Anda di halaman 1dari 20

REUMATOID ARTRITIS

1. DEFINISI
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif.
Penyakit ini mengenai otot otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan
persendian pada laki laki maupun wanita .

2. ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti.
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid,
yaitu:
a) Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
b) Endokrin
c) Autoimmun
d) Metabolik
e) Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun
dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup
difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita.
3. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain.
terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)
gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

4. TANDA DAN GEJALA


a. Tanda dan gejala setempat
Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30
menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung
lama. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
Poli artritis simetris sendi perifer Semua sendi bisa terserang,
panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering
mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi
yang lebih besar seringkali terkena juga
Artritis erosif sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi
yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat
pada penyinaran sinar X
Deformitas pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang
lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan
fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai
kehilangan kemampuan bergerak yang total
Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada
1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa
olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya
oval atau bulat dan padat.
Kronik Ciri khas rematoid artritis

b. Tanda dan gejala sistemik


Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
1) Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat
maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
2) Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi
tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatas terjadi pula perubahan
bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck (leher Angsa).
3) Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada
sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus,
ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tes serologi
b. Sedimentasi eritrosit meningkat
c. Pemerikasaan radiologi
d. Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
e. Pemindaian Tulang Dan Sendi
f. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari
sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
6. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah:
a. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
b. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal
penderita.
c. Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan
sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
a. Istirahat
b. Latihan fisik
c. Panas
Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat
serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran
cerna terhadap terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 600
mg/hari mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing
sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Kortikosteroid
e. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,


pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki
fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan
tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.

B. PROSES KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Keperawatan
b. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
c. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.
2) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
synovial
3) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
4) Catat bila ada krepitasi
5) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
6) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
7) Catat bila ada atrofi, tonus yang berkurang
8) Ukur kekuatan otot
9) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
10) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

e. Riwayat Psiko Sosial


Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-
sendi karena dia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya
dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body
image dan harga diri klien.

2. ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF KESIMPULAN
Pasien merasa nyeri pada Pasien tampak meringis, Nyeri
daerah sendi nadi meningkat
Ps mengatakan tidak Ps tampak sulit Kerusakan mobilitas fisik
mampu menggerakkan menggerakkan tubuh dan
ekstremitasnya ekstremitasnya
Ps mengeluh tdk bs tidur Tampak lingkar hitam di Perubahan pola tidur
bawah mata
Pasien mengatakan Pasien tampak lemas Intoleransi aktivitas
badannya lemas, lelah
Ps merasa terisolasi, tak Pasien tampak depresi Perubahan penampilan
berdaya, cepat putus asa peran
Ps meras cemas, gelisah Nadi meningkat, Ansietas
dan takut dengan berkeringat dingin nafas
penyakitnya cepat
Ps mengatakan tidak bias Ps tampak kotor, bau Defisit perawatan diri
melakukan kegiatan badan, tidak terawat
sehari - hari
Ps mengatakan tidak Ps tampak putus asa, ps Perubahan citra tubuh
berdaya tampak tidak menerima
kerusakan tubuhnya, ps
mudah tersinggung
Ps mengatakan takut Ps terbaring di atas Resiko cedera
untuk menggerakkan tempat tidur dengan
sendi - sendinya pengaman
Ps bertanya tentang Ps menunjukkan perilaku Kurang pengetahuan
penyakitnya yang tidak sesuai
dianjurkan, ps tampak
bingung

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis
ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa
keperawatan yang sering muncul berdasarkan prioritas, yaitu:
a. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid
b. Kerusakan Mobilitas Fisik b/d deformitas skeletal Nyeri,
ketidaknyamanan Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
c. Perubahan Pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurang istirahat
e. Perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
g. Defisit perawatan diri b/d kerusakan muskuloskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
h. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan pembengkakan dan deformitas
sendi
i. Resiko cedera b/d kekakuan sendi
j. Kurang pengetahuan mengenai prognosis penyakit dan pengobatan b/d
kurangnya pemajanan/ mengingat.Kesalahan interpretasi informasi.
4. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rhematoid.
- Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman klien terpenuhi atau klien terhindar
dari rasa nyeri
- Recana/tindakan Keperawatan
1. Istirahatkan klien sesuai kondisi (bed rest).
R// Hal ini dapat membantu menurunkan stress muskuloskeletal,
mengurangi tegangan otot, dan meningkatkan relaksasi karena
kelelahan dapat mendorong terjadinya nyeri.
2. Pertahankan posisi fisiologis dengan benar atai body alignment yang
baik. Bantu dan ajari klien untuk menghindari gerakan eksternal rotasi
pada ekstremitas. Hindarkan menggunakan bantal dibawah lutut, tetapi
letakkan bantal diatara lutut, hindari fleksi leher.Bila direncanakan
klien dapat menggunakan splint, atau brace.
R// Hal ini dapat mencegah deformitas lebih lanjut.
3. Hindari gerakan yang cepat dan tiba-tiba karena dapat menimbulkan
dislokasi dan stres pada sendi-sendi. Lakukan perawatan dengan hati-
hati khususnya pada anggota-anggota tubuh yang sakit.
R// Karena gerakan-gerakan yang kasar akan semakin menimbulkan
nyeri
4. Gunakan terapi panas misal kompres hangat pada area/bagian tubuh
yang sakit.
R// Panas dapat meningkatkan sirkulasi, relaksai otot-otot,
mengurangi kekakuan. Kemungkinan juga dapat membvantu
pengeluaran endorfin yaitu sejenis morfin yang diproduksi oleh tubuh.
5. Lakukan peawatan kulit dan masase perlahan.
R// Hal ini membantu meningkatkan aliran darah relaksasi otot, dan
menghambat impuls-impuls nyeri serta merangsang pengeluaran
endorfin.
6. Memberikan obata-obatab sesuai terapi dokter misal, analgetik,
antipiretik, anti inflamasi.

b. Kerusakan Mobilitas Fisik b/d deformitas skeletal Nyeri,


ketidaknyamanan Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria hasil :
- Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur.
- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/
atau konpensasi bagian tubuh.
- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Intervensi:
a. Pantau tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari
peoses inflamasi
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur
malam hari yang tidak terganmggu.
R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan
kekuatan.
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif
dan isometris jika memungkinkan.
R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan
sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas, mis, trapeze.
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik
pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan
memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor.
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
R/ Mencegah fleksi leher.
g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan.
R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh.

i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.


R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan
alat.
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi risiko imobilitas.
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut.

c. Perubahan pola tidur b/d rasa nyeri pada persendian


Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan
pola tidur pasien dapat teratasi dengan criteria hasil :

1. Pasien dapat beristirahat dengan porsi normal

2. Batuk pasien berkurang bahkan hilang

3. Intensitas nyeri berkurang

4. Tidak ada lingkar gelap di bawah mata

Rencana Keperawatan :

a. Berikan kesempatan untuk beristirahat atau tidur sejenak, anjurkan


latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental atau fisik pada sore
hari.
R/ karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan
kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktivitas yang
terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu
tiodur.
b. Hindari penggunakan pengikatan secara terus-menerus
R/ resiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat
waktu istirahat.

c. Pantau tingkat stress sesuai perkembangan.


R/ peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang
tidak kooperatif dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur
pulas.
d. Lengkapi jadwal tidur dan ritual secara teratur.
R/ penguatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan
lingkungan.
e. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase
punggung.
R/ meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
f. Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum
tidur.
R/ menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi ke kamar
mandi.
g. Putarkan music yang lembut atau suara yang jernih.
R/ menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara
lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak.
h. Kolaborasi dalam pemberian anti depresi seperti amitriptilin,
dokseprin dan trasolon.
R/ efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi,
meningkatkan kemampuan untuk tidur.

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kurang istirahat


Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan
intoleransi aktivitasdapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Pasien mampu beraktivitas sesuai dengan toleransi

2. Pasien tidak cepat lelah

Rencana Keperawatan :
a. Ijinkan pasien untuk sering beristirahat dan hindarkan gangguan
pada saat tidur

R/ : stress emosi menghasilkan vasokonstriksi, yang


meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan frekwensi/ kerja
jantung.
b. Anjurkan untuk melakukan aktivitas ringan

R/ : menghindari kelelahan dan kebosanan.


c. Bantu pasien untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia,
kondisi dan kemampuan pasien

R/ : mengurangi kelelahan
d. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin

R/ : perubahan suhu dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen


dalam tubuh/ mencegah terjadinya hipoksemia.
e. Hindarkan hal hal yang menyebabkan ketakutan/ kecamasan
pada pasien

R/ : dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral


sekunder terhadap penurunan curah jantung.

e. Perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk


melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan
untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan
kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:.
a. Anjurkan pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan.
R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung.
b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan
gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap
intervensi/ konseling lebih lanjut.
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan.
R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri.
d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan
umum terjadi.
e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,
membutuhkan intervensi lebih lanjut.
f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri.
g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat
jadwal aktivitas.
R/ Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam terapi.
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperluka.
R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri.

i. Berikan bantuan positif bila perlu.


R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri.
Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri.
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan.
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan
obat-obatan peningkat alam perasaan.
R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien
mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif.

f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


penyakitnya.
Kriteria Hasil :
a. Pasien dapat menurunkan kecemasan
b. Pasien dapat mendemonstrasikan cara
penurunan kecemasan
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian kembali mengenai
riwayat pasien masuk rumah sakit.
Rasional : Identifikase faktor penyebab cemas
b. Monitor hubungan perilaku cemas, aktivitas
dan kejadian setiap 2 jam.
Rasional : Ketika cemas meningkat, pasien kurang kooperatif
dan ada kemungkinan terjadi perubahan RENPRA.
c. Yakinkan bahwa cemas adalah reaksi
normal. Bantu identifikasi tanda-tanda kecemasan seperti napas
lebih cepat, nadi cepat, dan berkeringat dingin.
Rasional : Membantu mengidentifikasi hubungan antara
partisipasi dengan kecemasan
d. Berikan ketenangan dengan memberikan
lingkungan yang nyaman.
Rasional : Lingkungan yang nyaman membantu
memfokuskan pikiran dan aktifitas
e. Turunkan input sensori yang mengganggu
seperti lampu yang silau, gaduh dan udara panas.
Rasional : Menurunkan kecemasan
f. Lakukan hubungan yang lebih akrab dengan
pasien sebelum tidur.
Rasional : Menimbulkan kepercayaan dan pasien merasa
nyaman
g. Monitor tanda vital setiap 4 jam.
Rasional : Membantu menentukan efek cemas

g. Defisit perawatan diri b/d kerusakan muskuloskeletal, penurunan


kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria hasil:
- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
dengan kemampuan individual.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:.
a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/
eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
b. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional.
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi
/rencana untuk modifikasi lingkungan.
R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri.
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai
sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan
dengan evaluasi setelahnya.
(R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena
tingkat kemampuan actual.
f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan
perawatan rumah, ahli nutrisi.
R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah.

h. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan pembengkakan dan deformitas


sendi
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 2 x 24 jam diahrapakan
perubahan citra tubuh pasien dapat diatasi
Kriteria hasil :
1. Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
2. Pasien dapat menerima keadaannya
Intervensi :
1. Identifikasi pandangan pasien terhadap keadaan tubuhnya
R/ : mengetahui bagaimana pandangan pasien terhadap perubahan
tubuhnya, beberapa klien dapat menerima dan mengatur perubahan
fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri,sedangkan yang
lain mempunyai kesulitan membandingkan mengenal dan mengatur
kekurangan.
2. Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien
melakukan hal-hal untuk dirinya.
R/ : Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.

3. Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan


motivasi kepada pasien
R/ : keluarga merupakan orang terdekat dalam kehidupan pasien,
sehingga suport dari keluarga akan memiliki arti yang sangat besar dari
pasien
4. Dukungan perilaku atau usaha seperti peningkatan minat
atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
R/ : Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian
tentanng peran individu masa mendatang.
5. Kolaborasi rujukan pada ahli neuropsikologi dan
konseling bila ada indikasi.
R/ : Dapat memfasilitasi perubahan yang penting untuk perkembangan
perasaan.

i. Resiko cedera b/d kekakuan sendi


Kriteria Hasil : cedera tidak terjadi
Intervensi :
a. Pantau keadaan pasien setiap jam dan berikan penghalang pada
tempat tidurnya.
Rasional : Pencegahan primer
b. Pantau vital sign setiap 4 jam dan kepatenan saluran pernapasan.
Rasional : Memonitor faktor resiko
c. Jangan tinggalkan obat yang dekat dengan tempat tidurnya.
Rasional : Mencegah terjadinya kecelakaan
d. Kunci roda tempat tidur.
Rasional : Mempertahankan keamanan
e. Berikan penerangan yang cukup pada malam hari.
Rasional : Mencegah jatuh
f. Kolaborasi dengan dokter dalam menangani masalah gangguan
persepsi klien.
Rasional : Mencegah kecelakaan akibat gangguan sensori

g. Bantu pasien dalam pergerakan atau aktivitas ke toilet.


Rasional : Mencegah kecelakaan
h. Berikan HE tentang perubahan gaya hidup dan pencegahan cedera
di rumah.
Rasional : Mencegah terjadinya cedera
j. Kurang pengetahuan mengenai prognosis penyakit dan pengobatan b/d
kurangnya pemajanan/ mengingat.Kesalahan interpretasi informasi.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
- Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi
gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan
aktivitas.
Intervensi dan Rasional:.
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit
melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.
R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
deformitas.
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang
realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik,
dan manajemen stres.
R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani
proses penyakit kronis kompleks.
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis.
e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida
pada waktu tidur.
R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan
meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari.
f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus,
perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat
mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar
terapeutik darah yang tinggi.
g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi
penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat
meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya.
h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi.
R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan
i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan
informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi,
terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki.
j. Berikan informasi mengenai alat bantu.
R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan
individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang
dibutuhkan.
k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri
untuk mempersiapkan makanan dan mandi.
R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan
kemandirian.
l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat
maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi
tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang
ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama
menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika
memungkinkan.
R: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup
pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.
m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang
tepat.
R: mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit.
n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium,
mis: LED, Kadar salisilat, PT.
R/ Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus
menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek
samping yang berbahaya.
o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan.
R/ Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan
lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan
pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.
p. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada).
R/: bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI,


Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai