http://e-journal.ups.ac.id/index.php/psej
email: adminpsej@upstegal.ac.id
Alamat korespondensi: ISSN 2528-6714
D3 Farmasi Politeknik Harapan Bersama
Jl. Mataram No 9 Kota Tegal 52142, Indonesia
Telp. (0283) 352000
E-mail: kusnadi.adi87@gmail.com
E
56
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
antara radiasi elektromagnetik (REM) yang kering jika berat mencapai konstan dengan
dipancarkan dengan sampel yang selanjutnya syarat menimbang 2 kali penimbangan secara
akan diukur absorbansi dari sampel pleh berturut-turut (Depkes RI, 2008).
detector untuk mengetahui kadar flavanoid Karakteristik Simplisia. Dilakukan uji
dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2013). pemeriksaan karakteristik simplisia melalui uji
Metode ini dapat memberikan presisi kuantitatif organoleptis yang meliputi warna, aroma, rasa,
yang baik serta mudah dilakukan karena dan tekstur daun, serta kadar air dari simplisia.
peralatannya sudah terinstrumentasi (Watson, Pembuatan Ekstrak Daun Seledri dengan
2005). Metode Refluks. Pembuatan ekstrak dilakukan
Dari penjelasan di atas maka penulis dengan menggunakan alat refluks dengan
tertarik untuk melakukan penelitian terhadap mencampurkan 100 gram simplisiakeringdaun
kandungan flavanoid pada daun seledri dengan seledri dengan 300 ml metanol dengan
judul Isolasi Dan Identifikasi Senyawa perbandingan simplisia : metanol (1:3).
Flavanoid pada Ekstrak Daun Seledri (Apium Kemudian diisolasi dengan metode refluks
graveolens L.) dengan Metode Refluks. dengan suhu 63-650 C selama 2 jam. Setelah itu
Harapannya dengan penelitian ini dapat disaring dalam keadaan panas menggunakan
memberikan informasi tentang analisis kain flanel untuk mendapatkan filtrat senyawa
kandungan flavanoid pada daun seledri. flavonoid dalam jumlah maksimal dan diuapkan
Rumusan masalah yang akan dijadikan fokus dengan menggunakan kompor spirtus pada api
dalam penelitian ini adalah (1)Apakah ada kecil utuk menghilangkan pelarutnya yang
senyawa flavonoid pada daun seledri (Apium kemudian menghasilkan ekstrak pekat
graveolens L.)? (2) Berapa kadar flavonoid pada (Alhabsyi,dkk., 2014 : 109).
daun seledri (Apium graveolens L.)? Uji Bebas Metanol. Ekstrak yang diperoleh
dari refluks terlebih dahulu dilakukan uji bebas
METODE pelarut (metanol), hal ini dilakukan untuk
Penelitian ini termasuk jenis penelitian menyakinkan bahwa ekstrak tesebut telah bebas
observasional. Variabel yang digunakan adalah dari metanol.Satu tetes ekstrak ditambahkan 1
variabel tunggal, yaitu senyawa flavonoidpada tetes larutan asam sulfat pekat.Kemudian
daun seledri (Apium graveolens L.) dengan tambahkan 1 tetes larutan KMnO4pekat
metode refluks. diamkan 10 menit. Tambahkan tetes demi tetes
Alat Penelitian. Neraca analitik, pisau, kain larutan Na2S2O3 pekat sampai warna permangat
flanel, blender, beakerglass, gelas ukur, labu alas (coklat) hilang.
bulat, kondensor, corong pisah, ayakan 20 Isolasi Senyawa Flavonoid. Ekstrak yang
mesh, klem, statif, selang, cawan uap, telah bebas dari pelarut (ekstrak pekat)
waterbath, pipa kapiler, lampu sinar UV, dilakukan isolasi flavonoid dengan metode
tampah, penggaris, pensil, kaki tiga, lampu ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah
spirtus, kasa asbes, chamber, plat KLT, dengan pelarut n-heksana sebanyak 30 ml
Spektofotometer UV-Vis. kemudian digojog. Penambahan n-heksana
Bahan Penelitian. Serbuk daun seledri, bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa
metanol , fase gerak: n-butanol, asam asetat, air, non polar pada ekstrak.Penambahann-heksana
pelarut difraksinasi: n-heksana, NaOH 10%, H2 menyebabkan terbentuknya 2 fase yaitu fase
SO4 (pekat), AlCl3 10%, NaNO2 5%, larutan polar dan fase non polar yang memiliki berat
standar kuersetin dan aquades. jenis dan kepolaran yang berbeda. Berat jenis
Penyiapan Simplisia. Daun seledri yang fase non polar lebih kecil dari pada fase polar,
masih segar dibersihkan dari kotorannya, lalu sehingga lapisan non polar berada pada
menimbang daun seledri yang masih segar dibagian atas dan lapisan polar berada dibagian
untuk mengetahui berat basah sampel. bawah. Lapisan polar pada bagian bawah
Selanjutnya daun seledri dikeringkan dengan diambil dan ditampung dalam cawan uap (yang
cara diangin-anginkan. Pengeringan daun sebelumnya sudah ditimbang), lalu cawan
seledri sampai bobot konstan yaitu dinyatakan
58
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
porselain diuapkan diatas waterbath hingga eluen akan keluar melalui kertas saring pada
mendapatkan ekstrak kental. proses elusi, silika gel akan mengabsorbsi fase
Perhitungan Rendemen gerak. Proses selanjutnya masukkan plat KLT
Rendemen=
x 100 % yang sebelumnya sudah ditotolkan sampel
()
kedalam chamber yang sudah jenuh. Pada
proses ini BAA akan bergerak naik melewati
Keterangan : Y = Berat ekstrak kental
butiran silika gel, dan pergerakan BAA akan
X = Berat sampel
diikuti oleh senyawa yang diidentifikasi. Setelah
proses elusi, lempeng silika gel selasai ditandai
Identifikasi Senyawa Flavonoid
dengan naiknya eluen sampai garis batas atas.
1. Identifikasi Test dengan NaOH 10%
Angkat plat KLT dan keringkan dengan cara
Test dengan NaOH 10 % dengan cara
diangin-anginkan kemudian diliat penampakan
memasukkan dua tetes sampel dalam spotes,
noda pada sinar UV 366 nm sebagai panjang
ditambahkan dengan 2-4 tetes larutan NaOH
gelombang teoritis. Eluen yang baik ialah eluen
10% (Asih, 2009), perubahan warna diamati
yang bisa memisahkan senyawa dalam jumlah
hingga menjadi warna kuning sampai kuning
yang banyak ditandai dengan munculnya noda.
kecoklatan. Hal ini dikarenakan flavonoid
Syarat noda yang baik adalah bentuk noda tidak
termasuk senyawa fenol sehingga apabila
berekor dan jarak antar noda satu dengan yang
direaksikan dengan basa akan terbentuk warna
lainnya jelas. Noda yang dihasilkan berwarna
yang disebabkan terjadinya sistem konjugasi
kuning atau hijau lembayung yang menandakan
dari gugus aromatik (Desandi, 2014).
bahwa adanya senyawa flavonoid. Proses
2. Uji Warna Test dengan H2SO4 (pekat)
selanjutnya menganalisa Rf dan hRf (Harborne,
Test dengan H2SO4(pekat) dengan cara masukkan
1996: 88).
4 tetes sampel dalam tabung reaksi tambahan 2-
UJI Spektrofotometri UV-Vis
4 tetes larutan H2SO4(pekat) (Asih, 2009).
1. Pembuatan Larutan Blanko
Perubahan warna yang terjadi diamati menjadi
Mengambil 10 ml metanol masukkan dalam
merah bata sampai coklat kehitaman hal ini
tabung reaksi dan memasukkan 3 ml metanol
disebabkan karena flavonoid apabila direaksikan
kedalam kuvet kemudian masukkan kuvet
dengan asam akan terbentuk warna yang
kedalam Spektrofotometri UV- Vis. Pembuatan
disebabkan terjadinya sistem konjugasi dari
larutan blanko bertujuan untuk kalibrasi pada
gugus khalkon.
alat sehingga konsentrasi dimulai dari titik nol
Uji Kromatografi Lapis Tipis
(Rohyami, 2008)
Menyiapkan alat dan bahan, plat KLT lapis
2. Pembuatan Larutan Induk Baku Kuersetin.
silika gel yang akan digunakan dioven terlebih
Ditimbang sebanyak 50 mg Kuersetin baku,
dahulu selama 3 menit pada suhu 45o C untuk
dimasukkan ke dalam labu ukuran 50 mL
mengurangi kadar air dalam plat KLT.
dengan ditambahkan pelarut metanol sampai
Selanjutnya plat KLT yang sudah dioven diberi
garis tanda batas.Kadar kuersetin yang dieroleh
garis batas atas dan batas bawah masing-masing
menjadi 1 mg/ml atau konsentrasi 1000 l/ml.
1cm untuk mempermudah penotolan dan
3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
mengetahui jarak pelarut yang ditempuh
Memipet larutan induk kuarsetin sejumlah
sehingga mempermudah dalam perhitungan Rf.
volume tertentu pada kuvet kemudian periksa
Kemudian membuat fase gerak dengan
pada panjang gelombang 300-400 nm,
mengambil n- butanol : asam asetat : air (4 : 1 :
kemudian mencatat absorbansi yang dihasilakan
5), dimasukkan kedalam chamber dan
oleh masing-masing panjang gelombang dan
dijenuhkan. Penjenuhan bertujuan agar seluruh
membuat kurva hubungan antara panjang
permukaan di dalam bejana terisi uap eluen
gelombang dan absorbansi(Hanani, 2016).
sehingga rambatan yang dihasilkan oleh silika
4. Pengukuran Absorbansi Pada Larutan Seri
baik dan beraturan. Untuk mengetahui chamber
yang berisi fase gerak telah jenuh maka di dalam Baku Kuersetin
chamber diberi kertas saring, ketika sudah jenuh Mengambil larutan baku 1000 l, kemudian
dibuat masing-masing konsentrasi sebanyak 0,
59
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
10, 20, 30, 40, 50l, kemudian diukur Kabupaten Tegal. Hasil uji organoleptis dapat
absorbansinya dengan panjang gelombang dipastikan bahwa sampel yang digunakan
maksimal yang didapat dan membuat kurva adalah daun seledriyang dinyatakan dengan
linier absorbansi pada masing-masing warna kulit hijau, aroma khas seledri, rasa asin
konsentrasi. sedikit pedas, dan tekstur halus/lembut.
Proses pembuatan simplisia daun seledri
5. PenetapanKadar Senyawa Flavonoid dimulai dari proses pencucian, dengan tujuan
Ekstrak sampel dipipet sebanyak 5, 10, 20, dan untuk memisahkan dari kotoran kotoran yang
25 l kedalam tabung reaksi. Pada masing- menempel. Pemisahan daun dari batang daun
masing tabung tambahkan 2 ml aquades seledri. Pilih daun seledri yang masih segar
kemudian tambahkan 150 L NaNO2 5%. apabila daun seledri ada yang layu akan
Setelah itu tambahkan 150 L AlCl310% dan 2 berakibat rusak kandungan kimia karena
ml NaOH 1 M dan tambahkan aquades hingga oksidasi maupun reduksi. Apabila daun yang
volume menjadi 5 ml (Hayati, et.al., 2010). layu atau busuk akan mempercemar daun
Larutan dikocok hingga homogen, kemudian seledri dalam proses pengeringan.Proses
diukur absorbansipada panjang gelombang pengeringan dilakukan dengancara alamiah
maksimum yang didapat dengan melakukan melaluidiangin-anginkan dan ditutup kain hitam
tiga kali replikasiuntuk menghitung masing- selama 5 hari dengan kadar airnyamencapai
masing konsentrasi flavanoid pada <10 %. Pengeringan merupakan proses
sampel(Agung:2016). pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan
Analisis Data lama dalam penyimpanan. Proses pengeringan
Hasil pengukuran absorbansi flavonoid pada juga akan menghindari terurainya kandungan
ekstrak daun seledri secara Spektrofotometri kimia karena pengaruh enzim. Bahan harus
UV-Vis, analisis data menggunakan regresi dikeringkan dengan cukup untuk menghindari
linier. pertumbuhan mikroorganisme dan kapang
(jamur). Fungsi penggunaan kain hitam pada
HASIL DAN PEMBAHASAN proses pengeringan adalah untuk menghindari
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui terurainya kandungan kimia daun seledri dan
ada atau tidak kandungan senyawa flavonoid polusi dari debu. Dari proses pengeringan
serta berapa kadar flavonoid pada ekstrak daun diperoleh bobot konstan untuk mengetahui
seledri dengan metode refluks dan prosentase bobot kering terhadap bobot basah
spektrofotometri UV-Vis. Daun seledri yang yang tertera pada tabel 1 di bawah ini:
digunakan diperoleh dari pasar wisata Guci
Tabel 1.
Data Berat Awal Sampel dan Berat Setelah Proses Pengeringan
Sampel Berat awal Berat simplisia Susut pengeringan
Replikasi sampel (g) kering (g) (%)
1 600 48,3 8,05
2 600 49,8 8,30
3 600 50,7 8,45
Rata-rata 49,6 8,26
untuk simplisia yang dipergunakan sebagai obat menggunakan corong pisah dengan pelarut n-
adalah <10 %. heksana dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
Pada penelitian ini, digunakan daun seledri Penambahan n-heksana pada ekstrak
yang sudah kering sebanyak 100 g kemudian menyebabkan terbentuknya 2 fase, lapisan yang
dihaluskan dengan menggunakan blender yang berada dibagian atas senyawa non polar (fase n-
bertujuan untuk memperluas proses ekstraksi heksana) dan lapisan yang berada dibagian
dengan metode refluks. Daun seledri yang bawah fase polar (fase flavonoid). Hal ini
sudah halus kemudian diayak menggunakan disebabkan air memiliki masa jenis yang lebih
pengayak agar hasil yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan heksana,
seragam. Daun seledri diekstraksi dengan penambahan n-heksana bertujuan untuk
metode refluks menggunakan pelarut yang tepat memisahkan komponen dari fase air. Lapisan
yaitu metanol untuk memperoleh senyawa yang diambil untuk mengidentifikasi senyawa
flavonoid. Senyawa flavonoid termasuk flavonoid adalah lapisan bawah (fase flavonoid).
senyawa polar sehingga harus dilarutkan Kemudian filtrat yang didapat diuapkan
dengan pelarut yang bersifat polar yaitu metanol menggunakan waterbath dengan tujuan agar
yang mempunyai daya polaritas yang cukup fraksi ekstrak yang terdapat pada sampel
tinggi sehingga dapat memperoleh hasil ekstrak menguap untuk mendapatkan ekstrak kental.
senyawa flavanoid lebih banyak. Bantuan energi Rendemen yang dihasilkan pada proses
berupa panas pada proses refluks akan isolasimasing-masing pada replikasi 1 sebesar
membantu pemecahan dinding sel sehingga 5,5 g, replikasi 2 sebesar 5,7 g dan pada replikasi
senyawa flavonoid pada sampel dapat 3 sebesar 5,65 g, sehingga mempunyai rata-rata
terekstraksi secara maksimal. Suhu konstan rendemen yang diperoleh sebanyak 5,65 g
pada saat proses ekstrak refluks digunakan suhu dengan presentase 5,65 %.
antara 63-65oC. Proses ekstraksi dilakukan Identifikasi senyawa flavonoid dilakukan
menggunakan penangas air untuk menjaga agar dengan tiga metode yaitu reaksi warna, KLT
tidak terjadi kelebihan temperatur selama dan Spektrofotometri UV-Vis. Identifikasi
pemanasan. Hasil refluks kemudian disaring pertama yang dilakukan adalah reaksi warna.
menggunakan kain flanel sehingga didapat Uji ini digunakan untuk membuktikan
ekstrak cair. Hasil ekstrak cair lalu diuapkan terjadinya reaksi kimia dengan mengamati ciri-
menggunakan pemanasan lampu spirtus dengan ciri yang terjadi seperti adanya gas, endapan,
api kecil. perubahan suhu dan perubahan warna. Dalam
Ekstrak daun seledri hasil refluks terlebih uji reaksi warna yang dilakukan reaksi yang
dahulu dilakukan uji bebas metanol untuk lebih
teramati adalah perubahan warna. Berikut hasil
menyakinkan bahwa ekstrak tersebut telah
pengamatan identifikasi reaksi warna flavonoid
bebas dari pelarut metanol. Ekstrak yang telah
pada ekstrak.
bebas dari metanol kemudian proses isolasi
Tabel 2.
