PENDAHULUAN
1
Berbagai teknik pengelolaan kelas harus dimiliki oleh setiap guru guna mencapai
tujuan pembelajaran yang lebih baik. Dalam membangun karakter anak yang lebih
baik seorang guru dapat menerapkan kedisiplinan dalam belajar dan guru harus
mampu merubah pemahaman siswa terhadap kedisiplinan sehingga kedisiplinan
dalam belajar bukanlah menjadi momok yang menakutkan bagi siswa, namun
merupakan hal yang menyenangkan sehingga dengan demikian dapat menciptakan
atmosfer pembelajaran yang efektif dan maksimal.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan
mempunyai motivasi yang tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang
kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya
yang sekarang.
Lain halnya dengan pendapat yang berkembang dimasyarakat mengenai arti dari
motivasi itu sendiri. Motivasi menurut pendapat yang berkembang dari masyarakat
diartikan sebagai suatu semangat. Oleh karena itu perlu dipahami bahwa ada
perbedaan dalam penggunaan istilah motivasi di masyarakat. ( sumber :
id.wikipedia.org/wiki/motivasi, tanggal akses 19 Mei 2013 )
Pengertian motivasi sendiri menurut beberapa ahli berbeda dengan pengertian secara
umum. Menurut Sumadi Suryabrata( 2005 : 71 ) dalam buku Psikologi Anak Didik
motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sementara itu
Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi yang
mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa
motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku
kearah suatu tujuan. Menurut Mulyasa (2003 :112) motivasi adalah tenaga
pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya perubahan tingkah laku kearah
tertentu dengan tujuan yang tertentu. Seorang siswa akan bersungguh-sungguh
dalam proses pembelajaran bila ia memiliki motivasi belajar yang sangat tinggi.
Demikian juga menurut pendapat Dimyati dan Mudjiono ( 2002 : 80 ) yang
mengutip pendapat Koeswara yang menyebutkan bahwa siswa belajar karena
didorong oleh kekuatan mental yang berupa keinginan dan perhatian, kemauan serta
cita-cita yang ingin diraih oleh seseorang sehingga timbuah keinginan yang
mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku
individu dalam belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar
serta memberikan arahan pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki
dapat tercapai. Dalam motivasi belajar, dorongan adalah kekuatan mental untuk
melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam artian
adalah pencapaian tujuan.
4
a) Fungsi Motivasi
Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi pata
siswa. Motivasi dapat dijadikan tolak ukur seseorang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu Menurut Djamarah ada 3 fungsi motivasi yaitu :
1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong
untuk mengetahui sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka
pembelajaran:
2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap
terhadap anak didik itu merupakan suatu perbuatan yang tak terbendung yang
kemudian menjadi dalam bentuk gerakan psikofisik:
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi
dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana yang harus
diabaikan.
b) Jenis Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono motivasi adalah kekuatan mental individu
yang memiliki 2 jenis tingkat kekuatan yaitu :
1. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif
dasar tesebut berasal dari aspek biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip
pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan
danperasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan seperti mencari makan, rasa
ingin tahu dan sebagainya
2. Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif motivasi ini dikaitkan
dengan lingkungan sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting
seperti afektif, kognitif dan psikomotor sehingga motivasi primer dan sekunder
sangat penting bagi siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar.
5
c) Sifat Motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar, tidak hanya timbul dari dalam diri siswa saja
tetapi juga berasal dari luar diri siswa. Dimyati dan Mudjiono ( 2002 :90 ) membagi
2 sifat motivasi yaitu :
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu
sendiri tanpa adanya pengaruh luar dari individu. Contohnya seorang siswa
berkeinginan untuk menjadi juara umum di sekolahnya sehingga ia termotivasi untuk
belajar dengan giat.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar
perbuatan yang dilakukannya. Dalam hal ini seseorang mendapatkan pengaruh dari
luar pribadi dirinya sendiri. Contohnya seorang siswa bercita- cita menjadi juara
karena diiming-imingi dengan hadiah bila ia menjadi juara.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses
belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsic dapat menumbuhkan semangat belajar
yang tinggi. Motivasi ektrinsik dapat berubah menjadi motivasi intrinsik ketika ada
keinginan yang kuat dari dalam diri. Contoh seorang siswa giat belajar karena ingin
meraih cita- citanya, bukan karena diiming-imingi oleh hadiah. ( Sumber :
www.sarjanaku.com/home/pendidikan/pengertianmotivasimenurutparaahli.htm,
diakses tanggal 19 Mei 2013 )
Slameta dalam bukunya Belajar dan faktor- faktor yang mempengaruhinya
mengemukakan motivasi belajar siswa dapat dibangkitkan dengan cara sebagai
berikut :
1. Pergunakan pujian yang verbal, penerimaan sosial yang mengikuti suatu tingkah
laku yang diinginkan dapat menjadi alat yang cukup dapat dipercaya untuk
mengubah prestasi dan tingkah laku akademis kearah yang diinginkan. Kata-kata
seperti bagus, baik yang diucapkan segera setelah siswa melakukan tingkah laku
yang diinginkan, merupakan suatu motivasi belajar yang besar. Hal ini membuat
siswa untuk lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran.
2. Pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana
Kenyataan bahwa tes dan nilai dipakai sebagai dasar berbagai hadiah sosial, ( seperti
penerimaan lingkungan, promosi, pekerjaan yang baik, uang yang lebih banyak dan
sebagainya) menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi suatu kekuatan untuk
6
memotivasi siswa. Tapi tes dan nilai harus dipakai secara bijaksana, yaitu untuk
memberikan informasi pada siswa dan untuk menilai penguasaan dan kemajuan
siswa, bukan untuk menghukum atau membandingkan dengan siswa yang lain.
3. Bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginan siswa untuk bereksplorasi.
Dengan melontarkan masalah-masalah , pengajar dapat memunculkan suatu konflik
konseptual yang merangsang siswa untuk bekerja dalam hal ini berpikir kritis
terhadap permasalahan yang ada.
4. Untuk mendapatkan perhatian dari siswanya, sekali-kali pengajar melakukan
hal-hal yang dianggap menarik oleh siswanya, sehingga dapat memotivasi siswa
dalam belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan seperti memberikan kesempatan siswa
untuk menyusun soal-soal yang terkait dengan materi, menceritakan permasalahan
yang berkaitan dengan materi dan sebagainya.
5. Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan suatu hadiah yang akan
diterima siswa bila siswa tersebut dapat menmberikan jawaban ataupun solusi dari
permasalahan yang ada
6. Agar siswa lebih mudah memahami bahan pengajaran, pergunakan materi-materi
yang sudah dikenal siswa yang digunakan sebagai contoh model.
7. Terapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar
biasa agar siswa lebih terlibat dalam pembelajaran
8. Sarankan siswa untuk menghubungkan hal-hal yang sudah dipelajarinya
terhadap pelajaran yang sedang dipelajarinya. Tujuannya adalah untuk menguatkan
daya konsep pelajaran sehingga siswa tidak mudah lupa terhadap materi yang
diajarkan dan daya pikir siswa dapat lebih terkembang
9. Pergunakan simulasi atau permainan pada materi yang terkait, kedua hal ini
dapat memaksimalkan penyerapan tentang materi oleh siswa.
3. Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Motivasi Belajar
Umumnya lingkungan sosial yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah
sebagai berikut :
a).Lingkungan sosial dalam keluarga
Lingkungan sosial dalam keluarga adalah faktor utama dalam penumbuhan motivasi
siswa dalam belajar. Keluarga merupakan wadah sosialisasi yang pertama bagi
seorang anak sebelum berinteraksi dengan lingkungan diluar yang lebih luas.
Undang- undang sistem pendidikan nasional pasal 10 ayat 4 yang berbunyi :
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
7
diselenggarakan dalam keluarga yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya,
nilai norma dan ketrampilan.
Suasana yang kondusif dalam lingkungan keluarga dapat menumbuhkan motivasi
dan minat belajar seseorang yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi
belajar. Sebaliknya bila suasana dalam keluarga tidak kondusif seperti adanya
broken home dalam keluarga sangat mempengaruhi semangat belajarnya dan dapat
menurunkan prestasi belajarnya disekolah. ( Sumber : Paul Rumondor, 2005,
pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi anak )
Motivasi orang tua terhadap anaknya menjadi salah satu faktor utama sebagai
pendorong semangat belajar khususnya IPS Sosiologi. Orang tua merupakan salah
satu unsur yang sangat dekat dengan anak ketika mereka berada di luar jam sekolah.
