Disusun Oleh :
Kelompok C2 :
Pangesti Rahayu
Putri Farah Efrilda
Rachmat Triantoro
Rafidah Izzatul Ummah
Rendi Pratama
Riri Yuliska
Risky Arief Munandar
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami penyarian simplisia dengan cara perkolasi serta hal-
hal yang harus diperhatikan dalam menyari simplisia dengan cara perkolasi.
2. Mahasiswa mampu memasang alat perkolasi dan bagian-bagiannya.
3. Mahasiswa mampu membuat ekstrak kental dengan cara perkolasi.
4. Mahasiswa mengetahui pengaruh perbedaan pelarut dan konsentrasi etanol terhadap
rendemen ekstrak secara perkolasi.
5. Mahasiswa mengetahui perbedaan nilai rendemen ekstrak kunyit antara maserasi dan
perkolasi.
1.3 Manfaat
Menambah wawasan, melatih keterampilan dalam melakukan ekstraksi, dan
mendapatkan perbandingan ekstraksi mana yang paling baik dan menghasilkan ekstrak
paling besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi yaitu
menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, kemudian cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk
tersebut, yang akan melarutkan zat aktif.
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi, karena :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi.
2. Ruangan antara butir-butir simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup
untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Alat yang digunakan untk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan
untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari
perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukan penyarian disebut
ampas atau sisa perkolasi.
Pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan
disari.Serbuk yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila
diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, karena perkolat akan segera menjadi pekat
dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari
yang tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari yang diperlukan
untuk melautkan zat aktif, pada keadaan tersebut pembuatan sediaan digunakan
perkolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi. Ukuran perkolator yang digunakan
harus dipilih sesuai dengan jumlah bahan yang akan disari. Jumlah bahan yang disari
tidak lebih dari 2/3 tinggi perkolator.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian
perkolat, tetapkan kadarnya, atau kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan
dengan cairan penyari secukupnya.
Untuk menentukan akhir perkolasi, dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif secara
kualitatif pada perkolat terakhir. Untuk obat yang belum diketahui zat aktifnya dapat
dilakukan penentuan dengan cara organoleptis, seperti rasa, bau, warna dan bentuknya.
Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel
padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak
merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin
selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
Perkolasi dapat di modifikasi sebagai berikut :
1. Reperkolasi
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pemekatan sari, maka cara
perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan dari
dengan pemanasan, pada reperkolasi tidak dilakukan pemekatan sari.
2. Perkolasi bertingkat
Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang
maksimal, Karena selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia
terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai bawah disertai pelarutan zat
akttif, sehingga menghasilkan perkolat yang kepekatanny tidak sama, tetesan pertama
pekat dan pada tetesan terakhir encer. Untuk memperbaikinya dapat dilakukan cara
perkolasi bertingkat.
2.2 Kunyit
2.2.1Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica val
2.2.2 Deskripsi Tanaman
Tanaman kunyit ( Curcuma domestica val ) merupakan salah satu tanaman obat
tradisional yang banyak dikenal banyak orang. Tanaman ini memiliki nama yang sangat
banyak di daerah masing-masingnya seperti kunir, kuning, cahang, janar dan lainnya.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1300-1600 mdpl, dan curah hujan yang
sangat baik.
Tanaman kunyit merupakan tanaman jangka panjang atau tahunan dengan daun
besar berbentuk elips, 3-8 buah, panjang hingga mencapai 85 cm, lebar sampai 25 cm,
pangkal daun meruncing, dan berwarna hijau muda atau tua. Batang tanaman kunyit
adalah semu yang berwarna hijau dan keunguan, tingga batang mencapai 1,60 meter.
Perbungaan tanaman ini muncul dari rimpang, terletak di batang, ibu tangkai bunga
berambut kasar dan rapat. Saat kering memiliki ketebalan mencapai 2-5 mm, panjang
16-40 cm, daun kelopak berambut berbentuk lanset dengan panjang 4-8 cm, lebar 2-3,5
cm, berwarna hijau, berbentuk bulat telur, daun memiliki bagian ujung terbelah-belah.
