Anda di halaman 1dari 9

A.

Sejarah Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan ( BPSKL)


Wilayah Sulawesi Selatan Desa Bili-Bili
1. Tahun 1970-an
Balai persuteraan alam masih berada dibawah Departemen Pertanian
(Dirjen Kehutanan) dengan nama proyek pembinaan persuteraan alam
Prop.Sulawesi Selatan. Proyek ini merupakan hasil kerjasama dengan Japan
Internasional Cooperation Agency (JICA)
2. Sebelum 1984
Balai persuteraan alam masih bernama Pusat Teknologi Persuteraan Alam
(diresmikan oleh Presiden Suharto) yang melakukan kerjasama dengan JICA.
Tugas yang diemban adalah :
a) Pembukaan lahan untuk penanaman murbei
b) Pengembangan petani sutera
c) Pemberdayaan masyarakat
d) Memiliki induk
e) Pembangunan bangunan pemeliharaan ulat
f) Produksi f1 secara massal
g) Produksi benang sutera
h) Penyiapan tenaga pendamping/penyuluh dimasyarakat
3. Tahun 1984
Pada tahun ini terbit kepmenhut No. 097/Kpts-II/1984, yang menyebutkan
bahwa Tupoksi Balai adalah sbb:
a) Melakukan produksi dan penyaluran ulat sutera
b) Memberikan bimbingan teknis persuteraan alam
c) Melakukan perakitan uji coba teknis persuteraan alam
4. Tahun 1986
Dikeluarkan intruksi Menhut No. 02/Menhut-II86 tanggal 3 Januari 1986
tentang Crash Program Penanganan Persuteraan Alam di Prop.Sulawesi Selatan.
Crash Program ini meliputi Direktorat RRI, Badan Litbang dan Perum Perhutani.
Adapun tugas masing-masing adalah sbb:
Direktur RRL
Penyuluhan persuteraan alam dan paket teknologitepat guna
Sertifikasi bibit/telur ulat sutera
Monitoring dan evaluasi
Badan libang
Pemuliaan ulat dan pohon murbei
Pengendalian hama dan penyakit
Pengadaan dan pemeliharaan parent stock
Penciptaan teknologi baru persuteraan alam
Perum perhutani
Pengusahaan sutera, yang meliputi produksi telur, peredaran telur,
pemintalan, dan pemasaran
5. Pada Tahun 2002
Departemen kehutanan mengeluarkan kepmenhut No.664/Kpts-II/2002tanggal
2 Maret 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Persuteraan Alam. Pada
kepmenhut ini kemudian disebut Tupoksi Balai Persuteraan Alam yang berlaku
hingga sekarang.
Tupoksi Balai:
Penyusunan rencana pengembangan persuteraan alam
Pemeliharaan bibit induk ulat sutera
Pengujian mutu dan penerapan teknologi persuteraan alam
Pemantauan produksi, peredaran dan distribusi bibit telur ulat sutera
Pelaksanaan sertifikasi dan akreditasilembaga sertifikasi ulat sutera
Pengolahan sistem informasi persuteraan alam.
B. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan adalah unit pelaksana teknis di
bidang Perhutanan Sosoial dan Kemitraan Lingkungan yang Beradah di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan
Lingkungan. Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan dipimpin oleh
seorang kepala
Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan penyiapan kawasan perhutanan sosia, pengembangan usaha
dan kemitraan serta pemetaan konflik dibidang Perhutanan Sosial dan Kemitraan
Lingkungan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana Balai Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana dan penyiapan kawasan perhutanan sosial
b. Pemetaan konfliktenurial
c. Pengembangan usaha perhutanan sosial
d. Fasilitas kemitraan lingkungan
e. Pemantauan dan evaluasi kegiatan perhutanan sosial, kemitraan lingkungan dan
penanganan konflik
f. Penyajian informasi perhutanan sosial dan kemitraan lingkungan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai
C. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan terdiri
dari:
1. Sub bagian tata usaha
2. Seksi Penyiapan Kawasan dan Usaha Perhutanan Sosial
3. Seksi Tenurial dan Hutan Adat
4. Seksi Kemitraan Lingkungan
5. Kelompok Jabatan Fungisional
Bagan Struktur Organisasi Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan Menteri ini
BALAI

