Anda di halaman 1dari 18

PAPER ASKEP III DM

TEORI LUKA KAKI DIABETIK

Disusun oleh :

Pipin Wiloyo

PO.62.20.1.14.137

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN

TAHUN 2017

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 1


A. PATOFISIOLOGI LUKA KAKI

Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya
luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada
saraf yang terdapat pada kaki. Pasien dengan diabetik juga mengalami gangguan pada sirkulasi.
Efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf yang sering disebut neuropati dan
berdampak pada sistem saraf autoimun yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan
organ viseral. Gangguan pada saraf autonomi pengaruhnya adalah terjadi perubahan tonus otot
yang menyebabkan abnormalnya aliran darah, dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan
oksigen maupun pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan
perifer, dan atau untuk kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut.

Efek pada autonomi neuropati ini akan menimbulkan kulit menjadi kering, anhidrosis
yang memudahkan kulit menjadi rusak dan luka yang sukar sembuh, dan dapat menimbulkan
infeksi dan mengkontribusi untuk terjadinya gangren. Dampak lain adalah karena adanya
neuropati perifer yang mempengaruhi pada saraf sensori dan sistem motor yang menyebabkan
hilangnya sensasi rasa nyeri, tekanan dan perubahan temperatur.

SUMBER : https://www.google.co.id/search?q=JENIS+LUKA+DIABETIK+FOOT

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 2


A. STUKTER SEL SARAF

Sistem saraf, baik yang berupa sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi, tersusun atas
jaringan-jaringan saraf. Jaringan saraf tersebut tersusun lagi oleh jutaan sel saraf dengan struktur
yang sama. Sel saraf inilah yang dinamakan neuron. Neuron atau sel saraf adalah sel yang
berbeda dengan sel-sel pada jaringan penyusun tubuh lainnya. Terdapat ciri spesifik yang
dimilikinya yaitu adanya penjuluran sitoplasma yang panjang, serta adanya komponen penyusun
lain seperti dendrit dan akson.Secara lengkap, struktur dan bagian-bagian sel saraf antara lain :

Badan Sel
Badan sel adalah komponen sel syaraf yang berukuran paling besar. Di dalamnya terdapat
nukleus (inti sel) dan sitoplasma yang memanjang dan bercabang. Badan sel berfungsi
sebagai penerima impuls (rangsangan) dari cabang sitoplasma yang bercabang (dendri)
menuju ke akson.
Inti Sel (Nukleus)
Inti sel adalah inti dari sel saraf yang berfungsi sebagai regulator segala kegiatan yang terjadi
di sel saraf. Intisel berada di tengah badan sel, mengambang di antara sitoplasma.
Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan sel yang mengandung protein tinggi. Sitoplasma dibungkus atau
diselubungi oleh sel neurologia yang juga membantu sel dalam memperoleh suplai makanan.
Dendrit
Dendrit adalah sekumpulan serabut sel saraf pendek yang bercabang-cabang halus dan
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi sebagai penerima impuls dan
menyampaikan impuls yang diterimanya menuju badan sel.
Neurit (Akson)
Neurit atau akson adalah sebuah serabut sel saraf panjang yang merupakan perluasan dari
badan sel. Akson berfungsi untuk mengirimkan impuls yang telah diolah badan sel menuju
sel saraf lainnya melalui sinapsis. Akson dilindung oleh selubung meilin. Selubung ini
berupa selaput berbahan lemak yang berfungsi melindungi akson dari kerusakan.
Sel Schwan
Pada beberapa vertebrata, akson pada sel sarafnya diselubungi oleh sel schwann. Sel schwann
adalah sel penyokong akson yang berfungsi menyediakan suplai makanan bagi metabolisme
akson dan membantu regenerasi akson. Antara satu sel schwan satu dengan sel schwann
lainnya terdapat pengubung yang berfungsi untuk mempercepat pengiriman (transmisi)
impuls menuju sinapsis. Penghubung ini bernama nodus rainver.

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 3


Sinapsis
Sinapsis adalah ujung dari akson yang berfungsi untuk meneruskan impuls menuju ke neuron
lainnya. Sinapsis dari satu neuron akan terhubung dengan dendrit dari neuron lainnya.
Transmisi impuls dilakukan dengan mengeluarkan bahan kimia yang bernama
neurotransmitter sebagai impuls baru bagi dendrit di neuron lainnya.
Neurotransmitter dihasilkan oleh kantong yang terdapat di ujung akson, bernama bulbus
akson. Neurotransimitter sendiri berupa campuran asetilkolin dan kolinesterase yang
berfungsi dalam penyampaian impuls saraf dari sinapsis.
SUMBER :http://www.ebiologi.com/2017/08/jaringan-saraf-fungsi-ciri-struktur.html

B. JENIS SARAF
Neuropati Perifer Tanda neuropati perifer meliputi hilangnya sensasi rasagetar dan posisi,
hilangnya reflek tendon dalam, ulserasi tropik, foot drop, atrofi otot, dan pemembentukan calus
hipertropik khususnya pada daerah penekanan misalnya pada tumit.Status neurologis dapat
diperiksa dengan menggunakan monofilament Semmes-Weinsten untuk mengetahui apakah
penderita masih memiliki "sensasi protektif', Pemeriksaan menunjukkan hasil abnormal jika
penderita tidak dapat merasakan sentuhan monofilamen ketika ditekankan pada kaki dengan
tekananyang cukup sampai monofilamen bengkok
Sel Saraf Sensorik (Neuron Sensori)
Sel saraf sensorik adalah sel saraf yang berfungsi menyampaikan impuls (rangsangan) dari
reseptor (penerima rangsangan) menuju ke sel saraf penghubung atau sistem saraf pusat
(sumsum tulang belakang dan otak). Sel saraf ini memiliki badan sel yang saling
bergerombol membentuk ganglion dan sambung menyambung menuju sumsum tulang
belakang.
Sel Saraf Penghubung (Neuron Intermediat)
Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang membentuk rantai penghubung antara sel saraf
sensorik dan sistem saraf pusat, atau antara saraf pusat dengan sel saraf motorik. Sel saraf
penghubung terdapat hampir di seluruh bagian tubuh dan menjadi lintasan impuls bagi
koordinasi saraf.
Sel Saraf Motorik (Neuron Motor)
Sel saraf motorik adalah sel saraf yang berfungsi mengirimkan impuls berupa perintah dari
sistem saraf pusat menuju ke jaringan otot dan kelenjar untuk melakukan respon. Secara
sederhana, hubungan ketiga jenis sel saraf ini dapat diilustrasikan sebagaimana berikut.

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 4


Fungsi autonom.
Pengkajian fungsi autonom pada klien diabetic dilakukan untuk menilai tingkat kelembaban
kulit. Biasanya klien akan mengatakan keringatnya berkurang dan kulitnya kering.
Penurunan factor kelembaban kulit akan menandakan terjadinya lecet atau pecah-pecah
(terutama pada ekstremitas) akibatnya akan timbul fisura yang diikuti dengan formasi luka.

SUMBER: http://www.ebiologi.com/2017/08/jaringan-saraf-fungsi-ciri-struktur.html

C. SKALA NYERI
Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)
a) 0 = Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.
b) 1. nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) = Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk.
Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
c) 2. (tidak menyenangkan) = nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit.
d) 3. (bisa ditoleransi) = nyeri Sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung
berdarah, atau suntikan oleh dokter.
e) 4. (menyedihkan) = Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan
lebah.
f) 5. (sangat menyedihkan) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki
terkilir
g) 6. (intens) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya sebagian
mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi terganggu.
h) 7. (sangat intens) = Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi
indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak mampu
melakukan perawatan diri.
i) 8. (benar-benar mengerikan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir
jernih, dan sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama.
j) 9. (menyiksa tak tertahankan) = Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya
dan sampai-sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya, tidak
peduli apa efek samping atau risikonya.
k) 10. (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) = Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri.
Kebanyakan orang tidak pernah mengalami sakala rasa sakit ini.Karena sudah keburu
pingsan seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran akan hilang
sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 5


Pengelompokan:

Skala nyeri 1-3 berarti Nyeri Ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu)
Skala nyeri 4-6 berarti Nyeri Sedang (menganggu aktifitas fisik)
Skala nyeri 7-10 berarti Nyeri Berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri)

SUMBER: https://mediskus.com/penyakit/menilai-skala-nyeri

D. JENIS LUKA

SUMBER : https://www.google.co.id/search?q=JENIS+LUKA+DIABETIK+FOOT

1. Neuropati sensorik biasanya cukup berat hingga menghilangkan sensasi proteksi yang
berakibat rentan terhadap trauma fisik dan termal, sehingga meningkatkan risiko ulkus
kaki. Sensasi propriosepsi yaitu sensasi posisi kaki juga hilang.
2. Neuropati motoric mempengaruhi semua otot, mengakibatkan penonjolan abnormal
tulang, arsitektur normal kaki berubah, deformitas khas seperti hammer toe dan hallux
rigidus Deformitas kaki menimbulkan terbatasnya mobilitas, sehingga dapat
meningkatkan tekanan plantar kaki dan mudah terjadi ulkus.

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 6


3. Neuropati autonomy ditandai dengan kulit kering, tidak berkeringat, dan peningkatan
pengisian kapiler sekunder akibat pintasan arteriovenosus kulit. Hal ini mencetuskan
timbulnya fisura, kerak kulit, sehingga kaki rentan terhadap trauma minimal. Hal tersebut
juga dapat karena penimbunan sorbitol dan fruktosa yang mengakibatkan akson
menghilang, kecepatan induksi menurun, parestesia, serta menurunnya refleks otot dan
atrofi otot.
SUMBER:http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_248CMEPengelolaan%20Gangren%2
0Kaki%20Diabetik.pdf

E. WARNA LUKA DIABETIK


1. Hitam atau Nekrotik yaitu eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering atau lembab.
2. Kuning atau Sloughy yaitu jaringan mati yang fibrous, kuning dan slough.
3. Merah atau Granulasi yaitu jaringan granulasi sehat.
4. Pink atau Epithellating yaitu terjadi epitelisasi.
5. Kehijauan atau terinfeksi yaitu terdapat tanda-tanda klinis infeksi seperti nyeri, panas,
bengkak, kemerahan dan peningkatan exudate.

SUMBER :
https://aminetn.wordpress.com/2009/06/29/pengkajian-luka/

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 7


F. KLASIFIKASI LUKA ULKUS DIABETIK
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan
bentuk kaki seperti claw,callus .
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
SUMBER : Misnadiarly. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal gejala,
menanggulangi dan mencegah komplikasi ed 1. pustaka po. jakarta; 2006.

G. JENIS ULKUS.
Ulkus diabetikum dibedakan atas 2 kelompok yaitu : (Edmon, 2006)
1. Ulkus neuropatik
Kaki teraba hangat dan perfusi masih baik dengan pulsasi masih teraba, keringat berkurang, kulit
kering dan retak Penilaian neuropati Riwayat tentang gejala-gejala neuropati, pemeriksaan
sensasi tekanan dengan SemmesWeinstein monofilament 10 g, pemeriksaan sensasi vibrasi
dengan garpu tala 128 Hz(Khanolkar dkk., 2008 ; Van Baal,2004)
2. Ulkus neuroiskemik
Kaki teraba lebih dingin, tidak teraba pulsasi, kulit tipis, halus dan tanpa rambut, ada atrofi
jaringan subkutan, klaudikasio intermiten dan rest pain mungkin tidak ada karena neuropati
SUMBER:http://www.pps.unud.ac.id/disertasi/pdf_thesis/unud-89-375372713-
isi%20disertasi.pdf

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 8


H. PENGKAJIAN LUKA

SUMBER:
https://www.academia.edu/24833754/PERAWATAN_LUKA_DIABETES_DENGAN_DRESSING_MO
DERN

