Anda di halaman 1dari 18

otitis media efusi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Seratus sebelas sekolah dengan total gabungan dari 172 telinga yang
terkenaOme menjalani penilaian audiometri. HI (gangguan pendengaran hearing
impairment)paling umum pada populasi Nepal pedesaan, 27% (95% CI 18-38%)
memiliki HI, dengan gangguan pendengaran rata-rata 22 dB (15-25 dB). Pada
populasiTibet, 16% (8-29%) memiliki HI, dengan kerugian rata-rata 17 dB (12-
22 dB). PopulasiNepal perkotaan memiliki HI sedikit, 4% (1-13%) menjadi korban, dengan
kerugianrata-rata 16 dB (15-19 dB). Perbedaan prevalensi antara populasi Nepal perkotaan
dan pedesaan secara statistik signifikan (p> 0,05). Analisis regresi
logistik tidakmengidentifikasi faktor-faktor yang terkait.

Gambar 1.

Populasi terkena OME

Prevalensi Ome ditemukan menjadi 10,43%. merokok (p <0,0001) status,sosial


ekonomi rendah (p <0,001), tinggal di sebuah rumah yang penuh
sesak (p<0,001), kehadiran atopi (p <0,01), kurangnya menyusui (p <0,05), kehadiran URTI (
p<0,0001), usia muda (p <0,001) dan mendengkur (p <0,0001) yang ditemukan
terkaitdengan prevalensi Ome. Tidak ada signifikansi ditemukan untuk durasi menyusui, jenis
kelamin, riwayat kelahiran dan operasi otolaryngological sebelumnya. Juga, anak-anak
dengan Ome yang cenderung kurang berhasil dalam hal keberhasilan sekolah.

Gambar 2. Ome pada anak laki-laki dan perempuan

Gambar 3. Ome adalah penyebab terbanyak ketulian

Otitis media dengan efusi (OME) ditandai dengan adanya efusi nonpurulent dari
telinga tengah yang mungkin berlendir atau berserosa. Gejala biasanya melibatkan gangguan
pendengaran atau rasa penuh di telinga tetapi biasanya tidak melibatkan rasa sakit ataupun
demam. Pada anak-anak gangguan pendengaran umumnya ringan dan sering terdeteksi hanya
dengan audiogram. Otitis media serosa adalah jenis tertentu dari otitis media dengan efusi
disebabkan oleh pembentukan transudat sebagai akibat dari penurunan cepat dalam telinga
tengah relatif terhadap tekanan atmosfer . cairan nya berair dan jernih.

Memahami perbedaan antara otitis media efusi dengan bentuk lain dari infeksi
telinga tengah adalah penting. Otitis media adalah istilah umum didefinisikan sebagai suatu
peradangan pada telinga tengah tanpa mengacu pada etiologi tertentu atau patogenesis.
Karena semua ruang dari tulang temporal berdekatan, radang telinga tengah mungkin
melibatkan peradangan pada 3 ruang yaitu: mastoid , sel perilabyrinth, dan puncak petrosa.
Otitis media sering digunakan untuk penyakit: : otitis media akut(AOM), otitis
media akut berulang (RAOM), otitis media dengan efusi, dan otitis mediakronis dengan efusi
(COME).1

OME adalah kumpulan cairan non-terinfeksi di ruang telinga tengah. Hal ini
disebut juga otitis media serosa (SOM). Cairan ini dapat menumpuk di telinga tengah sebagai
hasil dari sakit tenggorokkan atau infeksi saluran pernafasan.

OME terbatas cairan biasanya sembuh sendiri dalam waktu 4-6 minggu. Namun
dalam beberapa kasus cairan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dan
menyebabkan penurunan sementara pada pendengaran atau cairan dapat
2
menjaditerinfeksi (otitis media akut).

Berulang atau kekambuhan otitis media serosa dianggap sebagai salah satu
masalah yang paling menantang untuk dokter. Otitis media serosa adalah penyakit yang
paling umum pada anak di bawah usia 15 tahun sekitar 25 juta kunjungan setiap tahun dan
melanda sekitar 10 juta anak setiap tahun di Amerika Serikat.Iitu adalah alasan yang paling
umum untuk kunjungan awal ke dokter anak dan mewakili sekitar 75 persen dari semua
tindak lanjut kunjungan. Otitis media serosa adalah penyakit yang paling umum didiagnosa
oleh otolaryngologist dan alasan yang paling umum untuk bedah anak di Amerika Serikat dan
Inggris. Otitis media serosa terus meningkat, dengan peningkatan 150 persen secara
keseluruhan sejak tahun 1980, dan 224 persen peningkatan di kalangan anak di bawah 2
tahun.3

Membatasi perkiraan untuk intervensi medis dan bedah bersama, biaya tahunan
untuk pengobatan otitis media adalah antara $ 3 sampai $ 4 miliar per tahun. Namun,
termasuk biaya informasi dan terapis bahasa, layanan peningkatan akademik, audiolog
belajar, ahli saraf pediatrik, psikolog, dan jasa profesional lainnya, total biaya melonjak
menjadi US $ 30 miliar per tahun.3

Alasan semua intervensi yang berbeda diperlukan sangat sederhana. Cairan di


telinga tengah menyebabkan penurunan fungsi gendang telinga, sehingga terjadi
gangguan pendengaran konduktif. Gangguan pendengaran ini dapat mengakibatkan
perubahan yang serius dalam bahasa normal dan perkembangan bicara terutama jika terjadi
pada usia yang sangat dini pada anak. Pendengaran signifikan di awal kehidupan dapat
memiliki dampak yang mendalam pada anak dalam hal sosialisasi, prestasi akademis, dan
emosional, mental, dan psikologis pengembangan-semua perawatan intensif, jangka panjang,
sering sangat mahal dan membutuhkan Premis yang mendasari pengobatan antibiotik .
patogenesis penyakit ini terutama berasal dari bakteri. Namun patogenesis otitis media serosa
tidak mendasar pada proses mikrobiologi bakteri atau patogen. Cairan di telinga tengah lebih
merupakan proses inflamasi, lebih khusus disebut penyakit peradangan kronis dari lapisan
mukoperiosteal yang menyebabkan obstruksi, menutupnya tabung Eustachius, telinga tengah,
dan sel-sel udara mastoid. Di sinilah alergi makanan memainkan peran kunci. Seringkali hasil
peradangan kronis telinga dari respon alergi makanan, yang dokter sering salah mendiagnosa
dan meremehkan.3

Jika Anda bertanya setiap dokter yang berpengetahuan , apa yang dia pikirkan
dapat menyebabkan otitis media serosa, atau meninjau literatur medis, jawaban yang jujur
adalah bahwa kita tidak benar-benar tahu bagaimana memperlakukan serous otitis media.
Tapi kita harus hati-hati meninjau apa yang kita tahu. Misalnya, setidaknya 55 persen dari
orang-orang yang menderita otitis media berulang serosa memiliki alergi atau atopi. Dengan
kata lain, dalam sebuah populasi, yang normal dikontrol dari 100 anak yang menderita otitis
media berulang serosa, setidaknya 55 persen dari pasien memiliki alergi. Ini adalah salah satu
fakta penting bahwa kita tahu dan kita harus memperlakukan apa yang kita ketahui-yaitu
alergi-sebelum kita katakan kita tidak tahu penyebab serous otitis media.3

Tujuan dari penelitian ("Peran alergi makanan pada otitis media serosa," Annals
of Allergy, September 1994) adalah untuk menunjukkan hubungan sebab-akibat yang
mungkin antara hipersensitivitas makanan dan berulang otitis media serosa. Awalnya,
memiliki sekitar 220 pasien yang dipilih untuk berulang otitis media serosa. mereka tidak
dipilih untuk alergi makanan apapun. Setelah proses seleksi hati-hati, kita yang tersisa dengan
104 pasien dengan otitis media berulang.3

Dari 104 pasien, 81 di antaranya menderita IgE-mediated, Tipe I alergi makanan


seperti yang diidentifikasi oleh uji tusuk kulit dan makanan-IgE spesifik uji ELISA darah.Ter
fokus pada 10 dari alergen makanan yang paling umum, termasuk susu sapi, telur, gandum,
jagung, kedelai, dan kacang tanah. Setelah mengidentifikasi makanan-alergi pasien 81 dan
makanan yang mereka alergi individual, kita kemudian menempatkan 81 pasien pada diet
pengecualian untuk sekitar 16 minggu, memantau cairan telinga tengah setiap pasien setiap 2
minggu.3

Dalam penelitian Diamati bahawa 70 dari 81 pasien atau 86 persen,


membersihkan efusi mereka. Tujuh dari 81 pasien berhenti diet karena mereka tidak ingin
berhenti makan makanan yang dicurigai alergi, dan hanya empat pasien gagal memperbaiki
sama sekali dengan menghindari makanan. Kami kemudian meminta pasien responsif untuk
makan makanan penyebab alergi. Artinya, kami menantang mereka dengan makanan alergen
spesifik menyinggung selama 16 minggu, sekali lagi melihat mereka setiap 2 sampai 3
minggu ditempat penelitian.3

Tidak hanya mata , tetapi pengujian obyektif juga. Menggunakan analisa


Tympanometer dan sonar, mencatat data yang obyektif selama periode 12 sampai 16
minggu. Kami menemukan bahwa 66 dari 70 pasien alergi makanan (94 persen) kambuh
dengan kekambuhan cairan telinga tengah sambil makan makanan yang menyebabkan alergi.
Dua pasien drop out dari penelitian, jadi hanya dua pasien keluar dari 70 yang menyelesaikan
studi tidak memiliki reaktivasi.Hal ini mungkin menjelaskan kejadian tak terduga 78 persen
dari pasien dengan otitis hipersensitivitas.3

Kemungkinan alergi makanan harus dipertimbangkan pada semua pasien dengan


berulang otitis media serosa dan pencarian rajin untuk alergen makanan diduga dibuat untuk
manajemen diagnostik dan terapi yang tepat.
Atopi ada di setidaknya 55 sampai 60 persen anak-anak dengan cairan telinga tengah
berulang. Sangat penting untuk melihat dari dekat sisi alergi dari otitis media dengan
melakukan evaluasi menyeluruh alergi dan protokol pengobatan. Jika pengalaman kami
dengan alergi makanan dan otitis media serosa adalah nilai apapun, dokter mengikuti
rekomendasi kami dan mulai melihat peningkatan yang signifikan dalam banyak kasus yang
parah.3

Ome lebih sering terjadi pada anak-anak antara 6 bulan dan 3 tahun.
Ome lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Ome lebih sering terjadi pada musim gugur dan musim dingin.2

Rinitis alergi merupakan masalah kesehatan global yang diderita oleh 10% sampai
25% penduduk dunia.1 Wright dkk2 menemukan 42% anak menderita rinitis alergi sebelum
usia 6 tahun. Rinitis alergi bukan penyakit yang mengancam jiwa, namun dapat
menimbulkan morbiditas dan dampak sosial ekonomi. Lebih lanjut lagi penyakit lain yang
dihubungkan dengan rinitis alergi yang tidak dapat diremehkan seperti asma, sinusitis, otitis
media, polip hidung dan infeksi saluran pernafasan berulang Peran alergi memiliki hubungan
dengan otitis media masih diperdebatkan. Jang dkk37 menemukan peningkatan kadar sitokin
Th-2, IL4, IL6, dan TNF dalam efusi telinga tengah pada OME dengan rinitis alergi.
Namun, penelitian prospektif yang dilakukan Yeo dkk6 menemukan prevalensi rinitis alergi,
hitung jenis eosinofil dan konsentrasi imunoglobulin E (IgE) tidak berbeda bermakna pada
OME dibandingkan dengan kontrol. Tomonaga dkk7 melakukan penelitian pada berbagai
populasi dengan hasil prevalensi rinitis alergi ditemukan 50% pada populasi anak OME, 21%
OME ditemukan pada populasi rinitis alergi, sedangkan 6% OME, 17% rinitis alergi dan
1,9% OME disertai rinitis alergi pada populasi kontrol.4

Sindrom Down adalah kelainan kromosom yang paling umum di Inggris, dengan
kejadian 6,2 per 10000 kelahiran hidup . Banyak anak-anak tersebut akan mengalami
masalah saluran pernapasan bagian atas. OME hampir universal pada anak-anak dengan
sindrom Down dan terjadi pada usia yang lebih muda. Hal ini cenderung bertahandengan usia
yang lebih tua dibandingkan anak-anak lain dan ada juga insiden yang lebih tinggi gangguan
pendengaran sensorineural. Pengujian sedang membutuhkan keahlian khusus dan
kesabaran untuk sampai pada ambang handal.5

Sumbing langit-langit adalah hasil dalam gangguan fungsi tabung Eustachiusdan


membuat anak-anak dengan celah/sumbing langit-langit sangat rentan
terhadappenyakit telinga
tengah, khususnya OME. Sementara itu, palatal sumbing kini dikeloladi Inggris oleh pusat-
pusat spesialis, masalah otological akan dikelola secara lokal,bekerja
sama dengan pusat spesialis. Surveilans audiologi rutin dan teratur dari anak-anak yang
memiliki celah langit-langit akan dengan cepat mengidentifikasi anak-anakyang terkena
dampak, pada tahap awal sehingga perawatan yang tepat dapat dilakukan segera.5

