Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktik Pola Pengecoran Logam

BARIK SIDIK (1DEA/214421908)

Pendahuluan

Mahasiswa jurusan Teknik Perancangan Manufaktur memiliki jadwal kuliah


praktikum Pola yang dilaksanakan di laboratorium praktikum jurusan Teknik
Pengecoran Logam. Praktikum dilaksanakan pada jam perkuliahan regular selama
seminggu. Dengan dilaksanakan praktikum Pola bagi mahasiswa jurusan Teknik
Perancangan Manufaktur diharapkan mahasiswa memahami teknik dan cara
pembuatan pola yang baik dan benar. Sehingga dalam tugas membuat rancangan
benda tuangan, rancangan yang dibuat haruslah rancangan yang bisa dibuat
polanya. Maka dari itu sangat diperlukan praktikum pola bagi mahasiswa
perancangan.

Isi

Secara umum logam dapat debentuk dalam 3 kelompok cara yang berbeda
yaitu :

a. Dengan pemakanan ( by material removal ) seperti : dibor, dibubut, difrais,


disekrap, EDM, dll.
b. Tanpa pemakanan ( non material removal ) seperti: dirol, dibentuk, ditarik
dll.
c. Dengan pengecoran ( by casting ), dibentuk dengan penuangan.

Pembuatan benda dengan pengecoran memiliki arti bahwa pembuatan


dengan cara menuangkan logam cair ke dalam cetakan. Cara ini dilakukan biasanya
untuk benda kerja dengan bentuk relatif rumit dan dalam jumlah yang banyak (mass
product), meskipun bisa juga untuk benda satuan dengan bentuk sederhana. Dalam
pembuatan benda tuangan ini banyak hal yang berkaitan misalnya :

a. Bentuk benda kerja (form)


b. Jumlah benda kerja (quantity)
c. Kualitas benda kerja (quality)
d. Perancangan pola (pattern design)
e. Perancangan Tuangan (Casting Design)

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung 1


Laporan Praktik Pola Pengecoran Logam
BARIK SIDIK (1DEA/214421908)

A. Jenis Benda Tuangan


1. Benda tuangan sepenuhnya
Adalah benda tuangan tanpa atau tidak mengalami proses permesinan

2. Benda tuangan permesinan


Adalah benda tuangan dengan atau akan mengalami proses permesinan,
baik seluruh permukaan atau hanya sebagian permukaan.

B. Standar Penggambaran Benda Tuangan


Standar penggambaran benda tuangan pada prinsipnya sama dengan
penggambaran benda mekanik, yaitu menggunakan sistem ISO-sistem, mulai
dari standarisasi garis, tulisan, skala, proyeksi, potongan, sistem penunjukan
ukuran, toleransi ukuran sampai denngan toleransi bentuk dan posisi.
Namun dalam penggambaran benda tuangan ada ketentuan dan aturan
aturan khusus yang harus kita penuhi, sesuai dengan methoda pembuatan pola
dan teknologi pengecoran logamnya. Dalam penggambaran benda tuangan,
benda kerja atau produk digambarkan sesuai dengan bentuk produk jadinya.

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung 2


Laporan Praktik Pola Pengecoran Logam
BARIK SIDIK (1DEA/214421908)

Dalam perancangan pola akan ditentukan antara lain : Garis belahan


(partting line), besarnya penyusutan, sudut tuangan, radius tuangan,
penambahan ukuran, dan lain lain yang berhubungan dengan methoda
pembuatan polanya.
Dalam pembuatan pola terlebih dahulu selalu dibuatkan gambar goresan
model (modellriss), yang digambar dengan skala 1:1 diatas kayu model. Oleh
karena itu gambar kerja benda tuangan dianjurkan digambar dalam skala 1:1.

C. Penambahan Ukuran
Penambahan ukuran adalah lebihan ukuran yang diberikan untuk proses
pengerjaan / machining, artinya setiap permukaan yang akan dikerjakan lanjut
dalam permesinan harus diberi penambahan ukuran.
Dalam penambahan ukuran harus memperhatikan proses permesinan
yang akan dilakukan. Semakin besar kelebihan ukuran yang diberikan semakin
tinggi biaya proses permesinan, oleh karena itu sesuai dengan bentuk, bahan
dan fungsinya diberikan kelebihan ukuran sekecil mungkin, sebesar yang
diperlukan. Besarnya penambahan ukuran tergantung dari :
1. Ukuran benda kerja
Semakin besar ukuran benda kerja maka semakin besar pula penambahan
ukuran yang harus diberikan.
2. Bahan tuangan

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung 3


Laporan Praktik Pola Pengecoran Logam
BARIK SIDIK (1DEA/214421908)

Setiap jenis bahan tuangan memerlukan penambahan ukuran yang


berbeda-beda.
D. Penyusutan
Benda kerja hasil penuangan dengan suhu tertentu setelah proses
pendinginan pasti terjadi perubahan ukuran (penyusutan). Penyusutan ini sangat
tergantung dari jenis bahan tuangan dan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
seperti : konstruksi bentuk, ketebalan dinding benda tuang dan kekuatan
cetakannya.

Tabel Penyusutan

No. Bahan Cor Harga Penyusutan Harga Indikasi

1 Besi baja 0,8 2,5% 2%

2 Besi tuang 0,5 1,3% 1%

3 Besi tuang denga grafit bola 0 1,5% 1%

4 Besi tuang tempa GTS 0,5 1,2% 0,5%

5 Besi tuang tempa GTW 1 2% 1,6%

6 Paduan Aluminium Perunggu 1,5 2,2% 1,8%

7 Paduan Aluminium tuang 0,5 1,8% 1,2%

8 Paduan Cu Sn-Zn tuang 1,2 1,8% 1,5%

9 Paduan kuningan + (Mn, Fe, Al) 1,5 2% 2%

10 Paduan kuningan tuang 1,2 1,8% 1,5%

11 Paduan Magnesium tuang 0,8 1,5% 1,2%

12 Perunggu tuang 1,2 1,8% 1,5%

13 Tembaga tuang 1,5 2% 1,9%

14 Timah hitam - 1%

15 Timah tuang 0,5 - 1,5% 1,3%

Dengan demikian bahan dan besarnya penyusutan harus selalu


diinformasikan dalam gambar kerja benda tuangan, supaya pembuatan pola

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung 4


Laporan Praktik Pola Pengecoran Logam
BARIK SIDIK (1DEA/214421908)

dapat menambahkan ukuran pada ukuran nominalnya sesuai dengan


prosentase penyusutan bahannya. Biasanya menggunakan mistar berskala
penyusutan yang sudah distandarkan.
E. Sudut Tuangan
Pola umumnya dibuat dari bahan kayu, resin, atau metal harus dapat
diangkat dengan mudah dari cetakan yang telah dibentuknya.

Kemiringan bidang pola yang kemudian disebut sudut tuangan besarnya


tergantung dari
1. Ketinggian benda tuangan
2. Kondisi permukaan benda tuangan
3. Fungsi dan ketelitian benda tuangan
4. Jenis atau methoda cetakan

Jenis sudut tuangan

1. Sudut tuangan plus ( + )


Mengakibatkan penambahan material pada benda tuangan, contoh
a. Sirip penguat
b. Tonjolan-tonjolan kecil (misal untuk dudukan kepala baut atau mur)
c. Permukaan yang akan melaluui proses permesinan

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung 5


Laporan Praktik Pola Pengecoran Logam
BARIK SIDIK (1DEA/214421908)

2. Sudut tuangan minus ( - )


Mengakibatkan pengurangan material pada benda tuangan, contohnya
adalah benda tuangan yang akan berpasangan dengan benda lain.

3. Sudut tuangan netral ( )


Terjadi penambahan dan pengurangan material yang merata, ukuran
nominal berada diantara ketinggian benda kerja.

Diagram sudut kemiringan ketinggian 0-3000 mm

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung 6


Laporan Praktik Pola Pengecoran Logam
BARIK SIDIK (1DEA/214421908)

Tabel sudut kemiringan untuk permukaan luar dan dalam

Tinggi 5 s/d >10 s/d >20 s/d >35 s/d >65 s/d
(mm) 10 20 35 65 125

Tidak 3 2 1 045 030


dikerjaka
n

Dikerjaka 7 4 3 2 1
n

Tinggi (mm) Sampai 70 >70

Kemiringan 5 3

Kemiringan telapak inti ditentukan oleh panjang telapak inti seperti pada tabel
diatas

F. Radius Tuangan

Pada dasarnya benda tuangan tidak mungkin dibuat sudut atau sisi yang tajam,
dengan demikian setiap sudut atau sisi pada benda tuangan harus selalu dibuat
radius.

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung 7


Laporan Praktik Pola Pengecoran Logam
BARIK SIDIK (1DEA/214421908)

Radius umum pada benda tuangan tidak dicantumkan dalam gambar. Ukuran radius
umum pada benda tuangan tergantung besar kecilnya benda tuangan tersebut.

Ukuran radius yang diluar radius umum harus langsung dicantumkan dalam gambar.
Contoh :

1. Radius tuangan R=3


Memiliki arti bahwa semua radius yang tidak berukuran adalah R3.
2. Radius tuangan R8 / R4
Memiliki arti bahwa radius yang tidak berukuran ada 2 buah, yaitu radius
besar R8 dan radius kecil R4.

Politeknik Manufaktur Negeri Bandung 8

Anda mungkin juga menyukai