Makalahpembentukankarakter 130928085822 Phpapp01
Makalahpembentukankarakter 130928085822 Phpapp01
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi yang di tandai dengan kemajuan dunia ilmu informasi dan teknologi,
memberikan banyak perubahan dan tekanan dalam segala bidang. Dunia pendidikan yang
secara filosofis di pandang sebagai alat atau wadah untuk mencerdaskan dan membentuk
watak manusia agar lebih baik (humanisasi), sekarang sudah mulai bergeser atau disorientasi.
Demikian terjadi salah satunya dikarenakan kurang siapnya pendidikan untuk mengikuti
perkembangan zaman yang begitu cepat. Sehingga pendidikan mendapat krisis dalam hal
kepercayaan dari masyarakat, dan lebih ironisnya lagi bahwa pendidikan sekarang sudah
masuk dalam krisis pembentukan karakter (kepribadian) secara baik.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan primer atau mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia
dapat hidup berkembang dengan cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep
pandangan hidupnya.[1] Dalam pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah
usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
agama.
Pendidikan bertujuan tidak sekedar proses alih budaya atau alih ilmu pengetahuan (transfer of
knowledge), tetapi juga sekaligus sebagai proses alih nilai (transfer of value). Artinya bahwa
Pendidikan, di samping proses pertalian dan transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan
proses perkembangan dan pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat. Dalam rangka
internalisasi nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik, maka perlu adanya optimalisasi
pendidikan. Perlu kita sadari bahwa fungsi pendidikan Nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul
karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Pendidikan juga dipandang sebagai sebuah sistem sosial, artinya
dikatakan sistem sosial disebabkan di dalamnya berkumpul manusia yang saling berinteraksi
dengan lingkungannya. Untuk menuju pada pendidikan yang dapat beradaptasi dengan
lingkungannya, yaitu dengan cara melakuakan perubahan-perubahan susunan dan proses dari
bagian-bagian yang ada dalam pendidikan itu sendiri.[3] Sehingga pendidikan sebagai agen
perubahan sosial diharapkan peranannya mampu mewujudkan perubahan nilai-nilai sikap,
moral, pola pikir, perilaku intelektual, ketrampilan, dan wawasan para peserta didik sesuai
dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat ditarik rumusan permasalahan sebagai berikut :
Tujuan-tujuan pendidikan misalnya secara umum orang memahami bahwa tujuan pendidikan
adalah mengarahkan manusia agar berdaya, berpengetahuan, cerdas, serta memiliki wawasan
ketrampilan agar siap menghadapi tantangan kehidupan dengan potensi-potensinya yang
telah diasah dalam proses pendidikan. Misalnya, kita sering memahami bersama secara
universal bahwa pendidikan itu berkaitan dengan kegiatan yang terdiri dari proses dan tujuan
berikut.
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi
hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter
dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.[9]
Untuk memahami makna pembangunan karakter dan mengapa hal itu penting, ada suatu
kisah yang menarik yang akan penulis sampaikan. Suatu ketika, ada seorang pendidik yang
mengusulkan kepada seorang kepala sekolah agar dalam penerimaan peserta didik baru tidak
menggunakan tes ujian masuk dalam model apapun. Reaksi sang kepala sekolah menjadi
tekaget-kaget luar biasa. Kalau penerimaan peserta didik baru tidak melalui tes terdahulu,
pasti sekolah ini nanti akan banyak diisi oleh peserta didik yang bodoh-bodoh dan nakal-
nakal. Terus bagaimana kualitas lulusan kita nanti. Demikian alasan sang kepala sekolah.
Kemudian, ia menjelaskan alasannya kepada kepala sekolah tersebut. Alasannya begini: para
peserta didik baru itu pada dasarnya tidak ada yang bodoh, tidak ada yang nakal, tidak ada
yang kekurangan sifatnya. Dengan demikian, setelah para peserta didik baru yang masuk
tanpa tes itu diterima, mereka kemudian akan menjalani penelitian kecerdasan yang dimiliki
masing-masing. Hal ini dalam istilah ilmi psikologi pendidikan disebut Multi Intelegences
Research (MIR). Tindakan tersebut digunakan untuk mengetahui gaya belajar peserta didik,
sebuah data yang sangat penting yang harus diketahui oleh para guru yang akan mengajar
mereka.
Menurut penulis, cerita pendidik tersebut memang ada benarnya juga. Pendidikan adalah
proses pembangunan karakter. Jadi, sudah seharusnya tak menjadi sebuah masalah bagi siapa
pun yang akan masuk di dalamnya (sekolah). Pembangunan karakter adalah prose
membentuk karakter, dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik.[10] Senada dengan
kata-kata filosof kaliber Plato (428-347 SM), beliau mengatakan Jika Anda bertanya apa
manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana: Pendidikan membuat orang menjadi lebih
baik dan orang baik tentu berperilaku baik.
1. C. Hubungan Antara Pendidikan dan Pembentukan Karakter
Manusia hanya dapat menjadi sungguh-sungguh manusia melalui pendidikan dan
pembentukan diri (character) yang berkelanjutan. Manusia hanya dapat dididik oleh
manusia lain yang juga dididik oleh manusia yang lain,begitu kata Immanuel Kant. Artinya
bahwa, pendidikan dan pembentukan karakter sejak awal munculnya pendidikan oleh para
ahli dianggap sebagai hal yang niscaya dan saling berhubungan.
John Dewey, misalnya, pada tahun 1961, pernah berkata juga. Sudah merupakan hal lumrah
dalam teori pendidikan bahwa pembentukan watak atau karakter merupakan tujuan umum
pengajaran dan pendidikan budi pekerti di sekolah.[11] Pendidikan karakter pada hakikatnya
ingin membentuk individu menjadi seorang pribadi bermoral yang dapat menghayati
kebebasan dan tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan dunianya di dalam
komunitas pendidikan. Komunitas pendidikan ini bisa memiliki cakupan lokal, nasional,
maupun internasional (antar negara).
Sejalan dengan implementasi pendidikan karakter, UNESCO dalam empat pilar pendidikan
secara implisit sebenarnya juga menyinggung perlunya pendidikan karakter. Seperti kita
ketahui ada empat pilar pendidikan yang diharapkan ditegakkan dalam implementasi
pendidikan diseluruh dunia, yang meliputi; learning to know, learning to do, learning to
be, dan learning to live together. Dua pilar terakhir learning to be, dan learning to live
together pada hakekatnya adalah implementasi dari pendidikan karakter.
Dengan demikian, pendidikan karakter mempunyai visi senantiasa mengarahkan diri pada
pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam
perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama.
Pendidikan karakter dimulai dari lingkungan keluarga karena lingkungan inilah yang pertama
kali dikenal oleh seseorang sejak ia lahir. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh karena
merupakan dasar dari pembentukan karakter seseorang. Selanjutnya lingkungan tempat
tinggal, lingkungan pergaulan dan sampai pada lingkungan pendidikan (sekolah).
Secara ekplisit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab pada hakikatnya dekat dengan makna
karakter. Senada dengan sembilan pilar pendidikan karakter yang telah dilansir oleh
Kementrian Pendidikan Nasional antara lain. (1). Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2).
Kemandirian dan Tanggung jawab, (3). Kejujuran dan Diplomatis, (4). Hormat dan Santun,
(5). Dermawan, Suka tolong menolong, dan Gotong royong, (6). Percaya diri dan Kerja
keras, (7). Kepemimpinan dan Keadilan, (8). Baik dan Rendah hati, dan (9). Toleransi,
Perdamaian, dan Kesatuan.
Disamping itu pelaksanaanya juga harus tetap memperhatikan K4 (kesehatan, kebersihan,
kerapian, dan keamanan). Dengan demikian pengembangan potensi tersebut juga harus
menjadi landasan implementasi pendidikan karakter di Indonesia.
a). Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan
dari pendidikan nasional secara utuh.
b). Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komperhensif sebagai
proses pembudayaan. Oleh karena itu, pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan perlu
diwadahi secara utuh.
c). Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, sekolah, dan orang tua. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan
budaya dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut.
d). Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan gerakan
nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan.
Dengan demikian, pendidikan karakter mempunyai visi senantiasa mengarahkan diri pada
pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam
perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama dalam
tantangan global. Kemudian menurut Kementrian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter
harus meliputi dan berlangsung pada.
Yang dari ketiga lembaga pendidikan di atas dalam implementasinya harus saling berkerja
sama dan melengkapi dengan baik, hal demikian dilakukan agar terbentuknya sebuah kondisi
dan suasana yang kondusif serta nyaman dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter
bagi setiap manusia
DAFTAR PUSTAKA
Alhamdulillahirobbil Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku
umatnya.
makalah ini penulis membahas mengenai PEMBENTUKAN KARAKTER dengan makalah ini
penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun