A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahaklien dapat melakkan konseling imunisasi dengan baik.
2. Mahaklien dapat menyelesaikan masalah pasien atau mencari alternatif
pemecahan masalah pasien terkait dengan imunisasi.
C. KONSELING
1. DEFINISI
Konseling adalah terjemahan dan kata counseling, mempunyai makna sebagai
hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor)
berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya
sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu
yang akan datang (Natawijaya, 1987).
2. TUJUAN KONSELING
Tujuan konseling dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus:
a. Tujuan umum: Tujuan layanan konseling adalah terentaskannya masalah
yang dialami klien. Upaya pengentasan masalah klien ini dapat berupa
mengurangi intensitasnya atas masalah tersebut, mengurangi intensitas
hambatan dan/atau kerugian yang disebabkan masalah tersebut, dan
menghilangkan atau meniadakan masalah yang dimaksud. Dengan layanan
konseling ini beban klien diringankan, kemampuan klien ditingkatkan dan
potensi klien dikembangkan.
b. Tujuan khusus: Klien memahami seluk-beluk masalah yang dialami secara
mendalam dan komprehensif, serta positif dan dinamis. Pemahaman yang
dimaksud mengarah kepada dikembangkannya persepsi dan sikap serta
kegiatan demi terentaskannya secara spesifik masalah yang dihadapi klien.
Pengembangan dan pemeliharaan potensi klien dan berbagai unsur positif
yang ada pada dirinya merupakan latar belakang pemahaman dan pengentasan
masalah kilen. Pengembangan dan pemeliharaan potensi dan unsur-unsur
positif yang ada pada diri klien, diperkuat oleh terentaskannya masalah, dan
berkembangnya masalah yang lain.
3. FUNGSI KONSELING
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu klien agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, klien
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dankonstruktif.
b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh klien. Melalui fungsi
ini, konselor memberikan bimbingan kepada klien tentang cara menghindarkan
diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik
yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan
kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada klien dalam
rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya :
bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out,
dan pergaulan bebas (free sex).
c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif
dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan klien.
Konselor merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara
sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu klien mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini
adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat
(brain storming), home room, dan karyawisata.
d. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada
yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial
teaching.
e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien memilih
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan
ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu
bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga
pendidikan.
f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan
kebutuhan klien. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai
klien, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan
klien secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi
Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan klien.
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar
dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif
4. TEKNIK KONSELING
Teknik-teknik dalam konseling merupakan langkah awal yang harus di pahami
oleh para konselor. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa teknik dalam konseling
yang yang lazim digunakan dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan
teknik dasar konseling.
a. Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup
komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengenal klien beserta gejala-gejala yang nampak, sehingga klien bisa
mandiri.
Perilaku attending yang baik dapat :
Meningkatkan harga diri klien.
Menciptakan suasana yang aman
Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh perilaku attending yang baik
Kepala : melakukan anggukan jika setuju
Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan
klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah,
menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk
menekankan ucapan.
Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga
selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada
lawan bicara.
Contoh perilaku attending yang tidak baik :
Kepala : kaku
Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat
saat klien sedang bicara, mata melotot
Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien
menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk
memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
b. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien,
merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati
dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil
terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu :
1. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami
perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat
terlibat dan terbuka.Contoh ungkapan empati primer : Saya dapat
merasakan bagaimana perasaan Anda.Saya dapat memahami pikiran
Anda. Saya mengerti keinginan Anda.
2. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap
perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan
menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan
konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk
mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran,
pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat
tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut
terluka dengan pengalaman Anda itu.
c. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang
perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat
memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : Tampaknya yang
Anda katakan adalah .
Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan
pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan
non verbal klien.Contoh : Tampaknya yang Anda katakan
Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal
dan non verbal klien. Contoh : Tampaknya yang Anda katakan
suatu
d. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman
klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin,
menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik
ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan
terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik
eksplorasi, yaitu :
Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien
yang tersimpan. Contoh : Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan
bingung yang dimaksudkan .
Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan
pendapat klien. Contoh : Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih
lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja.
Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali
pengalaman-pengalaman klien. Contoh : Saya terkesan dengan
pengalaman yang Anda lalui. Namun saya ingin memahami lebih jauh
tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap kesehatan
Anda
e. Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali
esensi atau inti ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien,
mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan
kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap
konselor.
Tujuan paraphrasing adalah :
1. untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia
dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien;
2. mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan ;
3. memberi arah wawancara konseling; dan
4. pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan
klien.
Contoh dialog :
Klien :itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak
mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian
Konselor :Tampaknya anda masih ragu.
f. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing klien agar mau berbicara
mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan
teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan
sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya.
Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan
atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah,
bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh : Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?
g. Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka,
dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus
dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan
pertanyaan tertutup untuk :
1. mengumpulkan informasi;
2. menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan
3. menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang
jauh.
Contoh dialog
Klien : Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti
belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan.
Konselor :Biasanya Anda menempati peringkat berapa ?
Klien : Empat.
Konselor : Sekarang berapa ?
Klien : Sebelas.
h. Dorongan minimal (Minimal Encouragement
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung
yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan
menggunakan ungkapan : oh.., ya.., lalu.., terus.., dan.Tujuan dorongan
minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan
mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau
menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan
pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan
klien.
Contoh dialog
Klien : Saya putus asa dan saya nyaris (klien menghentikan
pembicaraan)
Konselor : ya
Klien : nekad bunuh diri
Konselor : lalu
i. Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien
dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan
tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah
melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
Contoh dialog :
Klien :Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan
perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena
adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya.
Konselor : Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak
bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena
tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia
yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin
disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan
SMA.
j. Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu.
Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau
menghayalkan sesuatu.
Klien : Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat
lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.
Konselor : Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap
dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.
k. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah
pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk:
1. memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik
dari hal-hal yang telah dibicarakan;
2. menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap;
3. meningkatkan kualitas diskusi;
4. mempertajam fokus pada wawancara konseling.
Contoh :
Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan
dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi materi
pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama,
tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada
hambatan yang akan hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan
Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana
tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.
D. IMUNISASI
1. DEFINISI
2. TUJUAN IMUNISASI
a. Tujuan umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
b. Tujuan khusus
1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh
desa/kelurahan pada tahun 2014.
2. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah
1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
3. Global eradikasi polio pada tahun 2018.
4. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian penyakit
rubella 2020.
5. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah
medis (safety injection practise and waste disposal management).
3. MACAM IMUNISASI
a. IMUNISASI DASAR
1. Imunisasi wajib diberikan kepada setiap bayi dan balita di Indonesia.
2. Terdiri dari Hepatitis B, BCG, DPT, HIB, Polio dan campak.
3. Diberikan sejak lahir sampai usia 1 tahun.
b. IMUNISASI ULANGAN
Diberikan pada usia 18 bulan (DPT, HB, HIB), 24 bulan (campak), dan 6
tahun (DT dan campak), serta 12 tahun (TT bagi wanita)
Tabel 2. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun
HEPATITIS B
1. Merupakan vaksin rekombinan (rekayasa genetik) dari sel ragi yang menghasilkan
antigen HBsAg.
2. Diberikan kepada bayi baru lahir (HB 0), umur 2, 3 dan 4 bulan bersama DPT dan
HIB.
3. Pemberian secara intra muscular di musculus vastus lateralis regio 1/3 medial, dosis
0,5 ml.
4. KIPI : demam, nyeri, syok anafilaktik (jarang).
BCG
1. Singkatan dari Bacillus Calmette Guerin.
2. Komponen aktif berisi mycobacterium Bovis yang dilemahkan (attenuated).
3. Diberikan sebelum usia 3 bulan dosis 0,05 ml di regio musculus deltoid kanan secara
intracutan tanpa proses asepsis terlebih dahulu.
4. Penyajian harus dicampurkan antara antigen dan pelarutnya, sediaan tersebut
bertahan 3 jam setelah pelarutan.
5. KIPI : jika timbul limfadenitis regional di aksila kanan, tidak perlu diobati. Jika
timbul abses mengganggu bisa dipungsi
6. Reaksi Vaksin BCG
a. 1 bulan setelah injeksi timbul bintik eritem.
b. 1 minggu kemudian berubah menjadi papula.
c. 1 minggu kemudian menjadi pustula.
d. 1 minggu kemudian pustula pecah.
e. 1 minggu selanjutnya timbul sikatriks.
DPT
1. Komponen vaksin terdiri dari Difteri (toksin corynebacterium Diphterica
dilemahkan), Pertusis (Bordetella pertussis dimatikan), dan Tetanus (toksin
Clostridium tetany yang dilemahkan).
2. Pemberian secara intramuscular di regio musculus vastus lateralis 1/3 medial, dosis
0,5 ml.
3. KIPI : demam (sering), nyeri, abses steril (jarang).
4. Jadwal Imunisasi DPT
a. Imunisasi dasar : umur 2, 3 dan 4 bulan.
b. Ulangan umur 18-24 bulan (DPT), dan 6 tahun (DT), serta 12 tahun (TT bagi
wanita).
c. Kemasan vaksin DPT mulai tahun 2014 dijadikan satu bersama HIB dan
Hepatitis B, disebut sebagai vaksin pentavalen.
HIB
1. Komponen aktif berisi polisakarida dinding sel Haemophyllus Influenza B yang
dikonjugasikan dengan toksoid Tetanus untuk memperkuat respons imun.
2. Pemberian secara intramuscular di musculus vastus lateralis regio 1/3 medial dosis
0,5 ml.
3. Jadwal pemberian sesuai vaksin DPT, yaitu pada usia 2, 3 dan 4 bulan (pentavalen)
4. Tujuan : untuk mencegah penyakit meningitis akibat infeksi bakteri Haemophyllus
Influenza B.
5. KIPI : demam dan nyeri di tempat suntikan, akan tetapi kejadian jarang.
6. Jadwal HIB menurut IDI dan WHO diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan dan
ulangan pada umur 15 bulan.
POLIO
1. Ada dua jenis vaksin polio:
a. Vaksin berisi virus poliomyelitis dimatikan (Salk), pemberian secara injeksi
intramuscular, dosis 0,5 ml.
b. Vaksin berisi virus poliomyelitis hidup tapi dilemahkan (Sabin), pemberian
secara per oral, dosis 2 tetes.
2. Jadwal pemberian : saat lahir (polio 0), selanjutnya bersamaan pemberian
vaksin DPT usia 2, 3, dan 4 bulan, serta ulangan pada usia 18-24 bulan.
3. KIPI polio oral : AFP (Acute Flaccide Paralysis), demam, mual, muntah dan
diare (jarang).
4. KIPI polio injeksi : demam dan nyeri pada tempat suntikan (jarang).
CAMPAK
1. Berisi virus morbili yang dilemahkan.
2. Cara pembuatan menggunakan media embryo ayam, sehingga berpotensi reaksi
alergi pada individu yang sesuai.
3. Cara pemberian secara injeksi subcutan, pada regio musculus vastus lateralis 1/3
medial.
4. Jadwal pemberian saat usia 9 bulan sampai 1 tahun.
5. KIPI Imunisasi Campak
a. Demam yang terjadi 1 minggu setelah vaksinasi, nyeri pada tempat suntikan,
syok anafilaktik.
b. Imunisasi ulangan dilaksanakan pada usia 6 tahun di sekolah dasar.
Jadwal imunisasi nasional (DEPKES) bagi bayi yang lahir di rumah
Jadwal imunisasi Umur Jenis vaksin Tempat
0 bulan HB 0 Rumah
1 bulan BCG, Polio 1 RS/RB/Bidan/Posyandu
Bayi lahir di 2 bulan DPT/HB 1/HIB 1, Polio 2 RS/RB/Bidan/Posyandu
rumah 3 bulan DPT/HB 2/HIB 2, Polio 3 RS/RB/Bidan/Posyandu
4 bulan DPT/HB 3/HIB 3, Polio 4 RS/RB/Bidan/Posyandu
9 bulan Campak RS/RB/Bidan/Posyandu
E. REFERENSI
Umar, Drs. H. M.dan Drs. Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, CV Pustaka
Setia,Bandung 2001
Nurhayati, Dr. Nur, M.Si, Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Inovatif, Pustaka pelajar,
yogyakarta 2001
Nama : ...............................................
NIM : ...............................................
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
3 Definisi imunisasi
4 Tujuan imunisasi
5 Macam imunisasi
7 KIPI
NILAI TOTAL
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tapi tidak sempurna/kadang-kadang dilakukan
26 26
Purwokerto, .................................
Penguji
(...................................................)