Anda di halaman 1dari 8

Fisiologi Laktasi dan Menyusui

Fisiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi sistemorgan. Laktasi


merupakan proses pengeluaran air susu. Jadi dapat dikatakan bahwa fisiologi ternak
merupakan ilmu yang mempelajari tentang proses pengeluaran air susu dan fungsi-fungsi
sistem organ yang berperan didalamnya.

ANATOMI PAYUDARA

Kalang Payudara (Areola Mammae) Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini
tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya
kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya
lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan warna ini akan
menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula. Pada daerah
ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari Montgomery yang membentuk
tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan
suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara
terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.
Putting Susu Terletak setinggi interkosta IV tetapi berhibung adanya variasi bentuk dan
ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubnag-lubang
kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh
darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat, dan menyebabkan
putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali
putting susu tersebut.
Payudara terdiri dari 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus.
Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing
dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus) sehingga merupakan suatu pohon.
Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).

FISIOLOGI LAKTASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik,
saraf, dan bermacam-macam hormone. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

Pembentukan Kelenjar Payudara

Sebelum Pubertas Duktus primer dan duktus sekunder sudah terbentuk pada masa fetus.
Mendekati Pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari system duktus terutama di
bawah pengaruh hormon estrogen sedang pertumbuhan alveoli oleh hormone
progesterone. Hormon yang juga ikut berperan adalah prolaktin yang dikeluarkan oleh
kelenjar anterior adrenalin, tiroid, paratiroid dan hormone pertumbuhan.
Masa Pubertas Pada masa system duktus proliferasi dan kanalisasi dari unit-unit lobulo
alveolar yang terletak pada ujungujung distal duktulus. Jaringan penyangga stoma
mengalami organisasi dan membentuk septum interlobalir.
Masa siklus menstruasi Perubahan kelenjar peyudara wanita dewasa berhubungan
siklus mentruasi dan pengaruh pengaruh hormone yang mengatur siklus tersebut seperti
estrogen dan progrsteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Bila kadar hormone
tersebut meningkat maka akan terjadi edema lobulus, secara klinik payudara dirasakan
berat mentruasi kadar estrogen dan progesterone, berkurang. Yang bekerja hanya
prolaktin saja. Oedem berkurang berkurang juga. Hal ini menyebabkan payudara besar
sampai umur 30 tahun.
Masa Kehamilan Pada awal kehamilan terjadi perningkatan yang jelas dari duktus yang
baru ,percabangan-percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon-hormon
plasenta dan korpus luteum. Hormon yang kurang berperan adenohipofise adalah
hormone ini terjadi pertumbuhan percabangan-percabangan dan penuh. Sehingga besar
payudara selalu tambah pada tiap siklus ovulasi mulai dari permulaan mentruasi plasenta
dan korpus luteum. Hormon yang membantu mempercepat pertumbuhan plasenta,
korionik gonadotropin,insulin ,kortisol hormone tiroid, parathyroid, dan hormon
pertumbuhan.
Pada 3 bulan Kehamilan Prolaktin dari adenohipofise/hipofise anterior mulai
merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada
masa ini kolostrum masih di hambat oleh estrogen dan progesteron. tetapi jumlah
prolaktim meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
Pada Trimester kedua Kehamilan Laktogen plasenta mulai merangsang pembentukan
kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormone-hormon terhadap pengeluaran air susu
telah didemontrasikan kebenararannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur
4 bulan dimana bayinya meninggal , tetap keluar kolostrum.

Pembentukan Air Susu


Pembentukan air susu sangat dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan kontrol laktasi serta
penekanan fungsi laktasi. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu refleks prolaktin dan refleks
Letdown

Refleks prolaktin.
Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin
memagang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena
aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi.
Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum
maka estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan
bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung
saraf sensoris yang befungsi sebagai reseptor mekaink. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi
prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise
(hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsan sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan
menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat
tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun
pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam
keadaan-keadaan seperti, pengeluaran faktor-faktor yang menghambat :

1. stres atau pengaruh psikis


2. anastesi
3. operasi
4. rangsangan puting susu
5. hubungan kelamin
6. obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin,fenotiazid.

Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah :

gizi ibu yang jelek


obat-obatan

Refleks letdown (milk ejection reflex).

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang berasal


dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang
kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ
tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat dari alveoli dan masuk ke
sistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk
kemulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan refleks letdown adalah:

melihat bayi
mendengarkan suara bayi
mencium bayi
memikirkan untuk menyusui bayi

Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah :

Feedback Inhibitor Suatu factor local, bila saluran ASI penuh mengirim impuls untuk
mengurangi prosuksi. Cara mengatasi: saluran dikosongkan secara teratur (ASI ekslusif
dan tanpa jadwal).
Stres seperti : keadaan bingung/pikiran kacau, takut, Cemas, Penyapihan
Bila ada stres dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari refleks
letdown. Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasa ndari adrenalin (epinefrin) yang
menyebabkan vasokontraksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitoein sedikit
harapannya untuk dapat mencapai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak
sempurnanya refleks letdown maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli
yang secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat
abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan stres lagi bagi
seorang ibu sehingga stres akan bertambah. Karena refleks letdown tidak sempurna maka
bayi yang haus jadi tidak puas. Ketidak puasan ini akan merupakan tambahan stres bagi
ibunya. Bayi yang haus dan tidak puas ini akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup
dengan cara menambah kuat isapannya sehingga tidak jarang dapat menimbulkan luka-
luka pada puting susu dan sudah barang tentu luka-luka ini akan dirasakan sakit oleh
ibunya yang juga akan menambah stres-nya tadi. Dengan demikian akan terbentuk satu
lingkaran setan yang tertutup (circulus vitiosus) dengan akibat kegagalan dalam
menyusui.

