Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT DAN MESIN PERTANIAN I

................................................

Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 3/B2
Anggota Kelompok : 1. Dannisa Fathiya R (240110160093)
2. Salma Delila Purnama (240110160100)
3. Dennys Alvanius (240110160001)
4. Elni Ayi Handayani (240110160115)
5. Kemal Maulana R (240110160117)
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 24 November 2017
Jam : 09.30 11.30 WIB
Asisten Praktikum : 1. Cecep Permana
2. Amorita Iqradiella Edytiananda
3. Cici Setiawati W A
4. M. Reza Alghifary
5. Petrus Hendro
6. Thristyanta

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pertanian, dikenal istilah pengolahan tanah, penyiraman, pemupukan
dan penanaman benih. Dalam prosesnya mekanisasi dibidang pertanian dimulai
akibat semakin bertambahnya kebutuhan akan hasil pertanian, sehingga bidang
pertanian dan industri teknologi pertanian didorong untuk semakin maju dan
berkembang. Pada dasarnya tujuan pokok mekanisasi di bidang pertanian adalah
untuk meningkatkan produktivitas pekerja dan meningkatkan kualitas kerja di
lahan.
Maka dari itu, penggunaan alat dan mesin pertanian dianggap sebagai salah
satu alternatif untuk mengisi kebutuhan tenaga dalam peningkatan kegiatan
pertanian dan produksi bahan hasil pertanian. Salah satu kegiatan dibidang
pertanian yaitu penanaman. Penanaman benih sendiri merupakan salah satu faktor
terpenting dalam proses penanaman suatu tumbuhan. Alat penanaman benih
sendiri berfungsi untuk meletakan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan
jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Kegiatan ini
membutuhkan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan lain
seperti pengolahan tanah tahap 1 dan 2. Kesalahan dalam penanaman benih
tanaman dapat berpengaruh pada kegiatan berikutnya seperti pemupukan,
penyiangan, dan pemanenan. Pada praktikum penanaman benih dan pemupukan
secara mekanis, dilakukan juga pengukuran nilai skid, dan hal-hal yang
berhubungan dengan proses penanaman dan pemupukan secara mekanis juga akan
dibahas dalam praktikum ini.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. ....................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Traktor Poros Ganda


