Anda di halaman 1dari 26

Universitas Kristen Krida Wacana

Fakultas Kedokteran

Laporan Kunjungan Rumah Pasien Diare Akut

di Wilayah Kerja Puskesmas Wanakerta, Kabupaten Karawang

Disusun Oleh :

Muhammad bin Shahrulzaman

11 2015 441

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Karawang, September 2017

1
Kata Pengantar

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
penyertaan dan rahmatNya saya dapat melaksanakan dan menyelesaikan laporan kegiatan
kunjungan rumah ini dengan baik. Adapun kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan
standar pendidikan, memenuhi kewajiban, menambah pengalaman, melatih kemampuan ke
lapangan dalam kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana.
Dalam melakukan kegiatan ini saya mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada petugas sanitasi di wilayah
kerja Puskesmas Wanakerta yang sudah membimbing dan bersama-sama melakukan kunjungan
ke rumah warga di wilayah kerja Puskesmas Wanakerta. Juga kepada para dokter dan para
petugas Puskesmas Wanakerta serta kepala desa yang telah sangat menerima dan berkerjasama
selama kegiatan kunjungan ini berlangsung hingga saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya.
Akhir kata, saya menyadari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan
saran masih saya harapkan sehingga akan tercipta penelitian yang lebih baik lagi.

Wanakerta, September 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..... 2
Daftar Isi .. 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah .. .5
1.3 Tujuan . 5
1.4 Sasaran 5

Bab II Materi dan Metode


2.1 Materi .. 6
2.2 Metode. 6

Bab III Kerangka Teori


3.1 Definisi diare ... 7
3.2 Etiologi. .7
3.3 Klasifikasi ......................................................................................................................8
3.4 Patogenesis .. 9
3.5 Patofisiologi 10
3.6 Cara penularan .... 11
3.5 Tatalaksana . 11

Bab IV Hasil dan Laporan Kunjungan Rumah .. 14-19


Bab V Pembahasan. 20
Bab VI Penutup ..... 21
Daftar Pustaka 22
Lampiran Foto Kegiatan .23

3
BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat di
tengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan
lainnya (rumah sakit swasta maupun negeri). Fungsi puskesmas adalah mengembangkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut
harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Fungsi puskesmas menurut
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai
pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan
keluarga dalam pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.1
Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu proses
interaksi antara: Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan (environment). Hendrik L.
Blum, menggambarkannya sebagai hubungan antara 4 faktor yaitu keturunan, lingkungan,
perilaku dan pelayanan kesehatan.2
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena
angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Penyakit diare adalah penyakit yang sangat
berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh
kelompok usia baik laki-laki maupuun perempuan. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.1-2
Kondisi sanitasi Indonesia belum menggembirakan. Faktanya, layanan air limbah
domestik baru mencakup 51.9% penduduk pada tahun 2009. Masih 70 juta penduduk membuang
air besar sembarangan. Artinya setiap hari ada 14000 non-tinja dan 17.6000 kubik air seni yang
mencemari lingkungan. Selain itu, berdasarkan hasil survei PHBS yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan pada tahun 2006 secara nasional persentase rumah tangga yang memenuhi indikator
rumah tangga sehat mencapai 30,13%.

4
Selain itu, Kejadian Luar biasa (KLB) diare masih sering terjadi terutama di wilayah
dengan faktor risiko, kesehatan lingkungan yang jelek serta perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) masih rendah.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah adalah seperti berikut:
a. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,
karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi.
b. Kondisi sanitasi Indonesia belum menggembirakan. Faktanya, layanan air limbah
domestik baru mencakup 51.9% penduduk pada tahun 2009.
c. Masih 70 juta penduduk membuang air besar sembarangan. Artinya setiap hari
ada 14000 non-tinja dan 17.6000 kubik air seni yang mencemari lingkungan.
d. Hasil survei PHBS yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2006
secara nasional persentase rumah tangga yang memenuhi indikator rumah tangga
sehat mencapai 30,13%.

1.3. Tujuan

Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien puskesmas diharapkan


dapat menambah wawasan mengenai penyebab diare, cara penanggulangan diare, dan bahaya
yang ditimbulkan jika pasien telat berobat ke puskesmas. Diharapkan juga dapat memberikan
informasi tentang pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat, sehingga dapat menghindari
pasien dan masyarakat sekitar dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan PHBS.
Berkonsultasi atas kendala yang dialami, seperti permasalahan saluran pembuangan air limbah,
sarana air bersih, jamban, dan sampah.

1.4. Sasaran

Sasaran yang dituju adalah seluruh pasien yang menderita penyakit yang berhubungan
dengan PHBS dan juga seluruh masyarakat atau komunitas yang harus diberikan edukasi dan
konseling guna meningkatkan kesadaran tentang pentingnya berprilaku hidup bersih dan sehat.

5
BAB II

Materi dan Metode

2.1. Materi

a. Pengenalan tentang program PHBS


b. Pengenalan dan penjelasan tentang diare
c. Mengetahui permasalahan yang dialami dalam mewujudkan program PHBS
d. Upaya perilaku hidup bersih dan sehat
e. Upaya menciptakan rumah yang sehat

2.2. Metode

Metode yang digunakan adalah secara pasif (Passive case finding). Penemuan pasien
yang menderita diare secara pasif adalah kegiatan mendatangi pasien diare ke rumahnya dengan
berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas, puskesmas pembantu, maupun balai pengobatan.

Hal yang dilakukan adalah:


a. Mendapatkan data lengkap mengenai pasien dari aspek biologis, psikologis, dan
sosialnya.
b. Mendapatkan data yang lengkap terkait dengan riwayat penyakit
c. Mendapatkan data lengkap mengenai keadaan rumah dan keluarga pasien.
d. Mendapatkan data lengkap tentang keadaan lingkungan tempat tinggal pasien.
e. Menganalisa dan memberikan penjelasan pada pasien mengenai pentingnya
berprilaku hidup dan sehat agar terhindar dari penyakit.

6
BAB III
Kerangka Teori
Definisi

3.1. Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24
jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per
1,3,4
hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan
infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare
3
infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB
4
(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.

3.2. Etiologi

Diare akut pada dewasa 90% disebabkan oleh infeksi dan 10% oleh non- infeksi. Etiologi

1
diare dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:2-4

1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak dan Negara berkembang.
b. Infeksi enteral meliputi:
Infeksi bekteri : Vibrio, E. colli, Salmonela, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxcakie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.

7
Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides).
Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),
jamur (Candida albicans).
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

3.3. Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :1,2,4

a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang
dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan
banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut
dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare
dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3)
Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari
berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih
dari 8-10%.

b. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

8
c. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan
penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan
metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Menurut
(Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau
persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.

3.4. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:1-4

a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan
ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit diserap. Bahan
tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut
didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang
diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan
ekstraseluler kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan
ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare.

b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan mediator abnormal
misalnya enterotoksin, menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi
klorida disel epitel berlangsung terus atau meningkat.

9
Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut adalah: (a) Masuknya jasad renik yang msih hidup kedalam usus halus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. (b) Jasad renik tersebut berkembang biak
(multiplikasi) didalam usus halus. (c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin
Diaregenik). (d) Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Patogenesis Diare kronis: Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya
ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.

3.5. Patofisiologi

Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus


enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia).
Beberapa mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau cytotoksin. Penyebab dimana merusak sel-sel, atau melekat pada
dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral
dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat
toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi
diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan
gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.

10
3.6. Cara Penularan

Menurut junadi, purnawan dkk, (2002), bahwa penularan penyakit diare pada
balita biasanya melalui jalur fecal oral terutama karena: (1) Menelan makanan yang
terkontaminasi (makanan dan air). (2) Beberapa faktor yang berkaitan dengan
peningkatan kuman perut : (a) Tidak memadainya penyediaan air bersih, (b) kekurangan
sarana kebersihan dan pencemaran air oleh tinja, (c) penyiapan dan penyimpanan
makanan tidak secara semestinya.Cara penularan penyakit diare adalah Air (water borne
disease), makanan (food borne disease), dan air (water borne disease). Menurut Budiarto
(2002) bahwa secara umum faktor resiko diare pada dewasa yang sangat berpengaruh
terjadinya penyakit diare yaitu faktor lingkungan (tersedianya air bersih, jamban
keluarga, pembuangan sampah, pembuangan air limbah), perilaku hidup bersih dan sehat,
kekebalan tubuh, infeksi saluran pencernaan, alergi, malabsorbsi, keracunan,
imunodefisiensi, serta sebab-sebab lain.

3.7. Tatalaksana Diare Akut


3.7.1. Prinsip tatalaksana penderita diare:5-7
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
Berikan oralit atau cairan rumah tangga sejak awal diare. Cairan rumah tangga
antara lain air matang, air tajin etc.
2. Mengatasi dehidrasi
Segera lakukan rehidrasi oral atau intravena sesuai derajat dehidrasi.
3. Pemberian makanan
Pemberian makanan yang lunak, rendah serat sejak awal untuk pemulihan
keadaan penderita.
4. Mengobati penyebab, komplikasi dan penyakit penyerta.
5. Edukasi sangat penting sebagai langkah pencegahan (sanitasi lingkungan dan
hygiene perorangan).
6. Pemberian zinc.

11
3.7.2. Terapi cairan

Pasien dewasa, pemting untuk menentukan derajat dehidrasi:5,6

1. Terapi dehidrasi
2. Dehidrasi ringan
3. Dehidrasi sedang
4. Dehidrasi berat
3.7.3. Jenis cairan
Pada diare yang ringan dapat diberikan oralit atau cairan rumah tangga. Cairan oralit
yang paling ideal harus terdiri dari:6,7

Natrium klorida 2,6 gram/L


Natrium bikarbonat 2,9 gram/L
Kalium klorida 1,5 gram/L
Glukosa 13,5 gram/L

Cairan oralit tersedia dalam kemasan sachet 200 ml dan 1 liter. Pada penderita yang memerlukan
cairan intravena, dapat diberikan cairan Ringer laktat, Ringer asetat atau NaCl 0,9% + bicarbonat
50 ml.

3.7.4. Jumlah cairan


Jumlah cairan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan
berdasarkan Skor Kriteria Daldiyono. Kebutuhan cairan menurut Daldiyono:3-5

3.7.5. Terapi kausal


Diare akut umumnya ringan, self limiting disease sehingga pemberian antibiotika sesuai
indikasi. Antibiotika diberikan pada kasus:6,7

1. Kolera
2. Diare lebih dari 8 kali/hari
3. Diare dengan demam
4. Diare berlendir atau berdarah

12
Pada penderita:
1. Kolera: Tetracyclin 4x 500mg selama 3 hari.
2. Non-kolera: Kotrimoksazol 2 x 960 mg atau Ciprofloxacin 2 x 500 mg selama 3
hari.
3. Apabila terbukti infeksi amuba diberikan: Metronidazol 3-4 x 500 mg selama 7
hari.
3.7.6. Pengaturan diit
Penderita diare dianjurkan untuk minum banyak antaa lain dengan air matang,
makanan lunak dan rendah serat.

Terapi simtomatik
1. Obat anti spasmodic tidak dianjurkan
2. Obat anti muntah sesuai indikasi

Indikasi rujukan: Diare dengan komplikasi

1. Bila sudah terehidrasi tetapi sudah terjadi oliguria dengan jumlah urin 50 cc/jam selama 6
jam.
2. Asidosis metabolic dengan pernapasan kussmaul.

13
BAB IV

Hasil dan Data Kunjungan

Puskesmas : Wanakerta
Tanggal kunjungan : 13 September 2017

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Desa Wanakerta RT/RW 003/002, Kecamatan Telukjambe
Barat, Kabupaten Karawang

II. Riwayat Biologis Keluarga


Keadaan kesehatan sekarang : Sedang
Kebersihan perorangan : Kurang
Penyakit yang sering diderita : Diare
Penyakit keturunan : Hipertensi
Penyakit kronis/menular : Tidak ada
Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
Pola makan : Cukup
Pola istirahat : Tidak sulit tidur
Jumlah anggota keluarga : 4 orang

III. Psikologis Keluarga


Kebiasaan buruk : Lupa cuci tangan sebelum makan
Pengambilan keputusan : Suami
Ketergantungan obat : Tidak ada

14
Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas dan rumah sakit
Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan Rumah / Lingkungan


Jenis bangunan : Rumah permanen
Lantai rumah : Keramik
Luas rumah : 10 m x 6 m = 60 m2
Penerangan : Kurang
Kebersihan : Kurang
Ventilasi : Kurang
Dapur : Ada
Jamban keluarga : Ada
Sumber air minum : Air tanah
Sumber pencemaran : Ada
Pemanfaatan pekarangan : Ada
Sistem pembuangan air limbah : Ada
Tempat pembuangan sampah : Ada
Sanitasi lingkungan : Kurang

