Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang.
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat
pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat
gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.5 Istilah neoplasma pada
dasarnya memiliki makna sama dengan tumor. Keganasan merujuk kepada segala
penyakit yang ditandai hiperplasia sel ganas, termasuk berbagai tumor ganas dan
leukemia. Istilah kanker juga menunjukkan semua tumor ganas.

Jaringan keras gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering dijumpai.
Penyakit tersebut biasanya ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras
gigi,terdapat beberapa factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan factor penyebab
kista seperti kista fungsional,kista dengan sel abnormal,kista demoid dan kista
adenomia.

Dimana untuk menyembuhkan tumor biasannya dilakukan dengan perawatan


atau pengobatan seperti melakukan pembedahan , radiasi,kemoterapi ,dan terapi
kombinasi.adapun untuk mencegah terjadinnya tumor di dalam tubuh dengan
melakukan perlindungan total dari munculnya tumor seperti berhenti
merokok,olahraga secara teratur,menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang
dan pola hidup yang sehat.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa pengertian tumor dan jaringan keras?
2.Apa Faktor-faktor pertumbuhan tumor?
3.Bagaimana proses terbentuknya tumor?
4. Apa saja klasifikasi Tumor jaringan keras?
5.Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan tumor?

1.3 Tujuan
1.Mengetahui pengertian tumor dan jaringan keras.
2. Mengetahui factor-faktor pertumbuhan tumor.
3. Mengetahui proses terbentuknnya tumor.
4. Mengetahui klasifikasi tumor jaringan keras.
5. Mengetahui cara pengobatan dan pencegahan tumor.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jaringan keras tumor.


Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat
pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat
gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.5 Istilah neoplasma pada
dasarnya memiliki makna sama dengan tumor. Keganasan merujuk kepada segala
penyakit yang ditandai hiperplasia sel ganas, termasuk berbagai tumor ganas dan
leukemia. Istilah kanker juga menunjukkan semua tumor ganas.
Jaringan keras gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering dijumpai.
Penyakit tersebut biasanya ditandai dengan kerusakan pada jaringan keras gigi
(lubang pada gigi)

2.2 fakor pertumbuhan tumor.

Dibawah ini merupakan Penyebab Kista diantara nya adalah :

Penyebab Kista pertama adalah faktor keturunan


Penyebab Kista kedua adanya siklus haid yang tidak teratur
Penyebab Kista yang ketiga perut yang buncit
Penyebab Kista yang keempat terjadinya menstruasi pada usia dini (11 tahun atau
Lebih muda)
Penyebab Kista yang kelima sulit hamil atau mandul
Penyebab Kista yang keenam adanya penderita hipotiroid
Penyebab kista yang ketujuh adanya kanker payudara yang sebelumnya pernah
Dialami dan menjalani kemotrapi.
Faktor Penyebab Kista

1. Kista Fungsional

Faktor penyebab kista fungsional muncul sebagai bagian dari siklus


menstruasi. Kista yang paling umum terjadi ini cepat hilang dan tidak berbahaya.
Kista fungsional bisa terbagi menjadi dua jenis yaitu kista korpus luteum dan kista
folikel Korpus luteum adalah sel yang memproduksi hormon estrogen dan
progesteron setelah pelepasan sel telur. Ketika lubang keluarnya sel telur pada
korpus luteum tersumbat, penumpukan cairan pun terjadi. Inilah yang
menyebabkan korpus luteum berkembang menjadi kista.

2. Kista Dengan Sel Abnormal

Kategori kista ini tidak berhubungan dengan siklus menstruasi dan muncul
akibat adanya pertumbuhan sel yang tidak normal. Sebagian kecil kista ini bisa
bersifat kanker.

3. Kista dermoid

Kista dermoid adalah jenis kista dengan sel abnormal yang paling umum
terjadi pada wanita berusia di bawah 40 tahun. Kista ini dapat mengandung semua
jenis jaringan manusia, misalnya rambut, darah, lemak, tulang, kulit, serta gigi.
Hal ini dapat terjadi karena faktor penyebab kista ini berasal dari sel yang
belum berkembang menjadi sel telur. Sel ini mempunyai kemampuan untuk
berubah menjadi sel jaringan tubuh apapun. Kista dermoid umumnya tidak ganas,
tapi dapat berkembang dan membesar hingga berdiameter 20 cm sehingga harus
diangkat dengan proses operasi.

4. Kista adenoma
Ini adalah faktor penyebab kista yang umum ditemukan pada wanita di atas 40
tahun dan terbentuk dari sel-sel jaringan luar ovarium. Kista adenoma dapat dibagi
menjadi dua kelompok,yaitu kista adenoma serosa dan kista adenoma mucinous.
Kista adenoma serosa biasanya berukuran kecil, tapi dapat mengakibatkan gejala
jika pecah. Kista denoma dibagi menjadi dua kelompok yaitu kista adenoma sirosa
dan kista adenoma mucinous.
2.3 Proses terbentuknya tumor

