Anda di halaman 1dari 28

TUGAS PEMODELAN TRANSPORTASI LAUT - MS 141319

PERAMALAN TINGKAT SEDIMENTASI YANG DIPENGARUHI OLEH ARUS


DAN SAMPAH

STUDI KASUS : PELABUHAN PELAYARAN RAKYAT KALIMAS

ASWINANDA C.K. NRP. 4413 100 013

RIZKI EKA N. NRP. 4413 100 047

JURUSAN TRANSPORTASI LAUT

FAKULTAS TEKNOLOG KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2017
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan bagi kami untuk
menyelesaikan tugas Pemodelan Transportasi Laut (MS 141319) ini. Tanpa kekuatan
dari-Nya, mustahil rasanya untuk menyelesaikan tugas ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada :

Bapak Dr.-Ing. Setyo Nugroho selaku dosen pengampu mata kuliah Pemodelan
Transportasi Laut atas kesabaran dan bimbingannya dalam menyelesaikan tugas
ini.
Teman-teman mahasiswa Jurusan Transportasi Laut.
Dan semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan tugas Pemodelan Transportasi
Laut.

Semoga tugas Pemodelan Transportasi Laut (MS 141319) ini bermanfaat bagi
mahasiswa, khususnya bagi mahasiswa Sistem Transportasi Laut. Amin

Surabaya, 2 Januari 2017

Ttd.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL............................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

I.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

I.2 Rumusan masalah............................................................................................... 2

I.3 Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB 2 GAMBARAN UMUM ......................................................................................... 3

II.1 Lingkungan di Pelabuhan Kalimas .................................................................... 3

II.2 Sampah ............................................................................................................... 4

II.3 Sedimentasi ........................................................................................................ 7

II.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah: .................. 8

II.2.2 Dampak yang ditimbulkan akibat sedimentasi ......................................... 10

II.4 Sistem Dinamik ................................................................................................ 11

BAB III PERMODELAN SIMULASI DAN PEMBAHASAN ..................................... 13

III.1 Diagram Sebab Akibat ................................................................................. 13

III.3 Simulasi Model System Dynamic ................................................................ 14

III.3.1 Data Asumsi .............................................................................................. 14

III.3.2 Data Penelitian Sebelumnya ..................................................................... 15

III.3.3 Data Survey............................................................................................... 15

III.3.4 Sub Model Sedimentasi ............................................................................ 17

III.3.5 Sub Model Sampah ................................................................................... 18

iii
III.3 Hasil Simulasi ............................................................................................... 19

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 21

IV.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 21

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Sungai Kalimas di Pelabuhan .......................................................................... 3

Gambar 2 Sampah di Pelabuhan Pelayaran Rakyat Kalimas ........................................... 5

Gambar 3 Sedimentasi di Sungai Surabaya ...................................................................... 7

Gambar 4 Diagram Model Sistem Dinamik ................................................................... 16

Gambar 5 Diagram Sub Model Sedimentasi .................................................................. 17

Gambar 6 Diagram Sub Model Sampah ......................................................................... 18

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rincian keterangan sub model sedimentasi ....................................................... 17

Tabel 2 Rincian keterangan sub model sampah.............................................................. 19

Tabel 3 Hasil Running Powersim ................................................................................... 19

vi
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Muara sungai merupakan pertemuan antara laut dan sungai dan menjadi batas
lingkungan (environment) air asin dan air tawar. Di daerah muara sering terjadi
perubahan kecepatan aliran air. Pada saat aliran air memasuki muara akan terjadi
perubahan (transisi) kecepatan aliran dari kecepatan aliran tertentu dari hulu ke
kecepatan yang mendekati nol dalam laut, sehingga terjadi peredaman energi
didalamnya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pengendapan yang sangat besar di
dalam muara sehingga mengakibatkan pendangkalan. Debit air yang besar dan
melewati muara sungai yang datang dari hulu akan membentuk alur dangkal yang
melebar sehingga terbentuklah sifat muara yang dipengaruhi oleh aliran debit dari
hulu oleh pergerakan air pasang surut. Pelabuhan Kalimas merupakan salah satu
pelabuhan rakyat di Indonesia yang terletak di muara sungai, yaitu muara sungai
Kalimas, Surabaya. Secara umum pelabuhan mengalami berbagai hambatan fisik antara
lain masalah pendangkalan yang disebabkan oleh sedimentasi yang terjadi pada kolam
pelabuhan dan alur pelayaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengurangi pendangkalan yang


diakibatkan oleh sedimentasi adalah dengan cara melakukan pengerukan sedimen pada
kolam pelabuhan. Perencanaan pengerukan di daerah perairan kolam pelabuhan harus
didahului dengan penyelidikan tanah. Keadaan tanah dasar diperiksa untuk dua
keperluan, pertama kemudahannya untuk di keruk (Excavability) dan kedua untuk
pengangkutannya (Transportability).

Permasalahan yang akan muncul dengan adanya pendangkalan adalah


terhambatnya operasi kapal ketika akan keluar atau masuk dermaga, hal ini dapat
menyebabkan kapal kandas. Jika hal tersebut terjadi maka perusahaan pelayaran yang
memiliki kapal tersebut harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menarik kapal yang
kandas tersebut. Ketidaktahuan para kru kapal akan kondisi perairan pelabuhan
menyebabkan banyak kerugian yang harus ditanggung. Untuk menanggulangi masalah
ini, operator pelabuhan harus melakukan pengerukan pada area kolam pelabuhan.

1
Sehingga dibutuhkan peramalan tingkat sedimentasi, kapan muara atau pantai
mengalami penumpukan sedimen atau terjadi sedimentasi atau terjadi abrasi yang
menghilangkan sedimen pantai. Sehingga dapat dilakukan penanganan terhadap muara
sungai. Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan model dinamis
yang dilakukan dengan menggunkan software Powersim Studio 2005.

I.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Bagaimana dampak dari adanya sedimentasi terhadap operasi kapal?


2. Kapan permasalahan sedimentasi harus ditangani?
3. Bagaimana bentuk simulasi model peramalan sedimentasi nya?

I.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dampak dari adanya sedimentasi terhadap operasi kapal


2. Mengetahui kapan permasalahan sedimentasi harus ditangani
3. Mengetahui bentuk simulasi model peramalan sedimentasi

2
BAB 2
GAMBARAN UMUM

II.1 Lingkungan di Pelabuhan Kalimas

Gambar 1 Sungai Kalimas di Pelabuhan


(Sumber : Google Image)

Sungai Kalimas membuat surabaya berkembang, sungai ini yang mengenalkan


Surabaya ke dunia luar. Anak Sungai Brantas ini membuat kota dagang ini begitu
tersohor sampai kini. Sejak abad 18, kalimas memiliki pelabuhan terpanjang dengan
dilengkapi ratusan pabrik dan gudang di sepenjang pinggir sungai. Jumlah ini
terbanyak, bahkan Batavia tidak bisa menandingi kehebatan kalimas karena tidak ada
sungai selebar dan setenang Kalimas di tanah Jawa. Pelabuhan ini merupakan tempat
sandar kapal kayu dan kapal kecil dimana kapal-kapal tersebut melayani angkutan
barang kebutuhan pokok Surabaya-Indonesia Timur. Pelabuhan Kalimas sangat
mendukung arus perdagangan dari Jawa (Surabaya) dengan Luar Jawa (Kalimantan-
Sulawesi-Papua-Makassar) dan beberapa daerah lainnya.

Muara sungai merupakan pertemuan antara laut dan sungai dan menjadi
batas lingkungan (environment) air asin dan air tawar. Di daerah muara sering terjadi
perubahan kecepatan aliran air. Hal tersebut yang menyebabkan adanya pengendapan di

3
wilayah perairan sehingga menyebabkan pendangkalan di perairan tersebut.
Sedimentasi terjadi tiap tahun di perairan pelabuhan Muara Sungai Kalimas
walaupun telah dilakukan pengerukan pada area dermaga, namun jumlah
sedimentasi yang terjadi tiap tahun selalu lebih besar dari sebelumnya sehingga
akan mengganggu transportasi laut dan proses bongkar muat di dermaga.

Faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya sedimentasi di muara sungai


antara lain: aktivitas gelombang dan pola arus. Aliran sepanjang aliran sungai sebagai
dampaknya jumlah sungai ini membawa material sedimen dan limbah yang berasal dari
hulu dan sepanjang daerah aliran sungai yang akan diendapkan di muara sungai.
Menurut Djojodihardjo (1982) proses pengendapan di muara sungai dipengaruhi oleh
pasang arus dan gelombang. Energi gelombang selain berfungsi sebagai komponen
pembangkit arus sejajar pantai (longshore current), juga menimbulkan abrasi. Proses
sedimentasi dan erosi merupakan dua proses yang terjadi silih berganti dalam jarak
yang relatif dekat untuk mencapai keseimbangan dan merupakan bagian dari dinamika
alur sungai. Selain itu, Topografi daerah aliran sungai, iklim, jenis dan tekstur tanah,
morfometrik sungai, sistem hidrologi serta energi pasang surut di muara sungai juga
sangat mempengaruhi sedimentasi.

sedimentasi, ini diawali dengan masuknya partikel-partikel dan juga zat-zat


yang masuk ke sungai dari hulu hingga hilir dan berakhir menjadi sedimen. Sedimen
yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh aliran dan diendapkan pada suatu
tempat yang kecepatannya melambat atau terhenti. Proses ini dikenal dengan
sedimentasi atau pengendapan. Asdak (2002) dalam Reinnamah (2009) menyatakan
bahwa sedimen hasil erosi terjadi sebagai akibat proses pengolahan tanah yang tidak
memenuhi kaidah-kaidah konservasi pada daerah tangkapan air di bagian hulu.
Kandungan sedimen pada hampir semua sungai meningkat terus karena erosi dari tanah
pertanian, kehutanan, konstruksi dan pertambangan. Hasil sedimen (sediment yield)
adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air
yang dapat diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hal ini biasanya diperoleh
dari pengukuran padatan tersuspensi di dalam perairan.

II.2 Sampah

Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang
4
Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang kelingkungan.

Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :

1. Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya sampah


dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis
sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau
sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.

2. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum


adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan
kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam
memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan
pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa
makanan,sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng
serta sampah lainnya.

Gambar 2 Sampah di Pelabuhan Pelayaran Rakyat Kalimas


(Sumber : Google Image)
5
Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil
saja dari sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah.
Terutama penumpukan sampah yang terjadi di tempat-tempat umum seperti di pasar-
pasar.

Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam,
ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah
sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampahn institusi /
kantor / sekolah, dan sebagainya.

Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu


sebagai berikut :

1. Sampah organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang
dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan
mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah
dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik),
tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar tradisional juga
banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-buahan
dan lain-lain.

2. Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati,
baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan
tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-
produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik,
sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/
mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian
lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng,
(Gelbert dkk, 1996).

6
II.3 Sedimentasi

Gambar 3 Sedimentasi di Sungai Surabaya


(Sumber : Google Image)

Dalam suatu proses sedimentasi, ini diawali dengan masuknya partikel-partikel


dan juga zat-zat yang masuk ke sungai dri hulu hingga hilir dan berakhir menjadi
sedimen. Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi akan terbawa oleh aliran dan
diendapkan pada suatu tempat yang kecepatannya melambat atau terhenti. Proses ini
dikenal dengan sedimentasi atau pengendapan. Asdak (2002) dalam Reinnamah (2009)
menyatakan bahwa sedimen hasil erosi terjadi sebagai akibat proses pengolahan tanah
yang tidak memenuhi kaidah-kaidah konservasi pada daerah tangkapan air di bagian
hulu. Kandungan sedimen pada hampir semua sungai meningkat terus karena erosi dari
tanah pertanian, kehutanan, konstruksi dan pertambangan. Hasil sedimen (sediment
yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan
air yang dapat diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hal ini biasanya
diperoleh dari pengukuran padatan tersuspensi di dalam perairan.

Berdasarkan pada jenis dan ukuran partikel-partikel tanah serta komposisi


bahan, sedimen dapat dibagi atas beberapa klasifikasi yaitu gravels (kerikil), medium
sand (pasir), silt (lumpur), clay (liat) dan dissolved material (bahan terlarut). Ukuran
partikel memiliki hubungan dengan kandungan bahan organik sedimen. Sedimen
dengan ukuran partikel halus memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sedimen dengan ukuran partikel yang lebih kasar. Hal ini
berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang, sehingga memungkinkan
7
pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke dasar
perairan. Pada sedimen kasar, kandungan bahan organik biasanya rendah karena
partikel yang halus tidak mengendap. Selain itu, tingginya kadar bahan organik pada
sedimen dengan ukuran butir lebih halus disebabkan oleh adanya gaya kohesi (tarik
menarik) antara partikel sedimen dengan partikel mineral, pengikatan oleh partikel
organik dan pengikatan oleh sekresi lendir organisme (Wood, 1997 dalam Reinnamah,
2009).

Partikel sedimen mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari yang kasar
sampai halus. Menurut Buchanan (1984) dalam Reinnamah (2009) berdasarkan skala
Sedimen terdiri dari beberapa komponen bahkan tidak sedikit sediment yang
merupakan pencampuran dari komponen-komponen tersebut. Adapun komponen itu
bervariasi, tergantung dari lokasi, kedalaman dan geologi dasar (Forstner dan Wittman,
1983). Pada saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan
terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi bahan
pencemar dalam sedimen meningkat.

Menurut Umi M dan Agus S (2002) bagian sungai yang paling efektif untuk
proses pengendapan (sedimentasi) ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope
pada kelokan sungai, karena biasanya pada kelokan sungai terjadi pengurangan energi
yang cukup besar. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya
energi pengangkut, sehingga semakin ke hilir, energi semakin kecil, material yang
diendapkan pun semakin halus.

Dari penjabaran diatas menjelaskan bahwa proses sedimentasi berasal dari


partikel-partikel mineral yang terbawa dari hulu sungai kemudian terbawa hingga hilir
sungai,dan ketika sampai disana akan mengalami penumpukan. Ketika semakin banyak
partikel yang terbawa arus dari hulu maka pembentukan sedimentasi pada wilayah hilir
akan semakin cepat.

II.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah:

Kecepatan Aliran Sungai

Kecepatan aliran maksimal pada tengah alur sungai, bila sungai


membelok maka kecepatan maksimal ada pada daerah cut of slope

8
(terjadi erosi). Pengendapan terjadi bila kecepatan sungai menurun
atau bahkan hilang.

Gradien / kemiringan lereng sungai

Bila air mengalir dari sungai yang kemiringan lerengnya curam


kedataran yang lebih rendah maka keceapatan air berkurang dan tiba-
tiba hilang sehingga menyebabkan pengendapan pada dasar sungai.

Bentuk alur sungai

Aliran air akan mengerus bagian tepi dan dasar sungai. Semakin
besar gesekan yang terjadi maka air akan mengalir lebih lambat.
Sungai yang dalam, sempit, dan permukaan dasar tidak kasar, aliran
airnya deras. Sungai yang lebar, dangkal, dan permukaan dasarnya
tidak kasar, atau sempit dalam tetapi permukaan dasarnya kasar,
aliran airnya lambat.

Dari beberapa faktor tersebut merupakan penjabaran faktor-faktor


terbesar yang menimbulkan percepatan sedimentasi akibat terbawanya material-
material sungai dan juga sekitar sungai akibat pengikisan dari arus sungai
tersebut. Arus sungai merupakan faktor yang utama didalam aktivitas proses
erosi yang menyebabkan sedimentasi, namun arus tersebut tidak lepas juga
karena kemiringan lereng sungai. Semakin terjal suatu sungai maka erosi akan
semakin besar pula.

Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya sedimentasi di muara sungai


antara lain: aktivitas gelombang dan pola arus. Aliran sepanjang aliran sungai
sebagai dampaknya jumlah sungai ini membawa material sedimen dan limbah
yang berasal dari hulu dan sepanjang daerah aliran sungai yang akan diendapkan
di muara sungai. Menurut Djojodihardjo (1982) proses pengendapan di muara
sungai dipengaruhi oleh pasang arus dan gelombang. Energi gelombang selain
berfungsi sebagai komponen pembangkit arus sejajar pantai (longshore current),
juga menimbulkan abrasi. Proses sedimentasi dan erosi merupakan dua proses
yang terjadi silih berganti dalam jarak yang relatif dekat untuk mencapai
keseimbangan dan merupakan bagian dari dinamika alur sungai. Selain itu,
Topografi daerah aliran sungai, iklim, jenis dan tekstur tanah, morfometrik

9
sungai, sistem hidrologi serta energi pasang surut di muara sungai juga sangat
mempengaruhi sedimentasi.

II.2.2 Dampak yang ditimbulkan akibat sedimentasi

Kegiatan pembukaan lahan di bagian hulu dan DTA untuk pertanian,


pertambangan dan pengembangan permukiman merupakan sumber sedimen dan
pencemaran perairan sungai yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Pendangkalan akibat sedimentasi alamiah Membawa beberapa dampak


negatif. Dasar di hilir sungai akan meninggi akibat sedimentasi ini. Akibatnya,
air tidak mengalir dengan baik sehingga meningkatkan kemungkinan banjir.
Ekosistem pesisir juga terancam oleh pendangkalan. Biota-biota perairan
dangkal kehilangan habibat. Padahal, biota laut dangkal sumber makanan utama
ikan-ikan. Jika kehilangan makanan, populasi ikan menyusut sehingga jumlah
tangkapan nelayan berkurang. Bagi pelayaran, dampak pendangkalan berupa
menyempitnya alur. Akibatnya, perahu dan kapal semakin terbatas ruang
geraknya. Walaupun tidak semua dampak yang ditimbulkan adalah dampak
negatif, seperti dalam jangka panjang sedimentasi dalam jutaan tahun kembali
akan mengahasilkan mineral yang berguna untuk energy seperti minyak dan gas
alam atau seperti pengendapan yang terjadi di sungai, banyak yang menggali
dan menambang pasir di darerah sungai karena sedimentsi menyebabkan
kualitas pasir menjadi bagus untuk bahan bangunan dan untuk membuiat jalan.
Tetapi yang kita lihat selama ini adalah terjadinya abrasi pantai, terlalu banyak
organisme yang mati akibat tercemar logam berat, habitat dan ekosistem banyak
yang rusak disebabkan pengikisan pantai yang diakibatkan oleh proses
sedimentasi ( Ghiffary,2011).

Proses sedimentasi meliputi erosi, transportasi, pengendapan dan


pemadatan dari sedimentasi itu sendiri. Proses tersebut berjalan sangat
kompleks,dimulai dari jatuhnya air hujan yang menghasilkan energi kinetik
yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu tanah menjadi partikel
halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal di atas tanah
sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan
sedimen. Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi erosi tanah adalah curah
hujan, tumbuh-tumbuhan yang menutupi permukaan tanah, jenis tanah dan
10
kemiringan tanah. Karena peranan penting dari dampak tetesan air hujan, maka
tumbuhan memberikan perlindungan yang penting terhadap erosi, yaitu dengan
menyerap energi jatuhnya air hujan dan biasanya mengurangi ukuran-ukuran
dari butir-butir air hujan yang mencapai tanah. Tumbuh-tumbuhan dapat juga
memberikan perlindungan mekanis pada tanah terhadap erosi. Karena sedimen
merupakan kelanjutan dari proses erosi maka faktor-faktor yang mempengaruhi
erosi sedimen juga merupakan faktor yang mempengaruhi sedimen di lahan,
tetapi sedimen di sungai masih dipengaruhi pula oleh karakteristik hidrolik
sungai, penampang sedimen dan kegiatan gunung berapi.

