135 410 1 PB PDF
135 410 1 PB PDF
ST. Y. Slamet*
Program Pendidikan PGSD, FKIP Universitas Sebelas Maret
Abstract: This research aims to determine a relationship between structure and deriva-
tion mastery and reading comprehension ability, either separately or simultaneously.
This research was conducted in Surakarta. The population was the students of
Elementary School Teacher Education, Teacher Training and Education Faculty (FKIP)
UNS, and the samples were 60 students taken by random technique. The instrument for
collecting data was achievement tests, whereas the technique analysis for analyzing the
data was the statistical technique of regression and correlation. The result of analysis
shows that there is positive correlation between structure and derivation mastery and
reading comprehensions ability, either separately or simultaneously.
120 PAEDAGOGIA, Jilid 12, Nomor 2, Agustus 2009, halaman 118 - 129
wa pembaca nyaring yang baik akan mem- evaluasi gagasan yang disajikan. Semua ke-
buat pelaku pembaca menjadi pembaca terampilan ini melibatkan proses berpikir.
dalam hati yang baik. Kegiatan membaca pemahaman terjadi
Membaca sebagai salah satu keteram- apabila terdapat satu ikatan yang aktif anta-
pilan berbahasa yang dibinakan memiliki ra daya pikir pembaca dengan kemampuan
peranan penting, baik di lingkungan sekolah yang diperoleh melalui pengalaman mem-
maupun di luar sekolah. Karena itulah, da- baca. Oleh karena itu, kemampuan memba-
lam pengajaran bahasa pembinaan kemam- ca pemahaman tidaklah semata-mata meru-
puan membaca bagi para pelajar atau maha- pakan kemampuan dalam hal mengartikan
siswa biasanya mendapat porsi alokasi wak- sebuah teks perihal sintaksis dan leksikal-
tu yang cukup dan mendapat perhatian yang nya, tetapi juga menyadari kebermaknaan
serius. dan tujuan informasi dalam diri pembaca.
Membaca adalah suatu aktivitas yang Sebagai suatu aktivitas berbahasa,
rumit atau kompleks. Nababan (1993: 164) membaca pemahaman melibatkan beberapa
menyatakan bahwa membaca merupakan proses psikologis (mental). Membaca pe-
suatu aktivitas yang kompleks karena sa- mahaman memiliki empat faktor landasan
ngat bergantung pada tingkat penalaran psikologis, yaitu (1) kapasitas lisan adalah
pembaca dan keterampilan berbahasanya. kemampuan bawaan untuk mempelajari
Munby (1978) yang dikutip oleh Nababan bahasa simbol dan kemampuan menangkap
(1993: 165-166) mengiventarisasi berbagai konsep-konsep abstrak, (2) pemahaman
keterampilan yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, yaitu keseluruhan gagasan, pe-
membaca, di antaranya (1) keterampil-an ngertian dan pengetahuan praktis yang di-
mengenal ortografi suatu teks; (2) keteram- peroleh melalui kontak pribadi dengan
pilan mengambil kesimpulan mengenai lingkungan, (3) kemampuan berkonsentra-
butir-butir leksis (kosakata) yang belum di- si, yaitu pengarahan pikiran pada pengeta-
kenal; (3) keterampilan memahami infor- huan tertentu, gagasan-gagasan dan infor-
masi yang diberikan dalam bacaan secara masi yang berhubungan dengan pemecahan
implisit; (4) keterampilan memahami mak- dan analisis, dan (4) adanya tujuan sehingga
na konseptual atau konsep-konsep apa yang kemampuan mental dapat difokuskan da-
diberikan dalam bacaan itu, dan sebagainya. lam mempelajari hal-hal tertentu.