Kanker adalah penyakit yang ditakuti karena keganasannya. Namun, kanker


bukanlah penyakit yang terjadi dalam waktu singkat. Perlu proses yang cukup
panjang untuk merubah sel normal menjadi sel kanker. Dengan mengetahui proses
pembentukannya dan faktor-faktor yang memicunya, diharapkan kamu bisa
melakukan pencegahan.Tubuh kita terdiri badan dan anggota badan yang
dihubungkan oleh pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh limfa. Anggota badan
tersusun dari sel-sel yang berukuran sangat kecil ( seperseratus mili meter ), yang
memiliki bentuk hampir sama, namun memiliki fungsi yang berbeda.Seperti sel
darah putih, yang berfungsi melawan kuman-kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Sel darah merah, berfungsi mengangkut oksigen dalam darah. Keping darah
berfungsi untuk membekukan darah supaya tidak terjadi pendarahan.Didalam sel
terdapat organel yang salah satunya, adalah inti sel yang berisi gen atau DNA.
DNA adalah materi genetika yang dikenal sebagai pembawa sifat keturunan.
Kanker berasal dari satu sel gen yang mengalami kerusakan.Sel gen yang
mengalami kerusakan dapat menjadi liar dan berkembang tanpa henti, sehingga
dari satu sel menjadi jutaan sel dan membentuk jaringan baru. Jaringan baru itu
disebut tumor atau kanker.Gen dalam sel ada yang disebut gen kanker ( oncogen ),
gen penekan tumor ( tumor suppressor gen ), dan gen yang bertugas memperbaiki
gen yang rusak, yaitu repair gen. Bila salah satu dari gen tersebut mengalami
kerusakan, maka bisa menjadi kanker.Kerusakan pada materi gen atau biasa
disebut sebagai mutasi gen dapat terjadi melalui beberapa cara, baik internal
maupun eksternal.

A. Faktor Internal

Terjadi kesalahan replikasi pada saat sel-sel yang mati diganti oleh sel yang
baru. Merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini
biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini.Bila seorang ibu mengidap kanker
payudara, tidak serta merta semua anak gadisnya akan mengalami hal yang sama,
karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan lebih
dulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Hanya saja individu pembawa sel
genetika yang salah, memang lebih beresiko terkena kanker daripada yang tidak
memiliki mutasi gen yang salah.Faktor mutasi gen secara internal, tidak dapat
dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% 15% kanker,
disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal. Jadi,
sekalipun tidak 100%, sebenarnya kanker dapat kita cegah atau hindari dangan
menghindari faktor eksternal.
B.Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat merusak gen adalah virus, polusi udara, makanan,
radiasi, dan berasal dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada
makanan, maupun bahan kimia yang berasal dari polusi.Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan, seperti pengawet dan pewarna makanan.Cara
memasak juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Daging atau ikan yang dipanggang hingga gosong, mengandung zat kimia seperti
benzo-a-piren, amin heterosoklik, dioxin, dll.Kuman yang hidup dalam makanan
juga dapat menyebarkan racun, misalnya racun aflatoksin pada kacang-kacangan,
sangat erat hubungannya dengan kanker hati.Makin sering tubuh terserang virus
makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker.Proses detoksifikasi yang
dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih
berbahaya bagi tubuh, yaitu senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat
korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel

2.4 klasifikasi jaringan keras tumor.

Klasifikasi jaringan keras tumor ialah pengelompokan neoplasma yang


mempunyai sifat hampir sama dan memisahkan yang tidak sama sehingga dapat
ditentukan prognosisnya dan pengobatannya .

A.Kista Rahang
Kista merupakan rongga patologis yang berisi cairan atau semicairan, tidak
disebabkan oleh akumulasi pus.Bisa dibatasi oleh epitel, namun bisa juga
tidak.Dapat menyebabkan pembesaran intraoral atau ekstraoral yang secara klinis
dapat menyerupai tumor jinak.

Etiologi dan Patogenesis


Kista dapat terletak seluruhnya di dalam jaringan lunak atau diantara tulang
atau juga di atas permukaan tulang. Kista yang terletak padatulang rahang
kemungkinan epitelnya berasal dari epitel odontogenik,misalnya dari sisa dental
lamina atau organ email.

Perkembangan kista
Gambar di atas menunjukkan bahwa perkembangan kista dimulai dan dilanjutkan
oleh stimulasi sitokin terhadap sisa-sisa epitel dan ditambah dengan produk-produk
central cellular breakdown yang menghasilkan solusi hiperaluminal sehingga
menyebabkan fluid transudate dan kista yang semakin membesar.Meskipun
patogenesis dari kista-kista ini masih belum banyak dimengerti, namun kista-kista
tersebut dibagi ke dalam dua kelompok besar berdasarkan dugaan asal dinding
epitelnya.

1.Kista Odontogenik

Dinding epitelnya berasal dari sisa-sisa epitel organ pembentuk gigi.Adanya


proliferasi dan degenerasi kistik dari epitel odontogenik dapat menimbulkan kista
odontogenik.Berdasarkan etiologinya, kista ini dapat dibagi lagi menjadi tipe
developmental dan inflammatory

B.Kista Nonodontogenik
Dinding kista berasal dari sumber-sumber selain organ pembentuk gigi.
Kelompok ini meliputi lesi-lesi yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai kista fisural
yang dianggap berasal dari epitel yang membatasi proses embrionik pembentukan
wajah.

Gambaran Klinis

Kista dapat menetap bertahun-tahun tanpa disertai gejala.Mayoritas kista


berukuran kecil dan tidak menyebabkan penggelembungan permukaan
jaringan.Biasanya terlihat hanya pada saat pemeriksaan gigi rutin dan pemeriksaan
radiografik atau ketika lesi terkena infeksi sekunder atau telah mencapai ukuran di
mana telah terjadi pembesaran atau asimetri yang terlihat jelas secara klinis.Kista juga
biasa ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan gigi nonvital atau abses gigi akut
sehubungan dengan adanya infeksi sekunder pada kista, atau pada kasus kehilangan
gigi dan fraktur rahang.
Pada mandibula, fraktur patologis dapat terjadisaat lesi kista telah menyebabkan
resorpsi sebagian besar tulang. Saat tidak ada infeksi, secara klinis pembesarannya
minimal dan berbatas jelas. Kista yang terinfeksi menyebabkan rasa sakit dan sensitif
bila disentuh. Semua tanda klasik infeksi akut dapat terlihat ketika terjadi infeksi.
Pembesarankista dapat menyebabkan asimetri wajah, pergeseran gigi dan
perubahanoklusi, hilangnya gigi yang terlibat atau gigi tetangga, serta pergeseran gigi
tiruan. Pada beberapa kasus, adanya infeksi dalam kista yang membesar dan posisinya
dekat dengan batang saraf dapat menyebabkan perubahan sensasi pada distribusi saraf
tersebut.Kista yang terletak di dekat permukaan, telah meluas ke dalam jaringan
lunak, sering terlihat berwarna biru terang dan membran mukosa yang menutupinya
sangat tipis. Pada kasus di mana telah terjadi ekspansi tulang yang meluas, ada
penipisan tulang di atas kista sehingga pada saat palpasi akan terasa lunak dan
bercelah
Gambaran Radiografis

Kista dapat terjadi di setiap lokasi pada maksila dan mandibula,namun jarang
terjadi pada prosesus kondilus dan prosesus koronoid. Pada mandibula kista
banyak terjadi di atas kanalis nervus alveolar inferior.Kista odontogenik dapat
tumbuh sampai ke maxillary antrum. Beberapa kista nonodontogenik juga berasal
dari dalam antrum. Kista lainnya berasal dari jaringan lunak regio orofasial.Kista
sentral biasanya memiliki periferal yang berbatas jelas danberkortikasi (ditandai
dengan garis radiopak yang tidak terputus dan tipis).Namun infeksi sekunder atau
lesi yang kronis dapat mengubah gambaranradiografik ini. Pada kasus seperti itu
garis kortikasi tipis tersebut berubah menjadi batas sklerotik yang tebal
Kista biasanya berbentuk bulat atau oval menyerupai balon.Beberapa kista
memiliki tepi yang bergerigi.Biasanya kista tampak radiolusen. Namun dapat
terjadi kalsifikasi distrofik pada kista yang sudah lama terbentuk sehingga pada
tampilan radografi akan terlihat stuktur internal yang berongga-rongga. Beberapa
kista memiliki septa yang merupakan lokulasi multipel yang terpisah dari dinding
tulang. Kista yang tepinya bergerigi biasanya memiliki internalsepta.Pertumbuhan
kista yang lambat kadang menyebabkan pergeserandan resorpsi gigi. Area resorpsi
gigi seringkali berbentuk tajam danberkurva. Kista dapat memperluas mandibula,
mengubah cortical platelingual atau bukal menjadi batasan kortikal yang tipis.
Kista juga dapat menggeser kanalis nervus alveolar inferior ke arah inferior atau
menginvaginasi maxillary antrum.

Perawatan

Pilihan perawatan untuk kista adalah enukleasi. Bila ada area radiolusensi kecil
pada tulang rahang yang tidak berhubungan dengan hilangnya vitalitas pulpa
biasanya akan diamati selama beberapa bulanuntuk melihat ada tidaknya
penambahan ukuran lesi sebelum dilakukan eksplorasi bedah.Untuk kista yang
berukuran cukup besar sehingga dicurigai sebagai tumor jinak harus segera
dilakukan pembedahan. Sebelumnya dapat dilakukan diagnosis histologis dan
aspirasi kista terlebih dahulu. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi, dinding kista dapat disuturke mukosa mulut di dekat celah/jalan masuk
yang telah dibuat sebelumnya baru kemudian dilakukan marsupialisasi pada kista.
Lesi dibiarkan namun terus dilakukan irigasi berulang secara rutin, maka lesi akan
berhenti meluas serta tidak akan terjadi infeksi sekunder, dan defek pada rahang
akan berangsur hilang.
Penanganan bedah dari lesi yang besar dengan teknik-teknik yangmelibatkan
penutupan sisa defek melalui eksisi kista membutuhkan penggunaan bone chips
atau artifisial lainnya yang dapat menstimulasifibrosa dan penggantian tulang pada
defek, atau plat metalik, atau metode-metode lainnya untuk mencegah fraktur
patologis selama prosespenyembuhan defek
B.Kista Radikuler
Kista periapikal (radikular atau periodontal apikal) merupakan kista yang
paling sering terjadi di rahang. Inflamasi kista berasal dari ephitelial lining yang
mengalami poliferasi akibat adanya sedikit residu (sisa) epitel odontogenik (rest
malassez) di dalam periodontal ligament.

Etiologi dan phatogenis

Kista periapikal berkembang dari perluasan periapikal granuloma, yang mana


merupakan pusat dari inflamasi kronis jaringan granulasi yang berlokasi pada
tulang di bagian apeks dari gigi non-vital. Granuloma periapikal terjadi dan
terbentuk oleh degradasi produksi dari jaringan pulpa yang nekrose. Stimulasi dari
epitelial rest malassez terjadi akibat respon pembentukan inflamasi. Pembentukan
kista terjadi akibat adanya poliferasi epithelial, yang akan membantu untuk
pemisahan stimulus inflamasi (nekrotik pulpa) dari tulang di sekitarnya.