Peranan orang tua sangat menentukan dalam membangkitkan minat belajar siswa.
Kemajuan dan kemunduran prestasi siswa ditentukan oleh kemampuan orang tua
siswa dirumah dalam memberekian informasi mengenai mata pelajaran khususnya
IPS Sosiologi, pemenuhan kebutuhan di sekolah dan yang paling utama adalah
membimbing anaknya belajar di rumah.
Namun pada kenyataannya tidak semua orang tua dapat menjalankan fungsinya
sebagaimana yang diharapkan. Ada orang tua yang karena kesibukannya masing-
masing lupa akan tugasnya sebagai pembimbing anaknya di rumah, kurangnya
perhatian orang tua untuk mempersiapkan kebutuhan belajar anaknya ditambah lagi
penerapan pola asuh anak dalam keluarga berdampak pada proses pembelajaran di
sekolahnya.
Dalam realita itu orang tua memiliki kewajiban untuk menciptakan suasana yang
nyaman di dalam rumah sehingga anak merasa senang dan betah berada di rumah.
Karena keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh keharmonisan dalam keluarga.
b). Lingkungan Sosial dalam pergaulan
Lingkungan bergaul anak merupakan faktor kedua terhadap motivasi belajar siswa di
sekolah. Lingkungan pergaulan sangat mempengaruhi kesiapan mental dan fisik
seseorang terhadap proses belajarnya disekolah. Dalam bergaul, seorang siswa harus
memilih teman yang tepat untuk diajak bergaul. Alasannya sederhana, apabila siswa
memilih teman yang baik, rajin belajar, maka sifat temannya tersebut akan menular
keteman lainnya juga sebaliknya bila seorang siswa tersebut memilih teman yang
kurang baik, gemar mabuk, kehidupannya selalu foya- foya maka sifat buruk
8
tersebut secara otomatis menular ke teman lainnya juga sehingga berpengaruh
terhadap proses belajar di sekolahnya.
Hal demikian terjadi karena adanya ikatan yang kuat antar teman seperti kata
peribahasa bijak mengatakan bila seseorang menaburkan minyak wangi di tubuhnya
maka aromanya akan mengenai tubuh kita sehingga tubuh kita juga akan ikut wangi.
Untuk menghindari dampak negatif dari lingkungan pergaulan ada baiknya orang tua
berperan dalam membantu anak dalam memilih teman, menasihati cara memilih
teman yang baik.
Memanglah peran orang tua sangat penting bagi anaknya ketika dalam anaknya
bergaul dengan orang lain, namun hal ini tidak berguna bila didalam keluarga anak
itu sendiri mengalami masalah orang tua ( broken home) sehingga anak lebih
mendengarkan kata temannya.
Tidak sedikitpun orang tua yang memberi peran tersebut kepada sekolah anaknya.
Ini menggambarkan seolah-olah kewajiban sebagai orang tua selesai ketika anaknya
berada disekolah. Padahal dari sisi waktu saja anak berada di sekolah hanya berkisar
8 jam, sedangkan sisanya merupakan tanggung jawab orang tua.memang tidak adil
kedengarannya bila semua tanggung jawab tersebut dibebankan kepada sekolah.
(sumber : http//.anneahira.com/pengaruh lingkunagn sosial terhadap prsetasi
belajar/html, tanggal akses 2 Maret 2013 ).
c). Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang paling mempengaruhi prestasi dan
minat belajar siswa khusunya untuk mata pelajaran IPS Sosiologi. Baiknya
pemilihan sekolah oleh anak juga mendukung motivasi belajar siswa. Adanya guru
atau tenaga pengajar yang bagus sangat mendorong minat anak untuk belajar di
sekolah atau adanya fasilitas sekolah yang begitu lengkap juga mempengaruhi
motivasi belajar.. Karena itulah dalam pemilihan sekolah harus berhati- hati jangan
memilih sekolah hanya karena gedungnya mewah, strategis tempatnya, dekat dari
rumah atau berbagai alasan lainnya, namun pilihlah sekolah yang benar- benar
membuat siswa merasa betah, nyaman, damai dan tentram dalam belajar sehingga
memberi dampak positif bagi siswa.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar lingkungan sekolah memberikan
dampak positif terhadap peningkatan belajar antara lain sebagai berikut :
9
1). Fasilitas yang lengkap dan berkualitas tentu dapat meningkatkan semangat dan
minat belajar siswa di sekolah khususnya mata pelajaran Sosiologi. Mata pelajaran
Sosiologi memang menuntut adanya fasilitas lengkap mengenai ilmu bumi, seperti
aplikasi arcgis 10 yang digunakan untuk memetakan suatu wilayah dengan
memperhatikan koordinat, atau adanya alat pengukur cuaca, globe, peta, atlas dan
berbagai fasilitas lainnya.
2). Adanya teman yang rajin atau yang memiliki prestasi bagus yang tentunya
mendorong siswa untuk lebih giat belajar agar bisa melebihi teman- temannya
3). Sekolah yang baik memiliki guru- guru yang berkualitas, baik dari cara
mengajarnya, cara penampilannya, kesopanannya atau cara mereka mengarahkan
siswanya kearah yang baik.
10
2.3 Ringkasan dan Kerangka Berpikir
Kerangka Pemikiran menurut Dr. H. Ahmad Ramadhan, M.Kes dalam Panduan
Penyusunan Tugas Akhir FKIP UNTAD ( 2013 : 3 ) merupakan alur pemikiran guna
memecahkan masalah yang diteliti tersebut.
Penelitian Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran IPS Sosiologi di SMA Negeri 6 Cirebon diawali dengan observasi
awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada dilokasi penelitian. Setelah
melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa narasumber.
Kemudian untuk lebih memahami permasalahan, peneliti melakukan kajian pustaka
yang berhubungan dengan permesalahan yang ada. Kajian pustaka yang dilakukan
adalah mencari referensi yang relevan yang mendukung topik permasalahan
penelitian. Dari berbagai referensi yang relevan baik dari perpustakaan ataupun
internet, hipotesis penelitian dapat dirumuskan berdasarkan rumusan masalah.
Namun untuk menguji hipotesis, dilakukan berbagai metode-metode penelitian
,metode yang digunakan adalah metode hubungan kausal yaitu metode yang mencari
hubungan variabel X dengan variabel Y. Teknik pengumpulan data yang digunakan
ada 4 teknik yaitu observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Setelah itu
dilakukan analisis data secara inferensial untuk menguji validitas data dan menguji
koefisien korelasi sehingga pada tahap akhir diperoleh hasil.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
3.5 Teknik Sampling
Populasi dan wilayah generalisasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS
Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah .. siswa. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelititan ini adalah sebagai berikut;
1. Sampling Purposive (Purposive or Judgemental Sampling)
Pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Peneliti membuat kriteria
tertentu siapa yang dijadikan sebagai informan. populasi penelitian yang akan
diambil adalah beberapa siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Cirebon yang diduga
sering membolos pada mata pelajaran Sosiologi.
2. Sampling Sukarela (Voluntary Sampling)
Pengambilan sampel berdasarkan kerelaan untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Metode ini paling umum digunakan dalam jajak pendapat.
13
3.7 Teknik Pengumpulann Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah
dengan metode wawancara. Budiyono (2003:52) mengatakan bahwa metode
wawancara (disebut pula interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan
melalui percakapan antara peneliti dengan subjek penelitian atau responden atau
sumber data. Dalam hal ini pewawancara menggunakan percakapan hingga yang
diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya. Biasanya yang diminta
bukan kemampuan tetapi informasi mengenai sesuatu.
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel (2007) dikemukakan bahwa: A clinical
task-based interview can be seen as a situation where the interview-interviewee
interaction on a task is regulated by a system of explicit and implicit norms, values,
and rules. Dalam jurnal lain, Hurst (2007 : 274) mengungkapkan bahwa: Interview
were chosen as the main data gathering strategy for the original project because it
was felt that potentially data rich environment this afforded would provide the best
context for assesistry and probing for presence of three models of thinking
(mathematical knowledge, contextual knowledge and strategic knowledge) both
before and following the intevention phase of project.
Dari pengertian wawancara yang dikemukakan para ahli atau pakar di atas dapat
dijelaskan bahwa wawancara adalah situasi dimana terjadi interaksi antara
pewawancara dan yang diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada
hasil tes yang telah diberikan kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan
untuk memperoleh data primer yang terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16