KELOMPOK 1
16
MMRS FK UB 2016
d. Ratio Method, merupakan penyusunan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan
rasio terhadap sesuatu nilai. Pertama-tama ditentukan atau diperkirakan rasio dari
tenaga terhadap suatu nilai tertentu misalnya jumlah penduduk, tempat tidur rumah
KELOMPOK 1
17
MMRS FK UB 2016
sakit, puskesmas dan lain-lainnya. Selanjutnya nilai tersebut diproyeksikan ke
dalam sasaran. Perkiraan kebutuhan jumlah dari jenis tenaga kesehatan tertentu
diperoleh dari membagi nilai yang diproyeksikan termasuk dengan rasio yang
ditentukan.
e. Workload Indicators of Staffing Need (WISN), merupakan indikator yang
menunjukkan besarnya kebutuhan tenaga kerja di suatu tempat kerja berdasarkan
beban kerja, sehingga alokasi/relokasi akan lebih mudah dan rasional. Metode
perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu
metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan pada beban pekerjaan nyata
yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM pada tiap unit kerja disuatu tempat kerja.
Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit kerja
dan kategori SDM mana yang mengalami permasalahan, baik permasalahan pada
saat ini dan masa mendatang. Setelah mengetahui unit kerja dan kategori SDM
yang mengalami permasalahan, langkah selanjutnya pembuatan prioritas masalah
untuk menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang akan dihitung.
b. Menetapkan waktu kerja tersedia/ Avalaible Working Time (AWT)
KELOMPOK 1
18
MMRS FK UB 2016
AWT = (A (B+C+D+E)) x F
Keterangan:
KELOMPOK 1
19
MMRS FK UB 2016
B = Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari
kerja setiap tahun.
C = Pendidikan dan Pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku untuk
mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi/profesionalisme setiap kategori SDM memiliki
hak untuk mengikuti pelatihan
/kursus/seminar /lokakarya dalam 6 hari kerja.
KELOMPOK 1
20
MMRS FK UB 2016
Standar kegiatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang tenaga kerja yang
terdidik dan terlatih dengan baik, terampil dan berdedikasi untuk melaksanakan
suatu kegiatan sesuai dengan standar professional dalam keadaan setempat. Ada
dua jenis standar kegiatan yang berbeda, yaitu :
Standar Pelayanan
KELOMPOK 1
21
MMRS FK UB 2016
Standar pelayanan merupakan standar kegiatan untuk kegiatan-kegiatan yang
tersedia catatan statistik tahunan. Standar pelayanan diukur sebagai waktu rata-
rata yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan.
Dalam menetapkan standar pelayanan untuk kegiatan-kegiatan utama yang
dilakukan seorang tenaga kerja, standar-standar tersebut dinyatakan sebagai
unit waktu atau kecepatan kerja. Dalam menetapkan standar pelayanan,
perhitungan waktunya dimulai dari saat suatu kegiatan mulai dilaksanakan
hingga kegiatan yang sama berikutnya dimulai. Dalam pelaksanaannya, tenaga
kerja tersebut harus terdidik dan terlatih dengan baik, terampil dan termotivasi
dan pekerjaannya harus dilaksanakan sesuai standar-standar professional
dalam kondisi setempat. Seorang petugas yang kurang terlatih/kurang
motivasinya akan menghabiskan lebih banyak waktu dalam melaksanakan
suatu kegiatan dibandingkan dengan seorang yang terlatih dan bermotivasi
tinggi.
Standar Kelonggaran
KELOMPOK 1
22
MMRS FK UB 2016
dan waktu yang tersedia per-tahun yang dimiliki oleh masing-masing kategori
tenaga kerja. Rumus yang digunakan untuk menghitung standar beban kerja suatu
KELOMPOK 1
21
MMRS FK UB 2016
kegiatan pelayanan tergantung kepada apakah waktu untuk standar pelayanan
yang dinyatakan sebagai unit waktu atau kecepatan kerja.
Rumus standar beban kerja:
Waktu yang dihabiskam oleh semua atau beberapa tenaga kerja dalam kategori
perhitungan WISN untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penting lainnya yang
datanya tidak dicatat dalam statistik tahunan. Dimana dalam faktor kelonggaran
dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a) Faktor kelonggaran kategori/ Category Allowance Factor (CAF)
KELOMPOK 1
20
MMRS FK UB 2016
Menggunakan rumus dibawah ini untuk mendapatkan CAF dari
jumlah persentase diatas.
KELOMPOK 1
21
MMRS FK UB 2016
ditambahkan dalam perhitungan akhir dari keseluruhan kebutuhan tenaga kerja.