Pemisahan debris sel dari lumen kista akan meningkatkan konsentrasi protein,
memproduksi peningkatan tekanan osmotik. Hasilnya adalah cairan berjalan
melewati epitel lining menuju lumen dari sisi conective tissue. Cairan berhubungan
langsung dengan pertumbuhan dari kista. Dengan adanya resorbsi tulang
osteoclastic, terjadi perluasan kista. Faktor resobsi tulang yang lainnya, seperti
prostaglandins, interleukins, dan proteinase, dari sel inflamasi dan sel peripheral
pada lesi akan menyebabkan pertambahan luas kista.

Gambaran Klinis

Kista periapikal merupakan kista rahang yang terjadi sebanyak setengah atau
tiga perempat dari semua kista rahang yang ada. Distribusi usia terjadi pada dekade
ke tiga hingga ke enam. Jarang sekali di temukan kista periapikal pada dekade
pertama, walaupun munculnya karies dan gigi non-vital sering terjadi pada usia ini.
Kebanyakan kista terjadi pada rahang atas, terutama pada regio anterior, lalu pada
regio posterior rahang atas kemudian gigi posterior rahang bawah, terakhir pada
regio anterior rahang bawah.

Kista periapikal biasanya asimptomatik dan sering ditemukan saat pemeriksaan


dental rutin dengan radiografi. Kista ini menyebabkan resorbsi tulang namun tidak
menyebabkan ekspansi tulang. Dengan pengertian, gigi non-vital biasanya
berhubungan dengan diagnosa dari kista periapikal.

Secara radiografi, kista periapikal tidak dapat di bedakan dengan granuloma


periapikal. Radiolusen berbentuk ovoid dan memiliki batas berwarna putih yang
berhubungan dengan lamina dura dari gigi yang bersangkutan. Komponen
peripheral yang berwarna radioopaque mungkin tidak akan nampak jikka telah
terjadi perluasan kista yang cepat. Diameter kista memiliki range beberapa
milimeter hingga menjadi beberapa sentimeter, walaupun biasanya tidak kurang
dari 1,5 cm. Pada kista yang terjadi dalam jangka panjang, mungkin akan terlihat
adanya resorpsi akar dari gigi yang besangkutan juga pada gigi yang berdekatan.

Histopatologi

Kista periapikal dibentuk dari epitel squamos nonkeratinasi dengan ketebalan


yang beragam. Perpindahan dari sel inflamasi ke epitelium mungkin akan terjadi,
dengan jumlah polymorphonuclear leukosit (PMNs) yang besar dan beberapa
limposit. Jaringan yang berada di bawahnya mungkin akan mengalami infiltrasi
fokal atau difuse dengan campuran dari sel inflamasi. Inflamasi plasma sel dan
hubungan refractile dan interselular spherical Russel Bodies, menunjukan adanya
akumulasi gamma globulin, sering di temukan dan kadang mendominasikan pada
gambaran mikroskopis. Kalsifikasi Foci of distrophi, pecahan kolesterol,
multinukleal dari benda asing- tipe giant sel akan terlihat subsequent hingga
hemorhage pada dinding kista. Benih dari granuloma biasanya juga sering
ditamakan pada dinding ista periapikal, yang menunjukan bahwa terdapat
hubungan dengan rongga mulut terutama pada sekitar root canal dan lesi karies.

Pada presentasi kista periapikal yang lebih kecil (dan kista dentigerous),
mungkin juga dapat ditemui hyaline atau yang juga biasa di sebut dengan Rusthon
bodies. Yang mana di pada epitel lining di tandai dengan karateristik hairpin kurva
atau kurva yang tipis, konsentrasi lamina dan mineralisasi dari basiphil. Adanya hal
ini dipercaya menunjukan hubungan dengan hemorhage yang terjadi sebelumnya.
Dimana tidak terdapat data klinis yang signifikan.
Diagnosa

Secara radiographi, DD dari kista periapikal harus mencantumkan periapikal


granuloma di dalamnya. Pada daerah yang telah dialkukan perawatan apikal,
kerusakan akibat operasi atau periapikal scar mungkin dapat digunakan. Pada regio
anterior rahang bawah radiolusen pada peiapikal harus dapat dibedakan dengan
fase awal perkembangan dari cementooseous dysplasia.pada regio posterior harus,
gambaran radiolusen apikal harus dapat dibedakan dengan kista traumatik tulang.
Kadang kala tumor odontogenik, lesi sel giant, penyakit metatase dan tumor
osseous primary dapat menunjukan gambarab radiographi yang menyerupai kista
periapikal. Namun pada semua keadaan di atas gigi alam keadaan vital.

Perawatan dan prognosa

Lesi periapikal (kista /granuloma) akan dapat diangkat dengan baik dengan
ekstraksi gigi penyebab yang nonvital dan diikuti dengan kuretase pada bagian
apikal tersebut. Alternatif lain adalah dilakukan pengisian saluran akar yang diikuti
dengan apicoectomy (direct kuretase dari lesi). Yang ketiga, dan yan paling sering
digunakan, adalah menggunakan pengisian saluran akar saja, karena biasanya pada
banyak lesi periapikal granuloma akan hilang setelah pengangkatan daerah yang
menyebabkan infeksi (nekrotik pulpa). Bedah (apicoectomy dan curetage) adalah
untuk menghilangkan lesi yang persistent (menetap), indikasi untuk kista yang ada
pada perawatan saluran akar yang gagal.

Ketika gigi yang nekrotik di angkat namun kista tidak terangkat seluruhnya,
maka mungkin akan terjadi residual cyst pada waktu beberapa bulan atau beberapa
tahun kemudian setelah dilakuakan ekstirpasi awal. Jika kista residual atau lesi
kista periapikal awal tidak dirawat, perkembangan akan terus belanjut dan
menyebabkan resorpsi tulang yang signifikan dan kemudian akan melemahkan
mandibula atau maksila. Perbaikan tulang secara sempurna biasanya akan tampak
setelah dilakukan perawatan pada kista periapikal atau residual.

.
C.Kista Dentigereus.
Kista dentigerous merupakan kantung tertutup berbatas epitel ataukantung
jaringan ikat yang berbatas epitel squamosa berlapis yangterbentuk di sekitar
mahkota gigi yang tidak erupsi atau dentikel danterdapat cairan. Kista ini melekat
padacemento-enamel junction hingga jaringan folikular yang menutupi mahkota
gigi yang tidak erupsi.Kista dentigerous yang terjadi pada saat erupsi dinamakan
dengan kista erupsi, biasanya menghalangi erupsi.Separuh bagian dari kista ini
biasanya sudah tidak dibatasi oleh tulang.Kista dentigerous juga disebut sebagai
kista folikular sebabmerupakan hasil pembesaran folikel, berasal dari akumulasi
cairan antara epitel email tereduksi dan email gigi.

Etiologi dan Patogenesis

Etiologi kista dentigerous biasanya berhubungan dengan:


a.gigi impaksi,
b.gigi yang erupsinya tertunda,
c.perkembangan gigi, dan
d.odontoma.

Ada dua teori mengenai pembentukan kista dentigerous.


Teori pertama menyatakan bahwa kista disebabkan oleh akumulasi cairan
antara epitel email tereduksi dan mahkota gigi. Tekanan cairan mendorong
proliferasi epitel email tereduksi ke dalam kista yang melekat pada cemento-
enamel junction dan mahkota gigi.
Teori kedua menyatakan bahwa kista diawali dengan rusaknya stellate
reticulumsehingga membentuk cairan antara epitel email bagian dalam dan bagian
luar. Tekanan cairan tersebut mendorong proliferasi epitel email luar yang
menyisakan perlekatan pada gigi di bagian cemento-enamel junction lalu epitel
email dalam tertekan ke atas permukaan mahkota. Kista terbentuk mengelilingi
mahkota dan melekat pada cemento-enamel junction dari gigi.
Saat telah terbentuk sempurna, mahkota akanberprotrusi ke dalam lumen, dan
akar-akarnya memanjang ke sisi luarkista.Pada setiap teori, cairan menyebabkan
proliferasi kistik karenakandungan hiperosmolar yang dihasilkan oleh cellular
breakdown dan produk-produk sel sehingga menyebabkan gradien osmotik untuk
memompa cairan ke dalam lumen kista.

Kista Dentigerous: low power view menunjukkan perlekatan dinding kista terhadap
leher gigi.
Ilustrasi kista dentigerous. Perhatikan perlekatannya pada cemento-enamel junction

Klasifikasi

Klasifikasi kista dentigerous ada tiga tipe, yaitu tipe sentral, lateral,dan
sirkumferensial, sesuai dengan posisi berkembangnya kista pada mahkota gigi.
.
1.Kista Dentigerous Sentral

Kista mengelilingi mahkota secara asimetris, menggerakkan gigi ke arah yang


berlawanan dengan erupsi normal.
.

Kista dentigerous tipe sentral menunjukkan mahkota terproyeksi ke dalam rongga


kista.

2.Kista Dentigerous Lateral

Pada tipe lateral, kista berkembang pada sisi mesial dan distal dari gigi dan
meluas jauh dari gigi, hanya menutupi sebagian mahkota gigi, menyebabkan
miringnya gigi ke arah yang tidak diliputi kista.
Kista dentigeorus tipe lateral menunjukkan kista yang besar di sepanjang akar
mesial gigi impaksi.

3.Kista Dentigerous Sirkumferensial

Pada tipe sirkumferensial, seluruh organ email di sekitar leher gigi menjadi
kistik, sering menyebabkan gigi bererupsi menembus kista sehingga menghasilkan
gambaran seperti kista

