Anda di halaman 1dari 4

Judul matakuliah : DESAIN INKLUSI (inclusive design)

Dosen:
Gunawan Tanuwidjaja, ST., MSc.
ir. Joyce M.Laurens, M.Arch., IAI
Semester 4 atau 5

LATAR BELAKANG
Trend Internasional dan Nasional dalam Memenuhi Millenium Development Goals (MDG) dan UN
Development in architecture melalui peningkatan kualitas hidup bagi semua komunitas
Undang-undang Republik Indonesia no 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat (mengenai
kesamaan hak bagi penyandang cacat untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, dsb)

Perlunya Peningkatan Kesadaran dan Pengetahuan bagi arsitek mengenai dampak lingkungan dan
perannya bagi pembangunan yang berkelanjutan termasuk aspek sosial
Sejalan dengan visi misi UKPetra (caring and global university) dan jurusan arsitektur untuk
menghasilkan sarjana arsitektur yang peduli pada lingkungan dan kebutuhan manusia
Meningkatkan competitiveness dalam kemampuan desain

PENGERTIAN DESAIN INKLUSI


Definisi : Desain yang memperhatikan desain produk dan atau servis (terutama lingkungan binaan)
agar aksesibel, dapat digunakan oleh sejumlah orang (secara rasional).
Sasaran Mata Kuliah : memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang pentingnya desain inklusi
dan mampu menerapkan pendekatan desain inklusi pada skala sederhana.
KOMPETENSI UMUM
Mengenal adanya spektrum kemampuan manusia yg berbeda-beda
Menyadari dampak dari spektrum ini terhadap kebutuhan aksesibilitas dan penggunaan karya
arsitektur yang berbeda
Menyadari pentingnya proses desain yang terintegrasi (dengan mengutamakan pendekatan desain
inklusi)
Memahami prinsip-prinsip desain inklusi dalam arsitektur

KOMPETENSI KHUSUS
Mampu menyusun karakteristik kebutuhan pengguna secara spesifik
Membuat observasi/riset sederhana tentang penerapan prinsip desain inklusi dalam lingkungan yang
ada
Mengevaluasi desain yang ada terhadap prinsip desain inklusi
Menerapkan prinsip-prinsip desain inklusi dalam desain arsitektur sederhana (bagian tertentu dalam
desain arsitektur)

Universal Design diciptakan oleh arsitek Ronald L. Mace untuk menggambarkan proses merancang
semua produk dan lingkungan dibangun untuk menjadi estetika dan digunakan semaksimal mungkin
oleh semua orang, terlepas dari usia mereka, kemampuan, atau status hidup.
Hal ini kemudian dituangkan oleh Selwyn Goldsmith, penulis Designing for the Disabled (1963),
(Merancang untuk Penyandang Cacat), yang benar-benar memelopori konsep akses yang mudah
untuk orang cacat. Prestasinya yang paling signifikan adalah penciptaan ramp pinggir jalan yang
menjadi fitur standar dari lingkungan binaan
(http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_design)
PRINSIP PRINSIP UNIVERSAL DESIGN
PRINSIP KESATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan)
PRINSIP KEDUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas Penggunaan)
PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif)
PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas)
PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan)
PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah)
PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk
Pendekatan dan Penggunaan)

Inclusive Design dapat didefinisikan sebagai Rancangan produk mainstream dan/atau jasa yang
dapat diakses, dan digunakan oleh sebanyak mungkin orang secara wajar tanpa perlu untuk
adaptasi khusus atau desain khusus. Hal ini berarti desain ini dihasilkan secara holistik.
(http://www-edc.eng.cam.ac.uk/betterdesign/)

Prinsip Prinsip dari Inclusive Design


User Centered (Berpusat pada Kebutuhan Pengguna) Individu dalam populasi memiliki berbagai
kemampuan yang berbeda dan ketrampilan, pengalaman masa lalu, keinginan dan pendapat.
Melakukan penelitian untuk mengetahui hal ini dengan waktu yang tepat, dengan fokus yang tepat
dan dalam kerangka desain yang tepat akan menghasilkan pemahaman yang berharga.

Population aware (Kesadaran atas Populasi) Sudut pandang umum yang salah ialah seseorang
biasanya tergolong sebagai penyandanc cacat atau atau orang yang mampu sepenuhnya, namun
ternyata terdapat spektrum kemampuan yang luas yang tampak jelas pada populasi apapun.

Business focused (Terfokus pada Bisnis) Setiap keputusan yang dibuat selama siklus desain dapat
mempengaruhi desain inklusif dan kepuasan pengguna. Kegagalan untuk memahami kebutuhan
pengguna dapat menghasilkan produk yang memisahkan orang orang secara tidak perlu dan
meninggalkan lebih banyak frustrasi, sehingga menimbulkan masalah lainnya. Sebaliknya,
keberhasilan implementasi desain inklusif dapat menghasilkan produk yang fungsional, bermanfaat,
diinginkan, dan akhirnya menguntungkan.

Kriteria Kriteria of Inclusive Design


Functional (Fungsional) Produk produk harus menyediakan fitur yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan kebutuhan dan keinginan keinginan pengguna dimaksud. Sebuah produk dengan
banyak fitur tidak dijamin akan fungsional!

Usable (Dapat digunakan) Produk produk yang mudah dioperasikan adalah yang menyenangkan
dan memberikan kepuasan bagi pengguna, sedangkan produk produk yang memberikan tuntutan
tinggi pada pengguna akan menyebabkan frustrasi bagi banyak orang dan bahkan memisahkan
beberapa orang sama sekali.

Desirable (Diinginkan) Sebuah produk mungkin sangat diinginkan untuk berbagai alasan, termasuk
menjadi mencolok dari segi estetis atau menyenangkan untuk disentuh, menunjukkan status sosial,
atau membawa dampak positif terhadap kualitas hidup.
Viable (Layak) Keberhasilan bisnis dari produk dapat diukur dengan profitabilitasnya. Hal ini
biasanya merupakan hasil dari produk yang fungsional, bermanfaat, dan diinginkan, dan yang
dipasarkan pada saat yang tepat dengan harga yang tepat.

Spektrum Pengguna sebagai bagian yang penting dari Desain Inklusi


Spektrum Kemampuan Manusia
Usia (Ages)
Kondisi Kesehatan (Health Conditions)
Keterbatasan (Disability)
Visual (Vision)
Pendengaran (Hearing)
Berpikir (Thinking)
Komunikasi (Communication)
Bergerak (Locomotion)
Jangkauan (Reach)
Rentangan (Stretch)
Ketangkasan (Dexterity)
Kebiasaan dan Latar Belakang Budaya (Behavioural and Cultural Backgrounds)

Proses Desain Inklusif


Discover: Menemukan kebutuhan nyata dari semua orang (stakeholders).
Translate: Menerjemahkan kebutuhan ini kepada tujuan desain (design intent) atau spesifikasi
desain.
Create: Menciptakan konsep awal (preliminary concept) yang dievaluasi terhadap spesifikasi desain.
Develop: Mengembangkan desain detail (detailed design) dari produk final atau servis untuk
diproduksi atau dikonstruksikan.
Evaluation: Proses Evaluasi dilakukan sepanjang proses ini

Jadwal Kegiatan Tentatif


Minggu ke 1: Pemutaran Film ttg Desain Inklusif atau Aksesibilitas dan Diskusi
Minggu ke 2 : Kuliah Pengantar ttg Desain Inklusif (Definisi dan Prinsip Dasar)
Minggu ke 3 dan 4 : Studi mandiri ttg Desain Inklusif, mengerjakan Tugas Kelompok Pertama ttg
Desain Inklusif dg pilihan topik:
Bahasan Film Aksesibilitas
Bahasan Prinsip Desain Inklusif
Bahasan Penerapan Desain Inklusif
Bahasan Produk dengan konsep Desain Inklusif
Minggu ke 5 & 6 : Kunjungan ke Sekolah Tuna Netra/ Obyek lainnya
Minggu ke 7 : Presentasi Kelompok Tugas Pertama
Minggu ke 8 dan 9 : Persiapan Workshop Desain
Minggu ke 10 : Workshop Desain Inklusif
Minggu ke 11 & 12 : Penyusunan Desain Final
Minggu ke 13 : Presentasi Kelompok dan Kuliah Penutup

Workshop Desain Inklusif di UK Petra


Seluruh mahasiswa dan dosen terkait melakukan simulasi sebagai orang yang berkemampuan
berbeda (difable person).
Fasilitator (difable person atau pendamping difable person) dipilih dari dosen atau mahasiswa
Beberapa kelompok dibentuk terdiri dari:
1 orang simulasi sebagai tuna netra total blind
1 orang simulasi sebagai tuna daksa dg kursi roda
1 orang simulasi sebagai tuna daksa dg crutch (kruk)
1 orang simulasi sebagai membawa dorongan barang/ aqua
Bergerak menemukan dan mengakses ruang (kelas dan wc)
Penjelasan ttg maksud dari workshop ini dilakukan di belakang

Anda mungkin juga menyukai