Anda di halaman 1dari 12

MAKRO PALEONTOLOGI

1. Pengertian Makro Paleontologi


Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk bentuk kehidupan
yang pernah ada pada masa lampau termasuk evolusi dan interaksi satu dengan
lainnya serta lingkungan kehidupannya (paleoekologi) selama umur bumi atau
dalam skala waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil.
Sebagaimana ilmu sejarah yang mencoba untuk menjelaskan sebab-sebab
dibandingkan dengan melakukan percobaan untuk mengamati gejala atau dampaknya.
Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan yang hidup di jaman sekarang,
paleontologi menggunakan fosil atau jejak organisme yang terawetkan di dalam
lapisan kerak bumi, yang terawetkan oleh proses -proses alami, sebagai sumber utama
penelitian. Oleh karena itu paleontologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai fosil
sebab jejak jejak kehidupan masa lalu terekam dalam fosil. Pengamatan paleontologi
sudah didokumentasikan sejak abad ke 5 sebelum masehi, dan ilmu ini baru
berkembang pada abad ke 18 setelah Georges Cuvier menerbitkan hasil pekerjaannya
dalam Perbandingan Anatomi dan kemudian berkembang secara cepat pada abad
ke 19. Fosil yang dijumpai di China sejak tahun 1990 telah memberi informasi baru
tentang yang paling awal terjadinya evolusi binatang-binatang, awal dari ikan,
dinosaurus dan evolusi burung dan mamalia.
Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan
terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi. Sisa kehidupan tersebut dapat berupa
cangkang binatang, jejak atau cetakan yang mengalami pembentukan atau
penggantian oleh mineral. Suatu Catatan fosil ( fossil record ) merupakan susunan
teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan/ strata, pada batuan sedimen yang
menandai berlalunya waktu geologis. Semakin atas letak strata tempat fosil
ditemukan, semakin muda usia fosil tersebut.

A. Syarat Terbentuknya Fosil


1. Mempunyai bagian yang keras
2. Terhindar dari proses oksidasi dan reduksi
3. Terendapkan pada batuan sedimen yang berbutir halus agar tidak larut dan tidak
rusak
4. Terawetkan dalam waktu geologi minimal 500.000 tahun

1
B. Jenis Fosil
1. Organisme itu sendiri
Tipe pertama ini merupakan pengawetan langsung pada binatang/ tumbuhan itu
sendiri ketika mati. Biasanya yang terawetkan hanya tulang, kerangka daun atau
cankang, tapi ada fosil yang terawetkan secara utuh/ lengkap seperti fosil mammoth
yang terawetkan karena es dan fosil seranga yang terawetkan karena getah tumbuhan
(Petrified wood)

2. Sisa-sisa aktifitasnya
Fosil sisa aktifitas kehidupan disebut sebagai Trace fossil atau fosil jejak,
kemungkinan fosil tersebut bukan bagian dari tubuh organisme. Pengawetan fosil
cangkang dapat berupa cetakan bagian dalam ( Internal mould) yang dicirikan
dengan bentuk permukaan yang halus, dan external mould dengan ciri permukaan
yang kasar, keduannya bukanlah bagian dari tubuh organisme melainkan hanyalah
sebuah cetakan.

C. Proses yang Mempengarui Terbentuknya Fosil


1. Histometabasis
Merupakan sebuah proses pengantian mineral lain sebagian tubuh fosil tumbuhan
dimana proses fosialisasi itu terjadi.
2. Premineralisasi
Sebuah proses histometabasis pada fosil hewan.
3. Rekristalisasi
Perubahan sebagian atau seluruh bagian fosil akibat pengaruh tekanan dan suhu yang
tinggi, sehingga mengakibatkan molekul dari tubuh fosil yang bukan kristalin
menjadi kristalin.
4. Replacemant
Penggantian sebagian anggota tubuh fosil dengan mineral lain
5. Leaching
Merupakan proses pelarutan yang terjadi pada bagian tubuh fosil sehingga terjadi
replacement.
6. Mold
Bagian fosil yang berongga dan terisi mineral lempung.
7. Trail
Bekas jejak kehidupan binatang ataupun tumbuhan purba yang bertekstur halus dan
berukuran kecil.