Hasil Identifikasi Flavonoid dengan reaksi warna
Pustaka
Identifikasi Senyawa Flavanoid Hasil
(Asih,2009)
ekstrak daun seledri +NaOH 10 % Perubahan warna menjadi Perubahan warna kuning
kuning(+)
ekstrak daun seledri +H2SO4 (pekat) Perubahan warna menjadi Perubahan warna coklat
warna merah (+) kehitaman sampai merah tua
Berdasarkan tabel diatas menunjukan menjadi kuning setelah ditetesi NaOH 10%.
ekstrak daun seledri positif mengandung Senyawa kristin yang merupakan turunan dari
flavonoid, karena terjadi perubahan warna senyawa flavon pada penambahan NaOH 10%
61
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
mengalami penguraian oleh basa menjadi stuktur isoprena. Hal ini membuktikan bahwa
molekul seperti asetofenon yang berwarna ekstrak daun seledri mengandung senyawa
kuning karena adanya pemutusan ikatan pada flavonoid.
+ NaOH
H+
OH-
Uji reaksi warna diketahui hasilnya menjadi maksimal, sedangkan fase gerak yang
positif maka dilanjutkan identifikasi dengan digunakan adalah campuran n-butanol : asam
cara Kromatografi Lapis Tipis. Identifikasi ini asetat : air dengan perbandingan (4:1:5).
menggunakan hasil yang diperoleh dari metode Pemilihan eluen yang digunakan merupakan
refluks. Prinsip KLT yaitu untuk memisahkan eluen yang mempunyai kepolaran yang tinggi
komponen kimia berdasarkan prinsip absorbansi sehingga dapat memisahkan senyawa flavonoid
dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam dan yang bersifat polar. Bejana yang digunakan
fase gerak. Fase diam yang digunakan adalah dahulu dijenuhkan supaya seluruhpermukaan
plat KLT yang berupa silika gel yang bersifat bejana terisi uap eluen sehingga rambatan yang
polar, yang terlebih dahulu dioven pada suhu 45 dihasilkan baik dan beraturan.
o
C selama 3 menit hal ini dilakuakan dengan Penjenuhan dilakukan dengan tujuan
tujuan untuk menghilangkan kandungan air untuk memperoleh homogenitas dalam bejana
yang terdapat pada plat sehingga daya serap plat dan meminimalkan penguapan pelarut
62
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
setiap konsentrasi. Dari data yang diperoleh Kurva hubungan antara panjang gelombang
kemudian dibuat kurva hubungan antara dengan absorbansinya dapat dilihat pada
panjang gelombang dengan absorbansinya. gambar 3.
0.33
0.31
Absorbansi
0.29
0.27
0.25
0.23 Absorbansi
0.21
0.19
300 310 320 330 340 350 360 370 380 390
Panjang Gelombang (nm)
64
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
0.2
0.18 y = 0.001x + 0.081
0.16 R = 0.981
0.14
Absorbansi 0.12
0.1
0.08 absorbansi
0.06
0.04 Linear (absorbansi)
0.02
0
0 20 40 60
Konsentrasi
Kurva standar yang diperoleh memiliki Persamaan linier y = 0,001x + 0,081 yang
persamaan garis y = 0,001x + 0,081. Persamaan diperoleh akan digunakan untuk menetapkan
ini digunakan untuk menghitung kadar kadar flavanoid pada daun seledri dengan
flavonoid dalam sampel dimana (y) menyatakan metode refluks dengan y adalah absorbansi
nilai absorbansi dan (x) menyatakan kadar sampel dan x adalah konsentrasi flavanoid
flavonoid dalam sampel. Dengan nilai koefisien dalam sampel. Pengukuran absorbansi pada
korelasi yang diperoleh R2 = 0,981. Hal ini ekstrak daun seledri dilakukan pada panjang
menunjukkandari kurva tersebut dapat gelombang maksimal yang didapat yaitu 350
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi nm. Data kadar flavanoid pada sampel
semakin tinggi pula absorbansinya. menggunakan spektrofometri UV-Vis pada
gelombang 350 nm dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6.
Data Kadar Flavonoid Pada Sampel
Hasil penetapan kadar yang diperoleh pada dengan rata-rata kadar adalah 16,58 mg/100 g,
ekstrak sampel masing-masing terdiri dari 5 l, pada sampel replikasi 2 adalah 20,79 mg/100 g,
10 l, 20 l, dan 25 l menunjukan bahwa rata- pada sampel replikasi 3 adalah 22,47mg/100 g,
rata kadar flavonoid yang terdapat pada ekstrak dan pada sampel replikasi 4 rata-rata kadar
daun seledri pada sampel replikasi 1 pada 5 l
65
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
flavonoid yang paling besar yaitu 24,71mg/100 rata kadar senyawa flavonoid ekstrak daun
g. seledri (apium graveolens l.) yang diperoleh pada
Pengukuran kadar flavonoid total pada sampel A adalah 16,58 mg/100 g, pada sampel
ekstrak daun seledri dengan penambahan AlCl3 B 20,79 mg/100 g, pada sampel C 22,47mg/100
dan NaNO2 terbentuk senyawa kompeks antara g, dan pada sampel D 24,71mg/100 g.
AlCl3 dan NaNO2 dengan flavonoid yang Saran dalam penelitian ini dilakukan perlu
menghasilakan reaksi warna, yang kemudian penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar
bereaksi dengan basa kuat (NaOH). Pereaksi senyawa yang terkandung dalam tumbuhan
AlCl3 dapat digunakan untuk mendeteksi daun seledri selain dari daunya dan perlu
flavonoid dengan gugus orto dihidroksi dan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
dihidroksi karbonil atau yang hanya membuat sebuah sedian farmasi dari hasil
mempunyai gugus orto dihidroksi saja. ekstrak daun seledri.
Kadar yang diperoleh dapat dibuktikan
dengan ketelitian metode spektrofotometri UV- DAFTAR PUSTAKA
Vis melalui uji presisi. Uji presisi merupakan Agung, NC. (2016). Pengembangan Produk
ukuran yang menunjukkan kesesuaian antara kombinasi Ekstrak Daun Pare Dan Bonggol
hasil individual dari rata-rata jika prosedur Pisang Kepok Dengan Sediaan Tonik
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel Rambut Pada Kelinci Jantan.Jakarta :
yang diambil dari campuran yang homogen. Univesitas Pancasila, Hal : 62.
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh SD (standar Alhabsyi, D.F., Suryanto, E., dan
Wewengkang, D.S. (2014). Aktifitas
deviation atau simpangan baku) dan RSD Antioksidan Dan Tabir Surya Pada
(relative standar deviation atau simpangan baku Ekstrak Kulit Buah Pisang Goroho(Musa
relatif). Hasil uji tersebut tertera pada Tabel 7. Acuminate L). Jurnal Ilmiah. Manado:
UNSRAT Manado.
Tabel 7. Asih, I.A.R. Astuti. (2009). Isolasi dan Identifikasi
Data hasil uji presisi Senyawa Isoflavon Dari Kacang Kedelai
(Glycin max). Jurnal. Bukit Jimboran :
Ekstrak SD RSD
FMIPA, Universitas Udayana. Hal: 35.
Sampel(
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope
Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
5 0,006 1,06 % Departemen Kesehatan RI. (2008). Farmakope
10 0,001 0,11 % Herbal Indonesia edisi 1. Jakarta : Depkes
20 0,004 0,10 % RI.
Desandi Y, Andi. (2014). Ekstraksi dan Uji
25 0,005 0,21 %
Filokimia (Sonneratia alba). Laporan
Penelitian. Bandung : Universitas
Hasil pengujian presisi menunjukkan nilai Padjadjaran. Hal :5.
RSD (Relative standar deviation atau simpangan Ganjar, I. G., dan Rohman, A. (2013). Kimia
baku relatif) pada sampel A adalah 1,06 %, pada Farmasi Analis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
sampel B adalah 0,11 %, pada sampel C adalah
Hanani, Endang. (2016). Analisis Fitokimia.
0,10 %, dan pada sampel D adalah 0,21 %. Nilai Jakarta: Penerbit buku kedokteran
yang diperoleh sesuai dengan ketentuan yaitu EGC.
RSD 2%. Dengan demikian identifikasi Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun
flavonoid pada ekstrak daun seledri dengan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
metode spektrofotometri UV-Vis ini dikatakan ,2nd, (Terjemahan oleh : Padwaminata,
sangat baik. K. Dan Soediro, I). Bandung : Penerbit
ITB.
Hayati, E.K, dan Halimah. N. (2010).
SIMPULAN Phytochemical Test and Brine Shrimp
Simpulan dari penelitian ini adalah Terdapat Lethally Test AgainstArtemia salina
senyawa flavonoid pada ekstrak daun seledri Leach Anting-anting (Achalypha indica
(apium graveolens l.) dari hasil refluks. Hasil rata- Linn.) Plant Ekstract. AlCHEMY. Vol.
2: 53-103.
66
Kusnadi / PSEJ 2 (1) (2017) 56-67
67