Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker

di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker

lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia

menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker

payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Kanker payudara

merupakan kanker terbanyak diderita wanita. Angka kematian akibat kanker

payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab

kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data

terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita

menunjukkan angka ke-2 tertinggi.

Tujuan dalam pembangunan kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi

setiap penduduk agar dapat terwujudnya kesehatan yang optimal.

Perawatan merupakan salah satu komponen dari pembangunan di bidang

kesehatan, sehingga secara tidak langsung merupakan bagian dari sistem

kesehatan nasional dan banyak berperan dalam usaha meningkatkan derajat

kesehatan. Sebab keperawatan merupakan bagian intergral yang tidak dapat di

pisahkan dari pelayanan kesehatan secara umum, dalam memberi asuhan

keperawatan yang mempunyai masalah kesehatan.


2

Kanker payudara adalah yang paling sering diteliti dalam studi tentang

kualitas hidup, studi psikososial terdahulu menekankan bahwa adaptasi terhadap

kehilangan payudara merupakan satu-satunya factor penting bagi seorang wanita,

trutama budaya barat. Karenanya, tidaklah mengejutkan bahwa perhatian

penelitian tentang penyesuian diri seorang wanita terhadap kanker payudara

menemukan hasil yang serupa.

Meskipun demikian riset yang terus tumbuh menunjukan bahwa perhatian

yang berkaitan dengan ketidakpastian tentang masa depan seseorang, isu-isu

keseharian yang terjadi ditempat kerja dan hubungan keluarga, serta tuntutan

penyakit merupakan faktor-faktor yang lebih penting dalam menyesuaikan diri

akibat mengalami kanker, dibanding kehilangan payudara itu sendiri.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk dapat melaksanakan perawatan pada pasien dengan Cancer Mammae

( Pre operasi ) dengan pendekatan proses keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Agar perawat mengetahui dan mengerti tentang perawatan pada kasus Pre

Operasi Cancer Mammae

b. Agar perawat dapat melaksanakan perawatan pada pasien dengan Pre

operasi Cancer Mammae dengan pendekatan proses keperawatan.


3

1.3 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah

studi kepustakaan.Yaitu dengan menggali informasi dari bukubuku, makalah dan

media internet yang behubungan dengan penyusunan makalah ini.

. 1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Konsep dasar yang berisi konsep dasar CA. Mamae yang meliputi

Pengertian, Etiologi, Manifestasi Klinik, Patofisiologi Penyakit,

Pathway, Tanda dan Gejala, Faktor - faktor Resiko, Pentahapan

Kanker Payudara, Komplikasi, Penatalaksanaan medis, Prognosis,

Proses Keperawatan Pasien Kanker Payudara (Ca Mamae).

BAB III : Tinjauan Kasus

BAB IV : Penutup berisi simpulan dan saran.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Kanker payudara atau cancer mammae merupakan penyakit keganasan

yang paling banyak menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya

pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak

dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjaadi benjolan tumor (kanker). Apabila

tumor ini tidak diambil , dikhawatirkan akan masuk dan menyebar ke dalam

jaringan yang sehat. Ada kemungkinan sel-sel tersebut melepaskan diri dan

menyebar ke seluruh tubuh. Kanker payudara umumnya menyerang wanita

kelompok umur 40-70 tahun, tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dan

cepat sesuai dengan pertumbahan usia. Kanker payudara jarang terjadi pada usia

dibawah 30 tahun.

Mastektomi adalah pengangkatan payudara. Mastektomi radikal adalah

mengangkat seluruh payudara, beberapa atau semua nodus limfe.

2.2 Etiologi

Tak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara; sebaliknya

serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan

dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan

menunjukan bahwa perubahan genetic berkaitan dengan kanker payudara, namun

apa yang menyebabkan perubahan genetic masih belum diketahui.perubahan


5

genetic ini termaksud perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh

protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker payudara.

Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam

kanker. Dua hormone utama-estradiol dan progesterone-mengalami perubahan

dalam lingkungan selular, yang dapat mempengaruhi factor pertumbuhan bagi

kanker payudara.

2.3 Manifestasi Klinik

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari

jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki

pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan,

benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut,

benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker

stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit

payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.

Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan / massa di payudara, ada

rasa sakit dapat juga tanpa rasa sakit, keluar cairan yang abnormal dari puting

susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga

bernanah), timbul kelainan kulit berupa perubahan warna atau tekstur kulit

(dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d'orange) pada payudara, puting susu

maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu) dan luka

yang tidak sembuh dalam waktu yang lama. Gejala lainnya yang mungkin

ditemukan adalah benjolan atau massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk

payudara, kulit di sekitar puting susu bersisik atau ada lekukan pada kulit, puting
6

susu tertarik ke dalam (retraksi puting susu) atau terasa gatal atau pembengkakan

salah satu payudara. Konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut

berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum

ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara.Pembesaran kelenjar getah bening

atau tanda metastasis jauh. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang,

penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit. Setiap kelainan

pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum kita buktikan tidak ganas.

2.4 Patofisiologi Penyakit

Untuk dapat menegakkan dignosa kanker dengan baik, terutama untuk

melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses

terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor/neoplasma merupakan

kelompok sel yang berubah dengan ciri : proliferasi yang berlebihan dan tak

berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi

abnormal sel kanker akan menggangu fungsi jaringan normal dengan

meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-

organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara

biokimiawi terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari

suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok

sel ganas diantara sel normal.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:

1. Fase induksi 15 30 tahun

Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai

dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas.


7

2. Fase insitu: 5 10 tahun

Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi pre concerous yang bisa ditemukan

di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dn akhirnya juga di

payudara.

3. Fase invasi: 1 5 tahun

Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel

ke jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah sera limfa

4. Fase desiminasi: 1 - 5 tahun

Terjadi penyebaran ke tempat lain


8

2.5 Pathway
9

2.6 Tanda dan Gejala

Penemuan dini kanker payudara masih sulit ditemukan, kebanyakan

ditemukan jika sudah teraba oleh pasien.

Tanda tandanya:

1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah

ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi

2. Nyeri di daerah massa

3. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area mammae

4. Edema dengan peant d orange (keriput seperti kulit jeruk)

5. Pengelupasan papilla mammae

6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan,

kadang disertai darah

7. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi

2.7 Faktor-Faktor Resiko

Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui,

para peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Faktor ini penting

dalam membantu mengembangkan program-program pencegahan. Hal yang harus

selalu di ingat adalah bahwa hampir 60 % wanita yang didiagnosa kanker

payudara tidak mempunyai faktor-faktor resiko yang teridentifikasi kecuali hanya

lingkungan hormonal mereka. Dengan demikian, semua wanita dianggap beresiko

untuk mengalami kanker payudara selama masa kehidupan mereka. Namun

demikian, mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi


10

wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang terus meningkat

dan pengobatan dini. Selain itu, riset lebih jauh tentang faktor-faktor resiko akan

membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah atau

memodifikasi kanker payudara dimasa mendatang.

Faktor-faktor yang mencakup :

1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Resiko mengalami kanker

payudara pada payudara sebelahnya meningkat hamper 1% setiap tahun.

2. Anak permpuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung)

dari wanita dengan kanker payudara. Resikonya meningkat dua kali jika

ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun; resiko 4 sampai 6 kali

jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.

3. Menarke dini. Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang

mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.

4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita

yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai resiko

dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita

yang mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun.

5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun

meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam

perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral sebelum

usia 30 tahun mempunyai resiko sepergtiganya.

6. Riwayat penyakit tumor payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor

payudara disertai perubahan epitel poliferasi mempunyai resiko dua kali


11

lipat untuk mengalami kanker payudara; wanita dengan hiperplasia tipikal

mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.

7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum

usia 30 tahun beresiko hamper dua kali lipat.

8. Obesitas- resiko terendah diantara wanita pasca menopause.

Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai

angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan

diagnosis yang lambat.

9. Kontraseptif oral. Wanita yang menggunakan kontraseptif oral berisiko

tinggi untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini

menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.

10. Terapi penggantian hormon. Terdapat laporan yang membingungkan

tentang resiko kanker payudara pada terapi penggantian hormon. Wanita

yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan

menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun)

dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesteron

terhadap penggantian estrogen meningkat insidens kanker endomentrium,

hal ini tidak menurunkan resiko kanker payudara.

11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang

mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari.

Risikonya dua kali lipat di antara wanita yang minum alkohol tiga kali

sehari. Di Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur (mis

Perancis dan Itali), angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan riset
12

menunjukan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk

mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya.

Diet tinggi lemak dahulu pernah diduga meningkatkan risiko kanker

payudara. Kajian epidemiologi pada wanita berkebangsaan Amerika dan Jepang

menunjukan perbedaaan lima kali lipat dalam angka kanker payudara antara dua

kelompok, dengan wanita Amerika yang mempunyai insidens yang lebih tinggi.

Wanita Jepang yang bermigrasi ke Amerika Serikat juga menunjukan angka

kanker payudara yang serupa dengan wanita-wanita Amerika lainnya. Studi

kelompok terbaru menunjukan hubungan yang lemah atau tidak menyeluruh

antara diet tinggi lemak dan kanker payudara. Namun, karena lemak mempunyai

dampak dalam kanker kolon dan penyakit jantung, pasien wanita diuntungkan dari

upaya penyuluhan yang difokuskan pada pengurangan masukan kalori yang

berasal dari lemak secara keseluruhan.

Implan payudara dengan silikon akhir-akhir ini telah dikaitkan dengan

kontraksi kapsular fibrosis dang gangguan imun tertentu. Namun, tidak ada bukti

yang menunjukan bahwa implant payudara berkaitan dengan peningkatan resiko

kanker payudara.

2.8 Pentahapan Kanker Payudara

Pentahapan mencangkup mengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan

pada keluasan penyakit. Pentahapan segala bentuk kanker sangat penting karena

hal ini dapat membantu tim perawatan kesehatan merekomendasikan pengobatan

terbaik yang ada, memberikan prognosis, dan beberapa pemeriksaan darah dan

prosedur diagnostik dilakukan dalam petahapan penyakit. Pemeriksaaan dan


13

prosedur ini mencankup rontgen dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar,

pentahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah

sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe

yang terkena, dan bukti adanya metastasis yang jauh.