2
8. Track
Bentuknya sama dengan trail hanya saja tekstur bekas jejaknya lebih kasar dan
ukuranya lebih besar.
9. Burrow
Merupakan lubang-lubang bekas tempat tinggal organisme.
10. Coprolite
Sisa kotoran organisme yang terendapkan, terpendam dan tersingkap.

D. Keterdapatan Fosil
1. Batuan Beku
Pada lokasi singkapan batuan beku tidak akan dijumpai fosil apapun, hal ini
disebabkan karena batuan beku terentuk dari hasil pembekuan magma sehingga tidak
mungkin terdapat fosil.
2. Batuan Sedimen
Pada singkapan batuan sedimen terutama batuan sedimen yang berukuran butir halus
akan dijumpai suatu fosil, ini disebabkan karena batuan sedimen sangat baik untuk
pengendapan suatu organisme, hanya saja fosil yang didapati tidak sepenuhnya utuh,
karena proses transportasi dan sedimentasi yang memungkinkan rusaknya tubuh fosil
tersebut.
3. Batuan Metamrof
Pada batuan metamorf, masih mungkin untuk dijumpai suatu fosil, namun
kemungkinannya sangat sedikit sekali, ini disebabkan karena fosil tersebut telah
hancur bahkan telah hilang akibat proses metamorfisme.

2. Konsep Identifikasi Fosil Makro


A. Taksonomi
Taksonomi adalah pengelompokan organisme berdasarkan kesamaan ciri fisik
tertentu. Dalam penyebutan organisme sering dipergunakan istilah taksa apabila
tingkatan taksonominya belum diketahui. Unit terkecil dalam taksonomi adalah
spesies, sedangkan unit tertinggi adalah kingdom. Diantara unit-unit baku dapat
ditambahkan super jika terletak di atas unit baku, contoh: super kingdom, merupakan
unit yang lebih tinggi dari kingdom. Jika ditambahkan sub terletak di bawah unit
baku, contoh: subfilum, terdapat di bawah unit filum.
B. Filogeni
Filogeni adalah ilmu yang mempelajari hubungan kekerabatan suatu organisme
dengan organisme lainnya. Hubungan tersebut ditentukan berdasarkan morfologi
hingga DNA. Filogeni sangat diperlukan dalam mempelajari proses evolusi dan

3
penyusunan taksonomi. Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai perubahan yang
berangsur-angsur dari suatu organisme menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan
tempat. Jadi evolusi sendiri merupakan proses adaptasi dari suatu organisme terhadap
lingkungannya.

1. Metode Penyusunan Filogeni


a. Fenetik
Metode penyusunan filogeni dengan pendekatan analisa numerik. Pendekatan
tersebut meliputi penghitungan Indeks ketidaksamaan, Indeks keanekaragaman,
Anaisa pola dan berbagai indeks yang lain. Dalam pendekatan fenetik semua subyek
dan faktor yang dianalisispunya kedudukan yang sama.
b. Kladistik
Metode ini muncul atas dasar pemikiran bahwa proses alamiah akan selalu
mengambil jalan yang paling singkat. Dalam kladistik setiap ciri fisik mempunyai
tingkatan yang berbeda
2. Metode Identifikasi
1. Morfologi.
Pendekatan morfologi berupa deskriptif kualitatif, meliputi bentuk tubuh, struktur
yang biasanya berkembang, dan sebagainya.
2. Biometri
Pendekatan secara kuantitatif, yaitu berdasarkan ukuran tubuh dari suatu organisme.

3. Cara Menentukan Usia Fosil Makro


Fosil merupakan data historis yang handal hanya jika kita dapat menentukan
umurnya. Penentuan usia fosil umumnya dilakukan dengan cara penentuan usia
relative dan penentuan usia absolut.
a. Penentuan Usia Relatif
Terjebaknya organisme mati dalam sedimen akan membekukan fosil untuk
selamanya. Dengan demikian, fosil yang terdapat dalam lapisan batuan sedimen itu
merupakan contoh lokal organisme yang hidup pada waktu sedimen itu diendapkan.
Karena sedimen yang lebih muda akan menekan sedimen yang lebih tua, tebal lapisan
ini akan memberitahu kita berapa usia relative fosil tersebut.
Strata pada satu lokasi seringkali berkorelasi dengan strata pada lokasi lain
melalui kehadiran fosil yang sama, yang dikenal sebagai fosil indeks. Fosil Indeks
adalah organisme yang hadir selama periode waktu tertentu dimana kemunculan dan
kepunahannya pada periode waktu yang terbatas. Fosil Indeks dipakai sebagai
pedoman dalam penentuan umur batuan dimana fosil tersebut terawetkan. Fosil

4
indeks terbaik untuk menghubungkan strata yang letaknya berjauhan adalah cangkang
hewan laut yang tersebar luas. fosil indeks merupakan kunci pada skala waktu
geologi.
Dengan mempelajari banyak tempat yang berbeda, para ahli geologi telah
membuat suatu skala waktu geologis dengan urutan masa-masa sejarah yang
konsisten Masa-masa (period) ini dikelompokkkan ke dalam empat zaman (era)
yaitu zaman prakambrium, paleozoikum, mesozoikum, dan kenozoikum. Masing-
masing zaman mewakili waktu yang berbeda dalam sejarah Bumi dan kehidupannya;
perbatasannya ditandai dalam catatan fosil melalui radiasi eksplosi dengan banyak
bentuk kehidupan baru. Kepunahan massal juga menandakan banyaknya batasan
antara masa dan zaman. Sebagai contoh, permulaan masa Kambrium digambarkan
oleh suatu keanekaragaman besar hewan terfosilisasi yang tidak ada dalam batuan
pada akhir zaman Prakambrium. Sebagian besar hewan yang hidup mendekati akhir
zaman Prakambrium punah pada akhir zaman tersebut. Masa di dalam masing-masing
zaman itu kemudian dibagi lagi menjadi interval yang lebih sempit yang disebut
dengan kurun (epoch) (hanya kurun pada zaman sekarang).
Rekaman batuan atau Fossil Record adalah suatu rangkaian yang mencatat
umur relatif fosil; rekaman ini memberikan informasi tentang urutan suatu kelompok
spesies digambarkan dalam suatu urutan strata yang berevolusi. Namun demikian,
rangkaian batuan sedimen tidak memberitahukan umur absolut fosil yang terkubur.

b. Penentuan Usia Absolut


Penentuan usia absolut tidak dapat diartikan sebagai penentuan usia tanpa kesalahan.
Dalam penentuan usia ini, umur dinyatakan dalam tahun dan bukannya dalam istilah
relatif. Beberapa metode yang digunakan untuk menentukan usia absolut adalah
sebagai berikut:
1. Penanggalan Radiokarbon( mengukur usia hingga 14.300 tahun )
Menurut definisi, setiap atom dari elemen tertentu memiliki sejumlah tertentu
proton pada intinya.Misalnya unsur karbon memiliki enam proton, tetapi jumlah
neutron dalam inti dapat bervariasi.Ini berbeda dengan bentuk elemen yang disebut
isotop secara inheren bisa stabil atau tidak stabil. Yang tidak stabil disebut isotop
radioaktif, dan dari waktu ke waktu mereka akan membusuk, membentuk partikel
(neutron atau proton) dan energi (radiasi) karena itu berubah menjadi isotop atau
elemen lain. Mereka melakukan ini dengan laju yang konstan disebut isotop
setengah-hidup (half life).
Kebanyakan unsur karbon berada dalam bentuk stabil karbon-12 (12C)- (enam
proton, enam neutron) atau karbon-13(13C), namun sejumlah yang sangat kecil

5
(sekitar 0,0000000001%) ada sebagai radioaktif karbon-14(14C)-(enam proton,
delapan netron).Tumbuhan hidup dan hewan terdiri dari 14C bersama dengan isotop
karbon lainnya, tetapi ketika mereka mati dan fungsi metabolis mereka berhenti,
mereka berhenti menyerap karbon. Seiring dengan itu, 14C meluruh menjadi
nitrogen-14(14N); setengahnya akan terjadi setelah sekitar 5730 tahun (ini adalah
isotop yang setengah-hidup), setelah sekitar 60.000 tahun, semua 14C akan hilang.
Segala sesuatu yang suatu ketika dulu merupakan bagian dari obyek
kehidupan seperti arang,kayu, tulang, tepung sari atau kotoran yang memfosil
(coprolites) yang ditemukan dapat dikirim kelaboratorium, dimana para ilmuwan
dapat mengukur berapabanyak 14C yang masih tersisa.Karena mereka mengetahui
berapa banyak yang ada di atmosfer dan, oleh karena itu, berapa banyak seseorang
telah menyerapnya selama hidupnya.Sehingga mereka bisa menghitung berapa lama
telah mati atau dari banyaknya pengendapan. Coprolite rata-rata berumur sekitar
14.300 tahun, tapi ada juga yang berusia lebih dari itu.
Penanggalan Karbon telah dikembangkan oleh ilmuwan Amerika Willard Libby dan
teamnya di Universitas Chicago pada 1962, yang berhasil mengkalkulasi lebih akurat
5730 dengan +/- 40 tahun (Libby half-life).

2. Penanggalan Argon (mengukur usia kira-kira 154.000 s/d 160.000 tahun)


Metode penanggalan argon bekerja dengan baik untuk beberapa penemuan
arkeologi, namun memiliki keterbatasan, sampai saat ini hanya dapat digunakan
untuk mengukur usia bahan organik kurang dari sekitar 60.000 tahun. Namun, ada
isotop radioaktif lain yang dapat digunakan untuk mengukur usia bahan non-organik
(seperti batu) dan bahan-bahan yang lebih tua (sampai miliaran tahun).
Salah satu dari radioisotop ini adalah adalah kalium- 40, yang dapat
ditemukan di batuan vulkanik. Setelah batu vulkanik mendingin, kalium- 40 (40K)
akan meluruh menjadi argon-40(40Ar) dengan waktu paruh 1,25 miliar tahun.
Dengan ratio ini memungkinkan untuk mengukur rasio 14K terhadap 40Ar, dengan
ini dapat diperkirakan umur batu tersebut, tetapi metode ini kadang kurang tepat.
Namun, pada 1960 para ilmuwan menemukan satu cara bahwa jika sampel batu
tersebut disinari dengan neutron, maka terjadi 40K berubah menjadi Argon- 39
(39Ar), sebuah isotop tidak mudah ditemukan di-alam tapi lebih mudah untuk diukur.
Walaupun lebih rumit, proses ini menghasilkan pengukuran usia yang lebih
tepat. Sebagai contoh, para ilmuwan dari Universitas California di Berkeley mampu
mengukur usia sampel batuan dari letusan tahun 79 M dari gunung berapi Vesuvius,
letusan yang terjadi dalam kurun waktu 7 tahunan. Ketika pada tahun 1997 mereka
menemukan peralatan dari batu, dan fosil sisa-sisa beberapa jenis hewan, termasuk

6
kuda nil, dan tiga tengkorak hominid, yang tidak dapat diukur dengan C 14 karena
usianya terlalu tua.
Karena tengkorak Hominid dan artefak yang ditemukan di Herto tidak dapat
diukur usianya secara langsung karena bahan-bahan organiknya telah lama memfosil
menjadi batu. Maka para ilmuwan meneliti batuan-batuan dan pasir vulkanik yang
menempel dan mengubur fossil tersebut. Hasil pengukuran batuan ini menunjukkan
usia sekitar 154.000 sampai dengan 160.000 tahun, dengan demikian tengkorak
tersebut dapat disimpulkan berusia sekitar tahun yang sama, sehingga Homo Sapien
ini dapat dianggap yang tertua yang telah ditemukan selama ini.

3. Penanggalan Termoluminisen (mengukur usia lebih dari 77.000 tahun)


Seperti dalam Penanggalan Argon metode penanggalan Termoluminisen ini
dialakukan dengan cara sampel dipanasi dengan suhu tinggi, kemudian
dihitung/diamati mulai dari sejak mula dipanasi. Dengan pemanasan suhu ekstrim
tinggi menyebabkan sebagian elektron yang terdapat pada kristal tertentu seperti
kuarsa dan felspar dalam batuan tereliminir, sedang seiring dengan lepasnya elektron
tersebut maka dapat ditemukan jumlah jejak atom radioaktif yang ditemukan
dilingkungannya. Dengan cara memanasi ulang batuan tersebut ilmuwan dapat
melepaskan energi yang tersimpan, yang berupa pelepasan sebekas cahaya, ini yang
dinamakan Termoluminisen. Intensitas cahaya menunjukan Intensitas cahaya
menunjukkan berapa lama batuan tersebut sejak terakhir telah dipanaskan.
Begitu seekor organisme hidup mati, ia berhenti memproduksi karbon baru.
Perbandingan carbon-12 dengan carbon-14 di saat kematian sama untuk setiap
mahluk hidup, namun carbon- 14 meluruh dan tidak tergantikan. Peluruhan carbon-14
memiliki waktu paruh 5.700 tahun, sementara jumlah carbon-12 tetap dalam sampel.
Dengan melihat perbandingan carbon-12 dengan carbon-14 pada sampel dan
membandingkannya dengan perbandingan dalam organisme hidup, adalah mungkin
menentukan usia mahluk yang dulunya hidup ini dengan cukup teliti.
Karena waktu paruh carbon-14 5.700 tahun, ia hanya sah untuk penentuan usia benda
hingga 60.000 tahun. Walau demikian, prinsip carbon-14 berlaku pada isotop lainnya
pula. Potassium- 40 adalah unsur radioaktif lainnya yang alami ditemukan dalam
tubuh anda dan memiliki waktu paruh 1,3 miliar tahun. Radioisotop lainnya yang
berguna untuk penanggalan radioaktif termasuk Uranium-235 (waktu paruh = 704
juta tahun), Uranium-238 (Waktu paruh = 4,5 miliar tahun), Thorium-232 (waktu
paruh = 14 miliar tahun) dan Rubidium-87 (waktu paruh = 49 miliar tahun)

7
4. Cara Pembuatan Rekonstruksi
Rekonstruksi yang dimaksud adalah pembuatan gambar atau modelmakhluk
hidup berdasarkan sepotong tulang atau kadangkala hanya berupafragmen yang
berhasil digali. Fosil-fosil biasanya tidak tersusun dan tidak lengkap. Karenanya,
rekaan apa pun yang didasarkan padanya cenderung sangatspekulatif. Kenyataannya,
rekonstruksi (gambar atau model) yang dibuat evolusionis berdasarkan peninggalan-
peninggalan fosil itu telah dipersiapkan secara spekulatif namun cermat untuk
mendukung pernyataan evolusi. Rekonstruksi berdasarkan sisa-sisa tulang hanya
dapat mengungkapkan karakteristik sangat umum dari obyek tersebut, karena
penjelasan terperinci sesungguhnya terletak pada jaringan lunak yang cepat sekali
hancur. Jadi cara membuat rekonstruksi dari fosil adalah berdasarkan perkiraan dari
pembuatnya yang disesuaikan dengan teori evolusinya, sejarah dan kondisi tempat
ditemukannya fosil tersebut pada masa lampau.

5. Ruang Lingkup Paleontologi


Pada dasarnya ruang lingkup paleontologi berkisar tentang segala sesuatu
yang telah hidup di masa lalu atau bisa dikatakan organisme purba (baik hewan,
tumbuhan, protista, jamur maupun bakteri) yang hingga kini sudah punah dan hanya
tertinggal fosil-fosil, jejak peradaban, lingkungan dan peninggalan-peninggalan
lainnya. Sehinggga kita hanya meneliti dari jejak-jejak yang tertinggal.Secara umum
paleontologi dapat digolongkan menjadi dua yaitu Paleobotani (tumbuhan purba) dan
Paleozoologi (hewan purba). Jadi ruang lingkup paleontologi terbagi dalam
paleobotani dan paleozoologi.

A. Paleobotani (Tumbuhan purba)


Paleobotani (dari bahasa Yunani paleon berarti tua dan botany yang berarti
ilmu tentang tumbuhan) adalah cabang dari paleontologi yang khusus mempelajari
fosil tumbuhan.Kajian Paleobotani meliputi aspek fosil tumbuhan, rekonstruksi taksa,
dan sejarah evolusi dunia tumbuhan.Tujuan mempelajari Paleobotani adalah:
1. Untuk rekonstruksi sejarah dunia tumbuhan. Hal ini dapat dilakukan karena fosil
tumbuhan dari suatu kolom geologis tertentu berbeda dengan yang terdapat pada
kolom geologis lainnya. Dengan demikian dapat diketahui jenis tumbuhan yang ada
dari waktu ke waktu, atau dengan kata lain dapat diketahui sejarahnya, khususnya
mengenai kapan kelompok tumbuhan tersebut mulai muncul di muka bumi, kapan
perkembangan maksimalnya, dan kapan kelompok tumbuhan tersebut punah.
2. Untuk keperluan analisa pola dan suksesi vegetasi dari waktu ke waktu.

8
3. Untuk analisa endapan dari masa karbon (khususnya yang mengandung sisa
tumbuhan), yang berpotensi dalam presiksi sifat- sifat batubara. Dengan demikian
dapat diketahui macam batubara serta dari tumbuhan apa batubara tersebut berasal.
4. Untuk dapat melakukan dedukasi mengenai aspek-aspek perubahan iklim.
Dengan cara ini maka dimungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan masa lampau
beserta perubahan-perubahan yang terjadi, dan juga untuk mempelajari hubungan
antara tumbuhan dengan hewan yang menghuni lingkungan tersebut. Salah satu
perubahan iklim yang seringkali dapat diungkap dengan pendekatan ini adalah
perubahan ternperatur rata-rata.

B. Paleozoologi (Hewan vertebrata dan invertebrata purba)


Paleozoologi (berasal dari bahasa Yunani: paleon = tua dan zoon = hewan)
adalah cabang dari paleontologi atau paleobiologi, yang bertujuan untuk menemukan
dan mengindentifikasi fosil hewan bersel banyak dari sistem geologi atau arkeologi,
untuk menggunakan fosil tersebut dalam rekonstruksi lingkungan dan ekologi
prasejarah. Jadi tujuan dari mempelajari paleozoologi adalah:
1. Rekonstruksi sejarah kehidupan pada masa lampau baik di bidang hewan dan
perkembangan manusia. Proses rekonstruksi kehidupan dilakukan melalui
rekonstruksi fosil karena fosil ditemukan dalam lapisan/strata batuan yang berlainan
sehingga dapat diketahui perkiraan waktu munculnya dan kehidupan makhluk yang
telah menjadi fosil tersebut.
2. Analisa pola dan suksesi suatu vegetasi dari waktu ke waktu. Kehidupan pada
masa purba di mana kondisi bumi yang dinamis sangat memungkinkan terjadinya
perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim sehingga mempengaruhi kehidupan
spesies dan vegetasi tanaman.
3. Analisa mengenai aspek-aspek perubahan iklim yang terjadi. Cara ini bermanfaat
untuk merekonstruksi dampak perubahan iklim pada lingkungan, mempelajari
bagaimana hubungan antara hewan dan tumbuhan yang hidup pada lingkungan
tersebut.
4. Analisa kehidupan biokultural manusia sejak manusia muncul di bumi, proses
evolusinya melalui masa dan wilayah distribusinya seluas dan selama mungkin.
5. Analisa proses adaptif yang dilakukan makhluk hidup terhadap perubahan
kondisi lingkungan, makhluk yang mampu beradapatasi akan terus bertahan
walaupun peiode waktu geologi terus berjalan sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan punah. Proses adaptasi membuka zona adaptif yang baru yaitu suatu
kumpulan kondisi hidup dan sumber daya baru yang memberikan banyak kesempatan
yang sebelumnya tidak dimanfaatkan.

9
6. Sejarah Geologi dan Evolusi
1. Masa Archaezoikum
(1.500.000.000 Tahun )
Keadaan Makhluk Hidup : Mungkin Tumbuhan dan binatang bersel satu; tidak
ada fosil
Cuaca dan lingkungan : Banyak aktivitas dalam perut bumi yang panas; pengendapan
dan erosi
2. Masa Proterozoikum
( 925.000.000 tahun )
Keadaan Makhluk Hidup : Mungkin banyak binatang lunak; bekas- bekas
spons dan cacing; fosil jarang
Cuaca dan lingkungan : Proses pengendapan, aktivitas gunung api, erosi
sering terjadi

3. Masa Paleozoikum
A. Zaman Kambrium ( 550.000.000 tahun )
Kala : Atas, Tengah, Bawah
Keadaan Mahkluk Hidup : Banyak fosil laut; trilobite dominan ;
Mungkin binatang darat belum ada
Cuaca dan lingkungan : Daratan terangkat sedikit, banyak binatang
trilobite, moluska, krustasea awal

B. Zaman Ordovisum (480.000.000 tahun)


Kala : Atas, Bawah
Keadaan Mahkluk hidup : Vertebrata pertama; banyak binatang koral.Cacing,
kerang dan binatang laut
Keadaan Cuaca : Iklim lunak, kerang, nautiloid, vertebrata pertama

C. Zaman Silur ( 390.000.000 tahun )


Kala : Atas, Bawah
Keadaan Mahkluk Hidup : Kepiting kecil, laba-laba dan sejenisnya
Cuaca dan lingkungan : Iklim sedang, banyak terumbu karang, munculnya
mahkluk hidup pertama didarat

D. Zaman Devon ( 350.000.000 tahun)


Kala : Atas, tengah, Bawah

10
Keadaan mahkluk hidup : Amphibi pertama, trilobite berkurang, keong dan
kerang melimpah, siput darat dan kepiting pertama, ikan purba dan akan terus
mengalami evolusi sampai holosen, ostacoderm berevolusi.
Cuaca dan lingkungan : Iklim berubah-ubah. Banyak ikan munculnya amfibi
pertama

E. Zaman Karbon ( 250.000.000 tahun )


Kala : Atas, Tengah, bawah
Keadaan Makhluk hidup : Amfibi dominan hasil evolusi dari zaman devon ,
reptile pertama muncul, serangga muncul dengan
melimpah.
Cuaca dan Lingkungan : Panas dan lembab, hutan rawa berbatubara,
muncul serranga raksasa

F. Zaman Perm ( 215.000.000 tahun )


Kala : Atas, bawah
Keadaan Makhluk hidup : Reptil primitif, amfibi purba berkurang, serangga-
serangga modern muncul. Serangga tersebut
merupakan hasil evolusi dari zaman karbon.
Cuaca dan Lingkungan : Iklim sangat ekstrim, trilobite tak dapat
berevolusi dan punah, dan reptile-reptil hidup
dengan makmur.

4. Masa Mesozoikum
A. Zaman Trias ( 185.000.000 tahun )
Kala : Atas, Tengah, Bawah
Keadaan Makhluk hidup : Mamalia pertama, munculnya dinosaurus.
Cuaca dan lingkungan : Iklim kering, dinosaurus, prototype mamalia, serangga
berkepompong yang merupakan serangga hasil
evolusi dari zaman perm.

B. Zaman Jura ( 155.000.0000 tahun )


Kala : Helm, Doger, Lias
Keadaan makhluk hidup : Burung bergigi pertama hasil evolusi pertama dari
ikan purba, Reptil raksasa, hiu, ikan modern serta
kerang.

11
Cuaca dan lingkungan : Iklim lunak, dinosaurus darat, dan laut yang
berukuran raksasa, burung bergigi

C. Zaman Kapur ( 120.000.000 tahun )


Kala : Atas , bawah
Kedaan makhluk hidup : Mamalia berkantung muncul, dan pemakan seranga,
ular pertama muncul merupakan evolusi reptile dari zaman sebelumnya, dan ikan-
ikan berevolusi menjadi lebih modern
Cuaca dan Lingkungan : Sebagian besar bumi tergenang air, dinosaurus punah

5. Masa Kenozoikum
A. Zaman Tersier ( 70.000.000 tahun )
Kala : Paleosin
Keadaan makhluk hidup : Mamalia jenis baru muncul
Kala : Eosen
Keadaan makhluk hidup : Mamalia purba punah
Kala : Oligosen
Keadaan makhluk hidup : Munculnya mamalia modern
Kala : Miosen
Keadaan makhluk hidup : Mamalia Berjaya
Kala : Pliosen
Keadaan makhluk hidup : Mamalia berkurang
Cuaca dan Lingkungan pada zaman ini : Benua terbentuk, tumbuhan modern muncul
, kejayaan mamalia

B. Zaman Kwarter ( 3000.000 tahun )


Kala : Pleistosen
Keadaan makhluk hidup : Manusia Purba, mamalia besar punah
Kala : Holosen
Keadaan makhluk hidup : Manusia muncul dan binatang modern merupakan hasil
evolusi dari zama sebelumnya
Cuaca dan Lingkungan pada zaman ini : Empat abad es, mamalia punah manusia
muncul.

12

Anda mungkin juga menyukai