Traktor poros ganda adalah salah satu bentuk penggunaan teknologi di
bidang pertanian yang tujuannya untuk mempermudah pekerjaan di bidang
pertanian mulai dari kegiatan pengolahan tanah hingga proses pemanenan dengan
tujuan menghemat tenaga, biaya kerja dan waktu. Traktor digunakan pada
berbagai keperluan dan kegiatan yang sering menggunakan traktor adalah
kegiatan pengolahan tanah karena pekerjaan pengolahan tanah adalah kegiatan
yang paling membuthkan daya yang besar dibandingkan dengan kegiatan yang
lainnya. Selain dari proses pengolahan lahan, traktor juga digunakan untuk proses
penanaman menggunakan transplanter dan seeder. Traktor sendiri berfungsi
sebagai penghela oleh karena itu pada bagian belakang traktor digunakan
sambungan untuk menggandeng alat yang akan digunakan. Pada proses
penanaman alat yang digandeng adalah implemen seeder atau transplanter yang
sudah berisi bibit atau benih tanaman (Tasliman, 2008).
Menurut Judin (2011), traktor roda empat yang paling banyak digunakan di
Asia Tenggara adalah traktor dengan daya 12 HP hingga 80 HP dimana sebagian
memiliki dua roda penggerak (two wheel drive) dan sebagian berpenggerak empat
roda (four wheel drive). Mesin yang digunakan pada traktor poros ganda atau
traktor roda empat pada umumnya adalah mesin diesel multi silinder empat
langkah yang dilengkapi dengan pendingin air. Traktor roda empat memiliki PTO
yang dilengkapi dengan tiga titik gandeng (linkage system) dimana pada
umumnya traktor poros ganda dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Mesin
2. Transmisi daya
3. Alat untuk bergerak
4. Kemudi
5. Alat untuk bekerja
2.2 Implemen Seeder
Mesin penanam biji-bijian (grain seeder) adalah salah satu teknologi di
bidang pertanian yang digunakan untuk proses penanaman pada budidaya
palawija dan biji-bijian yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan sistem
penanaman secara manual menggunakan tugal. Kelebihan dari mesin penanam ini
adalah lebih efisien dan efektif dalam melakukan penugalan, menjatuhkan benih
dan menutup lubang benih dan memberikan pupuk secara otomatis dan sekaligus
sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya. Mesin penanam (seeder)
merupakan salah satu implemen traktor yang ditarik menggunakan linkage system
sehingga dapat digunakan untuk menanam benih dalam bentuk biji-bijian dengan
kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Pada
mesin seeder juga sudah dilengkapi dengan penutup tanah. Pada proses budidaya
benih tanaman menggunakan seeder hal-hal yang harus diperhatikan selama
proses penanaman adalah kedalaman tanam, jumlah benih setiap lubang, jarak
lubang dalam baris dan jarak antar baris. Selain dari hal-hal teknis, proses
penanaman menggunakan seeder juga dipengaruhi oleh persentase kotoran pada
benih, potensi tumbuh benih, keseragaman ukuran, bentuk, sifat agronomi pada
setiap benih, sifat fisik benih, massa jenis benih dan pola penanaman yang akan
diterapkan (Dewi, 2013).
Menurut Ernawati (2015), beberapa jenis penanaman menggunakan seeder
digolongkan menjadi lima macam kegiatan, yaitu:
1. Broadcasting, yaitu penanaman dengan cara penyebaran benih di
permukaan tanah.
2. Drill seeding, yaitu benih dijatuhkan secara acak dan diletakkan pada
kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu.
3. Precision drilling, yaitu benih dijatuhkan secara acak pada interval yang
hampir sama dengan alur.
4. Hill dropping, yaitu kelompok benih dijatuhkan secara acak dengan interval
yang hampir sama dengan alur.
5. Chezktow, yaitu benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh
lajur tanaman dengan dua arah yang sama.
2.3 Jenis-jenis Seeder
Menurut Ernawati (2015), jenis-jenis mesin seeder atau transplanter yang
digunakan pada kegiatan penanaman dibedakan menjadi:
1. Broadcast seeder
Mesin ini menjatuhkan benih dari hopper melalui satu lubang variabel.
Suatu agiator ditempatkan di atas lubang variabel tersebut untuk mencegah
macet karena benih-benih saling mengunci (seed bridging), juga digunakan
agar aliran benih dapat kontinyu. Suatu roda bercoak (fluted wheel) biasanya
dignakan sebagai penjatah benih.benih hasil penjatahan ini kemudian
dijatuhkan pada piringan yang berputar. Karena bentuk piringan ini, benih
tersebut akan dipercepat dan dilempar mendatar karena adanya gaya
sentrifugal. Lebar dari sebaran sangat tergantung dari diameter piringan,
bentuk penghalang dan densitas dari benih. Dua buah disc berputar dengan
arah putaran berlawanan sehingga dapat digunakan agar jangkauan sebaran
lebih lebar. Setelah operasi penanaman, tanah akan ditutup dengan operasi
pengolahan tanah kedua.
2. Drill seeder
Mesin penanam benih secara ajak dalam lajur dimana biasanya pada setiap
alur tanam benih dijatah dari hopper oleh suatu silinder bercoak yang
digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per satuan
waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur.
Benih tersebut melewati tabung penyalur benih secara gravitasi sehingga
jatuh ke lubang tanam yang dibuat oleh pembuka alur dimana bentuknya
berupa disc atau bentuk lain
3. Precision seeder
Mesin penanam presisi memberikan penempatan yang tepat dari setiap
benih pada interval yang sama dalam setiap jalur tanam. Jarak antar jalur
tanam atau sering disebut dengan jarak antar barisan umumnya dibuat cukup
lebar untuk keperluan penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam
bermacam-macam variasi. Secara umum, mesin tanam presisi memiliki 4
bagian utama yaitu pembuka alur, penjatah benih (metering seed), penutup
alur dan roda tekan.

2.4 Kalibrasi Seeder


Bagian dari mesin penanam yang perlu dikalibrasi terbagi menjadi:
1. Seed matering device
Alat yang digunakan untuk membagi benih ke dalam jumlah tertentu sesuai
dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanam. Terdapat
bermacam-macam bentuk tergantung dari sifat karakteristik benih dan jarak
yang dikehendaki.
2. Seed tube
Tabung ini akan menyalurkan benih ke alur yang dibuat furrow opener.
Dalam pengalirannya diharapkan benih dapat dialirkan dengan kecepatan
yang sama dan kontinyu.
3. Furrow Opener
Pertumbuhan tanaman yang baik harus sesuai pada kedalaman tertentu
sehingga furrow opener harus diatur untuk menentukan kedalaman tanah
sesuai dengan benih yang akan ditanam, kelengasan dan temperatur tanah.
4. Seed covering device
Alat ini digunakan untuk menutup tanah setelah benih berada dalam alur.
Tanah yang menutup benih harus mampu ditembus oleh benih saat benh
tumbuh sehingga proses penutupan harus disesuaikan dengan jenis benih
yang ditanam.
Kalibrasi lapangan dapat dilaksanakan dengan cara yang sama, dengan
mengikat kantung npada tabung benih untuk mengumpulkan benih yang
disalurkan dan melakukan pengukuran di lapangan untuk satu atau dua lintasan
yang diketahui (Ernawati, 2015).

2.5 Prinsip Kerja Seeder


Pada umumnya bahwa prinsip dasar kerja dari alat tanam adalah sama, baik
jenis yang didorong/ditarik tenaga manusia, ditarik hewan atau traktor. Prinsip
kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan alur atau lubang (khusus tugal)
2. Mekanisme penjatuhan benih
3. Penutupan alur atau lubang ( khusus tugal) (Ernawati, 2015).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
1. Alat tulis
2. Metean

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktimu kali ini adalah
1. Benih Jagung
2. Seeder

3.3 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur dari praktikum ini adalah :
1. Menyiapkan alat tulis dan kertas hvs untuk menggambar.
2. Mengukur bagian penting saja dari setiap elemen dengan meteran atau
penggaris.
3. Memutar roda bawah dari seeder untuk menentukan jumlah benih yang
jatuh dalam 10 putaran
4. Menghitung perhitungan yang ada.
BAB IV
HASIL
Dannisa Fathiya R
240110160093