V. Spiritual Keluarga
Ketaatan beribadah : Baik
Keyakinan tentang kesehatan : Cukup

VI. Keadaan Sosial Keluarga


Tingkat pendidikan : Rendah
Hubungan antar aggota keluarga : Baik
Hubungan dengan orang lain : Baik
Kegiatan organisasi sosial : Kurang
Keadaan ekonomi : Kurang

15
VII. Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh : Sunda
Lain lain : Tidak ada

I. Daftar Anggota Keluarga

1 2

3 4

Hub
Pendi- Keadaan Keadaan K
No Nama dgn Umur Pekerjaan Agama Imunisasi Ket.
dikan kesehatan gizi B
KK
Tidak Tidak
1 Tn. D KK 55 th Petani Islam Cukup Kurang - -
sekolah lengkap
Ibu Rumah Tidak
2 Ny. D Istri 50 th SD Islam Cukup Cukup - -
Tangga lengkap
Tidak
3 Sdr.K Anak 29 th SMP Buruh Islam Cukup Cukup - -
lengkap
Tidak
4 Sdr.H Anak 24 th SMP Berdagang Islam Cukup Cukup - -
lengkap

VIII. Keluhan Utama


Buang air besar cair lebih dari 6x sejak sehari lalu.

IX. Keluhan Tambahan


Sakit perut dan lemas

X. Riwayat Penyakit Sekarang

16
Pasien mengeluh buang air besar cair lebih dari 6 kali sejak satu hari lalu. BAB
lebih cair dari biasanya namun masih ada ampas, berwarna cokelat. BAB sedikit ampas,
tidak ada darah, tidah ada lendir, tidak berbau amis. Pasien juga mengatakan bahwa
perutnya terasa sakit dan lemas sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu. Pasien
menyangkal keluhannya disertai dengan demam, muntah atau keluhan yang lain. Pasien
mengatakan tidak nafsu makan. Pasien belum minum obat. Os mengaku kadang lupa
mencuci tangan sebelum makan. BAK tidak ada keluhan. Riwayat minum obat rutin tidak
ada. Riwayat alergi makanan dan obat disangkal pasien. Di rumah, ibu mengatakan
anaknya juga sering diare dan akan sembuh seteleh berobat di puskesmas.
XI. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
XII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Frekuensi napas : 22/menit
Nadi : 90/menit, teratur, kuat angkat
Suhu : 36,4C
Kulit : Kulit warna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut berwarna hitam
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.
Mata : OD dan OS bentuk normal, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, palpebra superior et inferior tidak edema, pupil
bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+),
lensa tampak jernih, arcus senilis (+), mata cekung (-)
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi
Mulut : Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir lembab, lidah
tidak kotor, arkus faring simetris, letak uvula di tengah, faring
hiperemis, tonsil T1-T1 tenang, mukosa mulut tidak ada
kelainan.

17
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Thorax : Paru-paru : suara napas vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-);
Jantung : bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Tampak buncit, teraba supel, bising meningkat (+), nyeri tekan
epigastrium (+) NTE (+)
Ekstremitas : Superior : Bentuk normal, edema (-); inferior : bentuk normal,
edema (-)

XIII. Diagnosis Penyakit


Diare akut tanpa dehidrasi.
XIV. Diagnosis Keluarga
Tidak ada.

XV. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit


a. Promotif
Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit diare
dan PHBS. Selain itu, juga memberikan penyuluhan tentang sarana air bersih dan
sistem pembuangan air limbah yang baik dan sehat, memberikan informasi tentang
bahaya yang dapat disebabkan SPAL tidak sehat, serta penyakit yang dapat disebabkan
dari air yang tidak memenuhi syarat minum.
b. Preventif
Menjalankan gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5
sempurna, mengolah makanan dan minuman secara bersih, mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir sebelum makan, setelah buang air besar, dan sebelum
menyiapkan makanan. Selain itu, meyakinkan keluarga untuk mendapatkan air minum
yang bersih dan membangun SPAL yang memenuhi syarat agar keluarga terhindar dari
penyakit-penyait yang dapat disebabkan oleh lingkungan yang kurang bersih seperti
diare, disentri dan lain sebagainya.
c. Kuratif
terapi medikamentosa : Oralit 1 x 1 sachet setiap kali diare dilarutkan dalam 250 cc air
putih hangat, Attapulgit 1 x 2 tablet setiap kali diare hingga maksimal 6 x 2 tablet.

18
d. Rehabilitatif
Makanan yang bergizi dan bersih, minum air secukupnya.

XVI. Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyarakat : dubia ad bonam

XVII. Resume
Seorang wanita bernama Ny D berusia 50 tahun datang dengan keluhan buang air
besar cair lebih dari 6 kali sejak satu hari lalu. BAB lebih cair dari biasanya namun masih
ada ampas, berwarna cokelat. BAB sedikit ampas, tidak ada darah, tidah ada lendir, tidak
berbau amis. Pasien juga mengatakan bahwa perutnya terasa sakit dan lemas sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu. Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Pasien belum
minum obat. Os mengaku kadang lupa mencuci tangan sebelum makan. Di rumah, ibu
mengatakan anaknya juga sering diare dan akan sembuh seteleh berobat di puskesmas.
Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
Pemeriksaan fisik : bising usus meningkat, nyeri tekan (+) di epigastrium
Diagnosis : Diare akut tanpa dehidrasi

19
BAB V

Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 13 September 2017,
didapatkan bahwa pasien seorang wanita berusia 50 tahun. Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien menderita diare akut tanpa dehidrasi. Pasien bekerja
sebagai ibu rumahtangga. Pasien tinggal di rumah keluarganya terdiri dari 4 orang anggota
keluarga.
Rumah pasien tergolong rumah yang kuang sehat dilihat ventilasi yang kurang memadai,
kebersihan rumah berada dalam kondisi kurang baik. Terdapat dapur dan jamban dalam rumah
pasien yang letaknya saling berhadapan. Pasien dan keluarganya menggunakan air galon sebagai
sumber air minum, sedangkan air sumur (air diambil dari pompa dari sumur kemudian pipa
mengarah ke bak mandi) untuk mandi.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peran mempengaruhi
kesehatan serta berkaitan erat dengan host (pejamu) dan agent (penyebab penularan). Faktor
risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya penyakit diare adalah status kesehatan
lingkungan (penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah, pembuangan
air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Berdasarkan kunjungan rumah yang telah
dilakukan untuk melihat apakah terdapat faktor risiko yang berpengaruh sehingga terjadinya
penyakit diare akut pada pasien dewasa di Puskesmas Kecamatan Wanakerta, didapati terdapat
masalah mengenai lingkungan kediamannya. Kemungkinan penyakit diare akut yang diderita
pasien tersebut disebabkan oleh faktor lain yaitu host (pejamu) atau agent (penyebab).

20
BAB VI

Penutup

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan data riwayat keluarga diatas kesimpulan yang dapat diambil adalah keadaan
kesehatan keluarga pasien sekarang kurang baik. Pasien memilki kebiasaan makan tidak
menggunakan sendok dan terkadang lupa mencuci tangan sebelum makan. Dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan tentang PHBS pasien masih kurang.

6.2. Saran
Mahasiswa
- Lebih aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan baik pada keluarga maupun
lingkungannya.
- Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam tingkat keluarga.
Puskesmas
- Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat.
Masyarakat
- Berusaha untuk lebih memahami pentingnya PHBS serta lebih memahami penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan PHBS.

21
Daftar Pustaka

1. Pengertian dan batasan kedokteran keluarga. Diunduh dari http://usupress. usu.ac.id. pada
15 September 2017.
2. Diare. 2010. Diunduh dari http://dinkes.karawangkota.go.id/ index.php/informasi-
penyakit/181-diare.html. pada 15 September 2017.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. Buku 2 Riskesdas
dalam angka Provinsi Jawa Barat 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Diunduh dari http://terbitan.litbang. depkes.go.id/penerbitan/
index.php/blp/catalog/book/153. pada 15 September 2017.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pembuatan saluran pembuangan air limbah
sederhana: modul kesehatan lingkungan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2007.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman teknis pengolahan limbah cair
rumah tangga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
6. Pedoman pemberantasan penyakit diare. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/downloads/SK1216-01.pdf. pada 15 September
2017.
7. Lung E. Acute diarrheal disease. Dalam: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors.
Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. Ed.2. New York: Lange Medical
Books; 2003.p.131-50.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pemberantasan penyakit diare.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2002.
9. Tatalaksana penderita diare. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/ downloads/diare.pdf.
pada 15 September 2017

22
Lampiran Foto Kegiatan

23
24
25
26

Anda mungkin juga menyukai