Anda di halaman 1dari 4

SGD FORENSIK : DAY 1

Kasus

Seorang penyidik meminta bantuan kepada Anda untuk memeriksa bekas gigitan pada apel yang
ditemukan di tempat kejadian perkara. Pelaku diduga memakan apel tersebut saat melakukan
kejahatan dan membuangnya di TKP. Penyidik juga membawa serta terduga pelaku kejahatan.

Soal :

1. Apa definisi ilmu forensik? 4 9


Jawab:
Ilmu yang digunakan untuk keperluan hukum dengan memberikan bukti ilmiah yang dapat
digunakan dalam pengadilan dalam memecahkan kejahatan. Informasi penting yang diberikan
oleh ilmu forensic membantu sistem keadilan berjalan

Secara Umum Ilmu Forensik adalah ilmu untuk melakukan pemeriksaan dan pengumpulan
bukti-bukti fisik yang ditemukan di tempat kejadian perkara dan kemudian dihadirkan di
dalam sidang pengadilan. Atau juga dapat diartikan sebagai aplikasi atau pemanfaatan ilmu
pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan peradilan.

2. Apa cabang ilmu forensik yang dapat diterapkan pada kasus ini? 1 8
Jawab:
Cabang ilmu forensik yang diterapkan pada kasus tersebut adalah Ilmu Kedokteran Gigi Forensik.

Ada banyak cabang ilmu forensic, ada ilmu kedotkeran forensic, ilmu kedokteran gigi forensic,
toksikologi forensic, serologi/biomolekuler forensic, anthropologi forensic, psikiatri forensic, psikologi
forensic dan lain lain. Pada kasus kita diminta untuk memeriksa bekas gigitan pada apel yang
ditemukan di tkp. Salah satu cabang yang dapat diterapkan yaitu odontology forensic atau
kedokteran gigi forensic. Penelitian yang dilakukan di departemen odontologi forensik adalah analisis
bekas gigitan, analisis sidik bibir (Cheiloscopy), penentuan usia berdasarkan data gigi dan analisa DNA

3. Apa peran cabang ilmu forensik tersebut terhadap kasus ini? 2 6


Jawab:

1
Peran dari cabang ilmu forensic (ilmu kedokteran gigi forensik) dalam kasus ini adalah untuk
menganalisis jejas gigitan yang terdapat di apel. Analisis jejas gigitan ini dilakukan dengan
cara membuat dental impression pada apel dan pelaku. Hal yang diidentifikasi dari dental
impression itu adalah lebar gigi, bentuk gigi, dan bite mark. Hasil dental impression tersebut
kemudian dibandingkan dan apabila dental impression pada apel dan pelaku sama maka orang
tersebut memang pelaku pada kasus tersebut. Hasil analsis jejas gigitan ini dapat dijadikan
bukti pada persidangan. .

4. Apa yang Anda lakukan untuk membantu penyidik tersebut? 3 5 7


Jawab:
Melakukan pengkalasifikasian bite mark 3

Klasifikasi bite mark Bite mark mepunyai derajat perlukaan sesuai dengan kerasnya gigitan,
pada bite mark manusia terdapat 6 kelas yaitu :

1. Kelas I : Bite mark terdapat jarak dari gigi insisivus dan kaninus.
2. Kelas II : Bite mark kelas II seperti bite mark kelas I, tetapi terlihat cusp bukalis dan
palatalis maupun cusp bukalis dan cusp lingualis tetapi derajat bite marknya masih sedikit.
3. Kelas III : Bite mark kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu permukaan gigi
insisivus telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai derajat lebih parah
dari bite mark kelas II.
4. Kelas IV : Bite mark kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah kulit yang sedikit
terlepas atau rupture sehingga terlihat bite mark irregular.
5. Kelas V : Bite mark kelas V terlihat luka yang menyatu bite mark insisivus, kaninus dan
premolar baik pada rahang atas maupun bawah.
6. Kelas VI : Bite mark kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari rahang atas
dan rahang bawah dan jaringan kulit serta jaringan otot terlepas sesuai dengan kekerasan
oklusi dan pembukaan mulut.

Melakukan analisis bitemark. 5

Menurut Bowes dan Bell pada tahun 1955 mengatakan bahwa bite mark merupakan suatu
perubahan fisik pada bagian tubuh/benda yang disebabkan oleh kontak atau interdigitasi
antara gigi atas dengan gigi bawah sehingga struktur jaringan terluka baik oleh gigi manusia
maupun hewan.

Menurut Levine pada tahun 1976 bahwa bite mark baik pola permukaan kunyah maupun
permukaan hasil gigitan yang mengakibatkan putusnya jaringan kulit, dan dibawahnya baik

2
pada jaringan tubuh manusia maupun pada buah-buahan tertentu misalnya buah apel dapat
ditemukan baik korban hidup maupun yang sudah meninggal.

Sedangkan menurut Soderman dan Oconnel pada tahun 1952 mengatakan bahwa yang paling
sering terdapat bite mark pada buah-buahan yaitu buah apel, pear, dan bengkuang yang sangat
terkenal dengan istilah Apple Bite Mark.
Sedangkan menurut Lukman pada tahun 2003 bite mark mempunyai suatu gambaran dari
anatomi gigi yang sangat karakteristik yang meninggalkan bite mark pada jaringan ikat
manusia baik disebabkan oleh hewan maupun manusia yang masing-masing individu sangat
berbeda.

Bahan analisa bitemark : apabila dilakukan pencetakan pada bite mark manusia haruslah
digunakan bahan cetak yang flow sistem antara lain alginat dan sejenisnya. Kemudian untuk
organ tubuh yang bulat adalah yang paling sulit untuk dilakukan pencetakan ini dicetak
menggunakan masker dari kain keras yang digunting dan dibentuk sesuai dengan daerah
sekitar bite mark sehingga bahan cetak yang flow sistem tidak berhambur keluar dari daerah
sekitar bite mark karena dijaga oleh masker yang digunakan tersebut.
Cara Mencetak Bite mark
Mencetak bite mark terdapat berbagai cara antara lain dengan menggunakan mangkok cetak
dari masker kain keras atau dengan menggunakan kain sepanjang diameter cetakan dan
berlapis-lapis. Selanjutnya diaduk bahan cetak yang flow sistem ditempatkan dan ditekan
dengan getaran pada sekitar bite mark kemudian mangkok cetak diisi setengah dari mangkok
oleh bahan yang flow sistem kemudian disajikan satu dengan bahan flow sistem bite mark.
Hasil Cetakan
Hasil cetakan dari Bite mark menghasilkan suatu model dari gips yang telah di cor dari model
negatif kemudian dicekatkan giginya pada okludator atau artikulator apabila gigitannya tidak
stabil. Hal ini dapat diketahui jika terdapat bite mark rahang atas maupun rahang bawah.
Kontrol Bite mark
Kontrol bite mark dilakukan melalui artikulator dengan model cetakan pada selembar malam
merah atau keju sehingga menampakkan Bite mark.

Analisa bite mark

Karakteristik dan Klasifikasi Bite mark


Menurut Bowers (2004), karakteristik fisik pola catatan gigitan adalah:
1. Lebar gigi :Merupakan jarak mesial-distal terlebar dari suatu gigi.
2. Tebal gigi :Adalah jarak dari labial ke lingual suatu gigi.
3. Lebar rahang :Ialah jarak pada rahang yang sama dari satu sisi ke sisi lainnya

Karakteristik gigi pada catatan gigitan:


1. Gigi anterior adalah gigi yang umumnya tercatat pada pola catatan gigitan.
Gigi anterior rahang: Incisivus sentral lebar, incisivus lateral lebih sempit, kaninus
berbentuk konus.

3
Gigi anterior rahang bawah: Lebar incisivus sentral dan incisivus lateralhampir sama,
kaninus berbentuk konus.
2. Rahang atas lebih lebar dibandingkan rahang bawah.
3. Jumlah gigi pada bekas gigitan biasanya berjumlah 12 sebanyak jumlah gigi anterior kedua
rahang (6 anterior rahang atas dan 6 anterior rahang bawah).

Lukman (2006) mengatakan bahwa karakteristik catatan gigitan meliputi:


1. Bentuk empat gigi anterior rahang atas adalah segi empat dengan gigi
2. sentral memiliki bentuk yang lebih lebar.
3. Bentuk kaninus atas adalah bulat atau oval.
4. Bentuk gigi anterior rahang bawah adalah segi empat dengan lebar gigi yang hampir sama.
5. Bentuk kaninus bawah adalah bulat atau oval.
6. Adanya jarak kemungkinan disebabkan oleh:
Pelaku tidak memiliki gigi.
Gigi lebih pendek dari ukuran normal.
Terdapat benda yang menghalangi gigitan.
Obyek yang digigit bergerak.

Anda mungkin juga menyukai