Istilah otitis media berarti adalah peradangan pada telinga tengah, otitis media dapat
dikaitkan dengan infeksi atau steril. Dalam kasus pertama, otitis media biasanya disebabkan
oleh bakteri bermigrasi ke telinga tengah melalui pipa eustachius. Kadang- kadang otitis
media dapat disebabkan oleh jamur (candida Aspergillus ) atau patogen lainnya seperti virus
herpes. Dalam situasi ini, biasanya baik ada masalah dengan fungsi kekebalan tubuh atau
(ada lubang perforasi) pada gendang telinga. Orang dengan diabetes sangat rentan terhadap
patogen yang tidak biasa seperti pseudomonas. Di bagian dunia yang belum berkembang, TB
harus dipertimbangkan.

Otitis media steril biasanya disebut otitis media serosa, atau Som. Berbagai otitis
media serosa biasanya tidak menyakitkan. Biasanya ada cairan berwarna yang jelas atau
jerami di belakang gendang telinga. Berbagai serosa sering dikaitkan dengan alergi tetapi
juga dapat terjadi dari berbagai sumber-sumber potensial lainnya termasuk pengobatan
radiasi atau virus. Serous otitis media dapat dikaitkan dengan kedua gangguan pendengaran
dan vertigo.

Otitis media serosa adalah keradangan non bakterial mukosa kavum timpani yang
ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serous atau mukus). Cairan efusi ini
terjadi karena adanya tekanan negatif dalam telinga tengah yang disebabkan obstruksi tuba
eustachius. Otitis media serosa lebih banyak terdapat pada anak-anak yang telah sembuh dari
otitis media akut. Biasanya disebut glue ear. Cairan efusi ini pada orang dewasa sering terjadi
setelah mengalami radioterapi , barotrauma (misalnya penyelam), dan disfungsi tuba
eustachius akibat infeksi atau alergi saluran pernafasan atas.3

I.2. Rumusan Masalah

Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, diagnosis,


manifestasi klinis, penatalaksanaan dan prognosis Otitis Media Serosa.

I.3. Tujuan Penulisan


1. Memahami definisi , etiologi, epidemiologi, petogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanan dan prognosis Otitis Media serosa.

2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.

3. Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Telinga
Hidung Tenggorokan Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati di RSUD
Embung Fatimah Batam.

I.4 Metode Penulisan

Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu kepada beberapa
literatur.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di
sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita
tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar
disebut tuli. Telinga terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian
dalam.5

gambar 4 . diagram telinga

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus. Auricula
mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara, auricula terdiri
atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Auricula juga mempunyai otot
intrinsic dan ekstrinsik, yang keduanya dipersarafi oleh N.facialis.
Auricula atau lebih dikenal dengan daun telinga membentuk suatu bentuk unik yang
terdiri dari antihelix yang membentuk huruf Y, dengan bagian crux superior di sebelah kiri
dari fossa triangularis, crux inferior pada sebelah kanan dari fossa triangularis, antitragus
yang berada di bawah tragus, sulcus auricularis yang merupakan sebuah struktur depresif di
belakang telinga di dekat kepala, concha berada di dekat saluran pendengaran,
angulus conchalis yang merupakan sudut di belakang concha dengan sisi kepala, crushelix yang berada di atas
tragus, cymba conchae merupakan ujung terdekat dari concha, meatus akustikus eksternus yang
merupakan pintu masuk dari saluran pendengaran, fossa triangularis yang merupakan struktur
depresif didekat anthelix, helix yang merupakan bagian terluar dari daun telinga,
incisuraanterior yang berada di antara tragus dan antitragus, serta lobus yang berada dibagian
paling bawah dari daun telinga, dan tragus yang berada di depan meatus akustikus eksternus.6

Gambar 5. Struktur telinga luar

Yang kedua adalah meatus akustikus eksternus atau dikenal juga dengan liang telinga
luar. Meatus akustikus eksternus merupakan sebuah tabung berkelok yang menghubungkan
auricula dengan membran timpani. Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang 1 inchi atau
kurang lebih 2,5 cm,dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara
menarik auricula ke atas dan belakang. Pada anak kecil auricula ditarik lurus kebelakang,
atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus yang paling sempit adalah kira-kira 5 mm dari
membran timpani.5

Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua pertiga bagian
dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus dilapisi oleh kulit dan
sepertiga luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea, dan glandula seruminosa. Glandula
seruminosa ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang menghasilkan sekret lilin berwarna
coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah
masuknya benda asing.6

Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari N.Auriculotemporalis
dan Ramus Auricularis N. Vagus. Sedangkan aliran limfe menuju Nodi Parotidei
Superficiales, Mastoidei, dan Cervicales superficiales.

2.1.2 Telinga Tengah

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang
dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi
meneruskan getaran membran timpani (gendang telinga) ke perilympha telinga dalam.
Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih
kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan
dengan nasopharing melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoid.7
Gambar 6. Telinga tengah dan tuba eusthacius

gambar 7 tuba eustachius

Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding
lateral, dan dinding medial, yaitu:

- Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen timpani, yang merupakan
bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dan
meningens dan lobus temporalis otak di dalam fossa kranii media.

- Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap danmungkin sebagian
diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dari bulbus superior
V. Jugularis interna.

- Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan
kavumtimpani dari A. Carotis interna.

- Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan
terletak lebih bawah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk ke
dalam saluran untuk M. Tensor tympani. Septum tulang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini
diperpanjang ke belakang pada dindingmedial, yang akan membentuk tonjolan mirip selat.

- Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu
auditus antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit,kecil, disebut
pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendon M. Stapedius.

Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani.7

A. Membran Timpani

Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaannya konkaf
ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung
manubrium mallei. Bila membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan
"reflekscahaya", yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.

Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm. Pinggirnya tebal
dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus timpanicus, di bagian atasnya
berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua plica, yaitu plica mallearis anterior
dan posterior, yang menuju ke processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membran
timpani yang dibatasi oleh plika-plika tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian
lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan
dalam membran timpani oleh membran mucosa. Membran tympani sangat peka terhadap
nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh N.Auriculotemporalis dan Ramus Auricularis
N. Vagus.7

Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari
dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan oleh
lengkung pertama cochlea yang ada dibawahnya. Di atas dan belakang promontorium
terdapat fenestra vestibule yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada sisi
medial fenestra terdapat perilympha scala vestibuli telinga dalam. Di bawah ujung posterior
promontorium terdapat fenestra cochleae, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran
timpani sekunder. Pada sisi medial dari fenestra ini terdapat perilympha ujung buntu scala
timpani.7

Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas kebelakang pada
dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibuli. Tonjolan ini menyokong
M. Tensor timpani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan membentuk takik, disebut
processus cochleariformis.Di sekeliling takik ini tendo M. Tensor timpani membelok ke
lateral untuk sampai ke tempat insersionya yaitu manubrium mallei.6

Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium dan
fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia canalisnervi facialis. Sesampainya di
dinding posterior, prominentia ini melengkungke bawah di belakang pyramis.

gambar 8. Membran timpani 1

gambar 9. Membran timpani 2

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran Eustachius (tuba
auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membran
timpani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan.
Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk
mencegah pecahnya membran timpani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka
dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan
tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran timpani.6

B. Pleksus tympanicus
Pleksus tympanicus berasal dari n. tympani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan nervus
caroticotympani yang berasal dari pleksus simpatetik di sekitar arteri carotis interna. Saraf dari pleksus ini dan
kemudian berlanjut pada :

1. Cabang-cabang pada membrana mukosa yamg melapisi cavum timpani, tuba Eustachius, antrum mastiod dan
sel-sel mastoid.

2. Sebuah cabang yang berhubungan dengan nervus petrosus superfisial mayor.

3. Pada nervus petrosus superfisial minor, yang mengandung serabut-serabut parasimpatis dari N. IX. Saraf ini
meninggalkan telinga tengah melalui suatu saluran yang kecil dibawah m. tensor tympani kemudian menerima
serabut saraf parasimpatik dari N. VII dengan melalui cabang dari ganglion geniculatum. Secara sempurna saraf
berjalan melalui tulang temporal, di lateral sampai nervus petrosus superfisial mayor, diatas dasar fossa cranial
media, di luar duramater. Kemudian berjalan melalui foramen ovale dengan nervus mandibula dan arteri
meningeal accessori sampai ganglion optic. Kadang-kadang saraf ini tidak berjalan pada foramen ovale tetapi
melalui foramen yang kecil sampai foramen spinosum.6

Gambar 10. Plexus syaraf telinga

Serabut post ganglion dari ganglion optic menyuplai serabut-serabut sekremotor pada kelenjar parotis
melalui nervus aurikulotemporalis.

C. Vaskularisasi Cavum Timpani

Pembuluh-pembuluh darah yang memberikan vaskularisasi cavum timpani adalah arteri-arteri kecil yang
melewati tulang yang tebal. Sebagian besar pembuluh darah yang menuju cavum timpani berasal dari cabang
arteri carotis eksterna. Pada daerah anterior mendapat vaskularisasi dari a. tympanica anterior, yang merupakan
cabang dari a. maksilaris interna yang masuk ke telinga tengah melalui fissura petrotympanica. 7

gambar 11. Perdarahan telinga

Pada daerah posterior mendapat vaskularisasi dari a. tympanika posterior, yang merupakan cabang dari a.
mastoidea yaitu a. stilomastoidea. Pada daerah superior mendapat vaskularisasi dari cabang a. meningea media
juga a. petrosa superior, a. tympanica superior dan ramus inkudomalei. Pembuluh vena cavum timpani berjalan
bersama-sama dengan pembuluh arteri menuju pleksus venosus pterigoid atau sinus petrosus superior.
Pembuluh getah bening cavum timpani masuk ke dalam pembuluh getah bening retrofaring
atau ke nodulus limfatikus parotis.7

D. Tulang-Tulang Pendengaran

Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus,
inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang.

Malleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum, processus
longum atau manubrium, sebuah processus anterior danprocessus lateralis. Caput mallei
berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Collum mallei adalah bagian sempit
di bawah caput.Manubrium mallei berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat
pada permukaan medial membran timpani. Manubrium ini dapat dilihat melalui membran
timpani pada pemeriksaan dengan otoskop. Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil
yang dihubungkan dengan dindinganterior cavum timpani oleh sebuah ligamen. Processus
lateralis menonjol kelateral dan melekat pada plica mallearis anterior dan posterior membrane
timpani.

Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis berbentuk bulat dan bersendi di anterior
dengan caput mallei. Crus longumberjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium
mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput stapedis.Bayangannya pada
membrana tympani kadangkadang dapat dilihat pada pemeriksaan dengan otoskop. Crus
breve menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum tympani oleh
sebuah ligamen.7

Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput stapedis kecil dan bersendi
dengan crus longum incudis. Collum berukuran sempit dan merupakan tempat insersio M.
Stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong.
Pinggir basis dilekatkan pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang
disebut ligamentum annulare.8

gambar 12. Tulang pendengaran., malleus, incus, stapes

E. Otot-Otot Telinga Tengah

Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. M. Tensor timpani terletak dalam
saluran di atas tuba auditiva, tendonnya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian
mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding
medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo M. Stapedius berjalan dari
tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior
untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam
getaran-getaran berfrekuensi tinggi.7
gambar 13. Telinga tengah gambar 14. Musculus telinga tengah

gambar 15 m . tensor tympani

Gambar 16 Musculus stapedius.

F. Tuba Eustachius

Tuba eustachius terbentang dari dinding anterior kavum timpani kebawah, depan, dan
medial sampai ke nasopharynx. Sepertiga bagian posterior-nya adalah tulang dan dua pertiga
bagian anteriornya adalah cartilago. Tuba berhubungan dengan nasopharynx dengan berjalan melalui
pinggir atas M. Constrictor pharynges superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di
dalam cavum timpani dengan nasopharing..

gambar 17 tuba eustachius

G. Antrum Mastoid

Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa ossis
temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melaluia uditus ad antrum, diameter
auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.

Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditusad antrum, dinding
posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dancerebellum. Dinding lateral tebalnya
1,5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan
kanalis semicircularis posterior. Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu
tegmen timpani, yang berhubungan dengan meningen pada fossa kranii media dan lobus
temporalis cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum
dengan 7cellulae mastoideae.

Gambar 18 antrum mastoid

2.1.3 Telinga Dalam

Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial terhadap telinga
tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun dari sejumlah rongga di dalam
tulang; dan (2) telinga dalam membranaceus, tersusun dari sejumlah saccus dan ductus
membranosa di dalam telinga dalam osseus.

gambar 19. Telinga dalam

A. Telinga Dalam Osseus

Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis semicircularis, dan cochlea.
Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam substantia kompakta tulang, dan dilapisi
oleh endosteum serta berisi cairan bening, yaitu perilympha, yang di dalamnya terdapat
labyrinthus membranaceus.6

Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus, terletak posterior terhadap
cochlea dan anterior terhadap canalis semicircularis. Pada dinding lateralnya terdapat fenestra
vestibuli yang ditutupi oleh basis stapedis dan ligamentum annularenya, dan fenestra
cochleae yang ditutupi oleh membran timpani sekunder. Di dalam vestibulum terdapat
sacculus dan utriculus telinga dalam membranaceus. gambar 20. telinga dalam osseus

Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior,posterior, dan lateral


bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap canalis mempunyai sebuah pelebaran di
ujungnya disebut ampulla. Canalis bermuara ke dalam vestibulum melalui lima lubang, salah
satunya dipergunakan bersama oleh dua canalis. Di dalam canalis terdapat ductus
semicircularis.

Gambar 21. Kanalis semisirkularis

Canalis semicircularis superior terletak vertikal dan terletak tegak lurus terhadap sumbu
panjang os petrosa. Canalis semicircularis posterior juga vertikal, tetapi terletak sejajar
dengan sumbu panjang os petrosa. Canalis semicircularis lateralis terletak horizontal pada
dinding medial aditus adantrum, di atas canalis nervi facialis.

Cochlea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian anterior
vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus cochleae, dan modiolus ini
dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah putaran. Setiap putaran
berikutnya mempunyai radius yang lebihkecil sehingga bangunan keseluruhannya berbentuk
kerucut. Apex menghadap anterolateral dan basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama
daricochlea inilah yang tampak sebagai promontorium pada dinding medial telinga tengah.7
gambar 22 telinga dalam gambar 23. cochlea gambar 24. Oval window dan round
window gambar 25. cochlea

Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus acusticus internus.
Modiolus ditembus oleh cabang-cabang N. Cochlearis. gambar 26 modioulus

Pinggir spiral, yaitu lamina spiralis, mengelilingi modiolus dan menonjol kedalam canalis
dan membagi canalis ini. Membran basilaris terbentang dari pinggir bebas lamina spiralis
sampai ke dinding luar tulang, sehingga membelah canalis cochlearis menjadi scala vestibuli
di sebelah atas dan scala timpani di sebelah bawah. Perilympha di dalam scala vestibuli
dipisahkan dari cavum timpani oleh basis stapedis dan ligamentum annulare pada fenestra
vestibuli. Perilympha di dalam scala tympani dipisahkan dari cavum timpani oleh membrana
tympani secundaria pada fenestra cochleae. 7

B. Telinga Dalam Membranaceus

Telinga dalam membranaceus terletak di dalam telinga dalam osseus,dan berisi


endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. Telinga dalam membranaceus terdiri atas
utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam vestibulum osseus; tiga ductus semicircularis,
yang terletak di dalam canalis semicircularis osseus; dan ductus cochlearis yang terletak di
dalam cochlea. Struktur-struktur ini saling berhubungan dengan bebas.

Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada,dan dihubungkan
tidak langsung dengan sacculus dan ductus endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis.

gambar 27 sakulus dan utriculus

Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti sudah dijelaskan di atas.
Ductus endolymphaticus, setelah bergabung denganductus utriculo saccularis akan berakhir di dalam
kantung buntu kecil, yaitu saccus endolymphaticus. Saccus ini terletak di bawah duramater
pada permukaan posterior pars petrosa ossis temporalis. 7 gambar 28. Canalis semisirkularis

Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor sensorik khususyang peka terhadap
orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatanlain.

Ductus semicircularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari canalis semicircularis,
mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusuntegak lurus satu terhadap lainnya,
sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali kepala mulai atau berhenti bergerak, atau bila
kecepatan gerak kepala bertambah atau berkurang, kecepatan gerak endolympha di dalam
ductus semicircularis akan berubah sehubungan dengan hal tersebut terhadap dinding
ductus 7semicircularis. Perubahan ini dideteksi oleh receptor sensorik di dalam ampulla
ductus semicircularis.

Ductus cochlearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan
sacculus melalui ductus reuniens. Epitel sangat khusus yang terletak di atas membrana
basilaris membentuk organ Corti (organspiralis) dan mengandung receptor-receptor sensorik
untuk pendengaran.