Perhitungannya sebagai berikut:
Mengalikan masing-masing standar kelonggaran individu dengan
jumlah orang yang melakukan kegiatan tersebut.
Menjumlahkan semua hasil yang diperoleh diatas.
Apabila jumlah tenaga kerja yang melaksanakan suatu kegiatan bervariasi antar
kegiatan, maka perlu dilakukan perhitungan tersendiri atas masing-masing
kelompok kegiatan yang dikerjakan oleh jumlah tenaga kerja yang sama dan
kemudian menjumlahkannya.
g. Menentukan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan WISN
Perhitungan kebutuhan tenaga kerja akan dilakukan untuk tiga jenis kegiatan yang
berbeda, yaitu :
Beban kerja setahun dari setiap kegiatan dibagi dengan beban kerja standar
yang bersangkutan. Sehingga akan didapatkan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Menjumlahkan semua kebutuhan bagi
setiap kegiatan untuk mendapatkan jumlah total kebutuhan tenaga kerja untuk
semua kegiatan pelayanan utama.
Kegiatan penunjang penting yang akan dilakukan setiap orang (B)
KELOMPOK 1
22
MMRS FK UB 2016
Faktor kelonggaran individu ditambah dengan kebutuhan tenaga kerja diatas.
Sehingga akan didapatkan jumlah total kebutuhan tenaga kerja berdasarkan
WISN. Disini telah ikut diperhitungkan keseluruhan tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan ketiga jenis kegiatan.
KELOMPOK 1
23
MMRS FK UB 2016
Berdasarkan data tersebut, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Sebuah rasio WISN bernilai satu (Rasio=1) menunjukkan bahwa jumlah tenaga
kerja dan beban kerja di suatu fasilitas kesehatan berada dalam keadaan seimbang
atau sesuai. Semakin kecil rasio WISN (Rasio<1) menunjukkan bahwa semakin
besar tekanan beban kerja. Rasio WISN yang kecil juga menunjukkan bahwa
jumlah tenaga kerja saat ini lebih kecil daripada yang dibutuhkan untuk mengatasi
beban kerja yang ada. Begitupula sebaliknya, rasio WISN yang besar (Rasio>1)
KELOMPOK 1
22
MMRS FK UB 2016
menunjukkan bahwa adanya kelebihan tenaga kerja apabila dibandingkan
terhadap beban kerja.
Berikut beberapa contoh penelitian yang menggunakan metode WISN dalam
menganalisis kebutuhan sumber daya manusia :
a) Iskandar (2009) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kebutuhan Sumber
Daya Manusia di Puskesmas Kijang Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan
Kepulauan Riau Tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem
WISN. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi
dan penelusuran dokumen. Menggunakan data kualitatif yang selanjutnya di
analitik dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Hasil dari penelitian
KELOMPOK 1
23
MMRS FK UB 2016
ini menunjukkan ada beberapa unit pelayanan yang masih kekurangan tenaga
dan penempatan sumber daya manusia yang tidak sesuai dengan kualifikasi
pendidikan.
b) Paramitha (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kebutuhan
Tenaga Perawat Berdasarkan Metode Workload Indicators Of Staffing Need di
Puskesmas I Denpasar Timur. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
deskriptif dengan pendekatan time and motion study, dengan pemilihan sampel
menggunakan teknik total sampling yaitu 13 orang perawat, serta
perhitungannya menggunakan software WISN. Hasil yang diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan metode WISN yaitu tenaga perawat di
poliklinik umum serta poliklinik VCT dan IMS mengalami kekurangan 1 orang
dengan beban kerja tinggi (nilai rasio 0,8 dan 0,5), poliklinik lansia, poliklinik
anak dan remaja serta UGD jumlah kebutuhan dan beban kerja telah sesuai
(nilai rasio 1) namum unit pelayanan rawat inap mengalami kelebihan 1 orang
dengan beban kerja rendah (nilai rasio 1,3).
c) Saputri dkk (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Perencanaan Kebutuhan
Sumber Daya Manusia Kesehatan dengan menggunakan metode Workload
Indicators Of Staffing Need (WISN) di Puskesmas Merdeka Kota Palembang
Tahun 2009 melakukan penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif dengan
metode WISN dengan sampel penelitian adalah SDM kesehatan di Puskesmas
Merdeka Kota Palembang tahun 2009 pada 5 unit kerja yaitu: BP Umum (1
perawat), BP Anak (1 bidan), BP Gigi (1 perawat gigi), Poli KIA/Kb (1 dokter
Sp.OG), dan Laboratorium (1 analis kesehatan). Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini non probability sampling dengan
menggunakan metode purposive sampling. Analisis dalam penelitian ini adalah
untuk menghasilkan gambaran kebutuhan SDM kesehatan. Hasil dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa waktu kerja tersedia perawat di BP Umum
(1350 jam/tahun), bidan di MTBS (1518 jam/tahun), perawat gigi di BP Gigi
(1572 jam/tahun), dokter Sp.OG di KIA/KB (684 jam/tahun), analis kesehatan di
Laboratorium (1560 jam/tahun). Rata-rata waktu kerja perawat di BP Umum
(5,041), bidan di MTBS (10,762), perawat gigi di BP Gigi (22,405), dokter
Sp.OG di KIA/KB (215,872), dan analis kesehatan di laboratorium (29,803).
KELOMPOK 1
24
MMRS FK UB 2016
Standar beban kerja perawat di BP Umum (16.068 menit/tahun), bidan di MTBS
(8.463 menit/tahun), perawat gigi di BP Gigi (4.210 menit/ tahun), dokter Sp.OG
di KIA/KB (2.586 menit/tahun), dan analis kesehatan di Laboratorium (3.141
menit/tahun). Standar kelonggaran perawat di BP Umum (0.07 SDM), bidan di
MTBS (0,747 SDM), perawat gigi di BP Gigi (0.18 SDM), dokter Sp.OG di KIA/KB
(0,035 SDM), tenaga analis kesehatan di Laboratorium (0,085 SDM). Jumlah
perawat ideal di BP umum 3 orang, bidan di MTBS 2 orang, perawat gigi di BP
Gigi 3 orang, dokter Sp.OG di KIA/KB 1 orang, analis kesehatan di Laboratorium
2 orang. Kesimpulannya adalah terjadi kekurangan perawat gigi dan analis
masing-masing 1 orang.
d) Dharmayuda (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Beban Kerja
Dokter Umum Menggunakan Metode Workload Indicators Of Staffing Need di
Puskesmas Se-Kota Denpasar, dengan rancangan penelitian cross-sectional
yang dilaksanakan di puskesmas se-Kota Denpasar terhadap semua tenaga
dokter umum fungsional. Data kuantitatif dengan melakukan wawancara dan
observasi, analisis data menggunakan software WISN. Hasil yang didapatkan
dari penelitian didapatkan beban kerja dokter umum di puskesmas se-Kota
Denpasar tinggi dengan nilai rasio WISN <1 dan seluruh puskesmas se-Kota
Denpasar mengalami kekurangan dokter umum secara bervariasi serta
distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar tidak merata.
URAIAN JABATAN
b. Sebelum pembiusan
Menyiapkan obat dan cairan yangdiperlukan, termasuk obat obat emergensi.
Menyiapkan mesin anestesi, monitor jantung dan mesin suction serta
melakukan test terlebih dulu sebelumdigunakan.
Menyiapkan peralatan intubasi besertaperlengkapannya.
Menyiapkan kelengkapan meja operasiantara lain standar infus, tali
pengikat,bantal kepala.
Mengecek kesediaan gas O2 dan N2Oserta O2 dorong.
2. Anestesi
Selama pembedahan
Mengobservasi tanda tanda vital pasien setiap 5 menit selama
pembedahan.
Memberikan obat anestesi sesuai instruksi dokter.
Memenuhi keseimbangan O2 dan N2Odengan cara memantau flowmeter.
Mempertahankan keseimbangan cairantubuh yang hilang selama
pembedahan.
Mendokumentasikan hasil pemantauandalam rekam medik pasien.
Melaporkan hasil pemantauan kepadadokter spesialis anestesi.
Menjaga keamanan pasien dari bahaya jatuh.
Membantu melakukan resusitasi pada henti jantung.
3. Post anestesi
Setelah pembedahan
Mempertahankan jalan nafas pasien.
Memantau tanda tanda vital pasien untuk mengetahui sirkulasi
pernafasan,dan keseimbangan cairan.
Memantau tingkat kesadaran dan reflekspasien.
Menilai respon pasien terhadap efek obatanestesi.
Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar/recovery atas perintah dokter
spesialis anestesi.
Merapikan dan membersihkan alat alatanestesi ke tempat semula agar
siapdigunakan lagi.
Tanggung jawab :
1. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan anestesi.