Kista dentigerous tipe sirkumferensial menunjukkan kista meluas sepanjang akar


mesial dan distal gigi yang tidak erupsi

Gambaran Klinis

Jumlah kasus kista dentigerous cukup banyak sehingga menjadi kista


odontogenik kedua yang paling banyak terjadi setelah kista radikular.Gigi yang
menjadi asal-muasal kista absen secara klinis sebab melibatkan gigi yang biasanya
impaksi atau telat erupsi. Sebagian besar berhubungan dengan gigi molar tiga
mandibula, lalu juga dengan kaninus maksila, molar tiga maksila, dan premolar
dua mandibular.Meskipun demikian kista ini tetap bisa terjadi pada semua gigi
yang tidak erupsi, dimana pada mahkota gigi tersebut terdapat lumen kista.Kista
dentigerous hampir selalu melibatkan gigi permanen meskipun pada beberapa
kasusditemukan adanya keterlibatan gigi sulung.Beberapa kasus lainnya
berhubungan dengan gigi supernumerary atau dengan odontoma.Karena
berhubungan dengan gigi impaksi maka kemungkinan terjadinya kista ini akan
bertambah seiring bertambahnya usia.
Sebagai contoh seseorang berusia 50 tahun dengan gigi impaksi,
kemungkinannya memiliki kista dentigerous lebih besar dibandingkan dengan
pasien 21 tahun dengan gigi impaksi pula. Namun karena sebagian besar
masyarakat telah membuang gigi impaksinya saat masih muda, maka kelompok
usia muda (dekade ke-2 dan ke-3) mendominasi statistik yang ada.8,9,20Penelitian
terakhir menunjukkan terjadi pemerataan jumlah kasus dari berbagai usia dalam
lima dekade terakhir ini.Kista dentigerous terjadi dua kali lipat lebih banyak pada
pria dibandingkan wanita.Kista dentigerous biasanya asimtomatik kecuali bila
ukurannya menjadi sangat besar (10-15cm) atau bila terjadi infeksi sekunder
sehingga akan terasa sakit. Infeksi sekunder ini sering terjadi. Dapat pula
menyebabkan ekspansi rahang. Ada kemungkinan terjadi fraktur patologis.Fraktur
patologis dan infeksi ini dapat mempengaruhi sensasi nervus alveolar inferior dan
pleksus nervus alveolar superior sehinggamenyebabkan parastesia.Kista dapat
terdeteksi melalui pemeriksaan radiografik rutin, ataudalam proses mencari
penyebab retained deciduous tooth, atau pada pemeriksaan ekspansi klinis.Kista
dapat terjadi pada pasien dengan cleidocranial dysostosis dan kadang juga terjadi
pada kelainan hipoplastik amelogenesis imperfekta dan menyebabkan beberapa
atau bahkan banyak gigi menjadi nonvital

Gambaran radiografik

Ukuran normal ruang folikular kurang dari 2,5 mm pada radiograf intraoral dan 3
mm pada radiograf panoramik; spasi yang lebih besar dianggap sebagai
kista.Temuan diagnostik yang penting yakni kista dentigerous melekat pada
cemento-enamel junction. Beberapa kista dentigerous terlihat eksentrik,
berkembang dari aspek lateral folikel sehingga kista mala menempati area di
sebelah mahkota, bukan di atas mahkota. Kista yang berhubungan dengan molar
tiga maksila seringkali tumbuh ke dalammaxillary antrum dan biasanya ukurannya
sudah cukup besar sebelum akhirnya ditemukan. Kista yang melekat pada mahkota
molar tiga mandibula dapat memanjang sampai ke ramus.

kista dentigerous biasanya memiliki korteks yang berbatas jelas dengan outline
berbentuk kurva atau sirkuler.Jika terjadi infeksi,korteksnya hilang. Lesi berbentuk
unilokular, namun efek multilokulardapat dihasilkan dari ridgedinding tulang.Kista
dentigerous biasanyasoliter, bila terlihat multipel mungkin disertai dengan sindrom
nevoid basal sel karsinoma.Secara radiografik, aspek internal kista terlihat
radiolusen kecualiuntuk mahkota gigi yang terlibat.
Kista terlihat translusen dancompressibleketika ekspansi kista menyebabkan
resorpsi tulang kortikal.Kista dentigerous memiliki kecenderungan untuk
menggeser dan meresorpsi gigi tetangga. Dilaporkan ada 50% kasus kista
dentigerousyang menyebabkan resorpsi akar gigi tetangga. Kista biasanya akan
menggeser gigi yang terlibat ke arah apikal. Tingkat pergeserannya dapat
bervariasi. Sebagai contoh, gigi molar tiga maksila atau kaninus dapat terdorong ke
dasar orbita, dan gigi molar tiga mandibula dapat tergeser ke regio kondil atau
koronoid atau bahkan sampai ke korteks inferior mandibula. Dasar dari maxillary
antrum dapat bergeser jika kista menginvaginasi antrum. Kista juga dapat
menggeser kanalis nervus alveolar inferior ke arah inferior. Kista yang
pertumbuhannya lambat tersebut juga seringkali mampu memperluas batas kortikal
luar dari rahang yang terlibat.

Gambaran Histopatologis

Dinding kista dibentuk oleh folikel gigi ketika dinding kista melekat pada
cervico-enamel junction Gambarannya bervariasi,umumnya terdiri atas lapisan
dinding jaringan ikat tipis, dilapisi epitel gepeng yang bersatu dengan epitel email
tereduksi, meliputi mahkota gigi.Kapsul biasanya tersusun oleh jaringan kolagen
yang agak padat dan kadang terlihat sel datia.Kadang terjadi inflamasi pada
dinding kista di sekitar perlekatan gigi pada cervico-enamel junction Sering terjadi
infeksi sekunder sehingga terjadi akantosis dari rete ridge dengan infiltrasi sel
radang.Pada kista dentigerous yang tidak terinflamasi, batas epitelnya kira-kira
berketebalan 4-6 lapisan sel. Batas jaringan epitel konektif biasanya datar
meskipun pada beberapa kasus terjadi inflamasi kronis atau infeksi sekunder
sehingga terjadi hiperplasia epitel. Batas epitel tidakberkeratin.
Pada 25% kasus kista dentigerous mandibula dan 50% kasus kista dentigerous
maksila dapat ditemukan area fokal sel-sel mukus. Kadang juga terlihat sel bersilia.
Elemen sel sebasea juga kadang terlihat dalam struktur dindingnya.Kadang
terdapat area keratinisasi (metaplasia berkeratin) dan hasil aspirasi kista ini kadang
membingungkan untuk membedakannya dengan keratosis.Elemen berkeratin yang
menandakan adanya proses metaplastik, harus bisa dibedakan dari dinding
keratosis odontogenik sebab perbedaan tersebut menyerupai multipotensialitas
dinding epitel odontogenik dari kista dentigerous.Dapat juga terjadi proliferasi cell
rests of Serres pada dinding kista. Meskipun gambarandiagnostik ini penting
namun juga dapat membingungkan sebab biasanyaproliferasinya luas sehingga
menyerupai tumor odontogenik
Scattered mucous cell dapat terlihat pada dinding epitel kista dentigerous