I. JENIS-JENIS DRESSING MODERN

1. Hydrocolloid

2. Transparant Film

3. Calcium Alginate

4. Foam Dressing

5. Silver Ionized Dressing

6. Cadexomer Iodine

7. Hydrophobic

8. Metronidazole powder

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 9


J. PERAWATAN KAKI DIABETIK
a. Merawat kaki mencegah luka secara teratur setiap hari, dengan cara :
1. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.
2. Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air, suam-suam kuku dengan
memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan sempurna dan hati-hati terutama
diantara jari-jari kaki.
3. Berikan pelembab/lotion pada daerah kaki yang kering agar kulit tidak menjai retak.
Tetapi jangan memberi pelembab pada sela sela jari karena sela-sela jari akan menjadi
sangat lembab dan apat menimbulkan timbulnya jamur.
4. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek atau
terlalu tajam. Bila penglihatan kurang baik, mintalah pertolongan orang lain untuk
memotong koku atau mengikir kuku setiap dua hari sekali. Hindarkan terjadi luka pada
jaringan sekitar kuku, bila kuku keras untuk dipotong rendam kaki dengan air hangat (37c)
selama sekitar 5 menit, bersihkan dengan sikat kuku sabun dan air bersih. Bersihkan kuku
setiap hari pada waktu mandi dan berikan kream pelembab kuku.
5. Pakai alas kaki sepatu atau sandal
Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.
Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman dipakai.
Sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu dan lain-
lain, karena dapat menyebabkan iritasi/gangguan dan luka terhadap kulit.
Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki) dan tidak
boleh dipakai tanpa kaus kaki.
Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan harus di periksa selama 2
jams sekali keadaan kuku dan hati-hati.
Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai bahan sintetis, karena
bahan ini menyebabkan kaki berkeringat.
Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.
Bagian dalam sepatu (insole) tidak kasar dan tidak licin, terbuat dari bahan busa
karet, plastic dengan tebal 10-12 mm.
Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia dan termis, yang
biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
6. Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati oleh podiatrist. Jangan
menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bias tergelincir; dan ini dapat

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 10


menyebabkan luka pada kaki. Jangan menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus
ini seharusnya diobati hanya oleh podiatrist.
7. Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula,luka dan lecet.
8. Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara :
9. Menghidari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya adrenalin, nikotin.
10. Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap control walaupun
ulkus diabetik sudah sembuh.
SUMBER :buku penatalksanaan diabetes mellitus 2009

b. Merawat kaki luka secara teratur setiap hari, dengan cara :


1) Pengkajian: catat riwayat pasien dan keluhan utama.
2) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan pengkajian dan perawatan luka.
3) Cuci tangan.
4) Buka luka perlahan, hindari terjadinya perdarahan / terauma pada luka. Tidak perlu
menggunakan pinset dalam membuka balutan, cukup menggunakan tangan yang
menggunakan sarung tangan.
5) Luka dikaji dengan seksama sesuai dengan cara mengkaji luka, jangan lupa
dokumentasikan dengan tepat hal-hal yang harus ditulis dan diambil gambar luka. Jika
harus dilakukan pengambilan kultur, sesuaikan dengan prosedur cara pengambilan
kultur.
6) Cuci luka, boleh dilakukan dengan perendaman air hangat atau air yang mengandung
antiseptik. Hati-hati dalam mencuci luka jangan sampai menyebabkan trauma, terakhir
jika luka tidak terdapat infeksi dapat dibilas dengan NS 0,9 % saja atau jika ada infeksi
dapat menggunakan larutan antiseptik lain, kemudian bilas dengan NS 0,9 % atau hanya
dengan larutan Feracrylum 1%.
7) Siapkan alas bersih dan mulailah dengan merawat luka. ganti sarung tangan saat akan
melakukan pembalutan.
8) Pilih topikal terapi sesuai dengan kondisi luka, misalnya sesuai dengan warna dasar luka,
bentuk luka, luas dan kedalamannya, terinfeksi atau tidak.
9) Tutup luka dengan seksama, jangan sampai ada luka yang tampak kelihatan dari luar,
ukur ketebalan kasa atau bahan topikal yang ditempelkan keluka harus mampu membuat
suasana luka optimal (moisture balance) dan memsuport luka kearah perbaikan/segera
sembuh.