Jumlah sedimen yang terangkut aliran sungai ditentukan oleh rantai erosi
pengangkutan sedimen, muka pengangkutan sedimen dan produksi sedimen
dipengaruhi oleh keadaan topografi, sifat tanah penutup tanah, laju dan jumlah
limpasan permukaan, juga sumber sedimen, sistem pengangkutan, tekstur tanah
dan sifat daerah aliran sungai, luas topografi, bentuk dan kemiringan tanah.
(Suroso,Ruslin dan Rahmanto.)

II.4 Sistem Dinamik

Sistem dinamik adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeskripsikan,


memodelkan, dan mensimulasikan suatu sistem yang dinamis (dari waktu ke waktu
terus berubah). Didalam sistem dinamik diajarkan bagaimana berpikir secara sistem.
Artinya adalah dalam menyelesaikan suatu masalah tidak dilihat pada satu pokok
bagian saja, tetapi dilihat semua pengaruhnya terhadap semua yang berhubungan
dengan masalah tersebut.

Jay Forrester mendefinisikan Sistem dinamika adalah pendekatan untuk


memahami perilaku sistem yang komplek dari waktu ke waktu. Ini berkaitan dengan
umpan balik internal dan waktu tunda yang mempengaruhi perilaku seluruh sistem.
Selain itu Miftahol Arifin juga mendefinisikan Metode sistem dinamis adalah metode
pendekatan eksperimental yang mendasari pengamatan kenyataan untuk memahami
tingkah laku sistem.

Ciri-ciri sistem dinamik yaitu mencakup lintasan waktu dan sebuah mekanisme
waktu (clock mechanism) menggerakkan waktu, sehingga variabel status berubah saat
waktu berubah. Suatu model sistem dinamik dibentuk karena adanya hubungan sebab-
akibat (causal) yang memengaruhi struktur di dalamnya baik secara langsung antar dua
11
struktur, maupun akibat dari berbagai hubungan yang terjadi pada sejumlah struktur,
hingga membentuk umpan-balik (causal loop). Struktur umpan-balik ini merupakan
blok pembentuk model yang diungkapkan melalui lingkaran-lingkaran hubungan sebab-
akibat dari variabel-variabel yang melingkar secara tertutup.

Tujuan Sistem dinamik sendiri adalah untuk:

1. Mengatasi permasalahan manajemen yang umum seperti fluktuasi


inventori, ketidakstabilan tenaga kerja, penurunan pangsa pasar suatu
perusahaan dan lain-lain.
2. Sebagai pendukung keputusan dalam merancang kebijakan-kebijakan
yang efektif.
3. Untuk mengetahui perilaku sistem nyata yang kompleks.

Langkah langkah simulasi sistem dinamik adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah,
2. Tentukan faktor-faktor yang dominan terhadap permasalahan,
3. Menelusuri terbentuknya loop umpan balik dan interaksi antara loop satu
dengan yang lainnya,
4. Melakukan perhitungan simulasi,
5. Menentukan validitas dari model yang dibuat,
6. Menerapkan kebijaksaan tertentu dalam melakukan modifikasi terhadap
model,
7. Melakukan simulasi berikutnya dengan model yang mengalami
perubahan,
8. Menarik kesimpulan.

12
BAB III
PERMODELAN SIMULASI DAN PEMBAHASAN

III.1 Diagram Sebab Akibat

Gambar 4 Diagram Sebab Akibat Peramalan Sedimentasi

Diagram diatas menunjukkan beberapa aspek adanya sedimentasi di Pelabuhan


Pelayaran Rakyat Kalimas. Aspek aspek yang akan dibahas adalah Pengaruh dari
Laju sedimentasi dan Sampah. Berikut rincian keterangannya :

Laju sedimentasi.
Merupakan tingkat atau kadar sedimen yang berada di dalam air. Hal ini
merupakan suatu fungsi dari koefisien rata rata sedimentasi yang kemudian
dikurangi koefisien rata rata abrasi. Dikarenakan sedimentasi dan abrasi
adalah 2 proses yang berlawanan.
Timbulan sampah.
Diperoleh dari 2 sisi, yaitu sampah yang dihasilkan dari penduduk
sekitar pelabuhan pelayaran Rakyat Kalimas dan sampah yang dihasilkan dari
kapal. Jumlah penduduk sekitar pelabuhan dipengaruhi oleh angka kelahiran
dan kematian di daerah tersebut, sehingga akan diketahui jumlah sampah yang
diproduksi setiap harinya. Perhitungan sampah dari kapal dapat dilakukan

13
dengan menghitung jumlah ABK nya. Volume sampah akan muncul dari bekal
yang dibawa ABK.

III.3 Simulasi Model System Dynamic

Untuk membuat model simulasi penugasan ini, peneliti menggunakan alat bantu
berupa perangkat lunak Powersim Studio 2005, model ini dibuat berdasarkan diagram
sebab akibat, data yang didapatkan dari penelitian sebelumnya, data survey dan
beberapa asumsi. Data yang tersebut sebagai berikut:

III.3.1 Data Asumsi

Jumlah penduduk disekitar Pelabuhan Pelayaran Rakyat Kalimas


Data ini didapatkan dengan melihat rata-rata pertumbuhan penduduk di
Kelurahan Perak Utara, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya
dari tahun 2009-2014. Jumlah yang didapatkan adalah sebanyak 2.139
orang. Sumber data didapatkan dari Badan Pusat Statistik Kota Surabaya
Fraksi kelahiran dan kematian
Data ini didapatkan dengan melihat rata-rata kenaikan angka kelahiran
dan kematian penduduk di Kelurahan Perak Utara, Kecamatan Pabean
Cantikan, Kota Surabaya dari tahun 2009-2014. Jumlah yang didapatkan
untuk fraksi kelahiran adalah sebesar 0,0025/hari, sedangkan untuk
fraksi kematian adalah sebesar 0,0022/hari. Sumber data didapatkan dari
Badan Pusat Statistik Kota Surabaya
Sampah penduduk
Diasumsikan volume sampah yang dihasilkan penduduk tiap harinya
adalah sebesar 0,0025 m3
Jumlah kapal
Jumlah kapal yang beroperasi setiap harinya diasumsikan sebanyak 70
kapal.
Jumlah ABK
Kapal yang beroperasi setiap harinya diasumsikan memiliki ABK
sebanyak 12 orang tiap kapal

14
Perbekalan
Bekal yang dibutuhkan oleh tiap ABK akan menimbulkan volume
sampah sebesar 0,5 m3 tiap harinya.
Waktu berlayar
Rata-rata waktu operasi pelayaran kapal adalah 5 hari.

III.3.2 Data Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang arus sedimentasi yang terjadi di Pelabuhan Pelayaran


Rakyat Kalimas ini, telah dilakukan sebelumnya oleh Ice Trisnawati Togatorop,
Warsito Atmodjo, Sugeng Widada dengan judul jurnal Pengaruh Arus
Terhadap Muatan Padatan Tersuspensi di Muara Sungai Kalimas, Surabaya
pada tahun 2015. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan tentang
muatan tersuspensi atau besar sedimentasi yang terjadi di beberapa titik. Muatan
tersuspensi terbesar terjadi pada daerah muara, dikarenakan pada titik ini banyak
kegiatan manusia dan aktivitas hidro-oseanografi yang terjadi. Tingkat
sedimentasi yang terjadi adalah sebesar 38 mg/l. Bersamaan dengan terjadinya
sedimentasi, arus aliran juga menyebabkan adanya abrasi. Abrasi yang terjadi
akan mengurangi tingkat sedimentasi secara perlahan. Tingkat abrasi yang
terjadi adalah sebesar 12 mg/l.

III.3.3 Data Survey

Dermaga Kalimas

Panjang (m) : 2.270

Lebar (m) : 15

Kedalaman Kolam (M LWS) : 2,5

Rata-rata Draft kapal rakyat Kalimas adalah 1 m

Untuk membuat model simulasi peramalan sedimentasi di Pelabuhan Pelayaran


Rakyat Kalimas, maka tahapan selanjutnya adalah membuat diagram hubungan sebab
akibat di dalam perangkat lunak Powersim. Diagram yang muncul adalah sebagain
berikut :

15
kondisi sedimen
laju abrasi
laju sedimentasi
sedimentasi maks

koefisien rata2
tinggi sarat
abrasi
koefisien rata2
sedimentasi

total sedimentasi
total

Luas muara

penduduk sekitar
kalimas
kelahiran kematian

fraksi kelahiran fraksi kematian

ABK

sampah penduduk
jumlah kapal
total sampah

total perbekalan

per hari
Bekal
Seatime

Gambar 5 Diagram Model Sistem Dinamik

Diagram diatas menunjukkan proses sebab akibat diagram secara keseluruhan,


terdapat 2 sub model yang terjadi, dikarenakan peneliti membahas penyebab terjadinya
sedimentasi dari 2 aspek, yaitu dari laju sedimentasi yang terjadi dan sedimentasi yang
disebabkan oleh sampah yang berasal dari kapal yang beroperasi dan penduduk sekitar
Pelabuhan Pelayaran Kalimas.

16
III.3.4 Sub Model Sedimentasi

kondisi sedimen sedimentasi maks


laju abrasi
laju sedimentasi
koefisien rata2
abrasi tinggi sarat

koefisien rata2 total sedimentasi


sedimentasi
total

Luas muara

Gambar 6 Diagram Sub Model Sedimentasi

Diagram diatas menunjukkan pengaruh sedimentasi yang terjadi oleh laju


sedimentasi itu sendiri. Terdapat causal loop (+) oleh laju sedimentasi dan causal loop
(-) oleh laju abrasi. Dari keduanya akan muncul kondisi sedimen yang kemudian akan
menjadi total sedimentasi setelah menerima kontribusu sebesar 0,025 dari total sampah
yang terjadi. Setelah volume total sedimentasi diketahui, maka jumlah tersebut akan
dikalikan dengan luas muara untuk mendapatkan tinggi sedimentasi, sehingga dapat
diketahui kapan harus dilakukan pengerukan. Berikut keterangan dari diagram diatas :

Tabel 1 Rincian keterangan sub model sedimentasi

No Nama Tipe Satuan Rumus


1 koefisien rata2 sedimentasi const 1/da 0,000000038
2 koefisien rata2 abrasi const 1/da 0,000000012
3 laju sedimentasi flow rate m3/da 'koefisien rata2 sedimentasi'*'kondisi sedimen'
4 laju abrasi flow rate m3/da 'koefisien rata2 abrasi'*'kondisi sedimen'
5 kondisi sedimen level m3 10
6 sedimentasi maks aux m 1,5
7 tinggi sarat aux m 'total sedimentasi'/'Luas muara'
8 total sedimentasi level m3 'kondisi sedimen'
9 total flow rate m3/da 0,025*'total sampah'
10 Luas muara aux m2 34050

17
III.3.5 Sub Model Sampah

penduduk sekitar
kalimas
kelahiran kematian

fraksi kelahiran fraksi kematian

ABK

sampah penduduk
jumlah kapal
total sampah

total perbekalan

per hari
Bekal
Seatime

Gambar 7 Diagram Sub Model Sampah

Diagram diatas menunjukkan bahwa sampah berasal dari 2 sisi, yaitu dari
penduduk dan dari kapal. Untuk perhitungan sampah oleh penduduk diperoleh dengan
cara menghitung jumlah jumlah penduduk yang ada, kemudian dikalikan dengan fraksi
kelahiran dan kematian. Jumlah penduduk yang di teliti adalah jumlah penduduk yang
berada di sekitar pelabuhan. Data jumlah penduduk didapatkan dari Badan Pusat
Statistik Kota Surabaya, dengan melihat populasi penduduk pada Kelurahan Perak
Utara, Kecamatan Pabean Cantikan. Diasumsikan produksi volume sampah tiap
penduduk adalah sebanyak 0,0025 m3. Kemudian dari sisi Kapal, sampah dihitung dari
aktivitas ABK dengan menghitung total perbekalan ABK di tiap kapal untuk melakukan
pelayaran. Diasumsikan volume sampah yang diproduksi tiap ABK adalah sebesar 0,5
m3. Setelah 2 sisi dihitung dengan kriteria masing masing, maka kemudian total sampah
yang diproduksi dijumlahkan, sehingga diperoleh kontribusi sedimentasi yang
diasumsikan sebesar 0,025 dari total sampah. Berikut keterangannya :

18
Tabel 2 Rincian keterangan sub model sampah

No Nama Tipe Satuan Rumus


1 fraksi kelahiran const 1/da 0,0025
2 fraksi kematian const 1/da 0,0022
3 kelahiran flow rate orang/da 'penduduk sekitar kalimas'*'fraksi kelahiran'
4 kematian flow rate orang/da 'fraksi kematian'*'penduduk sekitar kalimas'
5 penduduk sekitar kalimas level orang 2139
6 jumlah kapal aux kapal 70
7 ABK aux orang 12
8 total perbekalan aux m/orang Bekal*Seatime
9 Seatime aux da 5
10 Bekal aux m/(da*orang) 0,5
((ABK*'total perbekalan')+('sampah
11 total sampah aux m/da
penduduk'*'penduduk sekitar kalimas'))*'per hari'
12 sampah penduduk const m/orang 0,0025
13 per hari aux da^-1 1

III.3 Hasil Simulasi


Tabel 3 Hasil Running Powersim

Time total sedimentasi (m) tinggi sarat (m) sedimentasi maks (m)
01 Jan 2017 10,00 2,94e-4 1,50
01 Feb 2017 1.589,01 0,05 1,50
01 Mar 2017 3.168,02 0,09 1,50
01 Apr 2017 4.747,03 0,14 1,50
01 Mei 2017 6.326,04 0,19 1,50
01 Jun 2017 7.905,05 0,23 1,50
01 Jul 2017 9.484,06 0,28 1,50
01 Agust 2017 11.063,07 0,32 1,50
01 Sep 2017 12.642,09 0,37 1,50
01 Okt 2017 14.221,10 0,42 1,50
01 Nop 2017 15.800,11 0,46 1,50
01 Des 2017 17.379,12 0,51 1,50
01 Jan 2018 18.958,13 0,56 1,50
01 Feb 2018 20.537,14 0,60 1,50
01 Mar 2018 22.116,15 0,65 1,50
01 Apr 2018 23.695,16 0,70 1,50
01 Mei 2018 25.274,17 0,74 1,50
01 Jun 2018 26.853,18 0,79 1,50
01 Jul 2018 28.432,19 0,84 1,50
01 Agust 2018 30.011,20 0,88 1,50
01 Sep 2018 31.590,21 0,93 1,50
01 Okt 2018 33.169,22 0,97 1,50
01 Nop 2018 34.748,23 1,02 1,50
01 Des 2018 36.327,24 1,07 1,50
01 Jan 2019 37.906,26 1,11 1,50
01 Feb 2019 39.485,27 1,16 1,50
01 Mar 2019 41.064,28 1,21 1,50
01 Apr 2019 42.643,29 1,25 1,50
01 Mei 2019 44.222,30 1,30 1,50 19
01 Jun 2019 45.801,31 1,35 1,50
01 Jul 2019 47.380,32 1,39 1,50
01 Agust 2019 48.959,33 1,44 1,50
01 Sep 2019 50.538,34 1,48 1,50
01 Okt 2018 33.169,22 0,97 1,50
01 Nop 2018 34.748,23 1,02 1,50
01 Des 2018 36.327,24 1,07 1,50
01 Jan 2019 37.906,26 1,11 1,50
01 Feb 2019 39.485,27 1,16 1,50
01 Mar 2019 41.064,28 1,21 1,50
01 Apr 2019 42.643,29 1,25 1,50
01 Mei 2019 44.222,30 1,30 1,50
01 Jun 2019 45.801,31 1,35 1,50
01 Jul 2019 47.380,32 1,39 1,50
01 Agust 2019 48.959,33 1,44 1,50
01 Sep 2019 50.538,34 1,48 1,50
01 Okt 2019 52.117,35 1,53 1,50
01 Nop 2019 53.696,36 1,58 1,50
01 Des 2019 55.275,37 1,62 1,50
01 Jan 2020 56.854,38 1,67 1,50
58.433,39 1,72 1,50
Tabel diatas menunjukkan 60.012,40 1,76 dijalankan di Powersim.
hasil ketika simulasi model 1,50
61.591,41 1,81 1,50
Dengan adanya Total sedimentasi 63.170,43
terus bertambah di tiap 1,86
waktunya. Batasan maksimal
1,50
64.749,44
tinggi sedimentasi agar kapal tetap 1,90 1,5 m. Angka tersebut
dapat beroperasi adalah 1,50
66.328,45 1,95 1,50
didapatkan dari perhitungan total draft kolam pelabuhan sebesar
67.907,46 1,99
2,5 m dikurangi1,50
draft
69.486,47
kapal sebesar 1 m. Ketika tinggi 2,04
sedimentasi mencapai 1,5 m yaitu pada 1,50
bulan
71.065,48 2,09 1,50
September 2019, maka langkah 72.644,49
yang harus dilakukan 2,13
adalah pengerukan. Tinggi
1,50
74.223,50
sedimentasi diperoleh dengan cara 2,18
membagi total sedimentasi 1,50
dengan luas muara
75.802,51 2,23 1,50
sedimentasinya. Pada saat pengerukan, area kolam pelabuhan
77.381,52 2,27
harus steril, sehingga
1,50
78.960,53
kapal tidak dapat beroperasi dan pemilik 2,32Hal ini adalah salah
kapal bisa merugi. 1,50
satu
80.539,54 2,37 1,50
dampak dari adanya sedimentasi. 82.118,55 2,41 1,50
83.697,56 2,46 1,50
85.276,57 2,50 1,50
86.855,58 2,55 1,50
88.434,60 2,60 1,50
90.013,61 2,64 1,50
91.592,62 2,69 1,50
93.171,63 2,74 1,50
94.750,64 2,78 1,50

20
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari hasil simulasi peramalan tingkat sedimentasi di daerah kolam Pelabuhan


Pelayaran Rakyat Kalimas, dapat disimpulakn bahwa dengan tingkat sedimentasi
sebesar 38 mg/l dan abrasi sebesar 12 mg/l per hari, didapatkan total volume
sedimentasi sebesar 50.538 m3, ini merupakan total sedimentasi maksimal, untuk kapal
bisa beroperasi. Tinggi sedimentasi yang ditimbulkan adalah sebesar 1,48 m dan hal ini
terjadi pada bulan September 2019. Penanganan berupa pengerukan harus dilakukan
pada bulan ini, agar kapal tetap beroperasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ice Trisnawati Togatorop, Warsito Atmodjo, Sugeng Widada, 2015 Pengaruh Arus
Terhadap Muatan Padatan Tersuspensi di Muara Sungai Kalimas, Surabaya

Putra, A., 2015. sistem monitoring pengkuran pasang surut air laut berbasis sms
menggunakan sensor ultrasonik dan komputer mini. tugas akhir, 1(1), pp. 1-14.

http://surabaya.tribunnews.com/2014/09/02/sedimentasi-penyebab-kontribusi-
pelabuhan-kalimas-rendah

http://www.enciety.co/susahnya-merawat-terminal-kalimas/

https://m.tempo.co/read/news/2015/10/30/058714659/tol-laut-jokowi-bikin-terminal-
kalimas-meredup/2

https://metohidrocean.wordpress.com/sedimentasi/

http://www.dobraknews.com/2014/09/sedimentasi-dan-sampah-kalimas-masih.html


Muatan sedimen : 0 0


Populasi penduduk : 0 0


Total sedimentasi : 0 +

22

Anda mungkin juga menyukai