Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI ASET BIOLOGIS

PAPE R

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Pada Mata Kuliah Teori Akuntansi

Dosen Pengampu:

Dr. Elvira Luthan, SE, M.Si, Ak

Oleh:

KELOMPOK 6

RAFIQA RAHMAH 1410531021


VANESSA THOYIBAH FAJRIN 1410531031
VONNY FITRI AMINI 1410531045

JURUSAN AKUNTANSI - FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2017
AKUNTANSI ASET BIOLOGIS

Rafiqa Rahmah, Vanessa Thoyibah Fajrin dan Vonny Fitri Amini

Abstrak

Tumbuhan atau hewan yang hidup dan bertumbuh di bawah manajemen suatu
perusahaan dapat diakui sebagai aset biologis dengan memerhatikan transformasi
biologisnya. Untuk pengakuan di dalam akun-akun pada Laporan Posisi
Keuangan, aset bilogis akan mengalami tiga tahap reklasifikasi yakni belum
menghasilkan, telah menghasilkan dan langsung menghasilkan (persediaan). Pada
pengukuran selama proses transfromasi bilologis sampai dapat menghasilkan
manfaat ekonomis bagi entitas, aset biologis dinilai sebesar fair value -nya,
sehingga entitas dapat mengetahui laba atau rugi bersih yang dialaminya selama
proses tersebut. Penyajian aset biologis bergantung pada masa manfaatnya,
dikelompokkan dalam akun persediaan dan akun aset tidak lancar. Keuntungan
agregat atau kerugian yang timbul selama periode berjalan menjadi bagian
pengungkapan aset biologis dalam laporan keuangan selain deskripsi dan metode
penilaiannya.

Kata kunci : Aset biologis, Aset, Pangakuan, Pengukuran, Penilaian,


Penyajian, Pengungkapan
PENDAHULUAN

Dewasa ini, informasi telah menjadi bagian penting hampir bagi seluruh
segi kehidupan. Kita sudah tidak asing lagi dengan istilah siapa yang menguasi
informasi, dialah penguasa pasar. Peran informasi sangat besar. Dalam
mengambil keputusan contohnya, kualitas dari sebuah keputusan sangat
bergantung kepada seberapa banyak infromasi yang dapat diperoleh dan seberapa
relevan serta andal ia digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

Laporan keuangan adalah salah satu bentuk infromasi tersebut. Dalam


kerangka konseptual Standar Akuntansi Keuangan (SAK) laporan keuangan
bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Penyusunan
laporan keuangan harus dapat memberikan informasi yang benar bagi para
pemakainya, efek dari kesalahan dan penyimpangan dari informasi yang tidak
benar sangat fatal karena pengguna informasi dapat mengambil keputusan yang
menyesatkan.

Dalam kaitannya untuk menghasilkan infromasi keuangan yang berguna,


salah satunya diperlukan pemilihan metode akuntansi yang tepat. Pemilihan
akuntansi yang tepat diperlukan untuk memastikan setiap elemen-elemen dalam
laporan keuangan telah diperlakukan sesuai dengan perlakuan akuntansi yang
berlaku. Perlakuan akuntansi berbeda-beda bagi setiap elemen laporan keuangan.

Aset sebagai elemen terpenting dalam laporan posisi keuangan, dapat


dikatakan sebagai harta sebuah perusahaan yang digunakan sebagai penunjang
operasi. Entah dalam bentuk aset lancar (Current Asets) atau aset tidak lancar
(Non Current Asets). Bagi perusahaan-perusahaan kebanyakan, aset-aset tersebut
biasanya dalam bentuk benda mati atau bahkan tidak berwujud. Namun,
perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis mempunyai aset yang memiliki
karakteristik yang unik. Aset tersebut disebut aset biologis. Kemungkinan untuk
menyampaikan informasinya lebih bias dibandingkan dengan perusahaan yang
bergerak di bidang lain, terutama dalam hal mengukur, menyajikan, sekaligus
mengungkapkan.
Oleh karena itu, penulis tertarik mengangkat tulisan ini dengan judul
Akuntansi Aset Biologis dengan tujuan mendeskripsikan aset bilogis dan
perlakuan akuntansinya.
ISI

Definisi

Aset biologis merupakan jenis aset berupa hewan dan tumbuhan hidup,
seperti yang didefinisikan dalam IAS 41:

Biological asset is a living animal or plant

Jika dikaitkan dengan karakteristik yang dimiliki oleh aset, maka aset biologis
dapat dijabarkan sebagai tanaman pertanian atau hewan ternak yang dimiliki oleh
perusahaan yang diperoleh dari kegiatan masa lalu.

Pada PSAK 69 dinyatakan bahwa aset biologis adalah sumber daya yang
berupa makhluk hidup yang mengalami transformasi biologis sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana dapat memberikan manfaat bagi perusahaan di
masa yang akan datang. Transformasi biologis mengarah ke perubahan nilai aset
melalui kenaikan (peningkatan kualitas dari hewan atau tanaman), penurunan
(pengurangan atau penurunan kualitas hewan atau tanaman), perkembangbiakkan
(prokreasi), dan produksi.

Dalam IFRS tansformasi biologis dijelaskan sebagai berikut:

Biological transformation comprises the processes or growth, degeneration,


production, and procreation that cause qualitative or quantitative changes in a
biological asset.

Transformasi biologis menghasilkan beberapa tipe outcome, yaitu:

a. perubahan aset melalui: (i) pertumbuhan (peningkatan dalam kuantitas


atau perbaikan kualitas dari aset biologis); (ii) degenerasi (penurunan nilai
dalam kuantitas atau deteriorasi dalam kualitas dari aset biologis); atau
(iii) prokreasi (hasil dari penambahan aset biologis).

b. produksi produk agrikultur misalnya, daun teh, wol, susu, dan lain
sebagainya.
Jenis

Aset biologis dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan ciri-ciri


yang melekat padanya, yaitu :

a. Aset Biologis Bawaan. Aset ini menghasilkan produk agrikultur bawaan


yang dapat dipanen, namun aset ini tidak menghasilkan produk agrikultur
utama dari perusahaan tapi dapat beregenerasi sendiri, contohnya produksi
wol dari ternak domba, dan pohon yang buahnya dapat dipanen.

b. Aset Biologis Bahan Pokok. Aset agrikultur yang dipanen menghasilkan


bahan pokok seperti ternak untuk diproduksi daging, padi menghasilkan
bahan pangan beras, dan produksi kayu sebagai bahan kertas.

Berdasarkan masa manfaat atau jangka waktu transformasi biologisnya,


aset biologis dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Aset biologis jangka pendek (short term biological assets). Aset biologis
yang memiliki masa manfaat/masa transformasi biologis kurang dari atau
sampai 1 (satu) tahun. Contoh dari aset biologis jangka pendek, yaitu
tanaman/hewan yang dapat dipanen/dijual pada tahun pertama atau tahun
kedua setelah pembibitan seperti ikan, ayam, padi, jagung, dan lain
sebagainya.

b. Aset biologis jangka panjang (long term biological assets). Aset biologis
yang memiliki masa manfaat/masa tranformasi biologis lebih dari 1 (satu)
tahun. Contoh dari aset biologis jangka panjang, yaitu tanaman/hewan
yang dapat dipanen/dijual lebih dari satu tahun atau aset biologis yang
dapat menghasilkan produk agrikultur dalam jangka waktu lebih dari 1
(satu) tahun, seperti tanaman penghasil buah (jeruk, apel, durian, dsb),
hewan ternak yang berumur panjang (kuda, sapi, keledai, dsb.)

Pengklasifikasian Aset Biologis dalam Laporan Keuangan

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa aset biologis dapat


dikelompokkan berdasarkan jangka waktu transformasi biologisnya, yaitu aset
biologis jangka pendek (short term biological assets) dan aset biologis jangka
panjang (long term biological assets). Berdasarkan hal tersebut maka
pengklasifikasian aset biologis dalam laporan keuangan dapat dimasukkan ke
dalam aset lancar (current assets) ataupun aset tidak lancar (noncurrent assets)
tergantung dari masa transformasi biologis yang dimiliki oleh aset biologis atau
jangka waktu yang diperlukan dari aset biologis untuk siap dijual.

Aset biologis yang mempunyai masa transformasi atau siap untuk dijual
dalam waktu kurang dari atau sampai 1 (satu) tahun, maka aset biologis tersebut
diklasifikasikan ke dalam aset lancar, biasanya digolongkan ke dalam perkiraan
persediaan atau aset lancar lainnya. Sedangkan, aset biologis yang mempunyai
masa transformasi biologis lebih dari 1 (satu) tahun diklasifikasikan ke dalam aset
tidak lancar, biasanya digolongkan ke dalam perkiraan aset lain.

Pengakuan

Dalam IAS 41, perusahaan dapat mengakui aset biologis jika, dan hanya
jika:

a. perusahaan mengontrol aset tersebut sebagai hasil dari transaksi masa lalu

b. memungkinkan diperolehnya manfaat ekonomi pada masa depan yang


akan mengalir ke dalam perusahaan

c. mempunyai nilai wajar atau biaya dari aset dapat diukur secara andal.

Aset biologis dalam laporan keuangan dapat diakui sebagai aset lancar
maupun aset tidak lancar sesuai dengan jangka waktu transformasi biologis dari
aset biologis yang bersangkutan. Aset biologis diakui ke dalam aset lancar ketika
masa manfaat/masa transformasi biologisnya kurang dari atau sampai dengan 1
(satu) tahun dan diakui sebagai aset tidak lancar jika masa manfaat/masa
transfomasi biologisnya lebih dari 1 (satu) tahun.

Contohnya pada perusahaan dalam bidang perkebunan. Pengakuan aset


biologis berupa tanaman perkebunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok,
yaitu tanaman produksi dan persediaan. Tanaman produksi dibedakan menjadi
tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Sedangkan,
tanaman yang langsung memberikan hasil dalam satu musim tanam
diklasifikasikan sebagai persediaan.

Tanaman belum menghasilkan dalam Laporan Posisi Keuangan


diklasfikasikan sebagai aset tidak lancar. Tanaman belum menghasilkan
direklasifikasi menjadi tanaman telah menghasilkan pada saat tanaman
perkebunan dianggap sudah dapat menghasilkan produk agrikultur berupa, buah
kelapa sawit, karet mentah, tebu dan teh. Jangka waktu tanaman dapat
menghasilkan ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif tanaman serta berdasarkan
taksiran manajemen dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh manajemen
perusahaan.

Pengukuran

Karena karakteristiknya yang berbeda dengan karakteristik aset yang lain,


maka dalam pengukurannya aset biologis memiliki beberapa pendekatan metode
pengukuran. Transformasi biologis yang dialami oleh aset biologis membuat nilai
aset biologis dapat berubah sesuai dengan nilai transformasi biologis yang dialami
oleh aset biologis tersebut. Dari beberapa pendekatan tersebut pengukuran aset
biologis berdasarkan nilai wajar merupakan pendekatan pengukuran yang paling
lazim dilakukan dan telah dijadikan sebagai standar pengukuran aset biologis
dalam IFRS.

Di dalam IFRS pernyataan tentang pengukuran aset biologis diatur dalam


IAS 41. Berdasarkan IAS 41, aset biologis diukur berdasarkan nilai wajar. Aset
biologis harus diukur pada pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan
berikutnya pada nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualannya, kecuali jika
nilai wajar tidak bisa diukur secara andal. Nilai wajar aset biologis didapatkan dari
harga aset biologis tersebut pada pasar aktif. Yang dimaksud dengan pasar aktif
(active market) adalah pasar dimana item yang diperdagangkan homogen, setiap
saat pembeli dan penjual dapat bertemu dalam kondisi normal dan dengan harga
yang dapat dijangkau. Yang termasuk ke dalam biaya penjualan adalah komisi
untuk perantara atau penyalur yang ditunjuk oleh pihak yang berwenang, serta
pajak atau kewajiban yang dapat dipindahkan. Biaya transportasi serta biaya yang
diperlukan untuk memasukkan barang ke dalam pasar tidak termasuk ke dalam
biaya penjualan ini. Harga pasar di pasar aktif untuk aset biologis atau hasil
pertanian adalah dasar yang paling dapat diandalkan untuk menentukan nilai
wajar dari aset.

Jika tidak terdapat pasar aktif, maka terdapat beberapa pendekatan yang
dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar dari aset biologis, yaitu:

a. Harga pasar dari transaksi terkini, yang dilihat tidak memiliki perbedaan
harga yang cukup signifikan dari harga pada saat transaksi tersebut
dibandingkan dengan pada saat akhir periode atau pada saat dilakukan
pengukuran terhadap aset biologis.

b. Harga pasar barang yang memiliki kemiripan dengan aset tersebut dengan
melakukan penyesuaian pada kemungkinan adanya perbedaan harga. Jika
kemudian dalam pengukuran aset biologis tidak ditemukan nilai wajar
yang dapat diandalkan, maka dasar pengukuran yang digunakan nilai
sekarang dari arus kas bersih yang diharapkan dari aset setelah
didiskontokan dengan tarif pajak yang berlaku pada pasar.

Selain pengukuran berdasarkan nilai wajar, pengukuran aset biologis juga


dapat dilakukan dengan mengidentifikasi semua pengeluaran untuk mendapatkan
aset biologis tersebut dan kemudian menjadikannya sebagai nilai dari aset biologis
tersebut. Pendekatan yang berbeda tentang pengukuran aset biologis tersebut
dapat dilihat pada peraturan perpajakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Keuangan No.249/PMK.03/2008 tentang Penyusutan Atas Pengeluaran untuk
Memperoleh Harta Berwujud yang Dimiliki dan Digunakan dalam Bidang Usaha
Tertentu. Pada pasal 1 ayat (2) dijelaskan tentang bentuk usaha tertentu yang
dimaksud, yaitu:

a. bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan, dan
hasil hutan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru
menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun.
b. bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha perkebunan
yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan
setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun.

c. bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana ternak


dapat berproduksi berkali-kali dan baru dapat dijual setelah dipelihara
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.

Harta berwujud yang dimaksud dalam Peraturan Menteri ini disebutkan


pada pasal 1 ayat (3), yaitu:

a. bidang usaha kehutanan, meliputi tanaman kehutanan, kayu, dsb.

b. bidang usaha industri perkebunan tanaman keras meliputi tanaman keras.

c. bidang usaha peternakan meliputi hewan ternak, dsb.

Aset biologis yang berupa hewan dan tanaman hidup, dapat digolongkan
sebagai harta berwujud sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 ayat (3)
tersebut. Pengukuran harta berwujud (aset biologis) dinilai berdasarkan besarnya
pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud (aset biologis) tersebut. Yang
termasuk pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud sesuai pernyataan pada
pasal 2 ayat (1), yaitu: termasuk biaya pembelian bibit, biaya untuk membesarkan
bibit dan memelihara bibit. Biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja tidak
termasuk ke dalam pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud sesuai dengan
pasal 2 ayat (2).

Dengan kata lain pengukuran aset biologis diperoleh dengan


mengkapitalisasi semua pengeluaran yang sifatnya memberikan kontribusi secara
langsung dalam transformasi biologis dari aset biologis. Oleh sebab itu,
pengeluaran yang berkaitan langsung dengan transformasi biologis tidak dapat
diakui lagi sebagai biaya karena telah menjadi bagian dari nilai aset biologis
tersebut.
Penyajian dan Pengungkapan

Entitas mengungkapkan keuntungan agregat atau kerugian yang timbul


selama periode berjalan, deskripsi dari setiap kelompok aset biologis, jika tidak
diungkapkan sebagai informasi yang dipublikasikan dengan laporan keuangan
maka entitas harus menjelaskan sifat kegiatan yang melibatkan setiap kelompok
aset biologis, entitas harus mengungkapkan metode dan asumsi signifikan yang
diterapkan dalam menentukan nilai wajar setiap kelompok hasil pertanian pada
titik panen dan setiap kelompok aset biologis, entitas harus mengungkapkan nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual dari produk agrikultural yang telah dipanen
selama periode tertentu, entitas mengungkapkan keberadaan dan jumlah tercatat
dari aset biologis, entitas harus menyajikan daftar rekonsiliasi perubahan dalam
nilai tercatat pada aset biologis di antara awal dan akhir periode berjalan (IAS 41
Paragraf 40-50).

Entitas menyajikan rekonsiliasi perubahan jumlah tercatat aset biologis


antara awal dan akhir periode berjalan. Rekonsiliasi tersebut mencakup :

a. keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar


dikurangi biaya untuk menjual.

b. Kenaikan karena pembelian

c. Penurunan yang diatribusikan pada penjualan dan aset biologis yang


diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual (atau termasum dalam
kelompok pelepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual)
sesuai dengan PSAK 58

d. Penurunan karena panen

e. Kenaikan yang dihasilkan dari kombinasi bisnis

f. Selisih kurs netto yang timbul dari penjabaran laporan keuangan ke


dalam mata uang penyajian yang berbeda, dan penjabaran dari kegiatan
usaha luar negeri ke dalam mata uang penyajian entitas pelapor

g. Perubahan lain
Pengungkapan tambahan digunakan untuk aset biologis yang nilai
wajarnya tidak dapat diukur secara andal. Jika entitas mengukur aset biologis pada
biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian
penurunan nilai pada akhir periode maka entitas mengungkapkan untuk asset
biologis meliputi: deskripsi dari aset biologis tersebut, penjelasan tentang
mengapa alasan nilai wajar tidak dapat diukur secara andal, jika memungkinkan
tentang estimasi dimana nilai wajar kemungkinan besar berada, metode
penyusutan yang digunakan, umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan,
dan jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan dengan
akumulasi kerugian penurunan nilai) pada awal dan akhir periode

Jika selama periode berjalan entitas mengukur aset biologisnya pada biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan
nilai, maka entitas mengungkapkan keuntungan atau kerugian yang diakui atas
pelepasan aset biologis tersebut dan rekonsiliasi mengungkapkan jumlah yang
berkaitan dengan aset biologis tersebut secara terpisah. Sebagai tambahan,
rekonsiliasi tersebut mencakup jumlah berikut dalam laba rugi terkait dengan aset
biologis tersebut, meliputi: kerugian penurunan nilai, pembalikan rugi penurunan
nilai, dan penyusutan.

Jika nilai wajar aset biologis sebelumnya diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai menjadi
dapat diukur secara andal selama periode berjalan, maka entitas mengungkapkan
untuk aset biologis tersebut, meliputi : deskripsi dari aset biologis tersebut,
penjelasan tentang mengapa nilai wajar dapat diukur secara andal, dan dampak
dari perubahan tersebut.
PENUTUP

Jadi, akuntansi untuk aset biologis diatur dalam IAS 41 dan PSAK 69.
Dimana menjelaskan bahwa tumbuhan atau hewan yang hidup dan bertumbuh di
bawah manajemen suatu perusahaan dapat diakui sebagai aset biologis dengan
memerhatikan transformasi biologisnya. Berikut perlakuan akuntansinya:

Aset bilogis akan mengalami tiga tahap reklasifikasi untuk pengakuan di


dalam akun-akun pada Laporan Posisi Keuangan yaitu belum
menghasilkan, telah menghasilkan dan langsung menghasilkan
(persediaan).

Pengukuran awal dalam menentukan nilai aset biologis dilakukan dengan


menggunakan metode biaya historis.

Penurunan nilai aset biologis dilakukan berupa tanaman tahunan dapat


dialami oleh entitas pada masa aset berada dalam kualifikasi belum
menghasilkan, telah menghasilkan, maupun dalam bentuk hasil produk
tanamannya.

Lalu pada periode-periode selama proses transfromasi bilologis sampai


dapat menghasilkan manfaat ekonomis bagi entitas, pengukuran yang
digunakan ialah konsep fair value, sehingga entitas dapat mengetahui laba
atau rugi bersih yang dialaminya selama proses tersebut.

Penyajian aset biologis, berupa tanaman perkebunan, dikelompokkan


dalam akun persediaan (menampung tanaman perkebunan yang telah siap
dijual menurut jenis usaha entitas) dan akun aset tidak lancar (menampung
tanaman perkebunan milik entitas yang belum bisa dijual karena masih
mengalami proses pertumbuhan). Di lingkungan industri perkebunan, aset
tidak lancar berupa aset biologis ini sering juga disebut dengan akun
tanaman produksi. Tanaman produksi disajikan dalam laporan posisi
keuangan entitas sebagai tanaman perkebunan yang merupakan bagian
dari kelompok aset tidak lancar.

Entitas mengungkapkan keuntungan agregat atau kerugian yang timbul


selama periode berjalan, deskripsi dari setiap kelompok aset biologis, jika
tidak diungkapkan sebagai informasi yang dipublikasikan dengan laporan
keuangan maka entitas harus menjelaskan sifat kegiatan yang melibatkan
setiap kelompok aset biologis, entitas harus mengungkapkan metode dan
asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar setiap
kelompok hasil pertanian pada titik panen dan setiap kelompok aset
biologis, entitas harus mengungkapkan nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual dari produk agrikultural yang telah dipanen selama periode
tertentu, entitas mengungkapkan keberadaan dan jumlah tercatat dari aset
biologis, entitas harus menyajikan daftar rekonsiliasi perubahan dalam
nilai tercatat pada aset biologis di antara awal dan akhir periode berjalan.
REFERENSI

Ikatan Akuntansi Indonesia.2014. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1


Januari 2015. Ikatan Akuntansi Indonesia.
Kurniawan, Rendra. 2012. Valuasi Aset Biologis : Kajian Kritis Atas IAS 41
Mengenai Akuntansi Pertanian , Jurnal IMFEB. Vol 1, No 1.
http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/126. (diakses pada 16
November 2017)

Ridwan, Achmad. 2011. Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT. Perkebunan


Nusantara XIV Makassar (PERSERO).
https://ejournal.unhas.ac.id/index.php/gc/article/viewFile/13090/12675.
(diakses pada 16 November 2017)

Anda mungkin juga menyukai