2. Bertanggung jawab terhadap kelengkapanjumlah inventaris obat dan alat anestesi.
3. Bertanggung jawab terhadap administrasi.
Wewenang :
1. Mengusulkan untuk penambahan peralatan di anestesi.
2. Mengusulkan untuk penambahan tenaga dianestesi.
3. Mengusulkan untuk pengembangan SDM.
Syarat Jabatan :
1. DIII Keperawatan.
2. Sertifikasi pelatihan anestesi.
3. Menguasai obat dan alat anestesi.
4. Pengalaman di pelayanan anestesi.
8.2 KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA
1. Koordinator Pelayanan Anestesi
Kompetensi dalam bidang kedokteran, khususnya bidang anestesiologi mencakup
hal-hal sebagai berikut :
a. Ketrampilan klinik sebagai dokter spesialis anestesi
Tatalaksana pasien yang akurat, efektif, dan mengedepankan empati
b. Penguasaan dan penerapan ilmu kedokteran
Memiliki pengetahuan dalam bidang biomedis dasar, klinis medis, perilaku ilmiah
dan sosial, etika medis dan hukum, serta aplikasinya dalam penatalaksanaan
pasien
c. Komunikasi Efektif
Kemampuan komunikasi interpersonal yang menjamin pertukaran informasi yang
efektif dengan pasien dan keluarganya, serta bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain, komunitas ilmiah dan masyarakat
d. Kemampuan memanfaatkan dan menilai secara klinis informasi
Kemampuan menilai dan memanfaatkan pengetahuan ilmiah terbaru untuk
memperbaiki praktek klinis
e. Riset
Melakukan penelitian secara mandiri maupun berkelompok dalam upaya
pengembangan ilmu kedokteran dengan pendekatan berbasis bukti
f. Belajar Sepanjang Hayat
Berfungsi sebagai supervisor, instruktur dan guru/dosen terhadap kolega,
mahasiswa dan tenaga kesehatan lain.
g. Menerapkan etika, moral dan profesionalisme (dalam praktik sebagai dokter
spesialis anestesi).
Melakukan praktik dokter spesialis anestesi sesuai dengan aturan etika, undang-
undang dan standar profesi yang berlaku.
h. Manajerial
Mengembangkan kerjasama dan kemitraan dengan berbagai profesi dan institusi
dalam upaya mengantisipasi dan memecahkan masalah kesehatan dan
mengembangkan penatalaksanakan pasien secara terintegrasi.
2. Perawat Anestesi/Perawat
A. Asuhan Keperawatan Pre Anestesi
1. Mampu melakukan anamnesa riwayat kesehatan klien
2. Melakukan pemeriksaan dan penilaian status fisik klien
3. Melakukan pengecekan persiapan administrasi klien
4. Melakukan analisa hasil pengkajian dan merumuskanmasalah/diagnosa
keperawatan
5. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan preanestesi
6. Mampu melaksanakan tindakan perawatan pre anestesi
7. Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan perawatan pre anestesi
8. Mempersiapkan klien dan keluarga dalam pelaksanaanpendidikan kesehatan
B. Tindakan Intra Anestesi
1. Mampu membuat perencanaan tehnik anestesi
2. Mampu melaksanakan tehnik anestesi
3. Mampu melakukan pemasangan alat monitoring invasif dannon invasif
4. Mampu melakukan intubasi
5. Mampu melakukan pemberian obat anestesi
6. Mampu melakukan pemberian obat tambahan dan cairansesuai kebutuhan
klien
7. Mampu mengidentifikasi kebutuhan posisi fisiologis normal selama tindakan
pembedahan
8. Mampu mengatasi gangguan yang timbul akibat anestesidan atau
pembedahan
9. Mampu melakukan pemeliharaan jalan nafas selama masaintra anestesi
10. Mampu melakukan pemasangan alat ventilasi mekanik
11. Mampu melakukan pemasangan alat nebulizer
12. Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisigawat darurat di meja
13. Mampu melaksanakan tindakan pengakhiran anestesioperasi
14. Mampu melakukan pencegahan komplikasi pengakhirananestesi
15. Mampu mengatasi komplikasi pengakhiran anestesi
16. Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan intraanestesi
C. Asuhan Keperawatan Pasca Anestesi
1. Mampu menentukan kebutuhan perawatan lanjutan pascaanestesi regional
2. Mampu menentukan kebutuhan perawatan lanjutan pascaanestesi umum
3. Mampu melakukan kolaborasi pada tindakan manajemennyeri
4. Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisigawat darurat di
ruang pemulihan ( RR )
5. Mampu melakukan perawatan pasca anestesi pada kliendengan tindakan
anestesi regional
6. Mampu melakukan perawatan anestesi pada klien dengantindakan anestesi
umum