Tumor primer (T) :

1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

2. T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer

3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor

4. T1 :Tumor <>

a. T1a : Tumor <>

b. T1b :Tumor 0,5 1 cm

c. T1c :Tumor 1 2 cm

5. T2 :Tumor 2 5 cm

6. T3 : Tumor diatas 5 cm

7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding

thorax atau kulit :

a. T4a : Melekat pada dinding dada

b. T4b : Edema kulit, ulkus, peau dorange

c. T4c : T4a dan T4b

d. T4d : Mastitis karsinomatosis


14

Nodus limfe regional (N) :

1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila

3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat

4. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama

lain atau melekat pada jaringan sekitarnya

5. N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

Metastase jauh (M) :

1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan

2. M0 : Tidak ada metastase jauh

3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:

1. Stadium I : Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan

limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada

payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.

2. Stadium IIa : Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan

limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter

kurang 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran

jauh.
15

3. Stadium IIb : Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan

limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter

lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

4. Stadium IIIa : Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan

limfonodus (LN) tanpa penyebaran jauh.

5. Stadium IIIb : Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan

limfonodus (LN) dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke

supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau

metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau

dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.

6. Stadium IV : Tumor yang mengalami metastasis jauh.

Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :

1. 0 : Baik, dapat bekerja normal.

2. 1 : Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa.

3. 2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri

sendiri 50% dari waktu sadar.

4. 3 : Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri,

perlu tiduran lebih 50% dari waktu sadar.

5. 4 : Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri,

hanya tiduran saja.

Status penampilan (performance status) kanker menurut Karnofsky :

1. 100% : Mampu melaksanakan aktivitas normal, keluhan / kelainan tidak

ada.
16

2. 90% : Tidak perlu perawatan khusus, keluhan gejala minimal.

3. 80% : Tidak perlu perawatan khusus dengan beberapa keluhan / gejala.

4. 70% : Tidak mampu bekerja namun mampu merawat diri.

5. 60% : Kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan untuk

keperluan sendiri.

6. 50% : Perlu bantuan dan umumnya perlu obat-obatan.

7. 40% : Tidak mampu merawat diri, perlu bantuan dan perawatan khusus.

8. 30% : Perlu pertimbangan perawatan rumah sakit.

9. 20% : Sakit berat, perlu perawatan rumah sakit.

10. 10% : Mendekati kematian.

11. 0% : Meninggal. "Rest in peace & no pain".

Ukuran tumor terbanyak ditemukan lebih 2 cm (95,24%). Stadium kanker

payudara terbanyak ditemukan adalah stadium IIIb (35,71%). Sebagian besar

kelenjar limfe aksila positif (47,63%). Gambaran histopatologis duktal (90,48%)

dan derajat diferensiasi buruk (40,48%). Karnofsky kurang 60%, tidak layak

diberikan sitostatika.

Tipe Kanker Payudara

Selain kriteria pentahapan gambaran patologi lainnya dan tes prognostik

digunakan untuk mengindentifikasi kelompok pasien yang berbeda yang mungkin

diuntungkan oleh pengobatan ajufan. Pemeriksaan histologis sel-sel kanker

membantu menentukan prognosis dan mengarah pada pemahaman yang lebih baik

tentang bagaimana penyakit berkembang.


17

Karsinoma duktal menginfiltrasi adalah tipe histologis yang paling umum,

merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena

keras saat dipalpasi. Kanker jenis ini biasanya bermetatasis ke nodus aksila.

Prognosisnya lebih buruk dibanding dengan tipe kanker lainnya.

Karsinoma labular menginfiltrasi jarang terjadi, merupakan 5% sampai

10% kanker payudara. Tumor ini biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang

tidak baik pada payudara bila dibandingkan dengan tipe duktal menginfiltrasi.

Tipe ini lebih umum multisentris, dengan demikian, dapat terjadi penebalan

beberapa area pada salah satu atau kedua payudara. Karsinoma duktal

menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi mempunyai keterlibatan nodus aksilar

yang serupa, meskipun tempat metastasisnya berbeda. Karsinoma duktal biasanya

menyebar ke tulang, paru, hepar atau otak, sementara karsinoma lobular biasanya

bermetastasis ke permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim lainnya.

Karsinoma medular menenpati sekitar 6% dari kanker payudara dan

tumbuh dalm kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi

meluas dengan lambat, sehingga prognosisnya sering kali lebih baik.

Kanker mesinus menenpati sekitar 3% dari kanker payudara. Penghasil

lender, juga tumbuh dengan lambat; sehingga, kanker ini mempunyai prognosis

yang lebih baik dari lainnya.

Kanker duktal-tubular jarang terjadi, menempati hanya sekitar 2% dari

kanker. Karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim, maka

progrosisnya sangat baik.


18

Karsinoma inflamatori adalah tipe kanker payudara yang jarang (1%

sampai 2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara

lainnya. Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri; payudara secata

abnormal keras dan membesar. Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam.

Sering terjadi edema dan retraksi puting susu. Gejala-gejala ini dengan cepat

berkembang memburuk dan biasanya mendorong pasien mencari bantuan medis

lebih cepat di banding pasien wanita lainnya dengan masa kecil pada payudara.

Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada bagian tubuh lainnya; preperta

kemoterapi berperan penting dalam pengendalian kemajuan penyakit ini. Radiasi

dan pembedahan biasanya juga digunakan unttuk mengontrol penyebaran.

2.9 Pemeriksaan Penunjang

1. Mamografi: memperlihatkan struktur internal payudara, dapat mendeteksi

kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.

2. Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan

menginjeksikan zat kontras kedalam aliran duktus.

3. Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan

kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras;hasil komplement

dari mamografi.

4. Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.

5. Termografi: mengidentifikasikan pertubuhan cepat tumor sebagai titik

panas karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang

lebih tinggi.

6. Diafanografi (transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa dengan

membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar.


19

Prosedur masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat daripada

mamografi.

7. CT-scan dan MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,

khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras

yang sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk

pemeriksaan rutin dan tidak untuk mamografi.

8. Biopsi payudara(jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitive

terhadap massa dan berguna untuk klasifikasi histology pentahapan, dan

seleksi terapi yang tepat

9. Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi

mengandung reseptor hormon (estrogen dan progesteron). Pada sel

malignan, reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan

pembagian sel. Kurang lebih dua pertiga semua wanita dengan kanker

payudara reseptor estrogennya positif dan cenderung berespon baik

terhadap terapi hormon menyertai terapi primer untuk memperluas periode

bebas penyakit dan kehidupan.

10. Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah, dan scan tulang:

dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.

2.10 Komplikasi

Metastase ke jaringan sekitar mellui saluran limfe (limfogen) ke paru,

pleura, tulang dan hati.


20

2.11 Penatalaksanaan Medis

Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non

pembedahan). Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan secara

mastektomi parsial, mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas,

besar dan penyebaran knker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran,

kemoterapi dan terapi hormonal.

1. Terapi kuratif :

Untuk kanker mamma stadium 0,I,II dan III

- Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative

tomoorektomi + diseksi aksila

- Terapi ajuvan, :

Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads

Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF (Cyclophosphamide 100

mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus

diulangi tiap 4 minggu dan flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP

(Cyclophosphamide 500 mg/m2 hari ke 1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1

dan flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.

Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-2

tahun
21

- Terapi bantuan, roboransia,

- Terapi sekunder bila perlu

- Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan

(fisioterapi)

2. Terapi paliatif

Untuk kanker mamae stadium III B dan IV :

a. Terapi utama

- pramenopause, bilateral ovariedektomi

- pasca menopause ; 1) hormone resptor positif (takmosifen) dan 2)

hormone resptor negative (kemoterapu dengan CMF atau CAF)

b. Terapi ajuvan

- operable (mastektomi simple)

- inoperable (radioterapi)

Untuk kanker mamae inoperative :

tumor melekat pada dinding thoraks

odema lengan

nodul satelit yang luas

mastitis karsionamtosa
22

c. Terapi bantuan ; roboransia

d. Terapi komplikasi , bila ada :

- patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah

- odema lengan : 1) deuretik, 2) pneumatic sleeve, 3) operasi tranposisi

omentum atau kondoleon,

- Efusion pleura, 1) aspirasi cairan atau drainase bullae, 2) bleomisin 30

mg dan teramisin 1000 mg, intra pleura

- Hiperkalsemia : 1) deuretika dan rehidrasi, 2) kortikosteroid, 3)

mitramisin -1/2 mg/kg BB IV

- NYeri, terapi nyeri sesuai WHO

- Borok,perawatan borok

e. Terapi sekunder, bila ada

2.12 Prognosis

Tujuan akhir dari suatu program ini bukan saja memperbaiki ketahanan

hidup , tetapi juga perbaikan penyembuhan sebab kanker yang diobatik pada

stasium dini dengan sendirinya menaikkan angka survival biarpun

penyembuhannya belum tentu tercapai.


23

2.12 Proses Keperawatan Pasien Kanker Payudara (Ca Mamae)

1. PENGKAJIAN

a. Identitas, (lihat factor-faktor predisposisi)

b. Keluhan utama ada benjolan pada payu dara dan lain-lain keluahan serta

sejak kapan, riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah

diberikan), faktro etiologi/resiko.

c. Konsep diri mengalmi perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker

mamma.

d. Pemeriksaan klinis ;

Mencari benjolan Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone

antara lain estrogen dan progesterone, makas ebaiknya pemeriksaan ini

dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/setelah

menstruasi + 1 minggi dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan

tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yag

lebih kurang sama tinggi.

1) Inspeksi

- Simetri mamma kiri-kanan

- Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan

kulit, tanda radang, peaue d orange, dimpling, ulserasi dan lain-lain.


24

Inspeksi ini juga dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat ke

atas untuk melihat apakah ada bayangan tumor di bawah kulit yang

ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling dan lain-

lain.

2) Palpasi

- Kien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas

lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.

- Konsistensi, banyak, lokasi, infiltasi, besar, batas dan operabilitas.

- Pemebesaran kelenjar gerah bening (kelenjar aksila)

- Dakah metastase Nudus (regional) atau organ jauh)

- Stadium kanker (system TNM UICC, 1987)

e. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan penunjang klinis

a) Pemeriksaan radiologist

- Mammografi/USG Mamma

- X-foto thoraks

- Kalau perlu

v Galktografi

v Tulang-tulang
25

v USG abdomen

v Bone scan

v CT scan

b) Pemeriksaan laboratorium

- rutin, darah lengkap, urine

- gula darah puasa dan 2 jpp

- enzym alkali sposphate, LDH

- CEA, MCA, AFP

- Hormon reseptor ER, PR

- Aktivitas estrogen/vaginal smear

c) Pemeriksaan sitologis

- FNA dari tumor

- Cairan kista dan pleura effusion

- Secret putting susu

2) Pemeriksaan sitologis/patologis

a) Durante oprasi Vries coupe

b) Pasca operasi dari specimen operasi


26

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

PRA OPERASI

a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,

sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,

pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,

mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat

kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.

b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan

kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya.

a. Cemas

Tujuan :

Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam

pengobatan.
27

INTERVENSI RASIONAL

a. Tentukan pengalaman klien


a. Data-data mengenai pengalaman klien

sebelumnya terhadap penyakit sebelumnya akan memberikan dasar

yang dideritanya untuk penyuluhan dan menghindari

adanya duplikasi

Pemberian informasi dapat membantu


Berikan informasi tentang
klien dalam memahami proses
prognosis secara akurat.
penyakitnya.

c. Beri kesempatan pada klien untuk


c. Dapat menurunkan kecemasan klien.
mengekspresikan rasa marah,

takut, konfrontasi. Beri informasi

dengan emosi wajar dan ekspresi

yang sesuai.

Jelaskan pengobatan, tujuan dan


Membantu klien dalam memahami
efek samping. Bantu klien
kebutuhan untuk pengobatan dan efek
mempersiapkan diri dalam
sampingnya.
pengobatan.

e. Mengetahui dan menggali pola koping


e. Catat koping yang tidak efektif
klien serta mengatasinya/memberikan
seperti kurang interaksi sosial,
solusi dalam upaya meningkatkan
28

ketidak berdayaan dll. kekuatan dalam mengatasi kecemasan.

Anjurkan untuk mengembangkan


f. Agar klien memperoleh dukungan dari

interaksi dengan support system. orang yang terdekat/keluarga.

g. Berikan lingkungan yang tenang


g. Memberikan kesempatan pada klien

dan nyaman. untuk berpikir/merenung/istirahat.

h. Pertahankan kontak dengan klien,


h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan

bicara dan sentuhlah dengan keyakinan bahwa dia benar-benar

wajar. ditolong.

b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

Tujuan :

Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada

tingkatan siap.

Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti

prosedur tersebut.

Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam

pengo- batan.

Bekerjasama dengan pemberi informasi.


29

INTERVENSI RASIONAL

a. Review pengertian klien dan Menghindari adanya duplikasi dan

keluarga tentang diagnosa, pengulangan terhadap pengetahuan

pengobatan dan akibatnya. klien.

b Tentukan persepsi klien tentang


b. Memungkinkan dilakukan pembenaran

kanker dan pengobatannya, terhadap kesalahan persepsi dan

ceritakan pada klien tentang konsepsi serta kesalahan pengertian.

pengalaman klien lain yang

menderita kanker.

c. Beri informasi yang akurat dan


Membantu klien dalam memahami
faktual. Jawab pertanyaan secara
proses penyakit.
spesifik, hindarkan informasi yang

tidak diperlukan.

d.

Berikan bimbingan kepada


d. Membantu klien dan keluarga dalam

klien/keluarga sebelum mengikuti membuat keputusan pengobatan.

prosedur pengobatan, therapy yang

lama, komplikasi. Jujurlah pada

klien.

e. Anjurkan klien untuk memberikan Mengetahui sampai sejauhmana

umpan balik verbal dan pemahaman klien dan keluarga

mengkoreksi miskonsepsi tentang


30

penyakitnya. mengenai penyakit klien.

f. Review klien /keluarga tentang Meningkatkan pengetahuan klien dan

pentingnya status nutrisi yang keluarga mengenai nutrisi yang

optimal. adekuat.

g Anjurkan klien untuk mengkaji


g. Mengkaji perkembangan proses-proses

membran mukosa mulutnya secara penyembuhan dan tanda-tanda infeksi

rutin, perhatikan adanya eritema, serta masalah dengan kesehatan mulut

ulcerasi. yang dapat mempengaruhi intake

makanan dan minuman.

h.

Meningkatkan integritas kulit dan


h. Anjurkan klien memelihara
kepala.
kebersihan kulit dan rambut.
31

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Biodata

Nama : Ny. S

Je nis Kelamin : Perempuan

Umur : 55 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : SD

Alamat : Bligo Candi

No. Register : 1845617

Tanggal MRS : 1 Juli 2015

Tanggal Pengkajian : 7 Juli 2015

Riwayat Kesehatan Klien

1. Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit : terdapat benjolan pada payudara

dan nyeri tekan

2. Riwayat penyakit sekarang : klien MRS tanggal 7 september 2015 untuk

melanjutkan kemoterapi. Awalnya klien mengeluh timbul benjolan yang terasa

keras dan tidak nyeri.


32

3. Riwayat kesehatan yang lalu : klien pernah menjalani kemoterapi 6x

4. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti

klien

Pola Aktivitas Sehari-Hari

A. Pola Tidur/Istirahat

1. Waktu tidur : jam 10.00 12.00

2. Waktu bangun : jam 12.00

3. Masalah tidur : tidak ada

4. Hal-hal yang mempermudah tidur : -

5. Hal-hal yang mempermudah klien terbangun : -

B. Pola Eliminasi

1. BAB : 1x/hari

2. BAK : klien terpasang kateter

3. Kesulitan BAB/BAK : tidak ada

4. Upaya/cara mengatasi masalah tersebut : -

C. Pola Makan Dan Minum

1. Jumlah dan jenis makanan : jumlah 1 mangkok, jenis bubur

2. Waktu pemberian makan : pagi, siang, malam

3. Jumlah dan jenis cairan : jumlah 300 cc, air putih

4. Waktu pemberian cairan : pagi, sore, malam

5. Pantangan : tidak ada

6. Masalah makan dan minum : tidak ada

a. kesulitan mengunyah : tidak


33

b. kesulitan menelan : tidak

c. mual dan muntah : tidak

d. tidak dapat makan sendiri : iya, perlu bantuan orang lain

7. Upaya mengatasi masalah : dengan bantuan keluarga

D. Kebersihan Diri/Personal Hygiene

1. pemeliharaan badan : klien tidak mandi hanya diseka

2. pemeliharaan gigi dan mulut : terlihat kotor

3. pemeliharaan kuku : kuku bersih

E. Pola Kegiatan/Aktivitas Lain : tidak dikaji

Data Psikososial

A. Pola komunikasi : Apatis, penurunan kesadaran

B. Orang yang paling dekat dengan klien : anak

C. rekreasi : -

Hobby : -

Penggunaan waktu senggang : -

D. Dampak dirawat dirumah sakit : klien tidak bisa menjalankan perannya

sebagai IRT

E. Hubungan dengan orang lain/ interaksi sosial

F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : anak

Data Spiritual

A. Ketaatan beribadah : Saat sehat beribadah, saat di RS tidak beribadah


34

B. Keyakinan terhadap sehat/sakit : klien menyakini sakit merupakan cobaan

dari Tuhan

C. Keyakinan terhadap penyembuhan : klien menyakini dapat sembuh

Pemeriksaan Fisik

A. Kesan Umum/Keadaan Umum : Sakit sedang / apatis

Tanda-tanda vital

Suhu tubuh : 36,7 C Nadi: 76 x/ menit

Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi : 20 x / menit

Tinggi badan : cm Berat badan : kg

B. Pemeriksaan Kepala dan Leher :

1. Kepala dan Rambut

a. Bentuk kepala :simetris

ubun-ubun : tidak dikaji

kulit kepala : bersih

b. Rambut : hitam

penyebaran dan keadaan rambut : dalam batas normal

bau : tidak enak

warna : hitam

c. Wajah : tidak ada oedema

warna kulit : dalam batas normal

struktur wajah : simetris


35

2. Mata

a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : simetris

b. Kelopak mata (Palpebra) : baik

c. Konjungtiva dan sclera : konjungtiva anemis

d. Pupil : hitam

e. Kornea dan iris : normal

f. Ketajaman penglihatan / visus :*) : tidak diperiksa

g. Tekanan bola mata :*) : tidak diperiksa

3. Hidung

a. Tulang hidung dan posisi septum nasl : simetris

b. Lubang hidung : mukosa sekret

c. Cuping hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung

4. Telinga

a. Bentuk telinga : dalam batas normal

Ukuran telinga : dalam batas normal

Ketegangan telinga : normal

b. Lubang telinga : bersih, simetris

c. Ketajaman pendengaran : klien masih dapat mendengar dengan baik

5. Mulut dan faring

a. Keadaan bibir : putih pucat

b. Keadaan gusi dan gigi : tidak ada caries gigi

c. Keadaan lidah : putih

6. Leher

a. posisi trakhea : normal


36

b. tiroid : tidak ada pembesaran

c. suara : sedang

d. kelenjar lymphe : tidak ada pembesaran

e. vena jugularis : tidak ada pembesaran

f. denyut nadi carotis : teraba

C. Pemeriksaan Integumen (kulit)

a. kebersihan : bersih

b. kehangatan : hangat

c. warna : coklat

d. turgor : < 2 detik

e. tekstur : halus

f. kelembapan : lembab

g. kelainan pada kulit : tidak ada

D. Pemeriksaan payudara dan ketiak

a. ukuran dan bentuk payudara : tidak simetris, lebih besar payudara

sebelah kanan

b. warna payudara dan aerola : dalam batas normal

c. kelainan-kelainan payudara dan puting : terdapat massa pada payudara

sebelah kanan dan nyeri tekan

d. axilla dan clavicula : tidak terkaji

E. Pemeriksaan thorak/dada

1. inspeksi thorak

a. bentuk thorak : normal

b. pernafasan
37

frekuensi : 20 x / menit

irama : tidak ada ronkhi

c. tanda tanda kesulitan bernafas : tidak ada

2. Pemeriksaan paru

a. palpasi getaran suara (vokal fremitus) : normal

b. perkusi : resonan

c. auskultasi

suara nafas : vesikuler

suara ucapan : sedang

suaran tambahan : tidak ada ronkhi dan wheezing

3. Pemeriksaan Jantung

a. Inspeksi

Pulpasi : teraba

Ictus Cordis : tidak ada

b. Perkusi

Batas-batas jantung : dalam batas normal

c. Auskultasi

Bunyi Jantung I : S1 tunggal

Bunyi Jantung II :S2 tunggal

Bising/murmur : tidak ada

Frekuensi Denyut Jantung : 94 x / menit

F. Pemeriksaan Abdomen

a. Inspeksi

bentuk abdomen : simetris


38

benjolan/massa : tidak ada

b. Auskultasi

peristaltik usus: 10 x / menit

c. Palpasi

tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan

benjolan/massa : tidak ada

tanda-tanda ascites : tidak ada

hepar : tidak teraba

lien : tidak teraba

titik Mc.Burne : tidak ada nyeri tekan

d. Perkusi

suara abdomen : hypertimpani +

pemeriksaan ascites : tidak ada tanda ascites

G. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya

1. Genetalia

a. rambut pubis : tidak dikaji

b. meatus urethra : tidak dikaji

c. kelainan-kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal : tidak

dikaji

2. Anus dan Perineum

a. lubang anus : tidak dikaji

b. kelainan-kelainan pada anus : tidak dikaji

c. perineum : +
39

H. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstrimis)

a. kesimetrisan otot : simetris

b. pemeriksaan oedema : tidak ada oedema

c. kekuatan otot : Baik

d. kelainan-kelainan pada ekstrimitas dan kuku : tidak ada

I. Pemeriksaan Neorologi

1. tanda kesadaran (secara kwantitatif/GCS) : 345

2. tanda-tanda rangsangan otak (meningeal sign) :

3. tingkat kesadaran (secara kwantitatif/GCS) : 345

4. fungsi motorik : kurang baik

5. fungsi sensorik : kurang baik

6. refleks :

Refleks fisiologis : tidak dikaji

Refleks patologis : tidak dikaji

J. Pemeriksaan Status Mental

a. kondisi emosi/perasaan : staabil

b. orientasi : kurang baik

c. proses pikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan) : kurang baik

d. motifikasi (kemampuan) : kurang baik

e. persepsi : kurang baik

f. bahasa : kurang baik


40

Pemeriksaan Penunjang

A. Diagnosa medis : Ca Mammae

B. Pemeriksaan diagnostik/penunjang medis

1. laboratorium : DL :8,4/16570/148000

Tampak kompresi vertebrata T10-T11, bentuk wedge

shaped, dengan vertebrata height loss terutama

2. Rontgen : -

3. ECG : -

4. USG: USG abdomen

5. lain lain : -

Penatalaksanaan Dan Terapi

Ondansetron 3 x 8 mg

Carboplatin 450 mg

Brexel (docetaxel) 80 mg

Per oral : B6/B12 : 3 x 1 tab

Asam folat : 1 x 3 tab

Laxadine : 3 x C1

UDCA : 3 x 250 mg

Dexamethason 1 amp (IV)

Dipenhidramin 1 amp (IV)

Ranitidine 50 mg

Furosemide 20 mg

Frutolike 500 cc
41

3.2 Analisa Data

Nama pasien : Ny. S

Umur : 55 Tahun

No. Reg : `1846517

DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI

Ds : px mengatakan Nutrisi kurang dari Mensuplai nutrisi ke

nafsu makan berkurang kebutuhan jaringan ca

Do : porsi makan tidak Hipermetabolis ke

dihabiskan, sisa separuh jaringan

Suplai nutrisi/jaringan

lain

Berat badan menurun

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

Ds : - Gangguan perfusi Penurunan Hb

Do : Hb : 8,4 jaringan perifer Penurunan kesadaran

GCS : 345 Apatis

Gangguan perfusi

jaringan perifer
42

Ds : px mengatakan Gangguan pola nafas Massa tumor mendesak

sesak nafas ke jaringan luar

Do : terpasang O2 nasal Infiltrasi pleura parietale

3 lpm Expansi paru menurun

RR : 24 x / menit Gangguan pola nafas

3.3 Diagnosa Keperawatan

Nama pasien : Ny. S

Umur : 55 Tahun

No. Reg : 1846517

NO. TGL RUMUSAN DIAGNOSA TERATASI TT

KEP. TGL

1. 7 Juli 2015 Nutrisi kurang dari

kebutuhan

2. 8 Juli 2015 Gangguan perfusi jaringan

perifer

3. 9 Juli 2015 Gangguan pola nafas


43

3.4 Prioritas Masalah

Nama pasien : Ny. S

Umur : 55 Tahun

No. Reg : 1846517

NO. TGL DAFTAR MASALAH TT

1. 7 Juli 2015 1. ketidakefektifan jaringan perifer

2. ketidakefektifan jaringan cerebral

3. gangguan komunikasi verbal

4. ketidakefektifan bersihan jalan nafas

5. defisit perawatan diri : mandi

6. nutrisi kurang dari kebutuhan

7. nyeri akut

8. mobilisasi fisik
44

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. S

Umur : 55 Tahun

No. Reg : 1846517

NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TT

KEP.

1. Nutrisi kurang Setelah 1. Kaji adanya 1. untuk

dari dilakukan alergi makanan mengetahui

kebutuhan tindakan 2. Kolaborasi adanya alergi

keperawatan dengan ahli atau tidak

diharapkan : gizi untuk 2. untuk

1. adanya menentukan mengetahui

peningkatan jumlah kalori gizi

berat badan dan nutrisi 3. untuk

sesuai dengan yang meningkatkan

tujuan dibutuhkan Fe

2. berat badan pasien. 4. agar

ideal sesuai 3. Anjurkan mengetahui

dengan tinggi pasien untuk kebutuhan

badan meningkatkan pasien

3. mampu intake Fe 5. untuk

mengidentifikasi 4. Berikan mengetahui

kebutuhan informasi nutrisi


45

nutrisi tentang

kebutuhan

nutrisi

5. Monitor

jumlah nutrisi

dan kandungan

kalori

2. Gangguan Setelah 1. ajarkan 1. untuk

rasa nyaman : dilakukan tekhnik mengurangi

nyeri tindakan distraksi nyeri

keperawatan relaksasi 2. untuk

diharapkan : 2. berikan meredakan

1. klien analgesik nyeri

menyatakan sesuai dengan 3. untuk

nyeri berkurang indikasi mengetahui

/ hilang 3. kaji skala skala nyeri

2. nyeri tekan nyeri 4. untuk

tidak ada 4. dorong menangani

3. ekspresi penggunaan ketika nyeri

wajah tenang keterampilan muncul

4. luka sembuh manajemen

dengan baik nyeri


46

3.5 Implementasi

Nama pasien : Ny. S

Umur : 55 Tahun

No. Reg : 1846517

TANGGAL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TT

7 Juli 2015

15.00 Observasi TTV 110/70, RR : 22 ,

Nadi : 100, suhu : 36,7

16.00 Injeksi ondansetron IV 3 x 8 mg

19.00 Memberikan obat per oral B6/B12

3 x 1 tab, UDCA 3 X 250 mg,

Laxadine 3 x Ci

8 Juli 2015

09.00 Observasi TTV 120/80, RR : 20 ,

Nadi : 92, suhu : 37,6

12.00 Injeksi ondansetron IV 3 x 8 mg

13.00 Mengkaji komunikasi verbal

9 Juli 2015

11.00 Observasi TTV

12.00 Injeksi ondansetron IV 3 x 8mg

13.00 Mengkaji skala nyeri


47

10 Juli 2015

15.00 Observasi TTV 120/80, RR : 22,

Nadi : 80, suhu : 36,5

16.00 Injeksi ondansetron IV 3 x 8 mg

18.00 Mengkaji GCS


48

3.6 Evaluasi

Nama pasien : Ny. S

Umur : 55 Tahun

No. Reg : 1846517

TANGGAL / CATATAN PERKEMBANGAN TT

JAM

7 Juli 2015 S : pasien mengatakan nafsu makan

menurun, susah minum

O : porsi makan hanya setengah

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

8 Juli 2015 S : pasien mengatakan nyeri

pinggang, skala nyeri 2

O : nyeri hilang timbul

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

9 Juli 2015 S : pasien mengatakan nyeri perut,

konstipasi

O:

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

10 Juli 2015 S : pasien mengatakan susah makan,

porsi makan menurun

O : porsi makan tidak dihabiskan


49

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kanker payudara atau cancer mammae merupakan penyakit keganasan

yang paling banyak menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya

pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur. Tak ada satupun penyebab spesifik

dari kanker payudara; sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal, dan

kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini.

Pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker

payudara. Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran

penting dalam kanker. Apabila tumor ini tidak diambil , dikhawatirkan akan

masuk dan menyebar ke dalam jaringan yang sehat. Ada kemungkinan sel-sel

tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh.

Kanker payudara umumnya menyerang wanita kelompok umur 40-70

tahun, tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dan cepat sesuai dengan

pertumbahan usia. Kanker payudara jarang terjadi pada usia dibawah 30 tahun.

Mastektomi adalah pengangkatan payudara. Mastektomi radikal adalah

mengangkat seluruh payudara, beberapa atau semua nodus limfe. .

B. Saran

Sebaiknya, untuk menghindari terjadinya penyakit Ca mamae, hindari

terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun,
51

obesitas Diet tinggi lemak, kontraseptif oral, . terapi penggantian hormon dan

hindari pula mengkomsumsi alcohol dan diit tinggi lemak.


52

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer, dkk (Editor). 2000. Bedah Tumor dalam Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi ke-3,

2. Barbara, CL. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses

keperawatan). Bandung.

3. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih

bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa.

EGC : Jakarta.

4. Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis,

alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6. EGC : Jakarta

5. Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan

Keperawatan untuk perencanaan dan

pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,

Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

6. Muchlis Ramli dkk, 2000. Deteksi Dini Kanker, FKUI, Jakarta.

7. dr. Budi Harapan Siregar,Sp.B. Catatan Kuliah Bedah Jilid 2. Makassar.

Bursa Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai