Faktor
Faktor
Pada dasarnya terdapat banyak faktor penyebab tindak pidana korupsi. Oleh
penyebab dilakukannya tindak pidana korupsi secara keseluruhan. Pada bagian ini,
penulis akan mencoba menguraikan beberapa faktor dasar yang menyebabkan tindak
pidana korupsi.
Thomas Hobbes melihat tindak pidana korupsi sebagai persoalan biasa, bukan
kejahatan. Menurut filosofi ini, tindak pidana korupsi merupakan sesuatu yang
alamiah. Tindak pidana korupsi berkaitan erat dengan karakter diri manusia itu
memberikan hadiah ini (khususnya untuk negara-negara dengan budaya ketimuran) terus
dilakukan sehingga dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar dan dalam perkembangannya
kemudian berkembang menjadi suap (seolah membudaya). Tidak hanya sebatas itu,
korupsi (gratifikasi).2
1
Adrian Blau, Hobbes On Corruption, (UK : University Of Manchester Publisher, 2009), Hal. 52
2
Rohim, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, (Depok, Pena Multi Media, 2008), Hal. 83
Baharudin Lopa menyatakan bahwa lemahnya sistem merupakan salah satu sebab
terjadinya tindak pidana korupsi diberbagai sektor. Tidak dapat disangkal bahwa
lemahnya mekanisme di berbagai sektor birokrasi dewasa ini seperti dikeluhkan oleh
penguasa nasional termasuk penguasa keciul maupun penguasa asing karena masih
banyakanya mata rantai yang harus mereka lalui untuk memperoleh izin atau fasilitas-
fasilitas tertentu (misalnya saja fasilitas kredit). Keadaan yang kurang menggemberikan
ini, dalam praktiknya menyebanbkan suburnya suap menyuap dan pemberian komisi
sebagai salah satu bentuk perbuatan tindak pidana korupsi, bahkan tanpa berliku-likunya
dilakukannya tindak pidana korupsi dapat pula dijabarkan dalam beberapa aspek:4
korupsi dapat berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula dikatakan sebagai
penghasilannya sudah cukup tinggi, bahkan sudah berlebih bila dibandingkan dengan
3
Baharudin Lopa, Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum, Kompas, 23 Maret 2002, Hal. 15.
4
BPKP, Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional, (Jakarta:Pusat Pendidikan dan Latihan Pengawasan
BPKP), Hal. 83
tanpa adanya godaan dari pihak lain. Bahkan kesempatan untuk melakukan korupsi
mungkin juga sudah sangat kecil karena sistem pengendalian manajemen yang ada
sudah sangat bagus. Dalam hal pelaku korupsinya seperti itu, maka unsur yang
menyebabkan dia melakukan korupsi adalah unsur dari dalam diri sendiri, yaitu sifat-
sifat tamak, sombong, takabur, rakus yang memang ada pada manusia.
Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung lebih mudah untuk terdorong
berbuat korupsi karena adanya godaan. Godaan terhadap seorang pegawai untuk
melakukan korupsi berasal dari atasannya, teman setingkat, bawahannya, atau dari
pihak luaar yang dilayani. Bila seorang pegawai yang melihat atasannya melakukan
korupsi, maka pegawai, tersebut cenderung akan melakukan korupsi juga. Karena dia
mengenakan sanksi atau paling tidak hanya mengenakan sanksi yang ringan.
Hal ini terjadi karena atasannya juga mempunyai rasa takut jika dilaporkan
misalnya hanya cukup untuk hidup wajar selama sepuluh hari dalam sebulan, maka
mau tidak mau pegawai negeri tersebut harus mencari tambahan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan hidupanya. Dalam hal seperti itu, adalah suatu keterpakasaan
untuk mencari tamabahan pengahasilan, karena apabila hal itu tidak dilakukan maka
dirinya dan keluarganya akan mati kelaparan. Usaha untuk mencari tamabhan
penghasilan tersebut tentu sudah merupakan bentuk korupsi, misalnya korupsi waktu,
korupsi pikiran, tenaga, dalam arti bahwa seharusnya pada jam kerja waktu, pikiran
keperluan lain. Hal seperti itu akan lebih parah apabila mendapatkan kesempatan
membayar hutang, kebutuhan untuk membayar pengobatan yang mahal karena istri
atau anak sakit, kebutuhan untuk membiayai sekolah anaknya, kebutuhan untuk
berpenghasilan kecil untuk berbuat korupsi. Dalam hal seperti ini, tentu akan sangat
tepat apabila dipikirkan suatu sistem yang dapat membantu memberikan jalan keluar
dapat memiliki mobil mewah, rumah mewah, pakaian yang mahal, hiburan yang
mahal dan sebagainya. Sebagai misalnya, gaya hidup yang popular menyediakan
sarana untuk melaksanakan hobby tersebut. Apabila pegawai tersebut memang bukan
pegawai yang tingkatannya cocok dengan hobbynya tersebut, sedangkan dirinya ingin
berdaya hidup seperti itu sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan sarananya
dengan cara-cara yang legal, maka akan mendorong dirinya untuk melakukan
berbagai hal, termasuk korupsi, agar hobbynya dapat terlaksana. Hal itu menjadikan
pegawai yang walaupun sudah mendapatkan gaji yang layak akan berusaha
Orang yang melakukan korupsi adalah orang yang ingin segera mendapatkan
sesuatu yang banyak tetapi malas untuk bekerja keras guna meningkatkan
penghasilan yang besar tanpa usaha yang setimpal mengapa tidak dimanfaatkan.
mana ajaran-ajaran dari setiap agama yang diakui keberadaannya di Indonesia dapat
yang dianutnya, yang melarang korupsi. Akan tetapi, pada kenyatannya mereka juga
melakukan korupsi. Ini menunjukkan bahwa banyak ajaran-ajaran agama yang tidak
2. Aspek Organisasi
organisasi.
untuk terjadinya hal itu. Misalnya, banyak anggota masyarakat yang pergaulan
dimiliki orang yang bersangkutan. Ini dapat dilihat bahwa sebagian besar anggota
5
Kristian dan Yopi Gunawan, Tindak Pidana Korupsi kajian terhadap Harmonisasi Antara Hukum
Nasional dan The United Nations Convention Against Corruption (UNCAC).,(Bandung: PT.Refika
Aditama,2015), Hal. 60
masyarakat akan memberikan perlakuan yang berbeda terhadap seseorang apabila
korupsi, maka pihak yang akan paling dirugikan adalah negara atau pemerintah.
Masyarakat kurang menyadari bahwa apabila negara atau pemerintah yang dirugikan,
maka secara pasti hal itu juga merugikan masyarakat sendiri. Mislanya, apabila
terjadi korupsi dalam bentuk manipulasi kualitas pekerjaan borongan untuk perbaikan
jalan. Dari kejadian tersebut masyarakat akan memandang bahwa yang dirugikan
adalah uang pemerintah atau uang daerah, tanpa menarik kesimpulan lebih lanjut
bahwa yang dirugikan adalah masyarakat sendiri karena masayarakat tidak dapat
korupsi yang terlibat dan yang harus bertanggung jawab adalah aparat
masyarakat tertentu. Jadi, tidak hanya aparat pemerintah saja yang diserang oleh
swasta (anggota masyarakat sendiri) yang terkait dengan korupsi tidak disentuh
6
BPKP, Op.Cit,.Hal.94
walaupun diketahui bahwa jarang ada perbuatan korupsi yang tidak melibatkan
swasta.
Pandangan seperti itu adalah keliru, dan ini terbukti bahwa selama ini pemberantasan
korupsi masih belum berhasil karena upaya pemberantasan korupsi tersebut masih
seorang bayi yang dilahirkan di jaman orde baru orang tuanya akan terkait dengan
praktek korupsi tersebut, misalnya dalam hal pengurusan akte kelahiran harus
kehidupan yang lainnya pada kenyatannya juga terkait dengan pungli, misalnya
Dikatakan bahwa budaya bangsa timur adalah budaya yang kondusif untuk
terjadinya korupsi. Pemahaman seperti ini sedikit banyak menjadikan banyak pihak
7
Ibid,.Hal. 97
mendorong seseorang untuk mencari-cari alasan untuk membenarkan perbuatan
kemudian ada yang mengetahui praktek perbuatan seperti itu, maka dicari-cari alasan
bahwa hal itu adalah budaya timur, budaya asli bangsa Indonesia. Apabila dikejar
terus dengan berbagai pertanyaan, maka akan dijawab dengan sebagai orang timur,
maka harus menjaga nama baik keluarga dank arena itu harus meningkatkan martabat
keluarga dengan cara apapun. Hal ini seperti akan melahirkan nepotisme.
4. Aspek Politis
Aspek poitis dalam hali ini yakni kebijaksanaan pemerintah dalam bentuk
kehendak politik yang secara jelas menggariskan bahwa tindak pidana korupsi adalah
problem nasional yang ditanggulangi secara tuntas. Kehendak politik ini harus
yang ditujukan untuk mencegah dan menindak dilakukannya tindak pidana korupsi.8
8
Http://delanoprasetyo.blogspot.com diakses pada tanggal 27 Januari 2017 Pukul 23.46
politik. Hal ini tergambar misalnya uang hasil korupsi digunakan untuk kampanye
partai politik, memberikan gratifikasi kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk
5. Aspek Hukum
Faktor hukum juga tidak kalah pentingnya sebagai penyebab terjadinya tindak
pidana korupsi. Munculnya faktor hukum, bisa jadi terkait dengan pertanyaan:
mengapa begitu sulit mengungkapkan kasus tindak pidana korupsi? Untuk kasus di
menyebabkan tindak pidana korupsi sulit diungkapkan karena adanya aturan hukum
yang tidak jelas, multiinterprestasi dan memihak kepada pelaku-pelaku tindak pidana
korupsi.10
pidana berarti kebijakan penanggulangan tindak pidana korupsi harus diusahakan dan
itu hukum pidana terbatas. Usaha pemberantasan secara tidak langsung dapat
9
Ibid
10
Saldi Isra, Getiing rid of corruption in Indonesia: The Future, dalam The Jakarta Post, Edisi Khusus
Akhir Tahun, 30 Desember, Jakarta, 2004
dilakukan dengan tindakan-tindakan di lapanagan politik, ekonomi, dan lain
sebagainya.11
6. Aspek Lingkungan
Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk menciptakan iklim lingkungan yang mendukung
sehingga dapat mencegah dilakukannya tindak pidana korupsi. Upaya tersebut dapat
Aspek sosial dan budaya yang mewarnai setiap sikap atau perilaku individual
yang berhubungan dengan tindak pidana korupsi perlu diperhitugkan dalam rangka
mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi. Penggalian aspek sosial budaya
dan structural ini pada dasarnya dapat dimanfaatkan dalam penanggulangan tindak
pidana korupsi, hal ini menjadi penting mengingat secara potensial, nilai-nilai budaya
nenek moyang masih kuat hidup dalam kehidupan masyarakat dan hal iini memiliki
11
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1981), Hal. 124
12
Dionysios Spinellis, Crime Of Politicians In Office (Top Hat Crimes, general Report For The Round
Table Discussion at the XV International Congress Of Penal Law (Tuesday September 6, 1994), Hal.
34-36
13
Kristian dan Yopi Gunawan,.Op.Cit..,Hal. 68