Pemeiharaan Pengeluaran Air Susu

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan
oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan
dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Proses menyusui memerlukan
pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus.
Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler
yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui
oleh bayi misalnya bila kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kurang da
singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang,
sehingga pembuatan air susu berkurang, karena diperlukan kadar prolaktin yang cukup
untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.

MEKANISME MENYUSUI

Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya menyusui
seperti:

Refleksi mencari (Rooting reflekx). Payudara ibu yang menempel pada pipi atau derah
sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi.
Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti
dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
Refleks mengisap (Sucking reflex) Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang
payudara sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak
mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu maka sudah
cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang
payudara di belakang puting susu. Adalah tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya
menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat mengisap susu sedikit dan pihak ibu
akan timbul lecet-lecet pada puting susunya. Puting susu yang sudah masuk ke dalam
mulut dengan bantuan lidah, di mana lidah dijulurkan di atas gusi bawah puting susu
ditarik lebih jauh sampai pada orofaring dan rahang menekan kalang payudara di
belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras (palatum
durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan
menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke puting
susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang
mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang dilakukan oleh bayi ini tidak
akan menimbulkan cedera pada puting susu.
Refleks menelan (Swallowing reflex). Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan
disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi,
sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme
menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberisusu botol di
mana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab susu dengan
mudah mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi
botol yang dipegang ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan
negatif) kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan
oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal. Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru
belajar menyusui pada ibunya, kemudain dicoba dengan susu botol secara bergantian,
maka bayi tersebutkan menjadi bingung puting (nipple confusion). Sehingga sering bayi
menyusu pada ibunya, caranya menyusui seperti mengisap dot botol, keadaan ini
berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa
bayi tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi
diberi minum melalui sendok, cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung
puting

PEMELIHARAAN LAKTASI

Hingga saat ini, ASI merupakan makanan bayi paling balk hingga bayi berusia 6 bulan.
Kandungan kompleks pada ASI relatif mudah dicerna, tangos dibutuhkan bayi, dan tak
tergantikan oleh susu formula mana pun.
Kualitas ASI bisa menurun bila status gizi ibu memburuk. Jika terus menerus berlanjut,
kebutuhan gizi buah hati bisa tidak terpenuhi secara maksimal. Untuk meningkatkan
kualitas dari produksi ASI, berikut tips yang bisa diterapkan:

Minum jus buah segar setiap hari.


Jangan banyak makan camilan yang tidak sehat dan tidak memberi asupan gizi. Lebih
baik makan sereal, susu, dan buah.
Perbanyak konsumsi sayur dan buah. Sayuran hijau akan meningkatkan asupan zat besi
untuk menangkal anemia pada ibu dan bayi. Buah sebagai anti oksidan agar ibu tidak
mudah sakit.
Makan saja jika merasa lapar. Biarpun jika dihitung-hitung dalam sehari kita bisa makan
lebih dari lima kali.Tapi, konsumsilah makanan yang mengandung kalsium dan zat besi,
seperti ikan dan minum susu khusus ibu menyusui yang mengandung DHA, asam folat,
kalsium, vitamin, zat besi, dan prebiotik FOS.
Bila perlu, konsumsi pula suplemen yang mengandung kalsium.
Pilih makanan yang mengandung lemak esensial (karena ini penting untuk otak dan
imunitas bayi) seperti minyak ikan, telur, biji bunga matahari,dll.
Pastikan banyak minum air putih.
Relaks dan percaya diri produksi ASI kita berlimpah.
Upayakan istirahat cukup untuk menekan stres yang akan menghambat produksi ASI.
Pada 4-8 minggu pertama, biasanya ibu perlu begadang untuk menyusui. Jadi, sesuaikan
waktu ibu dengan waktu tidur buah hati dan istirahat 7-8 jam sehari.
Lakukan olahraga secara rutin. Ini bertujuan agar suasana hati jadi bahagia dan
selanjutnya akan meningkatkan hormone untuk menunjang produksi ASI. Olahraga yang
bisa dilakukan seperti jalan sehat atau aerobik. Lakukan olahraga ringan ini secara
berkala dengan durasi waktu secukupnya.

Produksi ASI (Prolaktin)


Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika
mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang
membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar
karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron
akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi
ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan
refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi
jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung
saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan
akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin
walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu
ke 2 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti:
stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu

Refleks Aliran (Let Down Reflek)


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang
berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga
menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat,
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus
lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara
bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/
pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:

1. Refleks menangkap (rooting refleks)


2. Refleks menghisap
3. Refleks menelan

Refleks Menangkap (Rooting Refleks)


Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan.
Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan
berusaha menangkap puting susu.

Refleks Menghisap (Sucking Refleks)


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting
mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan
demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan
palatum sehingga ASI keluar.

Refleks Menelan (Swallowing Refleks)


Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)


Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar
hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin
selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila
duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

https://bidanshare.wordpress.com/tag/refleks-prolaktin/

Anda mungkin juga menyukai