Diagnosis, Perawatan, dan Prognosis

Awalnya dilakukan aspirasi pada lesi. Kista dentigerous menghasilkan straw-


colored fluid. Jika aspirasi tidak menghasilkan cairanapapun, implikasinya lesi ini
merupakan lesi yang solid sehingga pada kasus tersebut sebaiknya dilakukan
biopsi. Jika lesi menghasilkan darah, pertimbangan pertama hal tersebut mungkin
terjadi karena angiogram,masuknya jarum menyebabkan perdarahan. Jika pada
aspirasi kedua yang dilakukan beberapa hari kemudian juga menghasilkan darah
dan darah menyembur dari jarum dengan syringe barrel disconnected atau Doppler
sounding yang positif untuk suara vaskular maka dibutuhkan angiogram.Computed
Tomography (CT) Scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) Scan dapat
dilakukan untuk membedakan antara kista yang berisi cairan dan tumor solid.
Namun densitas cairan kistik sangat beragam,dapat serupa dengan konsistensi
tumor solid tipe lainnya sehingga membuat perbandingannya jadi membingungkan.
Kista dentigerous yang berukuran kecil (kurang dari 2cm) biasanya dapat
dienukleasi dengan mudah, bersamaan dengan pencabutan gigi yang berhubungan
dengan kista tersebut. Enukleasi kista yang diikuti dengan manipulasi ortodontik
untuk mempertahankan gigi yang terlibat telah berhasil digunakan (seperti pada
gigi kaninus maksila). Jika enukleasi beresiko buruk terhadap struktur di sekitarnya
maka eksternalisasi/penestrasi dapat dilakukan sebagai pendekatan alternatifuntuk
mengurangi ukuran kista, selanjutnya diikuti dengan enukleasi.
Kista dentigerous besar yang dienukleasi dari mandibula

Meskipun biasanya kista hanya melibatkan satu gigi namun pada kista yang
membesar maka kista tersebut juga dapat mempengaruhi beberapa gigi lainnya
yang ada di dekatnya.Bila kista dentigerous mencapai ukuran yang besar,
menghasilkan pergeseran ekstrim dari gigi impaksi yang berhubungan.Pergeseran
gigi yang terjadi bisa jauh dari posisinya yang normal terutama pada regio maksila,
sehingga gigi asal kista akan sulit ditentukan.Gigi tersebut dapat bermigrasi ke arah
suborbital, baik ke prosesus koronoid atau kondiloid. Jika fraktur patologis
mengancam, kadang dipilih cangkok tulang autologous untuk rekonstruksinya
sesegera mungkin.Marsupialisasi dilakukan pada kista dentigerous yang berukuran
besar. Hal ini kurang ideal untuk dilakukan sebab menimbulkan resiko
terbentuknya ameloblastoma in situ atau microinvasive ameloblastoma atau
transformasi neoplastik lainnya dari dinding kista yang berkembang menjadi
penyakit yang lebih invasif.
Marsupialisasi juga menyebabkan proses penyembuhan bekas luka lebih lambat,
perawatan pascaoperasi lebih rumit, dan reduksi pada regenerasi tulang akhir.
Indikasi marsupialisasi, yakni:

A.jika marsupialisasi memungkinkan gigi untuk erupsi spontan atau dipandu secara
ortodontik ke posisi fungsionalnya pada lengkung rahang, atau

B.jika ahli bedah mengidentifikasi resiko terjadinya kerusakan gigi yang


berkembang atau bundel neurovaskular selama enukleasi.

Prognosisnya baik sekali dan tidak ada kemungkinan rekurensi setelah enukleasi.
Namun kista residual dapat berkembang jika lesi tidak dienukleasi dengan
sempurna.
D.Kista gingiva

1.Kista gingiva dari neonatal

Kista gingiva pada neonatal umumnya terjadi secara multipel tetapi kadang-
kadang terjadi sebagai nodul yang soliter. Kista ini bertempat pada ridge alveolar
pada neonatal atau bayi muda. Struktur ini berawal dari sisa lamina gigi dan
terletak dalam corium dibawah permukaan epitelium. Kadang-kadang, kista ini
dapat menjadi cukup besar sehingga dapat tercatat secara klinis sebagai
pembengkakan berwarna putih yang terpisah pada ridge. Kista ini umumnya tidak
bergejala dan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman bagi bayi.
Nodul Bohn dan mutiara Epstein (Epstein pearl) adalah dua jenis lesi yang mirip
dengan kista gingiva yang kadang-kadang membingungkan, bagaimanapun, lokasi
dan etiologi dari lesi ini agak berbeda. Epstein pearl adalah nodul kistik yang berisi
keratin yang ditemukan sepanjang raphe midpalatina dan sedikit berasal dari sisa
epitelial yang terjerat sepanjang garis peleburan. Nodul Bohn adalah kista berisi
keratin yang menyebar pada seluruh palatum, tetapi kista ini umumnya tampak
pada hubungan antara palatum keras dan palatum lunak. Kista ini sepertinya
berasal dari struktur glandula salivary palatal. Secara histologi, kista gingiva pada
neonatal adalah kista sejati dengan suatu tepi epitelial yang tipis. Lumen biasanya
terisi dengan keratin tetapi dapat terdiri dari beberapa sel radang, kalsifikasi
distropik, dan hyaline body, seperti yang umumnya ditemukan pada kista
dentigerous.Tidak ada perawatan yang diperlukan untuk lesi ini, yang mana
biasanya lenyap dengan pembukaan ke permukaan mukosa atau melalui gangguan .

