Halaman Judul..........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Tujuan................................................................................................................................2
1.2.1. Pengertian, Tujuan Dan Sasaran PKRS.........................................................................2
BAB II. TATA LAKSANA.......................................................................................................3
2.1. Materi Informasi dan Edukasi...........................................................................................3
2.2. Penerima Informasi dan Edukasi.......................................................................................6
2.3. Proses Pemberian Informasi dan Edukasi.........................................................................6
2.4. Tata Laksana Pemberian Informasi dan Edukasi..............................................................8
BAB III. DOKUMENTASI......................................................................................................20
BAB IV. PENUTUP.................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
Panduan ini di buat sebagai acuan dalam melakukan PKRS di RS. Airlangga
b. Tujuan
Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien rumah sakit serta
pemeliharaan lingkungan rumah sakit dan termanfaatkannya dengan baik semua
pelayanan yang disediakan rumah sakit.
c. Sasaran
Sasaran promosi kesehatan di rumah sakit adalah masyarakat di rumah sakit, yang
terdiri dari :
Petugas
Pasien
Keluarga pasien
Pengunjung
Masyarakat yang tinggal/berada di sekitar rumah sakit
2
BAB II
TATA LAKSANA
3
Pasien dijelaskan bahwa dokter sudah mengetahui keadaan pasien via
telepon dan sudah memberikan terapi sehingga pengobatan tidak tertunda.
Pasien diberitahu alasan dokter datang terlambat. Setelah memberikan
rekomendasi, dalam waktu selambat-lambatnya 6 jam, dokter segera
melakukan pemeriksaan. Pada unit khusus, segera setelah 3 jam, dokter
segera melakukan pemeriksaan.
b) Penundaan tindakan medis karena menunggu persetujuan keluarga.
Penjelasan diberikan pada pasien dan / atau keluarga tentang pentingnya
tindakan medis yang akan dilakukan beserta risiko apabila tindakan medis
tersebut ditunda. Untuk tindakan segera, keputusan diterima dalam 3 jam.
Untuk tindakan elektif, keputusan diterima dalam waktu 24 jam.
c) Penundaan tindakan medis karena menunggu persetujuan asuransi kesehatan
d) Penundaan tindakan operasi One Day Care karena menunggu surat jaminan
dari asuransi atau perusahaan.
e) Penundaan pasien masuk Instalasi Rawat Inap karena tempat belum tersedia.
2. Penggunaan Obat yang Aman & Efektif
a. Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana
menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat, lama
pengobatan, kapan harus kembali ke dokter.
b. Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan.
c. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) yang potensial, interaksi obat dengan obat
lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien.
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan ( Adverse Drug Reaction ADR ) yang
mengakibatkan cidera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai
bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya reaksi obat yang tidak
diinginkan tersebut.
e. Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang
sudah rusak atau kadaluarsa.
3. Penggunaan Peralatan Medis yang Aman
Pasien dan/atau keluarga dijelaskan bagaimana menggunakan peralatan medis yang
akan dibutuhkan di rumah.
4
4. Diet & Nutrisi
a. Makanan yang harus dihindari, terutama untuk mencegah interaksi makanan dan
obat.
b. Instruksi diet khusus.
5. Managemen Nyeri
a. Memahami rasa nyeri dan risiko nyeri.
b. Bagaimana untuk menggambarkan nyeri.
c. Bagaimana mengelola rasa nyeri.
6. Teknik Rehabilitasi
a. Teknik rehabilitasi ( misal : terapi wicara, dan lain-lain )
b. Penggunaan peralatan yang aman dan efektif.
7. Pencegahan & Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
a. Hand hygiene atau kebersihan tangan.
b. Infeksi nosokomial.
8. Sumber Komunitas
Keluarga pasien dapat diinformasikan mengenai sumber komunitas di sekitar pasien
yang dapat membantu :
a. Jasa transportasi
b. Klinik kesehatan
c. Agen perawatan di rumah
d. Rawat jalan dialisis
e. Kelompok pendukung
9. Tindak Lanjut Perawatan
Instruksi dalam perencanaan pulang mencakup :
a. Tempat atau lokasi atau sumber mencari perawatan lanjutan, jadwal pemeriksaan
atau kontrol ulang.
b. Waktu atau kapan harus mencari bantuan ( misalnya : melaporkan adanya efek
samping obat )
c. Tempat atau lokasi untuk mendapatkan peralatan medis atau obat-obatan.
