Disusun Oleh:
Kelas Pengetahuan Lingkungan A
Kelompok 4 (Empat)
UNIVERSITAS JEMBER
2016
i
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
itu, diadakannya kunjungan ke TPA Pakusari, Jember diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana proses datangnnya sampah di tempat pembuangan
akhir ini, dan proses apa saja yang dilakukan di dalam mengolah sampah di
tempat pembuangan sampah ini.
Masalah di masyarakat di era sekarang tak hanya masalah sampah, namun
masalah limbah yang dihasilkan sejumlah pabrik-pabrik juga menjadi momok di
kalangan masyarakat. Limbah pabrik yang di buang secara tidak bertanggung
jawab mampu memberikan efek negatif yang cukup besar bagi lingkungan. Di
mulai dari mengakibatkan pencemaran air, tanah, sosial dan budaya. Untuk itu
sebagai generasi penerus penduduk bumi ini, diharapkan adanya kesadaran dan
upaya dalam penyelamatan lingkungan dari limbah-limbah yang merusak
lingkungan. Saat ini mulai muncul pabrik-pabrik yang mengelola sampah atau
limbah pabriknya menjadi barang yang lebih bermanfaat dan tidak dibuang begitu
saja tanpa ada pengelolaan lebih khusus. Dimana dengan adanya pengelolan
limbah secara khusus sebelum di buang mampu menjadi barang yang lebih
bermanfaat, barang yang memiliki nilai ekonomis dan tidak merusak lingkungan.
Industri yang menerapkan cara seperrti ini disebut dengan Green Factory yaitu
dengan memanfaatkan limbah yang dihasilkan oleh industri menjadi barang yang
lebih bermanfaat yaitu memanfaatkan limbah industry dengan sebaik-baiknya
tanpa harus membuang ke lingkungan.
Salah satu yang menerapkan system Green Factory yaitu pusat
penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang ada di kota Jember. Pusat penelitian
kopi dan kakao ini mengadopsi metode Zero Waste yaitu 0% sampah yang
dihasilkan dari pusat penelitian ini. Pusat penelitian kopi dan kakao di Jember ini
merupakan pusat penelitian terbesar di Asia Tenggara yang berdiri sejak 105
tahun lalu yakni pada tanggal 01 Januari tahun 1911. Diharapkan adanya
penggunaan metode Zero Waste mampu mengurangi permasalahan limbah yang
ada di lingkungan sehingga keadaan lingkungan tetap terjaga kebersihan dan
keasriaannya.
Berdasarkan itu semua, kegiatan lapangan ini dimaksudkan sebagai sarana
bagi mahasiswa untuk menambah wawasan serta pengetahuan disamping materi
kuliah Pengetahuan Lingkungan Hidup yang telah diperolehnya di kampus.
2
Kegiatan ini meliputi pengamatan jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat
Jember per-harinya yang ditampung di TPA Pakusari, serta mengetahui
bagaimana teknik pengolahan sampah yang ada di sana. Lokasi kedua yang
dikunjungi yaitu Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Kebun Renteng dimana di
lokasi ini bertujuan memberikan wawasan tentang kegiatan industri yang
menerapkan teknik zero waste, sehingga limbah dimanfaatkan sedemikian rupa.
TPA
1. Darimanakah sumber sampah yang ditampung di TPA Pakusari?
2. Berapa truk sampah yang datang per hari?
3. Adakah teknik pengolahan sampah selain teknik dumping?
4. Adakah organisasi pemulung? Jika ada apakah ada retribusi dan izin
dari TPA Pakusari?
5. Apa saja kendala pengelolaan sampah?
PUSLIT
1. Apa saja jenis tanaman coklat yang terdapat di puslit? Dan apa saja
kelebihannya?
2. Tanaman naungan apa yang digunakan di puslit dan mengapa
menggunakan tanaman tersebut?
3. Apa yang menjadi hama utama bagi tumbuhan di puslit dan bagaimana
pengendaliannya?
4. Bagaimana pengelolaan limbah dari tanaman coklat?
5. Bagaimana cara pembuatan coklat putih?
3
1.2 Tujuan
TPA
1. Mengetahui sumber sampah yang ditampung di TPA Pakusari
2. Mengetahui banyaknya truk sampah yang datang per hari
3. Mengetahui teknik pengolahan sampah selain teknik gamping
4. Mengetahui ada tidaknya organisasi pemulung dan ada tidaknya
retribusi serta izin dari TPA Pakusari
5. Mengetahui kendala pengelolaan sampah
PUSLIT
1. Mengetahui jenis tanaman coklat yang terdapat di puslit dan
mengetahui kelebihannya tanaman tersebut
2. Mengetahui tanaman naungan yang digunakan di puslit dan
mengetahui alasan menggunakan tanaman tersebut
3. Mengetahui hama utama bagi tumbuhan di puslit dan mengetahui cara
pengendaliannya
4. Mengetahui pengelolaan limbah dari tanaman coklat
5. Mengetahui cara pembuatan coklat putih
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
konduktif (resistivitas kurang dari 10 m) menunjukkan akumulasi rembesan
lindi yang dapat mencemari air tanah di sekitar daerah tersebut. Serta penelitian
yang dilakukan oleh Johanis dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas
konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan mengambil tiga lintasan sebagai
sampel, yaitu lintasan A terletak pada timbunan sampah, lintasan B berada antara
timbunan sampah dan tanah, lintasan C berada di luar timbunan sampah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat resistivitas rendah pada ketiga lintasan
tersebut yang diduga merupakan daerah yang tercemar polutan cair yang
dihasilkan oleh pembusukan sampah.
Metode geolistrik terbukti merupakan metode sederhana yang terkenal
dalam pendeteksian kualitas air tanah. Metode ini terbukti telah memecahkan
banyak masalah tentang air tanah (Ngadimin, 1993:43-53). Misalnya: pemetaan
pencemaran air tanah oleh benzena (minyak tanah) pada suatu area di Utah AS
dengan menggunakan konfigurasi elektroda Wenner (Ratna, 2009:31), mendeteksi
aliran air tanah yang mengandung polutan pada daratan Seri Petaling Malaysia
(Sukesi, 2008:27) dan mendeteksi kualitas air tanah di daerah Korin, bagian
tenggara Iran dengan menggunakan metode geolistrik Vertical Electric Sounding
(VES) (Trisnawati, 2009:49).