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 11


10) Jika terdapat edema, lakukan pemeriksaan tentang penggunaan balutan kompresi
(dopler).
11) Perhatikan kualitas hidup pasien, hindari pasienm tidak bisa melakukan aktifitasnya
setelah dikenakan balutan.
12) Jelaskan pada pasien kapan harus kembali lagi untuk melakukan penggantian balutan
dan kontrol gula darah.
13) Rapikan semua alat-alat dan perhatikan tentang pembuangan sampah medis.

SUMBER : Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, Edisi 8. Jakarta:
EGC. Price, S & Wilson, L. 1995.

K. PENCUCIAN LUKA

Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang bersih, sisa balutan yang
digunakan dan sisa metabolic tubuh pada cairan luka. Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki,
dan mempercepat proses penyembuhan luka dan menghindari kemungkinan terjadinya infeksi.
Pencucian luka merupakan aspek yang paling penting mendasar dalam manajemen luka. Merupakan
basis untuk proses penyembuhan luka yang baik, karena luka akan sembuh dengan baik jika luka
dalam kondisi bersih. Teknik pencucian pada luka antara lain dengan swabbing, scrubbing,
showering, hydrotherapi, whirlpool, dan bathing.

1) mencuci dengan teknik swabbing dan scrubbing tidak terlalu dianjurkan pada pencucian luka,
karena dapat menyebabkan trauma pada jaringan granulasi dan epithelium, juga membuat
bakteri terdistribusi bukan mengangkat bakteri.
2) pada saat scrubbing atau menggosok dapat menyebabkan luka menjadi terluka sehingga dapat
meningkatkan inflamasi ( persisten inflamasi).
3) teknik showering (irigasi), whirpool, dan bathing adalah teknik yang paling sering digunakan
dan banyak riset yang mendukung teknik ini. keuntungan dari teknik ini adalah dengan teknik
tekanan yang cukup dapat mengangkat bakteri yang terkolonisasi, mengurangi terjadinya
trauma dan mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak menyebabkan luka mengalami
trauma.
SUMBER :
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/02.%20Perawatan%20Ulkus%20Diabetes.pdf.

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 12


L. JENIS TOPIKAL
a. Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni air disebut
sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura. Cairan
digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya
bersifat astringen dan antimikroba.
Indikasi cairan :Penggunaan kompres terutama kompres terbuka dilakukan pada:
a) Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut atau kronik yang mengalami eksaserbasi.
b) Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok. Efek kompres terbuka ditujukan
untuk vasokontriksi yang berarti mengurangi eritema seperti eritema pada erisipelas.
Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat pus atau krusta sehingga ulkus
menjadi bersih.
b. Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untuk
salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta merupakan
salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan
pelindung pada bagian yang diolesi. Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep,
mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep.
Indikasi : Pasta digunakan untuk lesi akut dan superfi sial.
c. Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan oxydum zincicum
dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek sangat superfi sial karena tidak melekat
erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Oxydum zincicum merupakan suatu
bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum merupakan suatu magnesium
polisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai sebagai komponen bedak, bedak
kocok dan pasta.
Indikasi : Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan.
d. Salep
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan mukosa.
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu: dasar salep
senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci dengan air dan dasar
salep yang larut dalam air.
Indikasi : .

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 13


a) Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik),
termasuk likenifi kasi, hiperkeratosis.
b) Dermatosis dengan skuama berlapis, pada ulkus yang telah bersih.
e. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai
emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak dalam air (O/W),
misalnya vanishing cream.
Indikasi : Krim dipakai pada lesi kering dan superfi sial, lesi pada rambut, daerah
intertriginosa.
f. Gell
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal dan fase ganda.9 Gel
fase tunggal terdiri dari makromolekul organic yang tersebar dalam suatu cairan sedemikian
hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang terdispersi dan cairan. Gel fase
tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer) atau dari gom alam
(seperti tragakan). Karbomer membuat gel menjadi sangat jernih dan halus. Gel fase ganda
yaitu gel yang terdiri dari jaringan partikel yang terpisah misalnya gel alumunium hidroksida
g. Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami seperti tragakan,
pektin, alginate, borak gliserin.
h. Losion
merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut terdispersi dalam cairan
dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak tergabung ini menyebabkan dalam
pemakaian losion dikocok terlebih dahulu. Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin oleh
karena evaporasi komponen air. Beberapa keistimewaan losion, yaitu mudah diaplikasikan,
tersebar rata, favorit pada anak. Contoh losion yang tersedia seperti losion calamin, losion
steroid, losion faberi.
i. Foam aerosol
Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif yang
dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian
lokal pada kulit, hidung, mulut, paru. Komponen dasar aerosol adalah wadah, propelen,
konsentrat zat aktif, katup dan penyemprot. Foam aerosol merupakan emulsi yang
mengandung satu atau lebih zat aktif menggunakan propelen untuk mengeluarkan sediaan

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 14


obat dari wadah. Foam aerosol merupakan sediaan baru obat topikal. Foam dapat berisi zat
aktif dalam formulasi emulsi dan surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang pernah
dilaporkan antara lain ketokonazol foam dan betametasone foam.

1. JENIS OBAT TOPIKAL

SUMBER :https://www.academia.edu

2. MEKANISME KERJA SEDIAAN TOPICAL


Secara umum, sediaan topikal bekerja melalui 3 jalur di atas (Gambar 3). Beberapa
perbedaan mekanisme kerja disebabkan komponen sediaan yang larut dalam lemak dan
larut dalam air.
a) Cairan
Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efek dominan cairan akan berperan
melunakkan karena difusi cairan tersebut ke masa asing yang terdapat di atas
permukaan kulit; sebagian kecil akan mengalami evaporasi. Dibandingkan dengan
solusio, penetrasi tingtura jauh lebih kuat. Namun sediaan tingtura telah jarang
dipakai karena efeknya mengiritasi kulit. Bentuk sediaan yang pernah ada antara lain
tingtura iodi dan tingtura spiritosa.
b) Bedak
Oxydum zincicum sebagai komponen bedak bekerja menyerap air, sehingga memberi
efek mendinginkan. Komponen talcum mempunyai daya lekat dan daya slip yang
cukup besar. Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena komposisinya

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 15


yang terdiri dari partikel padat, sehingga digunakan sebagai penutup permukaan
kulit, mencegah dan mengurangi pergeseran pada daerah intertriginosa.
c) Salep
Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas
permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan dasar
hidrokarbon digunakan sebagai penutup. Salep berbahan dasar salep serap (salep
absorpsi) kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi karen Dasar salep yang
dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air mampu berpenetrasi jauh ke
hipodermis sehingga banyak dipakai pada kondisi yang memerlukan penetrasi yang
dalam.
d) Krim
Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat dibandingkan dengan O/W karena
komponen minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan lama di atas permukaan kulit
dan mampu menembus lapisan kulit lebih jauh. Namun krim W/O kurang disukai
secara kosmetik karena komponen minyak yang lama tertinggal di atas permukaan
kulit. Krim O/W memiliki daya pendingin lebih baik dari krim W/O, sementara daya
emolien W/O lebih besar dari O/W.
e) Pasta
Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih
dominan sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu tubuh.
Pasta berlemak saat diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap lesi yang basah
seperti serum.
f) Bedak kocok
Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama pada permukaan kulit. Penambahan
komponen cairan dan gliserin bertujuan agar komponen bedak melekat lama di atas
permukaan kulit dan efek zat aktif dapat maksimal.
g) Pasta pendingin
Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan komponen cairan membuat sediaan ini
lebiha komponen airnya yang besar. mudah berpenetrasi ke dalam lapisan kulit,
namun bentuknya yang lengket menjadikan sediaan ini tidak nyaman digunakan dan
telah jarang dipakai.
h) Gel
Penetrasi gel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan
padakondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel analgetik. Rute difusi

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 16


jalur transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan
absorpsi.
SUMBER : https://hellosehat.com

M. OBAT TRADISIONAL PENYEBUHAN LUKA


1. Madu
Madu yang merupakan hasil alam dari hewan ternyata dapat dijadikan
cara mengobati agar luka cepat kering dan mengelupas. Cara
menggunakannya cukup mudah dan simple, yakni anda hanya perlu
mengoleskan madu alami karena kulit yang terluka. Biarkan agar
madu mengering dengan sendirinyya setelah itu bilaslah hingga bersih

2. Tebu atau gula


Salah satu cara mengobati agar luka cepat kering dan mengelupas adalah
dengan menggunakan tebu/ gula. Cara ini merupakan cara alternatif yang
terpercaya untuk mengobati luka, caranya juga cukup mudah yakni anda
hanya menaburkan gula atau air tebu kebagian kulit anda yang memiliki
luka. Gula dan air tebu akan membuat luka menjadi kering dengan
mematikan kuman yang ada di dalam luka tersebut.

3. Mengkudu

Buah mengkudu banyak mengandung Proxeroni yang merupakan zat yang dapat
membtuk alkaloid yang berfunsi untuk membuka pori pori sel, sehingga nutrisi
akan mudah menyerap ke dalam tubuh.

Buah mengkudu banyak mengandung Proxeroni yang merupakan zat yang dapat membtuk
alkaloid yang berfunsi untuk membuka pori pori sel, sehingga nutrisi akan mudah menyerap
ke dalam tubuh. Kemampuan inilah yang membuat mengkudu cukup baik untuk dijadikan
obat diabetes. caranya :

Ambil 1 buah mengkudu


Kemudian diblender, setelah itu peras airnya
Masukkan air atau ekstrak mengkudu ke dalam gelas
Jika Anda tidak tahan dengan rasa dan baunya, Anda juga bisa manambahkan sedikit
madu

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 17


4. Buncis

Buncis juga menjadi salah satu obat herbal diabetes kering yang cukup efektif. Hal
ini karena kandungan B-sitosterol pada buncis bisa mempercepat produksi insulin
di dalam tubuh, Namun tetap menjaga insulin tetap normal di dalam tubuh. Buncis
obat diabetes ini mampu mengurangi gula darah jika Anda bisa mengolahnya
dengan benar.

Berikut cara membuat obat diabetes alami dari Buncis :

1. Siapkan 1/2 Kg yang sudah dicuci bersih


2. Kemudian buncis di rebus menggunakan 2 gelas air.
3. Setelah mendidih angkat buncis dan masukkan ke dalam gelas.
4. Minum ramuan alami tersebut pagi dan malam sebelum tidur.

Jika Anda tidak mau repot, Anda juga bisa memakannya secara mentah atau menjadikan buncis
sebagai jus, namun jangan ditambahkan gula.

5. Kunyit

Kunyit sangat mudah ditemukan di sekitar kita. Oleh karena itu, ini bisa menjadi obat
diabetes alami yang paling mudah digunakan.

Karena sudah tidak asing dengan tanaman yang satu ini, maka kunyit bisa dijadikan
solusi alternatif untuk mengobati penyakit gula darah atau diabetes.

Cara menggunakannya :

1. ambil 1 rimpang kunyit dan tambahkan dengan setengah sendok garam.


2. Kemudian rebus dalam satu liter air hingga air mendidih.
3. Saring air rebusan tersebut dan biarkan agar dingin.
4. Setelah dingin, minumlah air rebusan kunyit tersebut cukup setengah gelas saja.
5. Minumlah secara teratur dua kali dalam satu minggu.

Dengan cara ini, kadar gula darah penderita diabetes akan stabil sehingga mencegah komplikasi penyakit
lainnya.

SUMBER :
1. http://www.majalahsehat.com/cara-mengobati-agar-luka-cepat-kering-dan-mengelupas/
2. http://www.glucoblock.greenworldnutritions.com/cara-mengobati-luka-diabetes/
3. http://mengobatilukadiabetes.

PAPER askep DM III dengan luka diabetic Page 18

Anda mungkin juga menyukai