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan menganalisis serta mengkalibrasi mesin
penanaman benih dan pemupukan secara mekanis. Praktikum tidak dilaksanakan
langsung dilahan, lokasi praktikum kali ini bertempat di Gedung 4 FTIP
Universitas Padjadjaran.. Hal yang dilakukan ketika praktikum yaitu mengukur
slip dan skid pada implemen, Fraksi Pengisian Benih (Pcf), Jarak Antar Barisan
(JAB) dan Kebutuhan Benih (KB).
Untuk menghitung jarak antar benih aktual dibutuhkan beberapa
komponen pengukuran yaitu diameter matering device (D), jumlah lubang (N),
jumlah putaran piringan benih (P), fraksi pengisian benih (Pcf). Dengan kondisi
traktor yang tidak dijalankan, maka pengukuran dilakukan seadanya dengan
menggerakkan alat berupa mesin penanam benih dan pupuk secara manual
menggunakan tangan. Adapun nilai D, N diukur pada saat praktikum. Besarnya
nilai D yaitu 0 4 m. dan jumlah lubang piringan benih atau jumlah sel (N) yaitu
20. Nilai n atau jumlah putaran roda penggerak matering device yang dilakukan
yaitu sebanyak 10 putaran. Besar jumlah putaran piringan benih untuk tiap
putaran roda penggerak matering device (p) yaitu sebesar 1.75.
Dari data-data yang sudah ada, praktikan harus mengukur besarnya Pcf,
JAB dan KB. Besar Pcf (fraksi pengisian benih) yaitu perbandingan antara jumlah
benih dengan jumlah lubang piringan benih (N) dikalikan dengan jumlah putaran
piringan benih untuk tiap putaran roda penggerak matering device yaitu sebesar
0,571428571. Nilai JAB yang didapatkan sebesar 0,05811946414 m. Adapun
jarak antar benih dapat diatur sesuai kebutuhan dengan memperbesar atau
memperkecil diameter matering device. Untuk menghitung Kebutuhan Benih
(KB) dibuthkan nilai JAB, JB, dan VB. JAB telah dihitung sebelumnya dan JB
atau jarak antar barisan telah diukur pada saat praktikum yaitu sebesar 0.7,
sedangkan VB yaitu viabilitas biasanya diasumsikan bernilai 0,88 karena
diharapkan setiap benih dapat tumbuh dan berkecambah seluruhnya. Viabilitas
benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala
metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih. Pada umumnya
viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
kecambah.
Selanjutnya adalah menghitung laju pemupukan atau LP. Untuk
menghitung Laju Pemupukan (LP) dibutuhkan massa pupuk yang keluar (M), skid
yang terjadi (s) dianggap nol saja karena praktikum tidak dilaksanakan langsung
dilahan dengan menggerakan traktor dan implemen, praktikum dilakukan hanya
dengan melakukan prosedur secara manual menggunakan tangan, jarak antar
barisan (JB), diameter efektif matering device (D) dan jumlah putaran roda (n).
Besarnya nilai M yaitu 448x10-3 kg, nilai JB sebesar 70x10-2 m, nilai D yaitu
0.376 m dan nilai n yaitu 10 putaran. Maka besar laju pemupukan yang di peroleh
pada hasil praktikum ini adalah sebesar 54.18040616 kg/ha.
Salma Delila Purnama
240110160100

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu tentang kaliberasi mesin penanam benih dan
pemupuk. Praktikum dilakukan di gedung IV yang dilakukan yaitu simulasi untuk
mengukur dimensi beberapa komponen, menimbang massa keluaran bibit dan
pupuk serta menghitung Jarak Antar Barisan (JAB), Kebutuhan Benih (KB) dan
Laju Penanaman (VB) serta Fraksi Pengisian Benih (Pcf ). Alat ini biasa disebut
sebagai jenis mesin tanam presisi dalam alur, karena mesin ini memberikan
penempatan yang tepat dari setiap benih pada interval yang sama dalam setiap
alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering juga disebut jarak antar barisan.
Biasanya pada setiap alur tanam, benih dijatah dari hoper oleh suatu silinder
bercoak yang digerakkan dengan roda tanah (ground wheel). Jumlah benih per
satuan waktu atau laju benih dikontrol melalui lebar bukaan yang dapat diatur.
Benih tersebut melewati tabung penyalur benih jatuh secara gravitasi kelubang
tanam yang dibuat oleh pembuka alur, bisa berupa disk atau bentuk lain.
Klasifikasi alat penanam dari karakteristik sebaran benih yang
dikeluarkan, dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tanam sebar (broadcast seeder),
tanam acak dalam lajur (drill seeder) dan tanam presisi dalam alur. Alat yang
digunakan pada praktikum ini termasuk jenis alat tanam presisi dalam alur.
Komponen alat tanam antara lain seed-matering device, seed-tube (tabung
penyalur), furrow opener (pembuat alur) dan seed-covering device (penutup alur).
Dalam praktikum kali ini diperkenalkan mesin planter dan pemupuk yang
berfungsi untuk menanan bibit dan sekaligus memberikan pupuk pada lahan
pertanian. Lalu melakukan pengukuran dimensi dari mesin planter itu sendiri.
Dengan melakukan perhitungan dimensi ini praktikan dapat melakukan kalibrasi
agar mesin planter baik bagian pembibitan maupun bagian pemupukan berjumlah
sama dan dengan kedalaman yang seragam pula.
Penanaman benih dan pemupukan secara mekanis dilakukan
menggunakan mesin penanam dan pemupuk yang ditarik menggunakan traktor
roda empat. Hasil yang didapatkan dalam praktikum ini yaitu diameter metering
device (D) sebesar 0.37 m, jumlah sel (N) yaitu 20 buah, jumlah putaran piringan
benih (P) yaitu 1.75 putaran, fraksi pengisian benih (Pcf) sebesar 3,77 dan skid
yang tidak terjadi (s). Adapun nilai D, N, dan berat benih dapat diukur pada saat
praktikum, sedangkan Pcf dapat dicari dan S diasumsikan dengan beberapa
pertimbangan. Untuk menghitung Kebutuhan Benih (KB) dibutuhkan nilai JAB,
JB, dan VB. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai jarak benih dalam barisan
sebesar 0.088093 m atau setara dengan 8.8093 cm setiap barisnya dari planter ke
planter. Lalu kebutuhan benihnya adalah sebesar 4.542 butir/ha. Jadi dengan
hasil-hasil perhitungan yang didapatkan bisa melakukan pembibitan dengan baik
dan benar sesuai dengan perhitungan kalibrasi yang telah dilakukan.
Dennys Alvanius
240110160106

4.2 Pembahasan
Praktikum alat dan mesin kali ini dibahas mengenai implemen dalam
penanaman yaitu seeder. Dimana pada praktikum ini, dilakukan kalibrasi terhadap
mesin penanam, penghitungan laju pemupukan serta penanaman yang digunakan
dalam proses penanaman. Seeder sendiri merupakan implemen traktor yang
digunakan dalam proses penanaman benih secara teratur dengan jarak dan jumlah
benih tertentu bersesuaian dengan jenis benih yang ditanam. Kelebihan dari mesin
penanam ini adalah lebih efisien dan efektif dalam melakukan penugalan,
menjatuhkan benih dan menutup lubang benih dan memberikan pupuk secara
otomatis dan sekaligus sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Sebelum dilakukan kalibrasi, terlebih dahulu dilakukan perhitungan
terhadap dimensi yang ada pada seeder yang mana dimensi yang dihitung adalah
diameter roda, jumlah sel, serta jarak yang dihitung dari pusat. Hasil yang
diperoleh diameter roda besar sebesar 40 cm, diameter roda kecil sebesar 25 cm,
jumlah sel sebanyak 20 sel, serta jarak yang dihitung dari pusat sebesar 70 cm.
Selain dalam perhitungan dimensi, dilakukan pula pengukuran terhadap jumlah
benih. Pada praktikum ini, jumlah benih yang digunakan sebanyak 90 gr. Setelah
memperoleh data daripada dimensi dan jumlah benih yang dibutuhkan, dilakukan
pengukuran terhadap perputaran roda dalam jarak tertentu yang mana pada roda
besar sebanyak 10 putaran dan pada roda dalam sebanyak 1,75 putaran.
Seluruh data yang dibutuhkan dalam hitungan kalibrasi seeder didapatkan
dengan cara perhitungan. Maka, hasil daripada kalibrasi yang meliputi jarak antar
benih, kebutuhan benih dan fraksi pengisian benih dapat diketahui. Hasil
menunjukkan nilai dari jarak antar benih sebesar 8,809 cm, kebutuhan benih
sebanyak 18168,604651 butir benih/hektar, serta fraksi pengisian benih sebesar
3,77. Jika dilihat daripada hasil, menunjukkan bahwa kalibrasi pada seeder
dilakukan dengan baik.
Tujuan daripada diadakannya kalibrasi terhadap seeder adalah untuk dapat
mengetahui kesesuaian penanaman pada lahan sehingga produktivitas daripada
pertanian dapat ditingkatkan. Selain itu, diadakannya kalibrasi ini bertujuan untuk
meminimalisir kesalahan dalam pembelian jumlah benih, dengan mengacu pada
jumlah kebutuhan benih per hektarnya sehingga dapat mengefisiensikan biaya
yang dibutuhkan. Tujuan terakhir adalah dapat membantu operator memprediksi
jumlah hasil panen yang akan didapat.
Kendala yang dihadapi pada saat praktikum adalah perputaran roda yang
berat menyebabkan lamanya waktu perhitungan putaran roda, pengeluaran benih
yang berantakan menyebabkan benih sulit ditampung, serta tingkat ketelitian
daripada timbangan yang tidak baik menyebabkan pengukuran benih yang sulit
menemukan titik konstan. Selain daripada kendala, kesalahan pula dilakukan oleh
praktikan yang menyebabkan error nya pengukuran yang mana pada saat
pengukuran dilakukan perhitungan terhadap perputaran roda kecil hanya
diperkirakan saja melihat pada kondisi roda. Hal ini tentu akan sangat
berpengaruh kepada hasil yang diperoleh. Hasil yang tidak sesuai akan
memgaruhi data yang akan atau tidaknya dijadikan sebagai acuan dalam
penanaman.
Elni Ayi Handayani
240110160115

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan melakukan praktik kalibrasi alat penanam
benih dan pemupuk. Selain pengukuran kalibrasi alat penanam, dilakukan pula
pengukuran dimensi terhadap alat penanam benih dan pemupuk yang digunakan.
Pengukuran dimensi yang dimaksud antara lain jarak antar baris pada alat
penanam, diameter metering device, dan juga jumlah sel yang ada pada alat
penanam benih tersebut.
Pada praktikum ini alat atau implemen yang digunakan yaitu seeder.
Sedeer merupakan alat penanam biji-bijian yang berfungsi untuk meletakkan
benih yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan
keseragaman yang relatif tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan
alat penutup tanah.
Mekanisme kerja Seeder adalah pembuka alur tipe piringan ganda (double
disk) membuat alur di lahan yang akan ditanami, kemudian benih dijatuhkan dari
bagian penakar benih tipe inclined disk. Penakar benih berbentuk piringan pipih
yang pada sekeliling tepinya terdapat lubang-lubang berdiameter sama dengan biji
yang akan ditanam. Saat penakar benih berputar, lubang-lubang tersebut akan
terisi biji-bijian yang terdapat di atas piringan penakar benih. Benih akan jatuh
melalui lubang penyalur benih. Piringan penakar benih berputar saat roda
penggerak yang ada di bagian belakang bergerak.
Dari pengukuran dimensi alat yang dilakukan, didapatkan hasil yaitu jarak
antar baris sebesar 0,71 m; diameter metering device sebesar 0,37 m dan jumlah
sel yang ada yaitu sebanyak 20 sel. Selain pengukuran tersebut, untuk menghitung
kalibrasi seeder dibutuhkan data berupa banyaknya benih yang digunakan dalam
penanaman. Pengukuran kebutuhan benih ini dilakukan dengan menghitung berat
biji yang keluar dari alat setelah 10 kali putaran roda. Hasil yang didapat dari
perputaran roda tersebut sebesar 33gr. Untuk menghitung berapa banyak biji yang
dikeluarkan, maka harus menghitung berat per biji. Dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa berat satu biji benih yaitu 0,25 gr. Sehingga biji yang keluar
pada saat pengukuran dilangsungkan yaitu sebanyak 132 biji benih. Dari 10
putaran roda yang dilakukan, metering device berputar sebanyak 1,75 kali.
Hasil yang didapatkan tersebut dapat digunakan untuk menghitung
kalibrasi alat penanam benih. Hasil yang harus di hitung antara lain JAB, KB dan
Pcf. Pada perhitungan kalibrasi ini, nilai skit dianggap nol, sehingga di dapatkan
hasil Pcf atau pengeluaran benih sebesar 3,77. Hasil dari Pcf ini digunakan untuk
menghitung JAB. Hasil JAB atau jarak benih setiap baris yaitu sebesar 0,088093
m. Perhitungan JAB ini digunakan untuk menghitung KB (kebutuhan benih) per
hektarnya. Hasil KB yang didapat dari perhitungan yaitu 4,542 kg/ha. Jadi benih
yang dibutuhkan untuk lahan per hektar yaitu sebanyak 4,542 kg.
Jika perputaran roda semakin cepat, maka jarak antar benih akan semakin
kecil. Hal ini disebabkan karena laju perputaran sel semakin cepat sehingga
pengeluaran benih pun semakin cepat dan jarak antar benih semakin kecil. Dan
juga perputaran roda yang semakin cepat ini menyebabkan benih yang keluar pun
semakin banyak.
Mesin penanam biji-bijian Seeder bermanfaat untuk menanam biji-bijian
(jagung, kedelai, kacang tanah) secara mekanis. Mesin ini dapat menggantikan
pekerjaan menanam secara manual, meliputi menugal/membuat lubang,
meletakkan benih, dan juga menutup benih dengan tanah.
Kemal Maulana R
240110160117

4.2 Pembahasan
Dannisa Fathiya R
240110160093

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
1. Komponen alat tanam antara lain seed-matering device, seed-tube (tabung
penyalur), furrow opener (pembuat alur) dan seed-covering device (penutup
alur).
2. Kalibrasi merupakan kegiatan penyetelan mesin agar benih dan pupuk yang
keluar dari mesin tersebut sesuai dengan kebutuhan standar.
3. Nilai JAB (Jarak Antar Benih) dapat diatur sesuai kebutuhan dengan
mengatur diameter matering device. Nilai JAB yang didapatkan sebesar
0,07853 m
4. Nilai KB (Kebutuhan Benih) nilainya dipengaruhi pula oleh JAB. Adapun
nilai KB yang didapat adalah 20095,3211 butir/ha.
5. Nilai LP (Laju Pemupukan) bergantung pada massa pupuk yang dikeluarkan
melalui lubang matering device dalam jumlah putaran roda yang ditentukan.
6. Slip dan skid tidak dihitung karena praktikum tidak dilaksanakan secara
langsung diatas lahan dan tidak dengan menggerakan traktor dan implemen.

1.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini adalah :
Salma Delila Purnama
240110160100

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah :
1. Klasifikasi alat penanam dari karakteristik sebaran benih yang dikeluarkan,
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tanam sebar (broadcast seeder), tanam acak
dalam lajur (drill seeder) dan tanam presisi dalam alur.
2. Alat yang digunakan pada praktikum ini termasuk jenis alat tanam presisi
dalam alur.
3. Komponen alat tanam antara lain seed-matering device, seed-tube (tabung
penyalur), furrow opener (pembuat alur) dan seed-covering device (penutup
alur).
4. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Jarak antar benih dalam barisan (JAB)
sebesar 0.088093 m atau setara dengan 8.8093 cm setiap barisnya dari planter
ke planter.
5. Kebutuhan benihnya adalah sebesar 4.542 butir/ha, jadi dengan hasil-hasil
perhitungan yang didapatkan bisa melakukan pembibitan dengan baik dan
benar sesuai dengan perhitungan kalibrasi yang telah dilakukan.
6. Seed-matering device merupakan alat membagi benih dalam jumlah tertentu
sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanam.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah:
1. Praktikan lebih mendengarkan dan memperhatikan penjelasan yang diberikan
asisten dosen dalam melakukan kegiatan praktikum sehingga dapat
menghitung pengukuran yang ditugaskan.
2. Pengukuran dan pengamatan dilakukan dengan teliti dan serius sehingga
mendapat hasil yang akurat.
Dennys Alvanius
240110160106

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
1. Seeder merupakan implemen traktor yang digunakan dalam proses
penanaman benih secara teratur dengan jarak dan jumlah benih tertentu
bersesuaian dengan jenis benih yang ditanam.
2. Kelebihan dari mesin penanam ini adalah lebih efisien dan efektif dalam
melakukan penugalan, menjatuhkan benih dan menutup lubang benih dan
memberikan pupuk secara otomatis dan sekaligus sehingga menghemat
waktu, tenaga, dan biaya.
3. Dalam kalibrasi seeder nilai yang akan didapat berupa kebutuhan benih,
fraksi penanaman serta jarak antar benih.
4. Tujuan diadakannya kalibrasi terhadap seeder adalah untuk dapat
mengetahui kesesuaian penanaman pada lahan, meminimalisir kesalahan
dalam pembelian jumlah benih, dan membantu operator memprediksi
jumlah hasil panen yang akan didapat.
5. Kendala dan kesalahan yang didapat pada saat praktikum sangat
memengaruhi nilai daripada perhitungan menyebabkan data yang didapat
belum dapat digunakan sebagai acuan.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah:
1. Sebaiknya praktikan lebih kondusif dalam melakukan praktikum untuk
mengefisiensikan waktu.
2. Lebih memahami materi sebelum praktikum untuk meminimalisir terjadinya
kesalahan saat praktikum.
3. Memeriksa keadaan alat sebelum melakukan praktikum.
Elni Ayi Handayani
240110160115

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pelaksanaan praktikum kali ini antara lain:
1. Sedeer merupakan alat penanam biji-bijian yang berfungsi untuk
meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu
dengan keseragaman yang relatif tinggi.
2. Hasil Pcf atau pengeluaran benih sebesar 3,77.
3. Hasil JAB atau jarak benih setiap baris yaitu sebesar 0,088093 m.
4. Benih yang dibutuhkan untuk lahan yang tersebut per hektar yaitu sebanyak
4,542 kg.
5. Jika perputaran roda semakin cepat, maka jarak antar benih akan semakin
kecil.
6. Mesin penanam biji-bijian Seeder bermanfaat untuk menanam biji-bijian
(jagung, kedelai, kacang tanah) secara mekanis.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah:
1. Lebih teliti dalam melakukan pengukuran dimensi alat pada saat praktikum.
2. Lebih teliti pada saat melakukan perhitungan agar didapatkan hasil yang
lebih sesuai.
Kemal Maulana R
240110160117

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa:

5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah :
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, I. 2013. Pengukuran Kapasitas Lapang dan Hubungannya dengan


Penggunakan Traktor Mini dan Traktor Sedang pada Pengolahan Lahan
Kering. Terdapat pada : http://academia.edu (diakses pada Selasa, 28
November 2017 pukul 20.23 WIB).

Ernawati, K. 2015. Pengolahan Lahan Menggunakan Traktor D100 80 HP.


Terdapat pada : http://academia.edu (diakses pada Selasa, 28 November
2017 pukul 20.57 WIB).

Judin, 2011. Transmisi Mesin. Terdapat pada : http://jhoeydhyn..co.id (diakses


pada Selasa, 28 November 2017 pukul 19.38 WIB).

Tasliman, 2008. Motor Bakar dan Traktor Pertanian. Terdapat pada :


https://teknoperta.com (diakses pada Selasa, 28 November 2017 pukul 19.55
WIB).
LAMPIRAN

Gambar 1.
( Sumber : Dokumen Pribadi, 2017 )

Gambar 2.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Anda mungkin juga menyukai