Kopi sebagai salah satu aset produk Indonesia yang terkenal di dunia,
sekarang ini banyak diusahakan atau diproduksi secara organik dengan istilah
kopi organik. Kopi merupakan komoditas penting perkebunan di Indonesia.
Indonesia merupakan negara penghasil kopi keempat terbesar di dunia. Saat ini,
produksi kopi Indonesia telah mencapai 600 ribu ton pertahun dan lebih dari 80%
berasal dari perkebunan rakyat. Pengelolaan tanaman kopi organik belum
dilakukan secara intensif. Hal ini dapat dilihat dari pengelolannya yang tidak
menggunakan pupuk organik secara keseluruhan. Bagi bangsa Indonesia, kopi
merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat yang mempunyai arti yang
cukup tinggi (Ati, 2011:47-58).
Tanaman kopi tumbuh di daerah tropis yang buahnya berbentuk biji-bijian.
Tanaman kopi tumbuh di daerah panas dengan curah hujan sedang yang letak
daerahnya antara 25 LU dan 25 LS. Brazil, Columbia, dan Ivory Coast merupakan
negara penghasil kopi terbesar di dunia. Ada 40 jenis varietas kopi dan dua jenis
6
kopi yang paling banyak diperdagangkan yakni kopi arabica menguasai 75%
produksi kopi di dunia. Indonesia menyumbang 10% dari total produksi dunia.
Tanaman kopi Robusta berbunga 4 kali dalam setahun dan menghasilkan kopi 4
pon per tanaman. Pohon kopi dapat mencapai tinggi 15-30 kaki dan mudah
dipanen (Winarni, 2011:35-39).
Kopi Konservasi adalah budidaya dan cara berkebun kopi yang ramah
lingkungan, tidakmembuka kawasan hutan/berhutan apalagi di wilayah terjal, dan
pada areal kebun yang terbuka dilakukan penanaman disela-sela tanaman kopi
dengan jenis-jenis pohon naungan yang sesuai dan bernilai ekonomis sehingga
memberi nilai tambah bagi pendapatan petani. Di sisilain, penanaman tanaman
sela juga dapat menghindarkan tanaman kopi dari sinar matahari dan embun
secara langsung sehingga pertumbuhan dan produktifitas kopi menjadi lebih baik.
Pada akhirnya, adanya tanaman kopi dan pohon naungan akan menciptakan iklim
mikro lokalyang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan kopi dan jika terakumulasi
serta dilakukan secaramassive (lebih luas; besar-besaran) pada tipe pengelolaan
lahan yang sama akan berperandalam upaya pengurangan emisi dan pemanasan
global serta menghambat laju sedimentasi.
Lingkungan tumbuh yang sesuai bagi tanaman kopi dan kakao adalah
lingkungan yang memiliki kondisi iklim relatif tidak kering, dengan sebaran hujan
bulanan relatif merata sepanjang tahun, sehingga kedua jenis tanaman tersebut
tidak mengalami cekaman air dalam periode pertumbuhannya. Di samping itu,
persyaratan lain yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang
baik dalam jangka panjangadalah tinggi tempat pada kisaran yang optimum,lahan
relatif tidak miring, kondisi fisik dan kimia tanah relatif baik dan subur,kondisi
drainasi tanah relatif baik, tanahtidak mengandung unsur-unsur yang dapat
meracuni tanaman, dan potensi kerusakan tanah minimal.
Tanaman kakao memiliki batang tegak, lurus dengan panjang 1,5-2 meter.
Kayunya terang dan putik, kulit kayu tipis, halus, dan kecoklatn. Bijinya
berukuran 2,5 cm, bagian luar dilapisi kulit buah berwarna merah kecoklatan,
bagian dalam coklat gelap dan dibungkus lapisan keputih-putihan. Pohon kakao
memiliki daun lebar dan mengkilat yang berwarna merah ketika muda dan hijau
saat matang. Kuncupnya berjumlah ribuan berupa bunga kecil berwarna merah
7
muda atau putih yang tumbuh dalam kelompok dan mekar bersamaan di batang
dan cabang pohon kakao. Buahnya berwarna hijau atau kadang merah tua, bentuk
mirip melon panjang.
Kakao (Theobroma cacao) adalah tanaman perkebunan. Tanaman tahunan
ini dapat mulai berproduksi pada umur 18 bulan (1,5 tahun). Tanaman ini
menghasilkan biji kakao yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk coklat.
Penanaman bibit kakao melalui pembuatan lubang tanam terlebih dahulu dengan
ukuran 60x60x60 cm. Pembuatan lubang tanam dilakukan 6 bulan sebelum tanam.
Isi lubang tanam tersebut dengan pupuk hijau dari hasil tebasan gulma atau pupuk
kandang bila tersedia. Kemudian lubang tanam ditutup, 3 bulan sebelum bibit
kakao ditanam. Lakukan penanaman pada awal musim hujan. Tanamlah bibit
kakao bila pohon penaung telah berfungsi baik, dengan kriteria intensitas cahaya
30-50% dari cahaya langsung.
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan
kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditas kakao
menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa
negara, setelah komoditas CPO dan karet. Pada tahun 2006 ekspor kakao
mencapai US$ 975 juta atau meningkat 24,2% dibanding tahun sebelumnya.
Untuk mendukung pengembangan tanaman kakao agar berhasil dengan baik,
langkah awal usaha budidaya kakao yang baik adalah mempersiapkan bahan
tanam di tempat pembibitan. Karena pembibitan merupakan pertumbuhan awal
suatu tanaman sebagai penentu pertumbuhan selanjutnya maka pemeliharaan
dalam pembibitan harus lebih intensif dan diperhatikan. Selain pemupukan,
pertumbuhan bibit kakao juga dipengaruhi jenis tanah yang digunakan sebagai
media.
8
BAB III
3.1 Hasil
1) Hasil dan Pembahasan di TPA Pakusari, Jember
9
tampak menyerupai seperti kue lapis. Selain itu pengolahan sampah juga
dilakukan menggunakan resinerator, di sini pengelolaan sampah-sampah tertentu
yang berbahaya seperti sampah hasil medis yang mengandung zat-zat atau cairan,
virus, bakeri yang terkandung dalam alat-alat medis atau limbah medis lainnya
dilakukan dengan melakukan pembakaran dengan teknik sederhana dan
pemisahan yang berbeda untuk kedepannya perlu ditingkatkan dalam pengelolaan
sampah medis ini agar tidak menggunakan system manual. Untuk system recyle,
reduce, dan reuse terdapat system organisasi keanggotaan pemulung sampah.
Dimana pemulung melakukan pemungutan sampah yang nantinya mereka jual ke
pengepul,sampah yang dijual berupa sampah anorganik seperti kaleng, botol
plastik dan lain sebagainya. Kemudian untuk sampah organik sebagian diambil
masyarakat untuk pakan ternak dan selain itu dijadikan sebagai pupuk kompos
yang nantinya pupuk ini dapat dijual dan menghasilkan nilai ekonomis. Dari
penjelasan hasil observasi diatas, jadi teknik pengolahan sampah yang di lakukan
di TPA pakusari masih menggunakan teknik pongolahan secara sederhana dan
sebagian di jadikan pupuk kompos.
Sampah yang ditampung di Tempat Pembuangan Akhir Pakusari juga
memiliki manfaat bagi masyarakat dalam bidang ekonomi, dimana pada saat
observasi terlihat pemulung bekerja untuk memunguti sampah yang memiliki nilai
ekonomis. Masyarakat yang mengambil sampah di TPA Pakusari mendapatkan
penghasilan dari memungut sampah anorganik seperti kaleng, botol plastik yang
biasanya mereka jual ke pengepul, penghasilan para pemulung sampah tergantung
dari banyaknya sampah yang mereka pungut. Rata-rata penghasilan yang didapat
sekitar Rp 10 ribu perhari. Melihat ini memang atas apa yang dikerjakan tidak
sesuai dengan upah yang didapat.Untuk sampah organik biasanya mereka ambil
untuk pakan ternak. Selain itu juga ada para pekerja tetap yang nantinya akan di
gaji oleh pihak TPA Pakusari. Selain mendapatkan penghasilan mereka juga
mendapatkan layanan kesehatan apabila terjadi kecelakan kerja layaknya
berhubungan dengan kesehatan. Dimana pihak management TPA telah
bekerjasama dengan pihak puskesmas terdekat. Pelayanannya sendiri pihak
puskesmas melakukan cek up seminggu 2 kali, namun karena pengaduan
10
kesehatan jarang terjadi layanan kesehatan puskesmas yang siap d lokasi TPA
tidak berjalan melainkan di alihkan ke puskesmas langsung.
Kendala atau permasalahan yang dialami oleh TPA Pakusari sendiri pokok
utamanya berupa perluasan lahan,dimana luas lahan yang ada saat ini tidak ideal
dengan jumlah sampah yang kian meningkat dengan popolusi penduduk yang kiat
bertambah tiap tahunnya.Jumlah sampah yang dihasilkan melebihi batas daya
tampung lahan di TPA Pakusari.Pihak pengelola management TPA sudah berupa
mengatasi masalah ini dengan melakukan pengajuan lokasi yang lebih memenuhi
kriteria kepada pemerintah namun masih belum ada respond an tindak lanjut dari
pihak pemerintah.
11
selanjutnya yaitu terdapat di daerah Bondowoso dengan nama kebun percobaan
Andong Sari, Kecamatan Pakem lokasi ketinggian 1100 mdpl dengan penelitian
Kopi Arabika dan Kopi Luwak.
12
putih dikembangkan oleh BTPN contohnya yang mengembangkan biji kakao
putih yaitu BTPN 12, biji kakao putih umumnya memiliki harga mahal dibanding
dengan biji kakao lainnya. Para petani Indonesia tidak mengembangkan biji kakao
putih karena produktivitasnya rendah dan tanamannya disukai hama penyakit.
Penanaman tanaman kakao ini yang cocok yaitu pada ketinggian dibawah
600 m dari permukaan air laut apabila berada diatas 600 m dari permukaan air laut
tanaman kakao dapat tumbuh akan tetapi masa produksinya lama dan masa
buahnya juga lama. Dengan PH tanah netral antara 6-7 serta curah hujan yang
dibutuhkan yaitu 1500-2500 apabila kurang dari batas yang ditentukan maka
tanaman kakao akan mati, produksinya rendah dan biaya produksinya tinggi.
Untuk pusat penilitian kopi dan kakao, Jember ini biaya produksinya tinggi hal ini
karena curah hujan yang rendah sehingga dibutuhkan penyiraman. Untuk itu
seharusnya hujan itu sepanjang tahun, untuk penanaman tanaman kakao yang
ideal yaitu terjadi hujan sepanjang tahun atau hujan keringnya terjadi kurang dari
3 bulan. Proses penyiraman yang dilakukan dengan cara penyemprotan melalui
lubang-lubang seperti biopoli yang berfungsi untuk menghemat air selain itu
dengan sistem palepan namun harus dihindari karena butuh banyak air.
Masa panen besar tanaman kakao terjadi 2 kali dalam setahun yaitu pada
bulan Mei, Juni, dan Juli serta pada bulan November, Desember, dan Januari.
Tetapi pada umumnya sepanjang tahun tanaman kakao berbuah. Untuk di wilayah
Jawa Timur masa panen besarnya 2 kali dalam setahun, tetapi untuk wilayah
seperti Sumatera yang ada di bagian utara garis Khatulistiwa berbuah sepanjang
tahun karena di wilayah tersebut curah hujannya sepanjang tahun. Jadi beda
tempat, beda iklim, juga beda masa panennya.
13
dengan bagus, apabila pemeliharaan tidak bagus maka usia produkti tanaman
kakao hanya sekitar 20 tahun tanaman di bongkar. Biasanya apabila tanaman
kakao sudah tua, produktivitasnya rendah, namun secara fisik masih bagus dan
buahnya juga masih bagus maka disambung samping tanpa harus tanaman
dibongkar total. Jadi ada tanaman baru atau jenis-jenis tanaman baru yang
produktivitasnya tinggi jadi dari tanaman pokok yang memiliki perakaran kuat.
Apabila tanaman yang usianya sudah 20 tahun dibongkar maka perusahaan akan
rugi karena selama 3 tahun tidak produksi tapi jika di sambung samping maka
tanaman masih dapat produksi.
Kakao merupakan makanan yang enak dan tentunya sesuatu yang enak itu
pasti mengundang masalah berupa penyakit, hampir seluruh bagian tubuh
tanaman kakao ini seperti daun, buah, batang, akar, dan lainnya diserang oleh
penyakit. Daun merupakan bagian dari tanaman kakao yang mudah diserang oleh
penyakit seperti misalnya diserang oleh ulat kilan dan daun yang sering di serang
ulat yaitu apabila daun masih muda, selain ulat penyakit lannya yaitu VSD
(vascular streak dieback), jamur, dan holotutricum. Sedangkan untuk penyakit
yang menyerang buah yaitu helopeltis yaitu kepik penghisap buah kakao, apabila
buah yang masih kecil dihisap maka akan kering terus mati, namun apabila yang
dihisap buah yang besar maka akan muncul bentol-bentol atau burik pada buah
sehingga buah terlihat tidak menarik dampak dari adanya penyakit atau hama
yang menyerang buah maka akan mengurangi produksi. Penyakit yang menyerang
batang yaitu ulat pengebor atau siluburus, ulat penggerek dan kanker batang
(Phytopthora) selain menyerang batang juga dapat menyerang buah yang
menjadikan buah busuk sedang akarnya diserang penyakit jamur akar putih, jamur
akar coklat, untuk hama kutu putih tidak membahayakan tanaman kakao akan
tetapi pada saat musim kemarau kutu putih dapat menyerang bunga yang
menjadikan bunga kering. Cara penanganan penyakit atau hama pada tanaman
kakao yaitu dapat menggunakan pestisida, daun mahoni, atau daun sirsak yang
diekstrak, selain itu dengan kultur teknis dengan cara mengurangi kelembapan
kebun dikurangi dan tanaman dipangkas, apabila tanahnya basa dibuat saluran
krenase. Buah kakao yang berwarna hijau dengan nama klon Jaz 60 ini tidak
tahan dengan penyakit VSD yang menyerang daun sehingga menyebabkan daun
14
rontok dan jamur menjalar ke batang sehingga menyebabkan batang mati, jamur
yang menjalar ke batang tanaman kakao melewati pembuluh angkut xilem
sehingga tanaman disambung dengan buah kakao merah dengan nama klon
Sulawesi 1 jadi digunakan untuk menggantikan kanopi daunnya. Ciri-ciri buah
kakao masak yaitu terdapat seleret kuning atau warna kekuningan. Untuk
melakukan penyambungan maka perlu memilih jenis tanaman yang tahan
terhadap penyakit seperti buah kakao merah tahan resisten, dengan melakukan
penyambungan maka telah melakukan pengendalian teknik kultur yang dapat
menghemat biaya pestisida, selain kakao merah yang tahan terhadap penyakit
yang digunakan untuk penyambungan yaitu Sulawesi 1, ECA 6 yang digunakan
untuk mengganti daun bagian atas atau kanopi, jadi yang digantikan merupakan
klon yang memiliki produktivitas tinggi seperti Jaz 60 yang memiliki
produktivitas tinggi namun tidak tahan penyakit. Mengenai rasa dari buah kakao
ini sendiri tergantung dari selara masyarakat namun sebenarnya bauah kakao biji
putih yang memiliki rasa lebih enak. Namun permintaan pasar lebih banyak pada
kakao biji coklat warna ungu. Alasan pemilihan kakao lindak sebagai penilitian
karena petani Indonesia 95% lebih banyak menanam kakao lindak dan sehingga
dilakukan penilitian untuk memperbaiki pertanian rakyat.
Pertanian tanpa limbah berbasis kakao dan kopi, tanaman kopi dan kakao
harus ada naungannya yang setiap saat juga harus dipangkas. Limbah dari
tanaman kakao dan kopi berasal dari pangkasan naungan, daun dari tanaman
kakao dan kopi, dan rumput atau gulma. Untuk limbah kakao yang berasal dari
pangkasan sebanyak 5 ton selama 1 tahun. Untuk pangkasan lamtoro 15 ton
selama 1 tahun, jadi produksi yang hijaunya mencapai 20 ton tahun per
tahun.Limbah kakao ini terbesar berasal dari kulit yakni sebesar 70% sedangkan
yang 30% berasal dari bijinya.Melihat rata-rata produksi nasional yang mencapai
800 kg biji kering limbah yang dihasilkan 27,5 ton selama setahun. Pengelolaan
limbah biji,kulit,pangkasan rantai ini selain sebagai kompos,juga bisa digunakan
sebagai pakan ternak seperti hewan kambing dan sapi dengan cakupan limbah
kakao dengan luas satu hektar mampu mencakup pakan kambing sebanyak 15
ekor kambing dewasa. Sedangkan limbah kotoran hewan sebanyak 15 ekor
kambing menghasilkan sebanyak 8 ton. Untuk limbah kotoran kambing ini sendiri
15
nantinya dijadikan pupuk dalam penanaman kakao serta dapat dijadikan biogas
tak hanya itu kotoran kambing tadi juga bisa diolah menjadi pakan cacaing
dimana nantinya cacaing bisa digunakan untuk pakan ikan, oleh karenanya limbah
yang ada disini memang diolah secara efektif agar memiliki nilai dan kegunaan
yang membawa peningkatan ekonomi serta pengurangan limbah dalam kerusakan
lingkungan.
Pengolahan biji kopi primer, untuk biji kopi yang diolah merupakan biji
kopi yang berwarna merah. Sedangkan kopi yang berwarna kuning, hijau dan
hitam merupakan produk inferior. Pada kopi Arabica efek fermentasi sangat besar
16
terhadap cita rasa maupun aromanya, namun pada kopi robusta aromanya tidak
begitu menyengat. Proses pengolahan awalnya yaitu biji kopi yang telah dipanen
disortasi secara teliti untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas, dan
seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang, dan terserang
hama/penyakit). Buah merah terpilih (superior) diolah dengan metode
pengolahan basah supaya diperoleh biji kopi dengan HS kering dengan tampilan
yang bagus, sedang buah campuran hijau kuning diolah dengan cara pengolahan
kering. Pengupasan kulit buah, proses pengolahan basah diawali dengan
pengupasan kulit buah dengan mesin pengupasan kulit buah dengan mesin
pengupas (pulper) tipe silinder. Pengupasan kulit buah berlangsung di dalam celah
diantara permukaan silinder yang berputar (rotor) dan permukaan pisau yang diam
( stator). Pengupasan buah kopi umumnya dilakukan dengan menyemprotkan air
ke dalam silinder bersama dengan buah yang akan dikupas.penggunaan air
sebaiknya diatur sehemat mungkin disesuaikan dengan ketersediaan air dan mutu
hasil. Jika mengikuti proses pengolahan basah secara penuh, konsumsi aor dapat
mencapai 7-9 m3 per ton buah kopi yang diolah. Aliran air berfungsi untuk
membantu mekanisme pengaliran buah kopi di dalam silinder dan sekaligus
membantu membersihkan lapisan lender. Lapisan air juga berfungsi untuk
mengurangi tekanan geseran silinder terhadap buah kopi sehingga kulit tanduknya
tidak pecah. Proses fermentasi umumnya hanya dilakukan untuk pengolahan kopi
Arabika dan tidak banyak dipraktekkan untuk pengolahan kopi Robusta terutama
untuk kebun rakyat. Tujuan proses ini adalah untuk menghasilkan lapisan lender
yang tersisa di permukaan kulit tanduk biji kopi setelah proses pengupasan. Pada
kopi Arabika , fermentasi juga bertujuan untuk mengurangi rasa pahit dan
mendorong terbentuknya kesan mild pada cita rasa seduhannya. Prinsip
fermentasi adalah peruraian senyawa-senyawa yang terkandung di dalam lapisan
lender oleh mikroba alami dan dibantu dengan oksigen dari udara. Proses
fermentasi dapat dilakukan secara basah (merendam biji kopi di dalam genangan
air) dan secara kering (tanpa rendaman air).
17
perlu dibantu dengan mesin. Ada dua jenis mesin pencuci yaitu tipe batch dan tipe
kontinyu. Mesin pencuci tipe batch mempunyai wadah pencucian berbentuk
silinder horizontal segi enam yang diputar. Mesin ini dirancang untuk kapasitas
kecil dan konsumsi air pencuci yang terbatas, sekitar 50-60 kg. Mesin pencuci
kontinyu mempunyai kapasitas yang relative besar, yaitu antara 100-1000 kg biji
kopi. Kemudian yaitu dilanjutkan dengan proses pengeringan yang bertujuan
untuk mengurangi kandungan air dari dalam biji kopi HS yang semula 60-65%
sampai menjadi 12%. Pada kadar air ini, biji kopi Hs relative aman untuk dikemas
dalam karung dan disimpan di dalam gudang pada kondisi lingkungan tropis.
Proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis dan
kombinasi keduanya. Buah kopi arabika mutu rendah (inferior) hasil sortasi di
kebun sebaiknya diolah secara kering. Cara ini juga banyak dipraktekkan petani
untuk mengolah kopi jenis robusta. Tahapan proses ini relative lebih pendek
dibandingkan proses basah. Buah kopi hasil panen atau hasil sortiran langsungh
dijemur dengan teknik penjemuran. Proses pengeringan dapat dilakukan melalui
dua tahap, yaitu penjemuran untuk menurunkan kadar air biji kopi sampai 20-25%
dan kemudian dilanjutkan dengan pengering mekanis. Kontinuitas sumber panas
untuk proses pengeringan dapat lebih dijamin, sehingga buah atau biji kopi dapat
langsung dikeringkan dari kadar air awal 60-65% sampai kadar air 12% dalam
waktu yang lebih terkontrol. Pada proses pengeringan mekanik membutuhkan
peralatan mekanis yang yang relative lebih rumit, modal investasi yang relative
cukup besar dan tenaga pelaksana yang terlatih. Konsumsi minyak tanah pada
pengering mekanis berkisar antara34 liter per jam. Sedang konsumsi kayu
bakar untuk pengering berbahan bakar kayu adalah antara 15-20 kg per jam
tergantung pada kadar air kayu bakarnya. Pengeringan dengan cara kombinasi
merupakan salah satu alternative yang tepat untuk memperbaiki mutu dan
sekaligus menekan biaya produksi. Proses pengeringan dilakukan dalam dua tahap
yaitu pertama, pengeringan awal (predrying) biji basah di lantai semen samapi
kadar airnya mencapai 20-22% dan kedua pengeringan akhir (final drying) biji
kopi di dalam pengering mekanis pada suhu 50-600C selama 8-12 jam sampai
kadarair 12%.
18
Pengukuran kadar air biji kopi merupakan salah satu tolak ukur proses
pengeringan agar diperoleh mutu hasil yang baik dan biaya pengeringan yang
murah. Akhir dari proses pengeringan harus ditentukan secara akurat.
Pengeringan yang berlebihan (menghasilkan biji kopi dengan kadar air jauh
dibawah 12%) merupakan pemborosan bahan bakar dan merugikan karena
terjadinya kehilangan berat. Sebaliknya jika terlalu singkat, maka kadar air biji
kopi belum mencapai titik keseimbangan (12%) sehingga biji kopi menjadi rentan
terhadap serangan jamur pada saat disimpan atau diangkut ke tempt konsumen.
Kemudian dilanjutkan dengan proses pengupasan kulit kopi, pengupasan
ditujukan untuk memisahkan biji kopi dengan kulit tanduk. Hasil pengupasan
disebut dengan biji kopi beras. Kulit tanduk akan terlepas karena gesekan antara
permukaan rotor dan terlepas menjadi serpihan ukuran kecil. Permukaan rotor
mempunyai ulir dan mampu mendorong biji kopi ke luar silinder, sedangkan
serpihan kulit lolos lewat saringan dan terhisap oleh kipas. Biji kopi beras harus
disortasi secara fisik atas dasar ukuran dan cacatnya biji. Selain itu, kotoran-
kotoran non kopi seperti serpihan daun, kayu atau kulit kopi, harus juga
dipisahkan. Sortasi ukuran dilakukan dengan ayakan mekanis tipe meja getar.
Kapasitas ayakan antara 400-1200 kg per jam tergantung pada kebutuhan. Mesin
sortasi mempunyai tiga saringan dengan ukuran lubang 5,5, 6,5, dan 7,5 mm.
Untuk mesin sortasi tipe getar, ayakan disusun bertingkat sedangkan tipe silinder
putar ketiga ayakan dipasang secara berurutan (seri). Masing-masing tingkat atau
seri ayakan dilengkapi dengan kanal untuk mengeluarkan (outlet) biji dengan
ukuran yang sesuai dengan lubang ayakannya.
19
kurang baik menyebabkan hama gudang akan cepat berkembang dan pada
akhirnya akan merusak biji kopi sebagai makanan. Kelembapan (RH) ruangan
gudang sebaiknya dikontrol pada nilai yang aman untuk penyimpanan biji kopi
kering, yaitu sekitar 70%. Pada kondisi ini, kadar air kesetimbangan biji kopi
adalah 12%. Jika kelembapan relative udara meningkat di atas nilai tersebut, maka
biji kopi akan mudah menyerap uapair di udara lembab di sekelilingnya sehingga
kadar airnya meningkat. Oleh karena itu, gudang penyimpanan biji kopi di daerah
tropis sebaiknya dilengkapi dengan sistem penerangan, sistem pengkondisian
udara dan alat pengatur sirkulasi udara yang cukup.
20
penggunaan lendir, lendir itu boleh dikurangi untuk dimanfaatkan fulvanya tadi
sebagai produk samping makanan nata de cacao yang merupakan produk dari
lendir tadi. Dengan berkurangnya lendir bisa mempercepat proses fermentasi, bisa
menjadi 4 hari saja dengan kualitas yang sama. Proses fermentasi terjadi secara
alami karena adanya gula, serat , karbohidrat, dan sebagainya yang saling
menempel. Kemudian ditutup dengan karung goni, dan terdapat lubang Karena
nantinya akan terjadi proses reaksi oksidasi secara eksotermis yang berfungsi
untuk membantu proses senyawa yang ada di luar biji yaitu lendir tadi masuk ke
dalam, panas yang dihasilkan dari reaksi eksotermis tadi keluar kemudian
terakumulasi jadi suhunya tinggi sekitar 45oC-48oC. Suhu tinggi membantu proses
difusi senyawa gula pada lendir sehingga masuk kedaging biji. Sehingga terjadi
perombakan kimia, jika melalui proses fermentasi yang semula coklat itu tidak
ada rasa coklat berubah menjadi yang berasa coklat, semula yang warnanya ungu
pejal nantinyaakan berubah warna menjadi coklat karena reaksi tadi. Jumlah biji
kakao yang difermentasi harus 40 kg agar akumulasi suhunya bisa tercapai.
21
produksi. Dari aspek citarasa dan aroma, seduhan kopi akan sangat baik jika biji
kopi yang digunakan telah diolah secara baik. Untuk melaksanakan uji ini
diperlukan alat uji citarasa yang terdiri atas alat sangrai dan pembubuk skala
laboraturium.Dari aspek kebersihan, biji kopi yang dipilih harus bebas dari jamur
dan kotoran yang dapat mengganggu kesehatan konsumen. Kontaminasi jamur
juga akan menyebabkan rasa tengik atau apek. Sedangkan dari segi aspek efisiensi
produksi, biji kopi dengan ukuran yang seragam akan mudah diolah dan
menghasilkan mutu produk yang seragam pula. Kadar kulit, kadar kotoran dan
kadar air akan berpengaruh terhadap rendemen hasil. Kadar air yang tinggi dapat
menyebabkan waktu penyengraian lebih lama dan hal tersebut berdampak pada
kebutuhan bahan bakar yang semakin meningkat pula.Proses pengolahan produk
sekunder (kopi bubuk) sebaiknya juga dilakukan secara berkelompok. Unit
produksinya diharapkan menjadi salah satu bagian integral dari kegiatan
pengolahan produk primernya sehingga pasokan bahan baku dapat terjamin, baik
dalam hal jumlah, maupun mutu dan kualitasnya.
2. Penyangraian
Terdapat kunci pada proses produksi kopi bubuk yaitu penyangraian. Sumber
panas yang diperoleh dari pembakaran minyak tanah (kerosene) dengan alat
pembakar (burner). Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan
citarasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Selain keberadaan
senyawa calon pembentuk aroma dan citarasa, kesempurnaan reaksi sangrai
dipengaruhi oleh dua factor utama, yaitu panas dan waktu. Selama proses
penyangraian, terdapat tiga tahapan reaksi fisik dan kimiawi yang berjalan secara
berurutan, diantaranya yaitu penguapan air dari dalam biji, penguapan senyawa
volatile (senyawa yang mudah menguap).
Proses sangrai diawali dengan penguapan air dengan memanfaatkan panas
yang tersedia dan diikuti dengan reaksi pirolisis. Reaksi ini umumnya terjadi
setelah suhu sangrai diatas 1800 C. proses ini ditandai dengan evolusi gas CO2
dalam jumlah yang banyak dari ruang sangrai dan ditandai dengan perubahan
warna biji kopi yang semula kehijauan menjadi kecoklatan. Setelah proses ini
selesai, biji kopi yang telah disangrai dimasukkan ke dalam bak silinder yang
dilengkapi dengan kipas pendingin. Proses ini disebut tempering. Selama
22
pendinginan biji kopi diaduk secara manual agar warna biji menjadi
hitam.Penyangraian diakhiri saat aroma dan citarasa kopi telah tercapai. Derajat
sangrai dapat dilihat dari perubahan warna biji kopi yang sedang disangrai.
3. Pencampuran
Pencampuran biji kopi sangrai ditujukan untuk mendapatkan citarasa dan
aroma yang khas dengan mencampur beberapa jenis bahan baku atas dasar jenis
biji kopi berasnya (Arabia, robusta, exelsa). Ada bbeberapa proses yang
digunakan dalam hal ini yaitu proses kering, semi-basah, basah. Serta asal bahan
baku dapat dilihat berdasarkan ketinggian, tranah dan agrolimat. Beberapa jenis
bahan baku tersebut di sangrai secara terpisah dan ditimbang dalam proporsi
tertentu. Maksudnya dalam hal ini yaitu berdasarkan uji citarasa, dan kemudian
dicampur dengan menggunakan alat pencampur putar tipe hexagonal. Dari
campuran tersebut diharapkan dapat diperoleh citarasa dan aroma kopi bubuk
yang khas.
4. Penghalusan/pembubukan biji kopi sangrai
Biji kopi yang telah disangrai dihaluskan dengan alat penghalus (grinder)
sampai diperoleh butiran kopi bubuk dengan kehalusan tertentu. Butiran kopi
bubuk memiliki luas permukaan yang sangat besar sehingga senyawa pembentuk
citarasa dan senyawa penyegar mudah larut kedalam air panas. Mesin penghalus
biji kopi sangrai yang umum digunakan oleh industry kopi bubuk adalah type
burr-mill seperti disajikan pada gambar dibawah ini.Mekanisme penghalusan
terjadi dengan adanya gaya gesekantara pemukaan biji kopi sangrai dengan
permukaan piringan dan sesame biji kopi sangra. Oleh karena itu mesin penghalus
sebaiknya dioperasikan secara terputus. Tingkat kehalusan bubuk kopi ditentukan
oleh ukuran ayakan yang dipasang pada bagian dalam mesin pembubuk.
5. Rendemen bubuk kopi
Rendemen merupakan susut berat biji kopi selama disangrai dan dihaluskan
sampai menjadi kopi bubuk. Kehilangan biji kopi selama penyangraian
disebabkan oleh penguapan senyawa yang mudah menguap yang ada di dalam biji
dan juga disebabkan oleh penguapan air. Sedangkan susut berat selama proses
penghalusan umumnya terjadi karena partikel kopi bubuk yang sangat halus
23
terbang ke lingkungan akibat gaya sentripetal putaran pemukul mesin
penghalusnya.
6. Pengemasan
Tujuan dari pengemasan yaitu untuk mempertahankan aroma dan citarasa
kopi bubuk selama transportasi di distribusikan ke konsumen. Karena apabila
dikemas secara baik, kesegaran, aroma dan citarasa kopi bubuk tetap akan terjaga
walaupun didiamkan untuk waktu yang cukup lama. Faktor yang berpengaruh
terhadap keawetan kopi bubuk selama dikemas adalah kondisi penyimpanan (suhu
lingkungan), tingkat sangrai, kadar air kopi bubuk, kehalusan bubuk dan
kandungan oksigen di dalam kemasan. Ada beberapa macam varian rasa pada
pengolahan bubuk kopi ini yaitu rasa jahe, rasa gingseng dan rasa kremer.
Beberapa jenis kemasan yang umum adalah plastik transparan, alumunium foil,
metal damn gelas.masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan baik dari
aspek daya simpan, kepraktisan penggunaan dan harga.
7. Pengawasan proses
Kopi bubuk merupakan bahan minuman yang selain memberikan kenikmatan
harus juga aman bagi konsumen. Oleh karena itu, kriteria mutu biji kopi sebagai
bahan baku kopi bubuk yang meliputi aspek fisik, cita-rasa, kebersihan serta
aspek keseragaman harus dimonitor secara regular dan berkelanjutan. Kriteria
mutu harus didefinisikan secara jelas sehingga pada saat terjadi penyimpangan,
suatu tindakan koreksi yang tepat sasaran dapat segera dilakukan.
Menurut SOP, pada biji kakao yang masih basah, melewati proses
pengeringan, fermentasi yang kemudian dibawa ke pabrik dan semua yang masuk
ke pabrik pengolahan kakao dalam bentuk kering.Kakao unfermented atau tidak
terfermentasi biasanya kakao yang diolah oleh kebanyakan petani di Indonesia.
Saat ini kakao fermentasi dan tidak fermentasi harganya sama, hal ini terjadi
karena masih banyaknya mafia yang menjual cocoa tidak terfermetasi. Cocoa
yang diakui kualitasnya baik sesuai dengan Standard Nasional Indonesia (SNI)
adalah kakao yang sudah terfermentasi. Dari segi rasa, kakao yang terfermentasi
dan tidak terfermentasi berbeda namun lain halnya dengan nutrisi kimia yang ada
di dalamnya yang dengan kata lain dapat dikatakan berbeda. Kakao tidak hanya
untuk bahan makanan namun juga dapat digunakan sebagai bahan kimia, bahan
24
farmasi, sampai bahan kosmetik. Tetapi kakao yang digunakan untuk bahan
kimia, farmasi, dan kosmetik tersebut, lebih cenderung menggunakan kakao yang
tidak terfermentasi. Setelah proses fermentasi selesai, selanjutnya yaitu berlanjut
pada proses pengeringan. Pada proses pengeringan ini bertujuan mengeringkan
biji kakao yang telah difermentasi sampai kadar airnya hanya 7% dan dianggap
sudah aman untuk disimpan. Dan tahap selanjutnya adalah biji kakao yang sudah
aman untuk disimpan akan disortasi ukuran yang kemudian langusung dibawa ke
pabrik coklat.
Untuk sortasi biji kakao ada beberapa kelas ukuran besar diantaranya moto
AA, A, B, C, dan S. Ukuran S adalah ukuran yang paling kecil. Dalam
prakteknya, biji kakao yang berukuran AA adalah biji kakao yang dempet atau
yang disebut juga dengan cluster dan yang biasanya terserang PBK. Biji kakao
yang tidak terserang PBK merupakan biji kakao yang mempunyai kualitas bagus.
Biji kakao yang terserang PBK, diakibatkan oleh kakao yang kekurangan nutrisi.
Pembuatan biogas
Biogas memanfaatkan limbah kulit dan limbah ternak. Biogas merupakan
campuran gas yang dihasilkan oleh peruraian senyawa organik dalam biomassa
oleh bakteri alami metanogenik dalam kondisi anaerobik. Pada umumnya biogas
merupakan campuran 50%-70% gas metana, 30%-40% gas karbon dioksida, 5%-
10% gas hidrogen, dan sisanya berupa gas-gas lain. Biogas memiliki berat 20%
lebih ringan dibandingkan udara dan mempunyai nilai panas pembakaran antara
4800-6700 kkal/m3. Nilai ini sedikit lebih rendah dari nilai pembakaran gas
metana murni yang mencapai 8900 kkal/m3.
Selain dari kotoran ternak, gas metana juga dapat diproduksi dari
campuran beberapa jenis biomassa yang ada di perkebunan kopi/kakao,
sedangkan kotoran ternak merupakan bahan pencampur yang berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan mikroba. Beberpa sifat biomassa yang memiliki
engaruh nyata terhadap produksi bigas antaralain C/N rasio, pH, kadar air.
Kandungan total padatan dan ukurannya. Sedangkan faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap proses adalah suhu,laju pengumpanan,pengadukan dan
konsistensi masukan, serta waktu tinggal di dalam reaktor. Pusat Penelitian Kopi
25
dan Kakao Indonesia telah merekayasa dan menguji coba reaktor biogas skala
rumah pedesaan dengan bahan baku campuran kotoran ternak dan limbah kebun
kopi/kakao. Paket tersebut merupakan salah satu rangkaian dari suatu proses
pengelolaan ternak yang mengedepankan konsep zero waste.
Tahap awal proses produksi biogas adalah pengeceran dengan cara
mencampur kotoran ternak dengan air pada nisbah padatan dan air. Namun jika
kotoran ternak sudah kering, maka jumlah air harus ditambahkan lebih banyak,
sampai pada batas kekentalan yang diinginkan. Untuk kapasitas kecil, bahan baku
biogas dan air dapat dicampur secara manual dalam ember plastik. Sedangkan
untuk kapasitas besar, proses pencampuran tersebut dilakukan dengan alat
pencampur. Mesin pencampur memiliki kapasitas maksimum 0,15 m3 per proses
dengan waktu pencampuran antara 5-10 menit tergantung karakteristik limbah
yang digunakan. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam reaktor
biogas sampai menuup saluran pemasukan dan pengeluaran, dan dibiarkan sampai
gas yang dihasilkan stabil, setelah itu pengisian dilakukan setiap hari atau 2 hari
sekali tergantung pada kondisi lingkungan dan jenis bahan bakunya. Rancangan
reaktor yang digunakan adalah tipe fixed dome baik untuk skala individu maupun
skala kelompok tani di pedesaan.
Konstruksi reaktor biogas memiliki 3 bagian penting, yaitu :
1.) Unit pencampur yang berfungsi untuk menampung campuran bahan baku
yang akan dimasukkan ke dalam reaktor
2.) Bagian utama reaktor yang merupakan tempat berlangsungnya proses
fermentasi secara anaerob untuk menghasilkan biogas
3.) Bagian pengeluaran campuran padatan dan air proses yang langsung dapat
digunakan sebagai pupuk organik.
Reaksi biogas skala individu dibuat dari drum baja memiliki kapasitas
tampung 150 liter dengan retention time (waktu tinggal ) antara 18-20 hari.
Sedangkan reaktor biogas skala kelompok yang dibuat dengan konstruksi beton
berlapis bahan kedap air memiliki volume 18 m3. Waktu tanggal biomassa di
dalam reaktor antara 40-50 hari. Selama proses, biomassa di dalam reaktor perlu
diaduk atau diencerkan dengan sedikit air agar total padatan hasil reaksi tidak
26
mengendap di dasar reaktor. Padatan akan mengahambat aliran gas yang terbentuk
di bagian bawah reaktor saat menuju penampungan gas.
Produksi biogas akan optimal jika campuran masukan di dalam reaktor
memiliki nilai pH pada kisaran 6-7. Bakteri metanogen akan tumbuh optimal pada
kisaran suhu mesofilik, antara 25-350C. Ketika suhu udara turun sampai 100C
produksi biogas akan terhenti. Laju pengumpanan campuran bahan ke dalam
reaktor yang berlebihan akan mengakibatkan akumulasi asam dan produksi gas
metana akan terganggu, dan sebaliknya jika pengumpanan rendah akan
mengakibatkan produksi gas menjadi rendah.
27
tahap yang ketiga melakukan penggilingan biji kakao yang telah dikupas tadi
sampai menjadi keadaan yang agak basah, atau menjadi pasta coklat. Setelah
menjadi pasta coklat dilakukan pengepresan atau pengempaan dengan tekanan
3000 kg yang hasilnya berupa lemakkakao dan bungkil kakao.untuk hasil yang
berupa minyak kakao dan bungkil kakao dipisah lagi untuk menghasilkan produk
yang berbeda. Jika hasil pengempaan yang berupa bungkil kakao dihaluskan maka
akan dihasilkan produk berupa bubuk coklat.hasil dari bubuk coklat ini nantinya
bila ditambah gula atau krim akan menghasilkan olahan minuman coklat, seperti
milo. Berbeda halnya dengan hasil pengempaan berupa lemak kakao tadi, dimana
lemak kakao ini diproses lagi sedemikian rupa mulai dari penambahan susu dan
gula lalu melalui pencampuran dan penghalusan adonan dengan menggnakan
system ballmill. Kemudian setelah penghalusan dan pencampuran telah menjadi
satu adonan siap di cetak dan jadilah produk beraneka ragam olahan makanan
coklat, seperti coklat batang silverqueen, chungky bar, permen coklat dan lain-
lain. Untuk menjadi permen sendiri diperlukan proses tempering mengikuti
peringkat suhu kristalisai lemak kakao, lalu dicetak atau ditambah bahan-bahan
pengisi serta topping seperti kacang mente, kacang makadamina dan lain-lain.
Hingga akhirnya hasil cetakan yang diinginkan telah terbentuk dan siap dikemas.
Produk-produk yang telah jadi dan telah dikemas ini disebarkan
pemasarannya mulai dari sabang hingga merauke. Perlu diketahui juga perakitan
mesin juga dilakukan sendiri di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jadi
mulai dari pembibitan, perakitan mesin dan pengolahan produk seperti kopi instan
dan coklat di olah sendiri.Untuk produk dalam skala besar ini berarti telah ada
yang memesan misalnya dari ukuran 10-50 kg. Barang-barang serta produk yang
telah di packing dan dikemas nantinya sebelum disebarkan diletakkan dulu dalam
outlet lalu nanti dari outlet disebarkan kemana sesuai cabang pemasaran yang ada.
28
3.2 Solusi
Sedangkan solusi dalam observasi di tempat Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
yaitu sistem pemasarannya jika bisa sampai merambat ke pasar internasional,
mengingat letak Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ini adalah yang
terbesar ketiga di dunia, sehingga diharapkan untuk pemasaran tidak hanya
dilakukan didalam negeri tetapi juga sampai luar negeri.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
30
4.2 SARAN
Dari hasil observasi studi lapang kali ini diharapkan mahasiswa lebih
mengerti tentang masalah-masalah mengenai sampah serta pengelolaan limbah
untuk itu alangkah baiknya jika saat studi lapang para mahasiswa lebih aktif
bertanya jawab dengan narasumber,dengan begitu data yang dihasilkan lebih
akurat.Dan pelaksanaan untuk stulap kedepannya persiapannya di maksimalkan
agar efisien terhadap waktu.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kegiatan di TPA Pakusari, Jember
33
34
Lampiran 2
Kegiatan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
35
36
37