Senada dengan pendapat itu, De Boer & Lado (1977: 223), kemampuan mem-
Dallmann (1964: 17), membaca yang efek- baca pemahaman merupakan kemampuan
tif melibatkan proses mental yang tinggi. memahami arti dalam suatu bacaan melalui
Membaca melibatkan pengingatan kembali, tulisan atau bacaan. Apabila diperhatikan,
penalaran, penilaian, pembayangan, peng- pendapat Lado tersebut menekankan dua
organisasian, penerapan dan pemecahan hal pokok, yaitu bahasa dan simbol grafis.
masalah. Membaca yang baik memerlukan Hanya orang yang telah menguasai bahasa
berpikir yang baik. dan simbol grafislah yang dapat melaku-
Berkaitan dengan proses berpikir, Ju- kan kegiatan membaca pemahaman. hal ini
jun Suriasumantri (1993: 42-43) menya- adalah wajar, sebab serangkaian informasi
takan bahwa penalaran merupakan suatu dalam bacaan disampaikan penulis melalui
proses berpikir dalam menarik suatu kesim- tulisan. Tanpa mengenal simbol atau lam-
pulan yang berupa pengetahuan. Tindakan bang huruf tidak mungkin orang dapat
dalam membaca untuk mengenal kata me- membaca.
merlukan interpretasi dari simbol yang ter- Sementara itu, Goodman, dkk., (1980:
tulis. Untuk memahami suatu bacaan de- 15) menerangkan bahwa membaca pema-
ngan sempurna, seseorang harus dapat haman merupakan suatu proses merekon-
menggunakan semua informasi yang ada struksi pesan yang terdapat dalam teks yang
untuk membuat kesimpulan, untuk mema- dibaca. Lebih lanjut dikatakan bahwa pro-
hami maksud penulis atau juga untuk meng- ses merekonstruksi pesan itu berlapis, inter-
ST. Y. Slamet, Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa 121
aktif, dan terjadi proses-proses pembentuk- tidak hanya disebabkan oleh rumitnya suatu
an dan pengujian hipotesis. Pesan digali me- ide yang diungkapkan oleh penulis atau
lalui lapisan-lapisan makna yang terdapat di pengarang, tetapi dapat pula dikarenakan
dalam teks. Dengan berinteraksi dengan oleh pola kalimat atau struktur bahasa yang
makna yang terdapat di dalam teks tersebut, digunakan. Pearson, dkk., (1987: 16) dalam
pembaca membuat dan menguji hipotesis penelitiannya mengatakan bahwa suatu ka-
hasil dari pengujian hipotesis tersebut dapat limat yang panjang dan kompleks cende-
dipakai sebagai dasar untuk menarik kesim- rung terasa sulit bagi seseorang untuk me-
pulan mengenai pesan informasi yang di- mahaminya, sebaliknya kalimat yang seder-
maksudkan/disampaikan penulis. hana dan pendek cenderung diasosiasikan
Kemampuan membaca pemahaman dengan pesan yang mudah dipahami.
merupakan hasil dari sejumlah keterampil- Terdapat beberapa aspek yang menda-
an dasar. Yang paling mendasar adalah ke- sar dalam membaca, yaitu (1) membaca
mampuan mengingat kata-kata, memiliki adalah berinteraksi dengan bahasa yang
kosakata yang memadai, dan kemampuan telah dituangkan dalam bahasa tulisan, (2)
menggunakan struktur bahasa bersama kon- hasil interaksi dengan bahasa tulis berupa
teksnya. Kemampuan lain adalah kemam- pemahaman, (3) kemampuan membaca erat
puan menangkap arti kelompok kata dan berkaitan dengan pemahaman berbahasa
frasa, kalimat, atau paragraf. Dengan demi- lisan, dan (4) membaca merupakan suatu
kian, kemampuan yang harus dimiliki da- proses yang aktif dan berkelanjutan yang
lam membaca pemahaman meliputi (1) ke- secara langsung dipengaruhi oleh interaksi
mampuan memahami bahasa dan simbol- antara individu dan lingkungan (Heilman,
simbol grafis, (2) kemampuan memahami 1981: 4).
ide pokok, dan (3) kemampuan mengenal Berpijak dari pemaparan konsep teore-
sikap penulis terhadap pokok masalah. tik di atas, hakikat kemampuan membaca
Berkenaan dengan proses pemahaman pemahaman dapat disimpulkan sebagai su-
bacaan, Nunan (1982: 66-67) menyatakan atu kesanggupan atau kemampuan mahasis-
bahwa inti pemahaman tercakup dalam satu wa untuk memahami dan memberi makna,
prinsip yang sederhana. Pemahaman adalah menyeleksi fakta, informasi atau gagasan,
upaya membangun jembatan antara yang serta menarik kesimpulan dari informasi-
baru dengan yang sudah diketahui. Suatu informasi yang terkandung, dalam sebuah
pendapat implikasi yang kaya dan yang ru- teks secara menyeluruh. Aktivitas membaca
mit tentang proses pemahaman meliputi (1) pemahaman melibatkan proses mental (ber-
pemahaman adalah aktif bukan pasif. Pem- pikir) seperti penilaian, penalaran, pertim-
baca tidak dapat lain daripada menafsirkan bangan, pengkhayalan, dan pemecahan ma-
dan mengubah apa yang dibacanya sesuai salah. Dalam kegiatan membaca pemaham-
dengan pengetahuan yang telah dimiliki an, pembaca dituntut harus melibatkan diri-
mengenai topik yang dibahas. Pemahaman nya secara aktif dalam bacaan, mengolah
bukan sekadar masalah merekam dan mela- informasi visual dan nonvisual, serta mere-
porkan secara harafiah apa yang telah diba- konstruksikan isi tersurat dan tersirat apa-
canya; (2) pemahaman memerlukan sejum- apa yang terkandung dalam bacaan. Mem-
lah besar pengambilan keputusan. Pada da- baca pemahaman melibatkan beberapa ke-
sarnya, jumlah kesimpulan yang diperlukan mampuan, seperti penguasaan struktur, pe-
untuk memahami tulisan prosa yang paling nalaran, psikologis, dan perseptual.
sederhana pun dapat membingungkan; (3) Penguasaan struktur merupakan hal
pemahaman merupakan dialog antara penu- yang diperlukan dalam berkomunikasi, te-
lis dan pembaca. tapi itu belum cukup untuk seluruh aspek
Bagi sebagian pembaca, memahami produktif dan reseptif dalam suatu bahasa.
suatu teks bacaan merupakan hal yang sulit. Rivers & Temperly (l978: 348) mengutip
Kesulitan memahami suatu teks bacaan ini Larsen-Freeman, menyatakan bahwa struk-
122 PAEDAGOGIA, Jilid 12, Nomor 2, Agustus 2009, halaman 118 - 129
tur/tata bahasa adalah satu dari tiga dimensi yang dalam bahasa Indonesia sejajar de-
bahasa yang saling berhubungan. ngan istilah kompetensi kebahasaan, yang
Belajar tata bahasa tidak hanya bergu- berarti pengetahuan seseorang mengenai
na bagi seseorang tetapi sesuatu, yang di- kaidah-kaidah suatu bahasa. Oleh Widdow-
perlukan, namun dengan syarat tertentu. son (1978: 3) pengetahuan tentang system
Syarat tersebut menurut Tydman, dkk.,. aturan bahasa semacam itu disebut usage.
(1969: 243), pertama adalah tata bahasa Mengacu pada beberapa pandangan,
(Inggris) tersebut betul-betul merupakan teori dan konsep yang diuraikan di atas,
tata bahasa (Inggris) dan bukan tata bahasa dapatlah dinyatakan bahwa penguasaan
Latin. Syarat kedua, tata bahasa tersebut struktur kalimat adalah kesanggupan maha-
haruslah rasional dan mempunyai dasar siswa untuk menggunakan pengetahuan
yang kuat. Tata bahasa tersebut secara logi- kaidah-kaidah kebahasaan, khususnya
ka harus bisa dipertahankan secara logis. struktur kalimat yang sesuai dengan sistem
Tata bahasa tersebut dibangun dari prinsip- bahasa yang bersangkutan. Dengan pengu-
prinsip yang diketahui dan berlanjut pada asaan struktur kalimat ini dimungkinkan
kesimpulan yang bisa dipertahankan mela- seseorang mampu dengan baik dan cermat
lui metode rasional. Tata bahasa semacam untuk mengenali, memahami hubungan
inilah yang berharga untuk dipelajari. makna di antara kata-kata dalam suatu kali-
Tata bahasa merupakan salah satu as- mat, dan di antara kalimat dengan kalimat-
pek kebahasaan yang penting untuk diku- kalimat lainnya dalam suatu bacaan. Pengu-
asai karena tindak berbahasa pada hakikat- asaan struktur kalimat pada hakikatnya
nya merupakan bentuk pengoperasian merupakan seseorang terhadap aspek-aspek
struktur bahasa di samping kosakata. De- bahasa, atau bagian dari pengetahuan sese-
ngan kata lain, bahwa penguasaan struktur/ orang terhadap sistem bahasa yang bersang-
tata bahasa dan kosakata merupakan pra- kutan. Oleh karena itu, sifatnya teoretis
syarat bagi setiap orang untuk melakukan bukan praktis. Penguasaan struktur sebagai
kegiatan berbahasa. Chomsky (1965: 4) bagian dari elemen bahasa belum tentu ber-
menamakan pengetahuan semacam itu arti menguasai bahasa itu untuk kebutuhan
dengan istilah competence, yaitu perangkat komunikasi. Artinya, orang yang memiliki
aturan-aturan bahasa yang jika dikuasai pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan
menyanggupkan orang membuat kalimat- yang memadai tentang struktur suatu kali-
kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Se- mat, tidak dengan sendirinya mampu meng-
mentara itu, Canale yang dikutip Richard & gunakan bahasa itu dalam kehidupan se-
Smith (1983: 85) menyebutnya penge- hari-hari dengan struktur yang benar dan
tahuan sejenis itu dalam kemampuan tata baik. Hal ini hanya diprediksikan bahwa
bahasa (grammatical competence). Selan- pada umumnya orang yang memiliki penge-
jutnya dijelaskan bahwa kemampuan tata tahuan, pemahaman, dan penguasaan struk-
bahasa menggambarkan kemampuan yang turnya baik berkecenderungan keterampil-
dimiliki oleh pengguna bahasa dalam an berbahasa atau tindak penggunaan baha-
menggunakan pengetahuan tentang aturan- sanya juga baik, termasuk dalam kemam-
aturan yang berkaitan dengan fonologi, puan membaca pemahaman mereka.
morfologi, sintaksis, dan semantik. Senada Dalam aktivitas membaca pemahaman
dengan pendapat tersebut, Samsuri (1985: pada teks berbahasa Indonesia, seseorang
44) menyatakan secara tegas bahwa secara dituntut untuk mengenali dan memahami
universal gramatika itu terdiri dari subbagi- kalimat-kalimat yang digunakan pengarang
an tata kalimat (sintaksis), tata kata (morfo- dalam mengungkapkan gagasannya secara
logi), tata bunyi (fonologi). tepat sehingga pesan informasi dan makna
Berdasarkan istilah competence yang komunikasi dapat dimengerti maksudnya.
dipopulerkan oleh Chomsky (1965: 22) itu- Untuk itu, pembaca perlu memiliki pengu-
lah muncul istilah linguistic competence asaan aspek-aspek bahasa dan sistem/kai-
ST. Y. Slamet, Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa 123
dah bahasa yang memadai. Satu di antara ses ini dalam bahasa Indonesia disebut deri-
penguasaan aspek bahasa dan kaidahnya vasi.
adalah penguasaan derivasi. Hurford & Heasley (1984: 206) me-
Derivasi dalam bahasa menghasilkan nyatakan bahwa derivasi adalah proses
bentuk satuan bahasa yang kompleks. Satu- pembentukan kata baru menurut pola ter-
an-satuan itu dapat berupa kata, frasa, klau- tentu berdasarkan kata yang ada. Sementara
sa, kalimat, dan wacana. Pada umumnya itu, Samsuri (1985: 198) menyatakan bahwa
lingkup pembicaraan derivasi diarahkan pa- derivasi adalah suatu konstruksi yang ber-
da satuan yang berupa kata. Hal ini disebab- beda distribusinya daripada dasarnya. Sena-
kan oleh jangkauan teori yang memadai da dengan pendapat itu, Harimurti Krida-
tentang derivasi menunjukkan bahwa satu- laksana (1985: 24), derivasi merupakan pro-
an kata menggambarkan deskripsi teori ses terjadinya kata karena bahasawan mem-
yang lebih tuntas dibandingkan dengan sa- bentuknya berdasarkan pola yang ada tanpa
tuan-satuan yang lain. Dalam menangkap mengenal unsur-unsurnya sehingga terjadi
maksud atau makna dari bahasa yang digu- bentuk yang secara historis tidak ada. Da-
nakan, seorang pengguna bahasa dituntut lam hal derivasi ini, Tarigan (1987: 192)
memahami seluk-beluk penggunaan deriva- menyebutnya dengan istilah konversi, yaitu
si dalam bahasa yang digunakan itu, jika ia segala perubahan kata dasar atau dasar kata
tidak ingin mengalami masalah dalam ber- sesuatu jenis kata menjadi jenis kata lain
bahasa. akibat penambahan suatu kata.
Membaca merupakan aktivitas mene- Pengertian derivasi yang dinyatakan
rima informasi dari penulis. Informasi terse- para pakar bahasa di atas, secara prinsip ti-
but diungkapkan dalam bentuk satuan baha- dak berbeda. Perbedaan yang ada pada
sa seperti kata, frasa, klausa, kalimat, dan umumnya menyangkut masalah aspek yang
wacana. Pembentukan setiap satuan bahasa tercakup dalam pengertian derivasi terse-
dan hubungan antara satuan tersebut dalam but. Mengenai pengertian derivasi adalah
pembentukan yang lebih besar berkaitan suatu proses pembentukan kata-kata baru
erat dengan maksud yang terkandung dalam menurut pola yang teratur atas dasar kata-
satuan bahasa yang bersangkutan. kata yang sudah ada sebelumnya, perubah-
Kata merupakan unsur bahasa yang an konstruksi yang berbeda dengan distri-
mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk businya daripada dasarnya, dan perubahan
(ekspresi) dan aspek isi (makna). Aspek kelas kata yang menimbulkan makna kata
bentuk adalah segi yang dapat diserap panca baru.
indera. Aspek isi adalah reaksi yang timbul Berkaitan dengan perubahan kelas kata
dalam pemikiran seseorang karena dirang- dalam bahasa Indonesia tersebut Harimurti
sang oleh aspek bentuk. Kridalaksana (1985: 40-83) menyatakan
Kata sebagai satuan bahasa yang terke- bahwa perubahan kelas kata dalam bahasa
cil dan dapat berdiri sendiri, dibentuk dari Indonesia tersebut meliputi: (1) dari nomina
satu morfem atau kombinasi morfem. Kata (N) menjadi verba (V); (2) dari adverbia
yang terjadi dari kombinasi morfem biasa (Adv) menjadi verba (V); (3) dari Nume-
disebut kata kompleks, yakni kata yang di- ralia (Num) menjadi verba (V); (4) dari
bentuk dengan menggunakan morfem be- ajektiva (A) menjadi verba (V); (5) dari in-
bas dan satu atau lebih morfem terikat, terjeksi menjadi verba (V); (6) dari intero-
seperti prefiks, infiks, dan sufiks. Kata juga gativa menjadi verba (V); (7) dari verba (V)
dapat dibentuk dari gabungan dua kata menjadi nomina (N); (8) dari nomina
dasar atau lebih yang menghasilkan makna menjadi numeralia (Num); (9) dari ajektiva
baru dan dikenal sebagai kata majemuk. menjadi nomina (N); dan (10) dari Frasa
Pembentukan kata dengan berbagai cara preposisi menjadi verba (V).
yang diuraikan di atas dapat menciptakan Harimurti Kridalaksana (1989: 31) me-
kata-kata baru yang memerlukan suatu pro- nambahkan bahwa perubahan kata kom-
124 PAEDAGOGIA, Jilid 12, Nomor 2, Agustus 2009, halaman 118 - 129
pleks dalam bahasa Indonesia itu, dinyata- bersuruh tidak ada dalam bahasa Indone-
kan bahwa afiks-afiks membentuk satu sis- sia baku tetapi lazim antara lain dalam
tem, sehingga kejadian kata dalam bahasa dialek Melayu Riau Daratan. Dalam bahasa
Indonesia merupakan rangkaian proses Indonesia kini masih terdapat bentuk-
yang berkaitan. Selanjutnya, dikatakan bah- bentuk ber- yang berfungsi tetapi terbatas
wa sistem afiksasi dalam bahasa Indonesia jumlahnya, yaitu bersurat, beras bertum-
mengikuti proses yang lengkap dan secara buk, dan dalam peribahasa: Gayung ber-
rumpang tampak dalam contoh berikut. sambut, kata berjawab. Sistem afiksasi
Bentuk menjuang dan penjuang bahasa Indonesia dapat dilihat pada Gambar
jelas tidak ada. Selanjutnya, bentuk kata 1 berikut.
Karena adanya lapisan-lapisan kons- truksi itu. Hal ini tidak terbukti dan tidak da-
truksi pada suatu bahasa, maka pada semen- pat memperoleh kalimat: Orang itu gun-
tara bahasa ada perbedaan nyata derivasi ting kertas, Makan itu baru dihidangkan,
dan infleksi (Samsuri, 1985: 198). Derivasi dan Suroto termasuk lari yang tangguh. Ja-
merupakan konstruksi yang berbeda distri- di, ketiga konstruksi itu termasuk derivasi.
businya daripada dasarnya, sedangkan in- Berbeda halnya dengan konstruksi mem-
fleksi adalah konstruksi yang menduduki bawa dan bawa dalam kalimat: Engkau
distribusi yang sama dengan dasarnya, se- membawa topi itu dan kalimat: Engkau
perti pada konstruksi menggunting, me- bawa topi itu. Kedua konstruksi (memba-
makan, dan pelari dalam hubungan kali- wa dan bawa) tersebut masih menduduki
mat: kelas kata yang sama (verba). Oleh karena
(a) Orang itu menggunting kertas. itu, dapat dinyatakan bahwa konstruksi
gunting membawa dan bawa di atas termasuk
(b) Makanan itu baru dihidangkan. infleksi. Dengan demikian, infleksi hanya
makan terjadi pada perubahan bentuk akibat afik-
(c) Suroto pelari yang tangguh. sasi, tetapi tidak mengubah kelas kata dan
lari makna kata.
Di bawah ketiga konstruksi itu ditulis- Berpijak dari uraian tentang konsep
kan dasar dari konstruksi itu dan ternyata derivasi di atas dapat dinyatakan bahwa
dasar itu masing-masing tidak dapat men- yang dimaksud dengan penguasaan derivasi
duduki distribusi yang sama dengan kons- dalam penelitian ini adalah kesanggupan
X1
X3 Y
X2
Gambar 2. Variabel Penelitian
Keterangan:
X1 = penguasaan struktur kalimat
X2 = penguasaan derivasi
X3 = penguasaan struktur kalimat dan derivasi bersama-sama
Y = kemampuan membaca pemahaman
126 PAEDAGOGIA, Jilid 12, Nomor 2, Agustus 2009, halaman 118 - 129
vasi dan kemampuan membaca pemahaman tampak bahwa variabel penguasaan derivasi
(ry2 = 0,79) melalui garis regresi sederhana memberi kontribusi yang lebih besar kepa-
Y = 23,91+0,65 X2; dan (3) terdapat hu- da variabel respons dibandingkan dengan
bungan positif antara penguasaan struktur pengusaan struktur kalimat. Dengan demi-
kalimat dan derivasi secara bersama-sama kian, dapat dikatakan bahwa penguasaan
dengan kemampuan membaca pemahaman derivasi dapat dijadikan pijakan yang sa-
(ryl2 = 0,83) melalui garis regresi ganda Y = ngat kuat untuk menjelaskan atau bahkan
19,246 + 0,380X1 + 0,381X2. untuk memprediksi terbentuknya kemam-
Hasil di atas memperlihatkan bahwa puan membaca pemahaman. Sementara itu,
baik secara sendiri-sendiri maupun bersa- penguasaan struktur kalimat juga dapat di-
ma-sama penguasaan struktur kalimat dan jadikan pijakan untuk menjelaskan atau
derivasi memiliki hubungan positif dengan memprediksi terbentuknya kemampuan
kemampuan membaca pemahaman. Hu- membaca pemahaman tetapi tidak begitu
bungan tersebut memiliki arti bahwa pengu- berperan kuat.
asaan struktur kalimat dan derivasi berjalan Temuan lain yang dapat digunakan
searah dengan kemampuan membaca pe- sebagai acuan untuk mendeteksi kekuatan
mahaman. Meningkatnya penguasaan hubungan di antara kedua belah variabel,
struktur kalimat dan derivasi akan selalu yaitu dengan melihat nilai koefisien arah
diikuti oleh meningkatnya kemampuan regresi. Secara sendiri-sendiri koefisien
membaca pemahaman. Demikian pula se- arah regresi penguasaan struktur kalimat (0,
baliknya, menurunnya penguasaan struktur 82) dan penguasaan derivasi (0,65) cukup
kalimat dan derivasi akan senantiasa diikuti berarti. Demikian pula koefisien arah regre-
pula dengan menurunnya kemampuan si secara bersama-sama diperoleh 0,380
membaca pemahaman. Karakteristik hu- untuk penguasaan struktur dan 0,381 untuk
bungan yang demikian melahirkan pemikir- penguasaan derivasi, maka terbukti bahwa
an bahwa kemampuan membaca pemaham- koefisien arah regresi untuk penguasaan
an yang menjadi pusat perhatian penelitian struktur dan penguasaan derivasi signifi-
ini, dapat dijelaskan atau bahkan dapat di- kan.
prediksikan melalui penguasaan struktur
kalimat dan penguasaan derivasi.
Dari besarnya koefisien korelasi antara KESIMPULAN DAN SARAN
variabel prediktor dan variabel respons da- Dari uraian hasil penelitian dan pem-
pat diketahui bahwa (1) penguasaan struk- bahasan di depan dapat disimpulkan bahwa
tur kalimat memberi kontribusi kepada ke- baik secara sendiri-sendiri maupun bersa-
mampuan membaca pemahaman sebesar ma-sama penguasaan struktur kalimat dan
43,96%; (2) penguasaan derivasi memberi penguasaan derivasi memiliki hubungan
kontribusi kepada kemampuan membaca positif dengan kemampuan membaca pe-
pemahaman sebesar 62,41%; dan (3) pe- mahaman melalui garis regresi linear seder-
nguasaan struktur kalimat dan penguasaan hana/ganda yang cukup signifikan. Walau-
derivasi secara bersama-sama memberi pun demikian, derajat hubungan antara ke-
kontribusi kepada kemampuan membaca dua variabel prediktor tidak sama. Namun,
pemahaman sebesar 68,56%. Melalui be- dapat diketahui bahwa hubungan antara pe-
saran-besaran tersebut tampak bahwa dua nguasaan derivasi sangat kuat daripada hu-
variabel prediktor secara bersama-sama bungan antara penguasaan struktur kalimat
lebih besar kontribusinya kepada variabel dan kemampuan membaca pemahaman.
respons bila dibandingkan dengan kontri- Implikasinya adalah bahwa meskipun ke-
busi masing-masing variabel prediktor se- dua variabel prediktor berperan penting
cara terpisah (sendiri-sendiri). Sementara bagi peningkatan kualitas variabel respons,
itu, bila dilihat kontribusi masing-masing tetapi derajat kekuatannya tidak sama. Pe-
variabel prediktor kepada variabel respons, nguasaan derivasi dapat menjadi prediktor
ST. Y. Slamet, Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa 127
yang lebih baik daripada penguasaan struk- penguasaan struktur kalimat dan penguasa-
tur kalimat dalam rangka menjelaskan dan an derivasi mereka. Hal ini berarti bahwa
memprediksi terbentuknya kemampuan dalam upaya mempercepat pengembangan
membaca pemahaman. kemampuan membaca pemahaman maha-
Mengacu pada kesimpulan yang dike- siswa, dosen dapat meningkatkan dan me-
mukakan di depan, dapat diajukan saran ngembangkannya melalui variabel pengu-
bahwa dalam upaya meningkatkan dan me- asaan struktur kalimat dan penguasaan deri-
ngembangkan kemampuan membaca pe- vasi. Hanya saja, dosen perlu lebih memper-
mahaman di kalangan mahasiswa Program hatikan aspek penguasaan derivasi daripada
PGSD, para dosen khususnya dosen pro- penguasaan struktur kalimat.
gram studi selayaknya mempertimbangkan
DAFTAR PUSTAKA
Chomsky, Noam. (1965). Aspects of the Theory of Syntax. Cambridge: M.I.T. Press.
DeBoer, John J. & Dallmann Martha. (1964). The teaching of Reading. New York: Holt,
Rineheart and Winston.
Devine. (1987). Teaching Study Skills. Boston:Allyn and Bacon.
Goodman, Yetta M., Carolyn Burke, & Barry Sherman. (1980). Reading Strategis Focus
on Comprehention. Singapore: B & Jo. Enterprice PTE ltd.
Harimurti Kridalaksana. (1985). Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis.
Jakarta: Pusat Pembinaan den Pengembangan Bahasa.
_________. (1989). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Heilman, Athur W. (1981). Principle and Practies of Teaching Reading. Columbus:
Charles E. Merril Publishing CompanyABell and Howell Company.
Hurford, J.R. & Heasley, Brendan. (1984). Semantics: A Course Book. London:
Cambridge University Press.
Jujun S. Suriasumantri. (1993). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengatar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Lado, Robert. (1977). Language Testing. London: Longman Group Ltd.
Nababan, Sri Utari Subyakto. (1993). Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Nunan, David. (1982). Mengembangkan Pemahaman Wacana, Terjemahan Wily W.
Silangen. Jakarta: PT. Rebia Indah Perkasa.
Pearson, P. David & Dale D. Johnson. (1987) Teaching Peading Comprehention. New
York: Longman Group Ltd.
Richard, Jack C. & Smith, Richard W. (ed) (1983). Language and Communication. New
York: Longman Group Limited.
Rivers, Wilga M. & Temperly, Marys. (1978). A Practical Guide to the Teaching of English
as a Second or Foreign Language. Oxford: Oxford University Press.
Rubin, Dorothy. (1983). Writing and Reading The Vital Arts. New York: Mcmillan
Publishing Co., Inc.
128 PAEDAGOGIA, Jilid 12, Nomor 2, Agustus 2009, halaman 118 - 129
Samsuri. (1985). Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Sudjana. (1989). Metoda. Bandung: Tarsito.
_________. (1992) Teknik analisis Regresi dan Korelasi bagi Para Peneliti. Bandung:
Tarsito.
Sumadi Suryabrata. (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Tarigan, H.G. (1987). Pengajaran Kosakata. Bandung:Angkasa.
Tydman, Williard F., Charlene Weddle Smith and Marquerita Butterfield. (1969).
Teaching the Language Arts. New York: McGraw-Hill Book Company.
Widdowson, H.G. (1978). Teaching English as Communication. Oxford: Oxford
University Press.