Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ernita Nurliani
05031281419091
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum adalah untuk menganalisa kadar fenol total pada sampel
uji berupa teh hitam dan teh hijau.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Teh
Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Selain
sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat
bagi kesehatan tubuh. Masyarakat pedesaan biasa menggunakan seduhan teh yang
kental untuk memberikan pertolongan awal pada penderita diare. Teh juga
berpotensi sebagai antimutagenik, antihipertensi dan antitumorigenik (Hartoyo,
2003). Kunci utama dari khasiat teh ada pada komponen bioaktifnya, yaitu
senyawa polifenol (flavonoid) yang disebut dengan katekin. Flavonoid yang
terdapat pada teh terutama berupa flavanol dan flavonol. Katekin teh merupakan
flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol. Senyawa tersebut berpotensi
sebagai antioksidan dalam melawan radikal bebas yang sangat berbahaya bagi
tubuh karena dapat menimbulkan berbagai penyakit (Winarsih, 2007).
Kustamiyati (2006), menyatakan bahwa katekin merupakan suatu turunan
tanin yang terkondensasi yang juga dikenal sebagai senyawa polifenol karena
banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Katekin ini terdiri dari 4 jenis
yaitu epicathecin (EC), epigallocathecin (EGC), epicathecin gallate (ECG) dan
epigallocathecin gallate (EGCG). Komponen katekin ini lebih banyak terdapat
dalam teh hijau dibandingkan teh hitam. Dalam teh hitam, sebagian besar katekin
dioksidasi menjadi teaflavin dan tearubigin (Hartoyo, 2009). Selain itu, teh juga
mengandung alkaloid kafein yang bersama sama dengan polifenol teh akan
membentuk rasa yang menyegarkan. Beberapa vitamin yang dikandung teh
diantaranya adalah vitamin C, vitamin B dan vitamin A yang walaupun diduga
keras akan menurun aktivitasnya akibat pengolahan, namun masih dapat
dimanfaat kan oleh peminumnya. Beberapa jenis mineral juga terkandung dalam
teh, terutama fluorida yang dapat memperkuat struktur gigi (Kustamiyati, 2006).
2.3.2. Flavonol
Flavonol memiliki rumus kimia hampir serupa dengan katekin tetapi
berbeda pada tingkatan oksidasi dari inti difenilpropan primernya. Pada
pengolahan teh hitam, sekitar 90-95% flavonol dalam daun teh mengalami
oksidasi enzimatik membentuk produk oksidasi yaitu theaflavin (TF) dan
thearubigin (TR). Theaflavin merupakan senyawa yang menentukan mutu teh
hitam yang dihasilkan. Senyawa ini berperan untuk membuat warna seduhan teh
menjadi kuning dan karakter briskness dan brightness. Serta, thearubigin
membuat warna seduhan teh warna kecoklatan, membentuk kemantapan seduhan
body dan strength (Harler, 2010).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil pengamatan analisa total fenol
Absorbansi Absorbansi Total Fenol
Sampel
Blanko Sampel (mg/L)
Teh Gunung Dempo 0,019 1,315 0,1205
Teh Indomaret 0,019 0,897 0,1181
Teh Sari Wangi 0,019 1,573 0,1221
Teh Cap Botol 0,019 1,542 0,1219
Teh Bendera 0,019 1,540 0,1218
4.2. Pembahasan
Analisa total fenol yang dilakukan pada praktikum kali ini bertujuan untuk
mengetahui kadar fenol total pada beberapa sampel teh. Adapun sampel teh yang
digunakan pada praktikum ini adalah teh teh indomaret, teh sari wangi, teh cap
botol dan teh bendera. Pengujian fitokimia yang dilakukan pada praktikum kali ini
berdasarkan pengambilan data secara kuantitatif. Analisa total fenol sebenarnya
memiliki berbagai macam metode pengujian, namun yang digunakan pada
praktikum kali ini hanya satu metode pengujian yaitu pengujian metode
spektrofotometri dengan pereaksi folin ciocalteu. Metode ini didasarkan pada
kekuatan reduksi gugus hidroksil fenolik dan sangat tidak spesifik karena tidak
membedakan antar jenis komponen fenolik, namun semua jenis fenol dapat
dideteksi dengan sensitifitas yang bervariasi. Semakin tinggi kandungan fenol
(jumlah gugus hidroksil fenolik) suatu sampel, maka semakin tinggi pula
absorbansinya. Selain itu, digunakan pula Na2CO3 5% untuk menciptakan kondisi
basa untuk mendorong terjadinya reaksi antara senyawa fenol dengan reagen folin
ciocalteau. Prinsip dari metode ini adalah terbentuknya senyawa kompleks
berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang 725 nm. Warna biru
dihasilkan dari reduksi kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat yang terdapat dalam
pereaksi folin ciocalteau oleh senyawa fenol dalam suasana basa. Hasil dari total
senyawa fenolik yang terkandung didalam sampel dinyatakan dalam mg asam
galat/gram ekstrak setelah dikonversi dengan kurva standar.
Berdasarkan hasil yang didapatkan diketahui nilai total fenol tertinggi yaitu
pada sampel teh sari wangi dengan nilai total fenol sebanyak 0,1221 mg/L.
Sedangkan, total fenol paling rendah yaitu pada sampel teh indomaret yaitu
sebanyak 0, 1181 mg/L. Sampel lain yang dianalisa seperti teh gunung dempo, teh
bendera dan teh cap botol memiliki nilai yang tidak berbeda jauh yaitu berturut-
turut 0,1205 mg/L, 0,1218 mg/L, dan 0,1219 mg/L. Rahayu et al (2015),
menyatakan bahwa perbedaan kandungan total flavonoid dan fenolik dari teh
tergantung pada cara pengolahan teh tersebut. Teh hijau diolah melalui proses
pemanasan atau tanpa proses fermentasi, sedangkan teh hitam diolah melalui
proses fermentasi. Proses fermentasi merupakan salah satu proses yang dapat
mengurangi kandungan fenol pada tanaman. Selain itu, fermentasi menyebabkan
penurunan konsentrasi komponen bioaktif seperti katekin pada teh yang dapat
mempengaruhi rasa pahit pada teh, sehingga teh hitam memberikan aroma paling
kuat namun dengan rasa lebih ringan (tidak terlalu pahit). Metabolisme
mikroorganisme tersebut menurunkan senyawa fenol diduga karena adanya proses
biotransformasi yang memanfaatkan enzim suatu sel tanaman untuk
meningkatkan aktivitas biologis tertentu. Proses biotransformasi merupakan suatu
proses yang menggunakan enzim pada suatu sel tanaman untuk mengubah
kelompok fungsional suatu senyawa kimia yang terdapat didalamnya.
BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Analisa total fenol dengan metode spektrofotometri didasarkan pada kekuatan
reduksi gugus hidroksil fenolik dan sangat tidak spesifik karena tidak
membedakan antar jenis komponen fenolik, namun semua jenis fenol dapat
dideteksi dengan sensitifitas yang bervariasi.
2. Warna biru yang dihasilkan pada analisa total fenol berasal dari tereduksinya
kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat yang terdapat dalam pereaksi folin
ciocalteau oleh senyawa fenol dalam suasana basa.
3. Nilai total fenol tertinggi yaitu pada sampel teh sari wangi yaitu dengan nilai
total fenol sebanyak 0,1121 mg/L sedangkan total fenol paling rendah yaitu
pada sampel teh indomaret yaitu sebanyak 0, 1182 mg/L.
4. Total fenol pada teh dipengaruhi oleh proses pengolahan teh yang berbeda
pada tiap produk.
5. Pengolahan teh pada tahap fermentasi memiliki pengaruh yang cukup besar
karena dapat mengurangi nilai total fenol pada produk teh.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, R.S., dan Tukiran. 2015. Identifikasi Senyawa Fenolik Hasil Isolasi dari
Fraksi Semi Polar Ekstrak Etil Asetat Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu
(Xylocarpus moluccencis). Jurnal chemistry, 4:(2).
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2009. Kebun Tanaman Obat Badan POM
RI. Artikel Tanaman Obat, No. 2.
Kustamiyati, B., 2006. Prospek Teh Indonesia Sebagai Minuman, Hal. 191-200,
Jakarta.
Oktaviana, Prima Riska. 2010. Kajian Kurkumoid, Total Fenol, dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Temulawak pada Berbagai Teknik Pengeringan dan
Proporsi Pelarut. [Skripsi]. Fakultas Pertanian UNS.
Rahayu, F., Jose, C. dan Yuli Haryani. 2015. Total Fenolik, Flavonoid dan
Aktivitas Antioksidan dari Produk Teh Hijau dan Tanaman Teh Hitam
Tanaman Bangun dengan Perlakuan Ramuan ETT Rumput Laut. JOM
FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015.
Rahayu, F., Jose, C. dan Yuli Haryani. 2015. Total Fenolik, Flavonoid dan
Aktivitas Antioksidan dari Produk Teh Hijau dan Tanaman Teh Hitam
Tanaman Bangun dengan Perlakuan Ramuan ETT Rumput Laut. JOM
FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015.