2.Kista gingiva pada orang dewasa

Kista gingiva pada orang dewasa hanya ditemukan pada jaringan lunak pada
daerah premolar bawah. Kista ini muncul sebagai lesi yang meregang, fluktuan,
vesikular dan berbentuk bulla. Secara histologi, kista ini terlihat seperti kista
periodontal lateral, dan kista ini kemungkinan memiliki gambaran lesi yang sama
jika ditemukan pada jaringan lunak.
2.5 Perawatan Tumor dan pencegahan

Perawatan tumor pada rongga mulut dapat dilakukan dengan:

A.Pembedahan

Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan keras. Sering
dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan tenggorokan, tetapi dapat
juga dilakukan pada kenker rongga mulut. Pembedahan dilakukan untuk
mengangkat keseluruhan lesi untuk mencegah terjadinya penyebaran sel kanker
pada nodul limfa, pembuluh darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk
mengangkat sel kanker, dilakukan pembedahan rekonstruktif yang bertujuan untuk
mempercepat proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta meningkatkan
kualitas hidup pasien.

B. Radiasi

Radiasi merupakan pengobatan yang menggunakan sinar ion. Terapi radiasi


ini dapat menghasilkan energi yang bisa menghancurkan sel-sel kanker, dengan
menghancurkan sel DNA pada sel kanker tersebut sehingga sel kanker tersebut
tidak dapat berkembang lagi. Radiasijarang digunakan sebagai pengobatan utama.
Radiasi sering digunakan untuk mengecilkan sel kanker sebelum diilakukan
pembedahan, dan untuk mencegah sel kanker timbul kembali atau untuk
menghancurkan sisa-sisa sel kanker yangtidak terambil keseluruhannya ketika
pembedahan.
.
C.Kemoterapi

Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi yang digunakan apabila sel
kanker timbul kembali pada pasien atau terjadi metatase. Kemoterapi merupakan
terapi yang menggunakan bahan kimia yang berfungsi untuk menghancurkan sel
kanker. Terdapat enam jenis bahan yang digunakan untuk kemoterapi, diantaranya
alkylating agen, nitrosoureas, anti metabolite, anti tumor antibiotic, plant alkoloid,
dansteroid hormone

D. Terapi Kombinasi

Bagi pasien yang pertumbuhan sel kanker telah menyebar luas atau telah
terjadi regional metatase dapat dilakukan terapi kombinasi yang terdiri dari
pembedahan, radiasi, dan kemoterapi agar mendapatkan hasil yang optimal.
Langkah Pencegahan Tumor

Tidak ada metode pencegahan yang dapat memberikan perlindungan total dari
munculnya tumor. Tetapi ada beberapa langkah sederhana yang dapat kita lakukan
untuk menurunkan risiko terjadinya kanker, yaitu:Berhenti merokok.Berolahraga
secara teratur.Menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang, misalnya
meningkatkan konsumsi serat,terutama sayuran dan mengurangi konsumsi
makanan berlemak.Menjaga berat badan yang sehat.Membatasi konsumsi
minuman keras. Batas konsumsi per hari yang direkomendasikan adalah2 hingga
2,5 kaleng bir untuk pria dan maksimal 2 kaleng bir untuk wanita dengan kadar
alkohol sebanyak 4,7 persen per kaleng.Menghalau pajanan sinar matahari,
misalnya dengan menggunakan tabir surya.Meminimalisasi pajanan senyawa kimia
yang mengandung racun, misalnya dengan mengenakan masker saat menggunakan
kendaraan umum.Meminimalisasi pajanan terhadap radiasi.Menjalani pemeriksaan
kesehatan secara rutin
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat
pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada
tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya.5 Istilah neoplasma
pada dasarnya memiliki makna sama dengan tumor. Keganasan merujuk kepada
segala penyakit yang ditandai hiperplasia sel ganas, termasuk berbagai tumor ganas
dan leukemia. Istilah kanker juga menunjukkan semua tumor ganas.
Jaringan keras gigi adalah penyakit jaringan pada gigi yang sering
dijumpai. Penyakit tersebut biasanya ditandai dengan kerusakan pada jaringan
keras gigi (lubang pada gigi).ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinnya
tumor seperti kista fungsional,sel yang abnormal,kista demoid,dan kista adenomia
Untuk menembuhkan tumor biasaanya dilakukan pembedahan ,radiasi,kemotrapi.

Saran

Sebagai mahasiswa kedokteran gigi hendaknya kita mengetahuidan memahami


tentang jaringan keras tumor yang bisa dijumpai di mukosa oral dan lainnya . dan
mengetahui cara perawatan yang tepat dan benar .
DAFTAR PUSTAKA

http://www.seputargigi.com/site/index.php?option=com_content&view=article
&id=95:kista-odontogenik&catid=34:artikel

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41482/3/Chapter%20II.pdf

https://www.scribd.com/doc/147959524/Penyakit-jaringan-keras-gigi-docx

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37232/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai