeriksaan secara teratur dan menyeluruh harus dilakukan oleh
ahli teknik yang berwenang.

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 11


2. Galian Terbuka
Dalam melaksanakan pekerjaan galian terbuka, wajib dipenuhi
persyaratan berikut:
a. Setiap pekerjaan yang dilakukan harus terjamin tidak adanya
bahaya yang disebabkan oleh kejatuhan tanah, batu atau bahan-
bahan lainnya yang terdapat di pinggir atau di dekat pekerjaan
galian;
b. Pinggir-pinggir atau dinding-dinding pekerjaan galian harus diberi
pengaman dan penunjang yang kuat untuk menjamin keselamatan
orang yang bekerja di dalam lubang galian atau parit;
c. Setiap tenaga kerja yang bekerja dalam lubang galian harus
dilindungi dari pengaruh cuaca (hujan, panas, angin kencang, dan
lain-lain).

3. Pekerjaan Galian Di Bawah Tanah


Dalam melaksanakan pekerjaan galian di bawah tanah, wajib dipenuhi
persyaratan berikut:
a. Semua tempat kerja dibawah tanah harus selalu diperiksa paling
sedikit sekali dalam setiap pergantian shift kerja;
b. Tempat yang ditempati oleh para pekerja yang agak terpencil harus
selalu diperiksa paling sedikit dua kali untuk setiap pergantian shift;
c. Pemeriksaan yang teliti harus dilakukan paling sedikit sekali
seminggu terhadap semua mesin-mesin, peralatan, bangunan-
bangunan, penyangga, jalan keluar, gudang, fasilitas kesehatan,
sanitasi dan tempat kerja;
d. Semua pekerja harus dikeluarkan dari tempat kerja bawah tanah
apabila ventilasi udara macet (tidak bekerja atau ada bahaya lain
yang mengancam keselamatan);
e. Apabila didapat ada sebagian tempat bekerja di bawah tanah yang
berbahaya, daerah yang bersangkutan harus dipagari;

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 12


f. Ha
arus tersed
dia sistem komunikas
si yang me
enghubung
gkan pekerja di
ba
awah tanah
h dengan diatas perrmukaan ta
anah, serta
a berhubungan
de
engan bebe
erapa temp
pat lainnya
a;
g. Pa
ada tempat kerja di bawah tan
nah yang keadaanny
k ya basah, para
pe
ekerja haru
us dilengkapi ddeng
gan pakaia
an tahan a
air dan se
epatu
bo
oot;
h. Se
etiap tenag
ga kerja dilarang
d memasuki
m konstruksi banguna
an di
ba
awah tanah, kecuali tempat kerja
k telah diperiksa
a oleh pettugas
khusus dan dinyatakan
n bebas da
ari bahaya
a akibat be
enda jatuh,, uap
ata
au gas berrbahaya, ra
adiasi, dan
n peledakan;
i. Se
emua oran
ng yang tiidak berke n dengan tugas didalam
epentingan
terrowongan tidak diperrbolehkan masuk. Se
emua oran
ng yang masuk
terrowongan harus dica
atat dan diidentifikasi;
j. Se
etiap peke
erja/karyaw
wan atau siapa saja memasuki loasi
a yang m
terrsebut, dih
haruskan menggunak
m Diri (APD) agar
kan Alat Pelindung D
terrhindar darri bahaya bahaya
b yan
ng mungkin terjadi.

Gam
mbar 4. K3 Pekerjaan
n Bawah Ta
anah

Pusa
at Pembinaa
an Penyelenggaraan Konstruksi
K 13
4. Pekerjaan Galian Sumuran
Dalam melaksanakan pekerjaan galian sumuran, wajib dipenuhi
persyaratan berikut:
a. Untuk maksud pengamanan sesegera mungkin bagian atas
sumuran harus dilindungi dengan pagar yang cukup atau pegangan
pengaman dan injakan serta pintu masuk;
b. Semua jalan masuk yang terletak antara bagian atas dan bawah
dari sumuran harus dipagar dengan baik;
c. Harus diusahakan semaksimal mungkin, agar para pekerja yang
sedang bekerja menggali sumuran terlindung dari kemungkinan
benda jatuh;
d. Setiap sumuran yang digali tidak melalui lapis batuan keras, harus
dibuat dengan konstruksi penahan tanah/turap;
e. Penutup untuk pekerjaan konstruksi penahan untuk sumuran yang
dibuat dari pasangan batu hanya boleh dibongkar secara bertahap
sesuai dengan kemajuan pekerjaan pasangan batu;
f. Para pekerja yang sedang bekerja menggali sumur harus
dilengkapi dengan panggung, perancah atau steger dimana mereka
dapat bekerja dengan aman;
g. Panggung, perancah dan steger apabila diperlukan ntuk menjaga
adanya ventilasi udara yang cukup didalam sumuran harus
dilengkapi dengan kisi-kisi atau alat lainnya yang sesuai;
h. Apabila sumuran sedang digali ke dalam lapisan yang mengandung
air, harus disediakan suatu sarana untuk menyelamatkan diri;
i. Setiap sumuran harus dilengkapi tangga dari permukaan tanah
sampai ke tempat kerja.
j. Sumuran yang digunakan untuk menaikkan barang harus
mempunyai bagian tangga yang terpisah dari bagian untuk naik
turunnya orang dan dibatasi dengan pagar yang cukup kuat untuk
mencegah terjadinya kecelakaan;
k. Apabila penggalian sumuran dilakukan pada malam hari, harus
diberi penerangan secukupnya;

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 14


l. Pemeriksaan yang teliti terhadap sumuran harus dilakukan sebelum
regu kerja diturunkan;
m. Apabila pekerjaan dalam sumuran dilakukan pada kondisi gelap,
sumuran harus diberi penerangan secukupnya.

5. Dinding Galian Tanah


Dalam melaksanakan pekerjaan galian tanah, wajib dipenuhi
persyaratan berikut:
a. Untuk mencegah kecelakaan, pada bagian atap diberi penyangga
dan pada sisi terowongan dan tempat-tempat kerja dibawah tanah
lainnya harus diberi penyangga kayu secukupnya atau cara-cara
lain yang sejenisnya;
b. Apabila diperlukan penyangga, maka bahan penyangga yang
dimaksud harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan kuat;
c. Dinding penahan harus didirikan untuk mencegah terjadinya
longsor;
d. Dinding, atap dan penyangga terowongan harus selalu diperiksa
sedikitnya sekali setiap pergantian shift kerja;
e. Apabila terowongan harus diperkuat dengan pasangan batu atau
beton, maka penyangga tidak boleh dibongkar dari setiap bagian
terowongan sampai betul-betul aman keadaannya;
f. Apabila penyangga diambil atau diganti, perlu dilakukan tindakan
pengamanan secukupnya untuk mencegah terjadinya bahaya
akibat benda-benda yang terlepas;
g. Penyangga tambahan harus dipasang, apabila diketahui sebagian
dari penyangga ada yang tampak berubah bentuk.

6. Ventilasi Udara
Semua tempat kerja di bawah tanah harus memiliki sirkulasi udara yang
bersih untuk menjaga agar tempat kerja yang bersangkutan selalu
layak untuk bekerja dan khususnya;
a. Untuk mencegah naiknya suhu udara secara berlebihan;

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 15


b. Untuk mengurangi debu, gas dan asap sampai tingkat konsentrasi
yang aman;
c. Untuk mencegah agar oksigen dalam udara tidak turun sampai
dibawah 19 %.

Seluruh tempat kerja di bawah tanah harus memungkinkan adanya


sirkulasi udara bersih, dengan memperhatikan:
a. Apabila ventilasi alamiah masih belum cukup, harus dilengkapi
dengan ventilasi secara mekanis;
b. Penyaluran udara ke dalam harus betul-betul bebas dari udara
kotor;
c. Saluran pipa udara harus betul-betul kedap air.

Ventilasi tambahan yang cukup harus diadakan untuk mencegah


terjadinya udara kotor akibat penggunaan mesin-mesin diesel.
Mesin-mesin yang digerakkan dengan bahan bakar bensin, dilarang
dipakai di bawah tanah.

2.1.5. Pencegahan Bahaya Kebakaran Di Dalam Galian Tanah


Untuk mencegah bahaya kebakaran di dalam galian tanah, perlu
dilakukan hal-hal berikut:
1. Dilarang menggunakan bahan bangunan yang mudah terbakar;
2. Bahan yang mudah terbakar harus dikeluarkan dari dalam galian
tanah;
3. Dilarang menyimpan cairan yang mudah terbakar dalam jumlah besar
di bawah tanah;
4. Minyak pelumas, gemuk dan tali pengikat di bawah tanah harus :
a. Disimpan dalam tempat tertutup dan terbuat dari logam;
b. Disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumuran, lalu lintas,
kerekan, gudang bahan peledak dan timbunan kayu.
5. Tidak diperbolehkan menyimpan gemuk dan minyak pelumas dalam
jumlah besar di bawah tanah.

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 16


6. Samp
pah yang berminyak
b dan sisa-s
sisa kotora
an dari messin harus:
a. Se
elalu ditem
mpatkan di
d dalam tempat te
ertutup dan terbuat dari
log
gam;
b. Se
egera dikeluarkan ke permukaa
an tanah.
7. Sisa--sisa dan bagian-bag
b gian kayu yang
y membusuk harrus disingk
kirkan
segera dari tem
mpat kerja.
ah/sampah
8. Limba h yang mudah terbak
kar tidak dibiarkan be
ertumpuk.
9. Apab
bila pengelasan atau
u pemoton
ngan men
nyebabkan
n percikan api,
maka
a:
a. Pe
enyangga kayu dan bangunan
n lainnya serta
s baha
an-bahan yang
mu
udah terba
akar harus dilindungi dengan ta
abir yang ta
ahan api;
b. Ala
at pemadam kebakkaran yan
ng sesuaii harus sselalu ters
sedia
did
dekatnya;
c. Pe
engawasan
n harus terus menerus dilakukkan terha
adap
kemungkinan
n timbulnya
a api.

 
 

Gamb
bar 5. Mem
madamkan Api

10. Pada
a konstrukssi banguna
an di bawa
ah tanah harus dise
ediakan sa
arana
penanggulanga
an bahaya kebakaran
n yang cukkup;
11. Karya
awan dan pekerja dididik
d dan
n dilatih ca
ara-cara p
penggunaannya
agar dapat dengan cepat mengatas
si apabila te
erjadi keba
akaran.

Pusa
at Pembinaa
an Penyelenggaraan Konstruksi
K 17
2.1.6 Fasilitas Keselamatan Di Dalam Galian Tanah
Untuk mengurangi risiko kecelakaan, terowongan harus dilengkapi:
1. Ventilasi udara dan penerangan yang cukup;
2. Jalan keluar yang aman, direncanakan dan dibangun sedemikian rupa,
sehingga dalam keadaan darurat terowongan harus segera dapat
dikosongkan;
3. Fasilitas untuk sirkulasi udara (blower, AC, dan lain-lain);
4. Kotak P3K lengkap dengan isinya;
5. Rambu-rambu yang cukup, informatif dan jelas (petunjuk arah, petunjuk
bahaya, larangan, dll).

Pengerekkan (pengangkatan) selama penggalian sumuran, meliputi:


1. Harus disediakan tempat yang cukup antara katrol kerekan dan bucket
(sementara menunggu alat angkut berikutnya) apabila bucket tersebut
sampai di bagian atas dari sumuran;
2. Segera setelah keadaan memungkinkan harus dipasang alat penuntun
bucket;
3. Bucket harus diikatkan erat-erat pada tali kerekan agar tidak mudah
terlepas;
4. Kerekan pada bagian atas sumuran harus dipasang sedemikian rupa
sehingga bucket dapat dipasang dan dilepaskan secara aman;
5. Sumuran yang dilengkapi dengan kerekan yang digerakkan dengan
tangan, bagian atasnya harus dilindungi dengan papan injakan;
6. Bila bucket sedang menaikkan dan menurunkan orang, maka sumuran
tersebut pada lantai kerja dan bagian-bagian atasnya harus ditutup
dengan pintu-pintu/sekat-sekat, yang hanya untuk melewatkan bucket
atau bahan-bahan;
7. Dilarang mengerek orang tanpa mempergunakan lampu penerangan;
8. Dilarang mengerek orang dari atas sumuran atau pada permukaan
kerja sebelum sekat atau pintu angin pada bagian atas atau pada lantai
kerja tersebut ditutup;

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 18


9. Dilarang mengangkut orang bersama-sama dengan barang dalam satu
bucket. Apabila menggunakan dua bucket, orang-orang dan bahan
tidak diperbolehkan dikerek pada waktu yang bersamaan;
10. Benda-benda yang menonjol keluar dari bucket harus diikat erat-erat
pada alat penggantung atau pada tali kerekan.

Penyelamatan dalam keadaan darurat dilakukan melalui:


1. Di tempat kerja atau di tempat lain yang selalu dilalui pekerja harus
disediakan penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
2. Penerangan darurat harus disediakan di tempat-tempat tersebut di
atas, sehingga tenaga kerja dapat menyelamatkan diri dalam keadaan
darurat;
3. Tangga darurat harus dipersiapkan dan dibuat pada tempat-tempat
yang mudah dijangkau sewaktu-waktu. Alat bantu dalam keadaan
darurat harus disediakan secukupnya. Sirine atau tanda keadaan
darurat dan sejenisnya, disediakan untuk memberitahukan kepada para
pekerja apabila terjadi bahaya;
4. Dalam keadaan darurat tenaga kerja yang melakukan pengeboran
tanah harus telah dibuatkan perlindungan dari bahaya kejatuhan
benda-benda, bahaya debu, uap, gas, kebisingan dan getaran;
5. Dalam kondisi darurat pada tempat kerja dengan konsentrasi kadar
debu melebihi ketentuan nilai ambang batas yang berlaku, semua
pekerja diharuskan memakai respirator, terlebih lagi dalam keadaan
darurat, manajemen/penyelia harus selalu menyediakan sarana ini dan
mudah didapatkan di lokasi tempat kerja;
6. Dalam keadaan darurat semua pekerja harus dapat menyelamatkan
dirinya melalui jalur-jalur evakuasi sesuai ketentuan.

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 19


Bekerja di ruang udara bertekanan pada galian tertutup wajib dilakukan
langkah-langkah berikut:
1. Bekerja di ruang udara bertekanan agar dilakukan berdasarkan ijin
sesuai peraturan yang ditetapkan oleh undang-undang nasional atau
peraturan yang berlaku;
2. Bekerja di ruang udara bertekanan agar dilakukan hanya oleh tenaga
kerja yang memiliki kemampuan fisik yang telah ditetapkan
berdasarkan pemeriksaan medik dan dalam pengawasan orang yang
berwenang selama melaksanakan pekerjaan;
3. Syarat-syarat tindakan pencegahan harus diambil untuk meyakinkan
bahwa sistem kunci udara tidak akan menimbulkan kecelakaan
penurunan tekanan;
4. Perlengkapan pengaman, misalnya seperti klep pengaman, pengatur
tekanan, manometer, harus dipasang dan dipelihara;
5. Semua pekerja yang dipekerjakan dalam atmosfer udara bertekanan
terlebih dahulu harus dilakukan uji kesehatan dan dinyatakan baik dan
selanjutnya dilakukan pengecekan secara periodik;
6. Cara-cara peningkatan tekanan dan penurunan tekanan harus diikuti
dengan seksama dan untuk maksud ini harus menggunakan kunci yang
baik;
7. Alat-alat pembangkit api harus dibawa keluar dan tidak diperbolehkan
merokok dalam udara bertekanan;
8. Sistem sekat/dinding pemisah dan kunci udara harus cukup kuat dan di
disain oleh teknisi yang berwenang. Pemeriksaan bahan-bahan mudah
terbakar disekitar terowongan udara tekanan harus dilakukan secara
ketat.

2.2 K3 PEKERJAAN STRUKTUR

K3 Pekerjaan Struktur adalah upaya K3 yang dilaksanakan pada


penyelesaian pengerjaan bidang struktur, diantaranya pembesian,
pengecoran, pemasangan perancah dan form work untuk kepentingan

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 20


pengecorran. Dalam
m modul ini tidak dibahas mengenai
m K3 pekerjaan
plumbing
g, mekanika
al, elektrika
al, arsitektur dan tata
a lingkunga
an.

1. Pekerjjaan Cetak
kan Beton
n (Bekistin
ng)
Hal-ha
al terkait K3
K yang pe
erlu dilakuk
kan pada pekerjaan cetakan beton
b
(bekistting) adala
ah sebagai berikut:
a. Jala
an keluar masuk
m yang aman ha
arus disediiakan pada
a setiap ba
agian
dari bangunan
n yang sed
dang dikerjakan;
gian-bagian
b. Bag n bentuk perancah
p sebagai
s pe
endukung b
bekisting harus
h
tertu
utup denga
an papan untuk
u meng
ghindari pe
ekerja terp
perosok;
c. Ben
ntuk sambungan ran
ngka bekis
sting haru
us direncanakan ma
ampu
men
nerima beban ekste
ernal dan faktor kesselamatan (safety fa
actor)
haru
us diperhitungkan;
d. Titikk penjangkkaran perancah gantung yan
ng mendukkung bekisting
haru
us terpanccang dan mempunyai
m i daya taha
an yang ku
uat;
e. Pera
ancah gan
ntung yang bangunan yang
g digunakan pada bagian luar b
berb
bentuk cerobong ha
arus dijang
gkarkan unuk
u mena
ahan keku
uatan
angin.

G
Gambar 6.. K3 Pekerrjaan Beton
n

Pusa
at Pembinaa
an Penyelenggaraan Konstruksi
K 21
2. Pekerjaan Pembesian
Hal-hal terkait K3 yang perlu dilakukan pada pekerjaan pembesian
adalah sebagai berikut:
a. Pemasangan besi beton yang panjang harus dikerjakan oleh pekerja
yang cukup jumlahnya, terutama pada tempat yang tinggi, untuk
mencegah besi beton tersebut meliuk/melengkung dan jatuh;
b. Pada waktu memasang besi beton yang vertikal pekerja harus
berhati-hati agar besi beton tidak melengkung misalnya dengan cara
mengikatkan bambu atau kayu sementara;
c. Memasang besi beton di tempat tinggi harus memakai perancah;
dilarang keras menaikkan/menurunkan besi beton yang sudah
dipasang;
d. Ujung-ujung besi beton yang sudah tertanam harus ditutup dengan
potongan bambu atau penutup lainnya individual (setiap batang besi)
atau secara kelompok batang besi untuk mencegah kecelakaan
fatal.

Gambar 7. Penutup Ujung Besi Beton

e. Bila menggunakan pesawat angkat (crane) untuk


mengangkat/menurunkan sejumlah besi beton, harus menggunakan
alat bantu angkat yang terbuat dari tali kabel baja atau biasa disebut
dengan sling untuk mengikat besi beton menjadi satu dan kuat pada
saat pengangkatan/penurunan tersebut harus dipandu oleh petugas
yang memakai peluit/alat komunikasi lainnya;

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 22


Gambar 8. Petugas Memandu Menggunakan Crane

f. Pengangkatan dan penurunan ikatan besi harus mengikuti prosedur


operasi pesawat angkat (crane);
g. Semua pekerja yang mengerjakan pekerjaan tersebut di atas
(bekerja pada ketinggian) harus dilengkapi dengan sabuk
pengaman.

3. Pekerjaan Beton
a. Sebelum melakukan pekerjaan pembetonan, pekerja harus
melakukan:
1) Pemeriksaan semua peralatan dan mesin yang akan digunakan;
2) Pemeriksaan semua perancah yang digunakan;
3) Pemeriksaan pipa concrete pump;
a) Memeriksa dan memastikan bahwa semua pipa yang
digunakan kuat/mampu dan hubungannya satu sama lain
kuat.
b) Mencegah kemungkinan pergerakan pipa arah horizontal dan
beberapa tempat diikat dengan kuat (tidak boleh diikatkan
pada bekisting atau besi beton yang pengecorannya sedang
berjalan).

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 23


4) Penuangan Beton
Hal-hal terkait K3 yang perlu dilakukan pada pekerjaan
penuangan beton adalah sebagai berikut:
a) Komando atau perintah yang jelas harus diberikan pada saat
pompa bekerja kapan harus mulai, berhenti sementara dan
kapan harus mulai lagi. Alat komunikasi yang komunikatif
perlu digunakan, misalnya handy talky untuk komunikasi
selama penuangan beton;
b) Pekerja atau orang yang tidak berkepentingan dilarang berada
tepat diujung pipa pada saat pompa sedang bekerja;
c) Pekerja dilarang berdiri didekat boom concret pump pada saat
pompa bekerja;
d) Peralatan seperti vibrator, pipa-pipa, penerangan dan
sebagainnya harus selalu dirawat oleh petugas yang
berpengalaman sebelum dan sesudah penuangan beton;
e) Menara atau tiang yang dipergunakan untuk mengangkat
adukan beton (concrete bucket towers) harus dibangun dan
diperkuat sedemikian rupa sehingga terjamin kestabilannya;
f) Kontak langsung kulit dengan semen dan kapur harus
dihindari;
g) Bahaya kejatuhan benda-benda dan bahan yang diangkut
dengan ember adukan beton;
h) Saat pembekuan adukan (setting concrete) harus terhindar
dari goncangan dan bahan kimia yang dapat mengurangi
kekuatan;
i) Saat lempengan (panel) atau lembaran beton (slab) dipasang
ke dalam dudukannya, harus digerakkan dengan hati-hati
terhadap:
Melecutnya ujung besi beton yang mencuat saat ditekan
atau direnggangkan pada saat diangkat atau diangkut;
Getaran saat menjalankan alat penggetar (vibrator).

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 24


j) Setiap ujung (bessi, kayu, bambu,
b da
an lain-lain) dan men
ncuat
yang membahaya
m akan harus
s dilengkun
ngkan atau
u dilindungi;
k Pengeccoran beto
k) on harus dikerjakan
n dengan hati-hati untuk
u
menjam
min agar be
ekisting da
an pengua
atnya dapat memikul atau
menaha
an seluruh
h beban sampai beton
n menjadi keras;
l) Untuk melindungi tenaga
a kerja pada saat melak
kukan
aan
pekerja peng
gecoran, harus d
dibuatkan lantai kerja
sementtara yang kuat;
k
m Tenaga
m) a kerja harus dilindung
gi terha
adap bahaya
paparan/singgung
gan langs
sung kulitt dengan semen atau
adukan nggungan dengan ba
n beton dan bahaya-bahaya sin ahan
pengaw
wet kayu, dll.
d

4. Pekerjjaan Shoo
otcrete
Hal-ha K yang perlu dilak
al terkait K3 kukan pad
da pekerja
aan shootcrete
adalah
h sebagai berikut:
b
a. Pe
ekerja yan
ng bertuga
as mengoperasikan alat penyyemprot harus
h
me
emakai ma
asker pelin
ndung pern
nafasan, ka
aca mata p
pelindung debu
d
da
an sarung tangan
t karret;
b. Ca
ampuran semen
s dim
mengerti dapat menyyebabkan penyakit kulit,
irittasi dan ale
ergi kontakk dermatitis
s yang ked
duanya dap
pat disebabkan
da
ari kontak dengan
d sem
men basah
h dan terpa
apar lama.

Gamba
ar 9. Pekerrjaan Shoo
otcrete

Pusa
at Pembinaa
an Penyelenggaraan Konstruksi
K 25
Pencegahan bahaya pada pekerjaan shootcrete dapat dilakukan
sebagai berikut :
1) Sedapat mungkin harus dihindarkan bernapas dalam debu
semen dan hindari kontak dengan semen basah atau kering;
2) Selalu mengenakan pakaian berlengan panjang dan celana
panjang dengan sepatu boot karet dan sarung tangan pada
waktu diperlukan;
3) Tidak diperbolehkan mengarahkan penyemprot semen ke
orang/pekerja;
4) Segera mencuci bersih semen yang menempel di kulit;
5) Segera mencuci pakaian kerja dan sepatu boot setelah bekerja.

5. Pekerjaan di Tempat Tinggi


Hal-hal terkait K3 yang perlu dilakukan pada pekerjaan di tempat tinggi
adalah sebagai berikut:
a. Untuk pekerjaan yang dilaksanakan pada ketinggian lebih dari 2
(dua) meter harus menggunakan perancah (scaffolding) atau
tangga besi/aluminium permanen;
b. Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di tempat tinggi harus
dilengkapi dengan Aat Pelindung Diri yang sesuai (sabuk
pengaman/full body harness, dll) untuk mencegah pekerja jatuh;
c. Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di tempat tinggi harus
selalu menggunakan sabuk pengaman standar sesuai dengan
kebutuhan. Tali sabuk pengaman harus diatur sedemikian rupa
agar tinggi jatuh bebas tidak lebih dari 1,5 meter;
d. Harus selalu dipersiapkan jalur yang paling aman sebelum mulai
pekerjaan;
e. Harus dipastikan tempat dudukan tangga tersambung dengan
aman dan pegangan dan papan dudukannya terpasang rapat untuk
mencegah orang tersandung dengan barang-barang yang jatuh;

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 26


f. Ha
arus dipasstikan dae
erah yang di bawah
hnya bersih dari se
emua
ba
arang yang tidak dipe
erlukan;
g. Jaring pen
ngaman h
harus dig
gunakan dan dip
pasang untuk
u
engantisipa
me asi jatuhnyya benda-b
benda/mate
erial yang akan menimpa
ora
ang lain di bawahnya
a;
h. Ta
angga haru ngan aman pada ba
us dipastikkan sudah diikat den agian
ata
asnya untu
uk menceg
gah pergera
akan;
i. Tid
dak diperb
bolehkan untuk me
emakai tan
ngga yang
g tidak dalam
kondisi baik dan layak dipakai;
j. Jangan men
nggunakan
n tangga susun
s dan sejenisnyya yang belum
pe
ernah diperriksa oleh Petugas
P K3;
k. Pa
asang pagar pembattas pada sekitar
s are
ea kerja ag
gar jangan
n ada
ora
ang lain ya
ang masukk ke tempatt dimana anda
a ng bekerja.
sedan

Gambar 10. K3 Pekerjaan


P di Tempatt Tinggi

2.3. K3 PEKE
ERJAAN KONSTRU
K A
KSI BAJA

Pada dasarnya
d y
yang uk dalam pekerjaan
masu n konstrukssi baja ad
dalah
semua jenis
j peke
erjaan mera
angkai, me
erakit atau
u mendirika
an semua jenis
kerangkka baja seperti mena
ara baja, bagian-bag
b gian dari ke
erangka crrane,
bangunan yang bagian
b stru
uktur kons
struksinya dari rangkka baja. Dalam
hal ini klasifikasi
k k
konstruksi baja dibag
gi atas konsstruksi ran
ngka baja murni
m
atau ran
ngka baja saja
s dan ra
angka baja
a beton.

Pusa
at Pembinaa
an Penyelenggaraan Konstruksi
K 27
Bahaya yang dapat terjadi pada pekerjaan konstruksi baja, antara lain:
1. Sling pada alat angkat/crane putus;
2. Alat angkat terguling;
3. Baja yang sedang dirakit ambruk;
4. Sambungan putus, misalnya baut patah, sambungan las patah;
5. Baja jatuh pada saat proses perakitan/pendirian.

Pencegahan bahaya K3 pada pekerjaan konstruksi baja, antara lain:


1. Menggunakan APD yang sesuai;
2. Melakukan inspeksi alat kerja secara rutin;
3. Pemasangan jaring pengaman;
4. Memasang pembatas area kerja, alat dan manusia;
5. Memasang pagar pengaman/barikade;
7. Membuat akses/tangga naik-turun;
6. Pekerja memiliki kompetensi sesuai bidangnya.

III. KESIMPULAN

1. Pekerjaan Konstruksi mulai dari galian, pondasi, struktur melibatkan


pekerja, peralatan, bahan dan lingkungan kerja, mengandung bahaya
K3.
2. Pencegahan bahaya dimulai sejak perencanaan, persiapan pekerjaan,
hingga pelaksanaan pekerjaan.
3. Untuk pekerjaan bawah tanah, harus dipastikan keadaan lingkungan
dalam keadaan aman sebelum pekerja melaksanakan pekerjaannya.
4. Untuk pekerjaan bawah tanah, harus dipastikan sirkulasi udara keluar
masuk dalam keadaan baik.
5. Jalur dan sarana evakuasi harus tetap dipelihara dan dibebaskan agar
pada keadaan darurat dapat digunakan oleh pekerja untuk
menyelamatkan diri.
6. Dipastikan keadaan tempat kerja, baik di bawah tanah maupun di
permukaan, cukup penerangannya.

Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi 28


DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 1 Tahun 1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
5. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 174/MEN/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
7. Modul K3 Pekerjaan Konstruksi A2K4.
8. Bahan Ajar K3 Pekerjaan Konstruksi Badan Pembinaan Konstruksi Tahun
2011.

vii
TIM PENYUSUN

Dewi Chomistriana, ST, M.Sc


Dra. Savitri Rusdyanti, M.Soc.Sci
Disaintina Ari Nusanti, ST, MM
Joko Setiyo, ST, M.Si
Ir. J.B. Nugraha, Dipl.SE, M.Eng
Dominggus Manuputty
Daony R. Silitonga, ST
Reni Maulidina Surosa, S.Kom
Melinda Bramanti, S.Sos
Teni Agustina Rahyadi, S.IP

viii

Anda mungkin juga menyukai