2.1.4 FISIOLOGI TELINGA

Telinga luar berfungsi mengumpulkan suara dan mengubahnya menjadi energi getaran sampai ke
gendang telinga. Getaran suara ditangkap oleh aurikel yang diteruskan keliang telinga sehingga menggetarkan
membran tympani.9

Telinga tengah menghubungkan gendang telinga sampai ke kanalis semisirkularis yang berisi cairan. Di
telinga tengah ini, gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan ke tulang tulang pendengaran, stapes
akhirnya menggerakkan foramen oval yang juga menggerakkan perilymph dalam skala vestibuli. Dilanjutkan
melalui membran vestibuler yang mendorong endolymph dan membran basal ke arah bawah, perilimfe dalam
skala timpani akan bergerak sehingga mendorong foramen rotundum ke arah luar. 9

Gambar 29. Fisiologi telinga

Telinga dalam merupakan tempat ujung-ujung saraf pendengaran yang akan menghantarkan rangsangan
suara tersebut ke pusat pendengaran di otak manusia. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimfe
dan mendorong membran basal dan menggerakkan perilimfe pada skala timpani. 9

Gambar 30. Fisiologi telinga 2

Pada saat istirahat, ujung sel rambut berkelok-kelok dan dengan berubahnya membran basal, ujung sel
rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan natrium menjadi
aliran listrik yang diteruskan ke nervus VIII yang diteruskan ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40)
melalui saraf pusat yang ada dilobus temporalis.5,9
2.2 Otitis Media Serosa

2.2.1 Definisi

Otitis media serosa adalah keradangan non bacterial mukosa kavum timpani yang
ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serous atau mucus).14

Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya secret yang nonpurulen di telinga
tengah, sedangkan membrane timpani utuh. Adanya cairan ditelinga tengah dengan
membrane timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan
efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut
kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).10

Sinonimnya otitis media efusa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, glue ear.

2.2.2 Etiologi

Gangguan fungsi tuba eustachius merupakan penyebab utama. Gangguan tersebut dapat
terjadi pada:14

1. Kegagalan fungsi tuba Eustachi. Disebabkan oleh:

a. Hiperplasia adenoid

b. Rinitis kronik dan sinusitis

c. Tonsilitis kronik. pembesaran tonsil akan menyebabkan obstruksi mekanik pada pergerakan palatum molle dan
menghalangi membukanya tuba Eustachi.

d. Tumor nasofaring yang jinak dan ganas. Kondisi ini selalu menyebabkan timbulnya otitis media unilateral pada
orang dewasa.

e. Defek palatum, misalnya celah pada palatum atau paralisis palatum.11

2. Alergi

Alergi inhalans atau ingestan sering terjadi pada anak-anak. Ini tidak hanya menyebabkan tersumbatnya
tuba eustachi oleh karena udem tetapi juga dapat mengarah kepada peningkatan produksi sekret pada mukosa
telinga tengah.11
3. Otitis media yang belum sembuh sempurna

Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada OMSA dapat menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat
menyembuhkan secara sempurna. Akan menyisakan infeksi dengan grade yang rendah Proses ini dapat
merangsang mukosa untuk menghasilkan cairan dalam jumlah banyak. Jumlah sel goblet dan kelenjar mukus
juga bertambah.11

4. Infeksi virus

Berbagai virus adeno dan rino pada saluran pernapasan atas dapat menginvasi telinga tengah dan
merangsang peningkatan produksi sekret.11

2.2.3. EPIDEMIOLOGI OME

Infeksi telinga tengah menjadi masalah medis yang paling sering pada bayi dan anak-anak umur pra
sekolah, dan diagnosa utama yang paling sering pada anak-anak yang lebih muda dari usia 15 tahun yang
diperiksa di tempat praktek dokter.10

Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media juga
merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami
setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya
tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh
tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.5

Pada tahun 1990, 12.8 juta kejadian otitis media terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Anak-
anak dengan usia di bawah 2 tahun, 17% memiliki peluang untuk kambuh kembali. 30-45% anak-anak dengan
OMA dapat menjadi OME setelah 30 hari, dan 10% lainnya menjadi OME setelah 90 hari, sedikitnya 3.84 juta
kasus OME terjadi pada tahun tersebut; 1.28 juta kasus menetap setelah 3 bulan. 10

Statistik menunjukkan 80-90% anak prasekolah pernah menderita OME. Kasus OME berulang (OME
rekuren) pun menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi terutama pada anak usia prasekolah, sekitar 28-38%.2,3

Anda mungkin juga menyukai