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SEKSI PENYIAPAN SEKSI SEKSI


KAWASAN DAN TENURIAL DAN KEMITRAAN
USAHA HUTAN ADAT LINGKUNGAN
PERHUTANAN
SOSIAL
KELOMPOK
JABATAN
FUNGISIONAL

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Kerja Praktik


Hari/tanggal : Jumat/07 Juli 2017- Selasa/30 Juli 2017
Waktu : 07.30-16.00 WITA
Tempat : Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan ( BPSKL)
Wilayah Sulawesi Selatan Desa Bili-Bili, Kecamatan Bontomarannu,
Kabupaten Gowa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam budidaya ulat sutera,yakni rak

pemeliharaan, sasag, stand sasag, keranjang daun, jaring ulat, seri frame, panel,
baskom, flossing, gunting stek, timbangan digital, kotak kupu-kupu, piring
plastic, thermometer, aerometer, mikroskop, penghancur kupu-kupu (Mortar),
stopwatch, handcounter
2. Bahan
Adapaun bahan yang digunakan dalam budidaya ulat sutera, yakni
formalin, kaporit, HCl, kertas alas, kertas paraffin, kertas telur, kertas tipis, spidol
kecil, lap tangan
C. Prosedur Kerja
1. Tahap-Tahap Pemeliharaan Ulat Sutera.
a. Persiapan Pemeliharaan Ulat Sutera

Membersihkanruangan dan alat pemeliharaan


dengan metode desinfeksi. Dengan
menggunakan formalin

Menyiapkan peralatan dan bahan


yang dibutuhkan

Penyediaan Daun Murbei

b. Pemeliharaan Ulat Sutera Kecil (Instar I-III)


Mengambilpakan (daun murbei).Untuk Instar
I :4-5, Instar II :6-7, Instar III : 8-11 lembar
dari pucuk

Menyimpan pakan dan Dirajang (dipotong-potong )


untuk Instar I-II sedangkan Instar III : Boleh dirajang
atau pemberian daun beserta tangkainya

Apabila ulat tidur, menghentikan pemberian


makanan, kwmudin membuka kertas penutup, dan
ulat ditaburi kapur

Membersihkan tempat ulat dari sisa makanan


dan kotoran yang dapat mengganggu
pertumbuhan ulat.

Pemberian pakan berupa daun murbei (pagi,


siang, dan sore)

c. Pemeliharaan Ulat Sutera Besar (IV-V)

Mengambilpakan (daun murbei), untuk Instar IVdan


V tidak perlu menghitung jumlah daun yang akan
diberikan

Menyimpan pakan dan pemberian pakan


beserta tangkainya (pagi, siang , dan sore)
Apabila ulat tidur, menghentikan pemberian
makanan, dan ulat ditaburi kapur

Membersihkan tempat ulat dari sisa makanan dan kotoran


yang dapat mengganggu pertumbuhan ulat. Untuk instar V
dilakukan dua kali pembersihan

d. Proses Pengokonan dan Panen Kokon

Memindahkan ulat yang sudah siap


mengokon ke dalam alat pengokonan

Mangambil ulat mati dan kokon tipis yang


terdapat pada alat pengokonan dan segera dikubur
atau dibakar.

Memanen kokondengan cara mengambil kokon satu


persatu dari alat pengokonan. Pelaksanaan pengambilan
kokon dapat dimulai 5-7 hari dari mulainya ulat pertama
mengokon

Kemudian membersihkan kokon dari floss.Bila floss


dibiarkan pada kokon, akan menyerap kelembaban dan
menurunkan kualitas kokon.
Kokon yang sudah terkumpul dan bersih. Diseleksi, yaitu
memisakan antara kokon baik dan kokon jelek

Mengeringkan kokon untuk mematikan pupa serta


mengurangi kadar air, agar kokon dapat disimpan dalam
jangka waktu tertentu (lebih lama).

2. Proses Pemintalan Kokon Ulat Sutera

Merebus kokon yang akan dipintal selama 10-15 menit,


sehingga air dalam kokon kurang lebih berisi 75%

dimana kokon yang telah masak dicari ujungnya, dan


memindahkan kokon ke bak reeling, kokon dipintal
menjadi benang.

Mencatat jumlah putusnya suatu serat, dan mencatat


panjang serat untuk mengetahui kualitas serat.

Kemudian menimbang berat serat dengan menggunakan


neraca analitik
3. Pemeriksaan Penyakit

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Memasukkan sampel dalam plastik sampel,dan


menghancurkan dengan menggunakan mortar

Meneteskan NaCl yang telah dilarutkan dengan air.Hal ini


berfungsi untuk melarutkan lemak pada ulat agar lebih
mudah mengidentifikasi penyakit.

Mengambil sampel yang telah dihancurkan dengan menggunak


ose yang selanjutnya di teteskan di kaca preparat.Kemudian
menutup kaca preparat dengan deck glass.Sampel siap di teliti
menggunakan mikroskop.

Anda mungkin juga menyukai