Bentuk bunga tanaman ini majemuk, mahkota berwarna putih. Bagian dalam berupa
rimpang. Bagian dalam rimpang berwarna kuning jingga atau pusatnya lebih pucat atau
warna tidak jelas.
2.2.4 Khasiat
Kandungan utama kurkumin dan minyak atsiri berfungsi untuk pengobatan
hepatitis, antioksidan, gangguan pencernaan, antimikroba (broad spectrum),
antikolesterol, anti-HIV, antitumor, menghambat perkembangan sel tumor payudara,
menghambat proliferasi sel tumor pada usus besar, antiinvasi, antirematik, diabetes
mellitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan, haid tidak lancer, perut mulas saat
haid, memperlancar ASI, amandel, berak lender, morbili, cangkrang.
Umbi akar yang berumur lebih dari satu tahun bersifat membersihkan,
mendinginkan, mempengaruhi bagian perut khususnya lambung, merangsang,
melepaskan kelebihan gas di usus, menghentikan pendarahan dan mencegah
penggumpalan darah. Selain itu juga digunakan sebagai bahan dalam masakan. Kunyit
juga digunakan sebagai obat antigatal, antikejang, serta mengurangi pembengkakan
selapun lender mulut. Kunyit dikonsumsi dalam bentuk perasan yang disebut filtrate,
juga diminum sebagai ekstrak atau digunakan sebagai salep untuk mengobati bengkak.
Kunyit juga berkhasiat untuk menyembuhkan hidung yang tersumbat, caranya dengan
membakar kunyit dan menghirupnya.
BAB III
METODE PERCOBAAN
a. Hasil Praktikum
Data Praktikum Lokal A Senin Pagi (A1 A3)
Parameter Etanol 50% (A4) Etanol 70% (A5) Etanol 96% (A6)
Pemerian ektrak
Pemerian ektrak
Pemerian ektrak
Pemerian ektrak
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
etanol 50% etanol 70% etanol 96%
b. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan ekstraksi simplisia kunyit dengan metode
perkolasi. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi yaitu menempatkan serbuk
simplisia dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, kemudian
cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, yang akan melarutkan zat
aktif.Hal yang pertama kali dilakukan adalah menimbang simplisia kunyit sebanyak 25 gram.
Kemudian menyiapkan alat perkolasi dan perlengkapannya. Bagian bawah tabung percolator
disambungkan selang dari keran untuk menghubungkan ke wadah penampung perkolat.
Wadah perkolat posisinya harus lebih rendah dari percolator dan selang harus terpasang
membentuk huruf U. Setelah itu serbuk simplisia dibasahi dengan 2,5-5 bagian. Cairan
penyari yang digunakan adalah etanol 96%, aduk agar cairan penyari meratakan seluruh
massa simplisia dan diamkan selama kurang lebih 3 menit.
Etanol digunakan sebagai pelarut/penyari karena etanol bersifat polar yang dapat
menarik zat aktif yang bersifat polar juga. Etanol lebih selektif, kapang dan khamir sulit
tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dapat bercampur dengan air, dapat
memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut, dan tidak mengakibatkan pembengkakan
membrane sel.
Kemudian masukkan kapas ke dalam percolator yang telah terpasang tetapi jangan
terlalu ditekan agar tidak menyumbat keran. Lalu masukkan kertas saring di atas kapas.
Pindahkan massa basah sedikit demi sedikit ke dalam percolator tepat di atas kertas saring.
Seelah itu, masukkan kembali kertas saring di atas massa basah dan tambahkan cairan
penyari hingga selapis cairan di atas massa simplisia kurang lebih 1 cm. Kemudian dilakukan
percobaan aliran. Keran dibuka dan biarkan cairan mengalir dan menetes ke dalam wadah
perkolat. Apabila kecepatan menetes 1 ml/menit dan cairan mengalir lancer ke dalam wadah,
segera tutup keran dan itu menandakan alat perkolasi telah terpasang dengan baik. Tutup
bagian atas tabung percolator dengan alumunium foil agar cairan tidak menguap. Kemudian
tunggu 24 menit sebelum keran dibuka kembali.
Setelah 24 menit, keran dibuka kembali dan biarkan cairan menetes. Perhatikan cairan
penyari di atas simplisia selalu tersedia di dalam tabung percolator. Tambahkan kembali
cairan penyari hingga selapis jangan sampai terlalu banyak. Lakukan berulang hingga
diperoleh perkolat sebanyak 250 ml (waktu yang dibutuhkan 50 menit, kecepatan 2-3
tetes/detik).
Setelah diperoleh perkolat sebanyak 250 ml, tuang perkolat ke dalam cawan yang
sudah ditimbang terlebih dahulu. Kemudian uapkan di atas waterbath dengan suhu 60-65C
hingga diperoleh ekstrak kental ( 20 ml). Setelah mengental, angkat dan timbang massa
kental ekstrak. Setelah diperoleh ekstrak kering, dihitung persentase rendemennya dengan
menimbang bobot ekstrak kering terlebih dahulu.
Cara yang digunakan dalam praktikum adalah cara simulasi. Cara yang sebenarnya
adalah setelah serbuk simplisia dibasahi, didiamkan sekurang-kurangnya 3 jam. Lalu sebelum
cairan di dalam percolator dibiarkan menetes, sebelumnya dibiarkan dahulu selama 24 jam,
dan keesokan harinya keran dibuka dan cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1
ml/menit. Sebelum digunakan, hasil perkolasi didiamkan terlebih dahulu 1-2 hari di tempat
sejuk dan terlindung dari cahaya untuk mengendapkan bahan yang tidak larut kemudian
disaring.
Berdasarkan hasil praktikum hasil rendemen terbesar adalah pada cairan penyari
etanol 50%. Namun pada kelompok C1-C3 rendemen terbesar adalah pada etanol 70% dan
perbedaannnya cukup signifikan yang dapat terjadi karena beberapa factor seperti
ketidaktelitian praktikan dalam praktikum. Setelah dihitung rata-ratanya diperoleh
kesimpulan bahwa hasil rendemen etanol 50% (23,52%) < etanol 70% (30,26%)> etanol 96%
(17,84%). Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi penyari mempengaruhi hasil ekstrak dan
waktu penguapan dari ekstrak tersebut walau tidak terdapat perbandingan konstan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan ektraksi secara perkolasi
yaitu, bagian atas tabung percolator setelah diberi cairan penyari segera ditutup agar tidak
menguap, saat penempatan sekat berpori kapas jangan terlalu ditekan agar tidak menyumbat
keran, posisi botol perkolat harus lebih rendah dari tabung percolator, cairan penyari di atas
simplisia selalu dijaga selapis saja jangan sampai terlalu banyak, dan pengaturan penetapan
cairan keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan ektraksi secara perkolasi
yaitu, bagian atas tabung percolator setelah diberi cairan penyari segera ditutup agar
tidak menguap, saat penempatan sekat berpori kapas jangan terlalu ditekan agar tidak
menyumbat keran, posisi botol perkolat harus lebih rendah dari tabung percolator,
cairan penyari di atas simplisia selalu dijaga selapis saja jangan sampai terlalu
banyak, dan pengaturan penetapan cairan keluar dalam jangka waktu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1, Badan Pengawas Obat
Tim Penyusun, Serial Buku Ajar Farmasi Fitokimia, Politeknik Kesehatan Kementrian
Penimbangan serbuk kunyit sebanyak 25 g pembasahan serbuk simplisia dengan etanol 96%
Pemasangan percolator dan perlengkapannya pemasangan selang, kapas, dan kertas saring
Pemindahan massa
basah ke percolator massa basah + kertas saring