5
2.2. Penerima Informasi dan Edukasi
Penerima informasi dan edukasi adalah :
1. Pasien, apabila pasien bersedia menerima informasi dan kondisinya memungkinkan.
2. Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
3. Keluarga atau pihak lain yang menjadi wali atau penanggung jawab atas pasien kalau
kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung.
6
edukasi, pasien bisa menghubungi educator yang berkaitan dengan informasi dan
edukasi yang diperlukan.
d. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan kendala bahasa, maka segera
menghubungi supervise yang bertugas. Supervise akan menghubungi penerjemah
atau orang yang dianggap mampu sesuai kebutuhan.
3. Tahap verifikasi ( memastikan pasien dan keluarganya menerima edukasi yang
diberikan ).
a. Apabila pasien dalam kondisi baik dan dapat menerima informasi dan edukasi,
maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang telah
diberikan. Pertanyaannya adalah: Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?.
b. Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan
pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: Dari materi edukasi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?.
c. Apabila pasien ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya
adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi
edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau
datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
d. Apabila pasien merupakan difabel ( different abilities people atau orang dengan
kemampuan yang berbeda ), maka verifikasinya dengan pendamping pasien.
e. Apabila pasien dan/atau keluarga telah memahami informasi dan edukasi yang
disampaikan, maka tahap pemberian informasi dan edukasi dapat dilakukan
kembali untuk menilai kebutuhan edukasi yang lainnya. Apabila pasien dan/atau
keluarga belum memahami materi edukasi yang diberikan , maka pemberian
edukasi dapat dilakukan pada waktu lain sambil mengkaji hambatan yang ada.
7
sakit dengan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan
keluarga pasien sudah diberikan informasi dan edukasi yang benar.
8
6) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi ( kekurangan dan kelebihan
masing-masing cara )
7) Prognosis
8) Dukungan yang tersedia.
c. Instalasi Rawat Inap
Informasi pelayanan kesehatan yang bersifat umum dan khusus meliputi :
1) Rencana pelayanan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
2) Informasi tentang biaya-biaya : perawatan, pemeriksaan penunjang, obat,
operasi dan lain-lain.
3) Jam kunjungan dokter
4) Prosedur persiapan operasi
5) Prosedur pemulangan pasien
d. Bagian administrasi
Informasi tentang biaya rumah sakit secara keseluruhan.
e. Bagian penunjang seperti laboratorium, radiologi, rehabilitasi medis
1) Rencana tindakan yang akan dilakukan
2) Biaya tindakan
Setelah pasien dan keluarga mendapat informasi pelayanan kesehatan yang jelas maka
pasien atau keluarga membuat keputusan tentang rencana pengobatan dan tindakan
terhadap dirinya sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan ooleh rumah sakit.
2. Pemberi informasi dan edukasi mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis
pasien ( termasuk adanya keterbatasan kemampuan fisik maupun mental ) dan
mendapatkan inforrmasi mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan dan tingkat
ekonomi pasien dan/atau keluarga.
3. Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian informasi
dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga atau pendamping pasien atas seizin
pasien.
4. Informasi dan edukasi disampaikan kepada pasien sebanyak yang dikehendaki pasien,
yang dokter atau staf lain merasa perlu untuk disampaikan, dengan memperhatikan
kesiapan mental pasien. Informasi dan edukasi disampaikan kepada keluarga pasien
9
sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang diperlukan tenaga
kesehatan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.
10
d. Menilai sejauh mana pengertian pasien dan/atau keluarga tentang hal yang akan
dibacakan.
e. Menanyakan kepada pasien dan/atau keluarga, sejauh mana informasi yang
diinginkan dan mengamati kesiapan pasien dan/atau keluarga menerima informasi
yang akan diberikan.
7. Cara menyampaikan berita atau kabar buruk ( diadaptasi dari Backman, 1992 )
Breaking Bad News A six Step Protocol .
S.P.I.K.E.S
S - Setting Listening skills
P - Patients Perception
I - Invite Patient to Share Information
K - Knowledge Transmission
E - Explore emotions and Empathize
S - Summarize and Strategize
a. Setting Listening skills
Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya persiapan
untuk menjamin kelancaran penyampaian informasi kepada pasien, sebagai
berikut :
1) Persiapkan diri sendiri
a) Dokter atau petugas yang menyampaikan kabar buruk
mempersiapkan mental terlebih dahulu agar tidak ikut larut dalam
emosi pasien nantinya, namun tetap berempati sebagaimana
mestinya.
b) Petugas memperkenalkan diri.
c) Yang harus dihindari tampak nervous di hadapan pasien, bahkan
sebelum menyampaikan kabar buruk
d) Tips siapkan tisu di saku untuk diberikan pada pasien bila pasien
menangis.
2) Privasi pasien
a) Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang
ramai atau banyak orang.
11
b) Penyampaian dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar
praktik ataupun dengan menutup tirai di sekeliling tempat tidur
pasien.
3) Melibatkan pendamping
a) Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien
dan dokter berada di tempat tertutup ( untuk menjaga privasi
diperlukan satu pendamping ).
b) Memperkenalkan pendamping kepada pasien.
c) Yang dapat menjadi pendamping yaitu keluarga terdekat yang
ditunjuk oleh pasien atau pihak lain yang menjadi wali atau
tanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak
memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung ( satu
orang saja, apabila terlalu banyak dapat menyulitkan dokter untuk
menangani emosi dan persepsi banyak orang sekaligus ) atau
perawat yang ikut terlibat menangani pasien tersebut.
4) Posisi duduk
a) Posisi pasien dan dokter atau pemberi kabar buruk sebaiknya setara
dan dalam posisi duduk supaya dapat menghilangkan kesan bahwa
pemberi informasi berkuasa atas pasien dan memojokkan pasien.
b) Sebaiknya penghalang fisik seperti meja dihindari. Duduk ditepi
tempat tidur pasien jauh lebih baik.
5) Mendengarkan secara aktif
Sebelum menyampaikan kabar buruk, pemberi informasi mempersiapkan
kemampuan mendengarkan, secara prinsip meliputi :
a) Tidak memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpang tindih
dengan pasien.
b) Mengulangi kata-kata pasien atau memberikan tanggapan, untuk
menunjukkan pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan
pasien.
12
6) Availability
a) Dokter atau pemberi informasi harus ada di tempat mulai awal
hingga akhir penyampaian kabar buruk.
b) Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti SMS (Short
Message Service ), telepon, tamu.
b. Patients Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, dokter atau pemberi
informasi sebaiknya mengetahui persepsi pasien tentang kondisi medis terhadap
dirinya sendiri dan harapan pasien terhadap hasil medikasi yang ditempuh.
Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan hanya untuk mengubah persepsi
pasien agar sesuai dengan kenyataan melainkan sebagai jalan untuk menilai
kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien dengan kenyataan ( sebagai
pertimbangan penyampaian kabar buruk agar tidak terlalu membuat pasien
terguncang ).
c. Invite Patient to Share Information
1) Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya
atau tidak. Apabila pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan
untuk menyampaikan di waktu lain yang lebih tepat dan minta pasien
untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu.
2) Apabila pasien menyatakan ingin tahu perkembangan mengenai
keadaanya, tanyakan sejauh mana ia ingin tahu, secara umum ataukah
mendetail.
d. Knowledge Transmission
Pembukaan dilakukan sebelum menyampaikan kabar buruk dengan mengatakan
pada pasien bahwa ada kabar buruk yang akan disampaikan pada pasien. Cara
penyampaian :
1) Menggunakan bahasa yang sama dan menghindari istilah medis.
2) Bila bahasa pasien berbeda, dapat dibantu penerjemah yang kompeten
(1) Penerjemah mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang
digunakan pasien.
13
(2) Penerjemah mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang
digunakan dokter.
(3) Penerjemah dapat mengemas istilah medis ke dalam bahasa yang
dimengerti pasien.
(4) Penerjemah bukan merupakan keluarga pasien.
3) Menyampaikan informasi sedikit demi sedikit ( bertahap )
(1) Menyampaikan informasi dengan intonasi yang jelas namun lembut,
tempo yang tidak terlalu cepat dengan jeda untuk memberi
kesempatan pada pasien dalam mencerna kalimat yang diterima.
(2) Setiap menyampaikan sepenggal informasi, nilai ekspresi dan
tanggapan pasien. Pasien diberi waktu untuk bertanya ataupun
mengekspresikan emosinya.
(3) Bila kondisi pasien tampak memungkinkan untuk menerima
informasi tahap selanjutnya, penyampaian informasi dilanjutkan.
(4) Bila pasien tampak sangat terguncang dan tidak memungkinkan
untuk menerima lebih banyak informasi lagi, penyampaian ulang
kabar buruk dipertimbangkan diberikan di lain waktu sambil
mempersiapkan pasien.
e. Explore emotions and Empathize
Ekspresi dan emosi pasien diamati dan dinilai sejauh mana kondisinya. Kondisi
emosi tersebut dimengerti, bukan mengerti apa yang dirasakn pasien, namun
lebih pada dapat memahami bahwa apa yang dirasakan pasien saat ini adalah
sesuatu yang dapat dimaklumi.
f. Summarize and Strategize
Di akhir percakapan, percakapan diulang kembali secara keseluruhan :
1) Menyimpulkan kabar buruk yang tadinya disampaikan secara bertahap
( sedikit demi sedikit ).
2) Menyampaikan tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk
disampaikan ( tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa
yang disampaikan pasien )
3) Pasien diberi kesempatan bertanya.
14
4) Memberikan feed back.
5) Percakapan yang ada harus terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
Harus tertera dengan jelas :
(1) Informasi yang telah dikatakan atau disampaikan, dan kepada siapa
(2) Istilah yang digunakan ( tumor, massa, dan lain-lain )
(3) Informasi spesifik mengenai pilihan terapi dan prognosis.
6) Mendiskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah
disampaikan pada pasien, mengajak pasien ikut serta ( pro aktif ) dalam
medikasi terhadap dirinya.
8. Pemberian edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang
membutuhkan informasi dan edukasi lebih dari satu sub unit PKRS yaitu Pelayanan
Medis ( Dokter Penanggung Jawab Pelayanan atau dokter jaga ), keperawatan
( perawat dan bidan ), Gizi, Rehabilitasi Medis, Farmasi, Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit ( PPIRS ), Customer Service atau Layanan Pelanggan,
administrasi dan Rekam Medis.
9. Educator memiliki pengetahuan tentang materi yang akan diedukasikan, memiliki rasa
empati dan ketrampilan berkomunikasi secara efektif. Dalam hal ini, educator harus
berkompeten di bidangnya.
10. Edukator perlu membina hubungan yang baik dengan pasien atau keluarga agar tercipta
rasa percaya terhadap peran educator dalam membantu mereka.
17
4. Desain
a. Membuat ringkasan
Ringkasan menjelaskan secara rinci maksud bahan materi pendidikan kesehatan,
kepada siapa ditujukan dan informasi apa yang harus di masukkan.
b. Menulis teks
Penerima edukasi yang berpotensi harus dapat mengingat ketika teks telah ditulis
dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang sesuai. Kalimat yang pendek
dengan menggunakan kata-kata yang sederhana yang umum akan lebih baik
mudah dimengerti. Materi tertulis harus diperiksa kembali kemudahan untuk
dibacanya.
c. Ilustrasi
Ilustrasi, bagan dan diagram dapat digunakan dalam segala jenis materi edukasi,
juga dapat mengasah kepahaman dan meningkatkan pembelajaran. Banyak
penerima edukasi yang mampu mengingat dengan lebih baik jika materi disajikan
dalam bentuk gambar-gambar atau diagram.
d. Pengaturan letak atau urutan
Bahan yang menarik disajikan dalam urutan logis, dan tidak hanya akan
meningkatkan minat pengguna tetapi juga berkontribusi terhadap pemahaman dan
pembelajaran selanjutnya. Pada semua jenis materi kunci dari informasi harus
diringkas dan diulang secara berkala untuk meningkatkan pemahaman pengguna
dan membantu mereka agar focus pada bagian yang paling penting.
5. Menguji hasil
Pengujian hasil materi harus sering dilakukan dengan melibatkan ulasan pengamat dan
pengujian oleh penerima edukasi.
6. Perbaikan ( edit )
Pada setiap tahap semua materi harus diperbaiki secara hati-hati, memeriksa materi
dan mengubah yang perlu saja sehingga pesan dapat disampaikan dan orang lain
mengerti apa yang dimaksudkan.
7. Memperbanyak hasil
a. Penyalinan merupakan langkah yang mudah untuk memperbanyak hasil dalam
nilai yang sedikit.
18
b. Untuk selebaran yang lebih banyak percetakan akan lebih mudah dilakukan
dengan menggunakan alat bantu seperti mesin fotokopi.
8. Evaluasi
Evaluasi materi harus dilakukan untuk menentukan keefektifan dalam membantu
orang-orang dalam memahami dan belajar tentang informasi yang baru. Agar materi
yang akan disampaikan ke depannya menjadi lebih baik dengan melihat acuan dari
hasil evaluasi sebelumnya.
19
BAB III
DOKUMENTASI
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir informasi dan edukasi, dan di tanda tangani kedua belah pihak antara petugas rumah
sakit dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga
pasien sudah diberikan informasi dan edukasi yang benar.
Fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit Airlanggaadalah sebagai berikut :
1. Hasil assesmen kebutuhan edukasi, penyampaian informasi dan edukasi pasien, hasil
verifikasi pasien memahami edukasi pada Instalasi Rawat Jalan di catat dalam status rekam
medis Lembar Informasi
2. Hasil assesmen pasien kebutuhan edukasi pada Instalasi Rawat Inap di catat dalam
RM.RI.14.2
3. Hasil penyampaian informasi dan edukasi pasien dan hasil verifikasi pasien memahami
informasi dan edukasi pada Instalasi Rawat Inap dicatat dalam RM.RI.14.1 & RM.RI.14.2
( Lembar Pemberian Informasi dan Penilaian Kebutuhan Edukasi ).
4. Informasi tarif kamar dan dokter penanggung jawab di RM.RI.14.1.
5. Informasi tentang hak dan kewajiban pasien yang dirawat di Rumah Sakit
Airlanggadidokumentasikan dalam pemberitahuan informasi kepada pasien dan keluarga
dalam RM.RI.14.1 ( Lembar Pemberian Informasi ).
6. Informasi tentang penundaan pelayanan di catat dalam L.RM ( Lembar Penundaan
pelayanan ).
7. Informasi rencana pengobatan, tindakan, resiko, komplikasi, prognosis, dan alternative
pengobatan di RM.RI.02 ( Lembar Pemberian Informasi )
8. Informasi biaya pemeriksaan penunjang , obat, tindakan operasi di Keu 03
9. Informasi persetujuan tindakan kedokteran di RM.OR.01
10. Informasi persetujuan tindakan pembiusan lokal, regional dan general di RM.OR.02
11. Informasi penolakan tindakan keperawatan, kedokteran, pemeriksaan penunjang dan
pengobatan di RM.OR.03
20
12. Keluarga atau pihak lain ( asuransi, perusahaan, dan lain-lain ) yang berhak mendapatkan
informasi mengenai kondisi penyakit pasien dicatat dalam lembar pelepasan informasi atas
seizin pasien jika pasien kompeten di L.RM. 03.A
13. Catatan perintah atau komunikasi lisan lewat telepon antar petugas medis ( perawat
konsultasi ke dokter atau konsultasi antar dokter ) menggunakan formula SBAR di catat
dalam RM.RI.09 ( Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi ).
21
BAB IV
PENUTUP
Panduan ini diharapkan dapat menjadi penuntun bagi edukator dan unsur terkait dalam
pelaksanaan pelayanan PKRS di dalam maupun di luar RS. Airlangga. Kami berharap panduan
ini dapat bermanfaat dan dapat meningkatkan mutu pelayanan di RS.AirlanggaNamun demikian,
kami tetap terbuka untuk menerima kritik dan saran demi penyempurnaan panduan ini di masa
mendatang. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitannya, kami
mengucapkan banyak terima kasih.
22