Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

APBN dan APBD

A. PENGERTIAN APBN dan APBD

Pengertian APBN adalah suatu daftar yang memuat rencana seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah dalam rangka mencapai tujuannya. APBN biasanya disusun
untuk 1 tahun anggaran. Landasan Hukum APBN adalah pasal 23 ayat 1 UUD 1945
yang isinya "tiap-tiap tahun APBN ditetapkan dengan undang-undang. Apabila DPR
tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah maka pemerintah memakai
anggaran tahun lalu".

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Landasan hukum penyusunan APBD antara lain sebagai berikut..

Undang-undang No.32 Tahun 2003 tentang Pemerintah daerah


Undang-undang No.33 Tahun 2003 tentang Perimbangan keuangan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman pengurusan,
dan pertanggung jawaban keuangan daerah serta tata cara pengawasan, penyusunan dan
penghitungan APBD.
PP No. 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan
daerah
Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

B. FUNGSI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) dan


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah dalam kegiatan
perekonomian Indonesia dijelaskan sebagai berikut

a. Fungsi Alokasi
Anggaran negara atau daerah diarahkan untuk mengurangi penganguran dan juga
berfungsi untuk mengurangi pemborosan sumber daya dengan meningkatkan efisiensi
dan efektivitas perekonomian dimana alokasi terbut bersifat umum, misalnya
pembuatan jembatan, tanggul, jalan, perbaikan jalan.
b. Fungsi Distribusi
Pengeluaran negara atau daerah yang digunakan untuk kepentingan atas dasar
kemanusian, bantuan contohnya : dana pensiun, subsidi, premi.
c. Fungsi Stabilisasi
Menjaga, memelihara dan menstabilkan anggaran Negara atau daerah terhadap
pendapatan dan pengeluaran sesuai dengan telah direncanakan dalam APBN/APBD.
d. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan berarti setiap penyelenggaraan pemerintahan Negara atau sesuai
dengan yang ditetapkan dan sesuai dalam anggaran Negara/daerah.
e. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan artinya anggaran Negara atau daerah berfungsi mengatur setiap
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
f. Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi artinya anggaran Negara atau daerah merupakan dasar dalam
melaksanakan pendapatan dan belanja Negara/daerah pada tahun tersebut.

C. SISTEMATIKA APBN
Struktur anggaran pendapatan belanja terdiri dari:
1. Pendapatan negara yaitu:
o Penerimaan pajak.
o Penerimaan bukan pajak.

2. Belanja Negara yaitu:


o Belanja pemerintah pusat.
o Belanja daerah.
3. Pembiayaan yaitu:
o Pembiayaan dalam negeri.
o Pembiayaan luar negeri.

D. SISTEMATIKA APBD
Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah:
1. Pendapatan: pendapatan asli daerah, pendapatan perimbangan, dan pendapatan daerah
lain lain yang sah.
2. Belanja: belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan
bantuan keuangan, belanja tak tersangka.
3. Pembiayaan: penerimaan dan pengeluaran daerah.

E. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Perencanaan pembangunan daerah merupakan system yang dibentuk dari unsur-unsur


perencanaan, pembangunan dan daerah yang meliputi pengertian-pengertian :

1. Perencanaan adalah suatu proses yang terus menerus yang melibatkan keputusan-
keputusan atau pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada dengan sasaran untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa yang akan datan.(LAN-DSE, 1999).
2. Pembangunan adalah serangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana
dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa menuju perubahan yang lebih baik.
(Ginanjar Kartasasmita, 1994)
3. Daerah merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat. (UU No. 22/1999)
4. Sehingga, perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses perencanaan
pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah
perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah dan
lingkungannya dalam wilayah/daerah tertentu dengan memanfaatkan atau
mendayagunakan berbagai sumberdaya yang ada dan harus memiliki orientasi yang
bersifat menyeluruh, lengkap tetapi tetap berpegang pada azas prioritas.

Ciri-ciri perencanaan pembangunan daerah, meliputi :


1. Menghasilkan program-program yang bersifat umum
2. Analisis perencanaan yang bersifat makro/luas
3. Lebih efektif dan efisien digunakan untuk perencanaan jangka menengah dan panjang
4. Memerlukan pengetahuan secara interdisipliner, general dan universal namun tetap
memiliki spesifikasi masing-masing yang jelas
5. Fleksibel dan mudah untuk dijadikan sebagai acuan perencanaan pembangunan jangka
pendek.

Perencanaan pembangunan daerah diperlukan karena :


1. Adanya ketidakpuasan atas persoalan/masalah-masalah yang muncul sebagai tuntutan
kebutuhan social yang tidak terelakkan, sehingga perencanaan berorientasi pada
perubahan/perbaikan yang secara sadar diinginkan
2. Adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki daerah, sementara peruntukan/
kebutuhannya beragam, sehingga perencanaan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
atau optimalisasi pemilikan dan pemanfaatan sumber daya.
3. Adanya keinginan/tujuan yang ingin dicapai untuk menjadi sesuatu yang lebih baik dan
berorientasi masa depan.
4. Adanya keinginan untuk memacu perkembangan sosio-ekonomi dan mengurangi atau
menghapus ketidakadilan dan eksternalitas maupun mengoreksi
kegagalan/ketidaksempurnaan pasar untuk menjamin kepentingan public.

F. TAHAP-TAHAP PENYUSUNAN ANGGARAN


1. Penetapan strategi organisasi (visi dan misi)
Visi dan misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang memberi
gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh sebuah organisasi. Visi dan
misi organisasi harus dapat:
a. Mencerminkan apa yang ingin dicapai
b. Memberikan arah dan focus strategi yang jelas
c. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis
d. Memiliki orientasi masa depan
e. Menumbuhkan seluruh unsur organisasi
f. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi

2. Pembuatan tujuan
Tujuan dalam hal ini adalah sesuatu yang akan dicapai dalam kurun waktu satu
tahun atau yang sering diistilahkan dengan tujuan operasional. Karakteristik tujuan
operasional yang baik:
a. Harus mempresentasikan hasil akhir (true ends/outcome) bukannya keluaran
(output)
b. Harus dapat diukur untuk menentukan apakah hasil akhir (outcome) yang
diharapkan telah dicapai
c. Harus dapat diukur dalam jangka pendek agar dapat dilakukan tindakan koreksi
(corrective action)
d. Harus tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk
menimbulkan interpretasi individu.
3. Penetapan aktivitas
Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional yang
telah ditetapkan. Organisasi kemudian membuat sebuah unit/paket keputusan (decision
package) yang berisi alternative keputusan atas setiap aktivitas. Secara umum
alternative keputusan berisi komponen-komponen sebagai berikut:
a. Tujuan aktivitas tersebut dinyatakan dalam suatu cara yang membuat tujuan
yang diharapkan menjadi jelas
b. Alternative aktivitas/alat untuk mencapai tujuan yang sama dan alasan mengapa
alternative lain ditolak
c. Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktifitas tersebut
d. Input, kuantitas, atau unit pelayanan yang disediakan (output), dan hasil
(outcome) pada berbagai tingkat pendanaan.
4. Evaluasi dan pengambilan keputusan
Proses ini dapat dilakukan dengan standar baku yang ditetapkan oleh organisasi
ataupun dengan memberikan kebebasan pada masing-masing unit untuk membuat
kriteria dalam menentukan peringkat.

5. Pelaporan dan evaluasi anggaran


Setelah anggaran selesai disusun, OSP melaksanakan apa yang dianggarkan
dalam kegiatan-kegiatan selama tahun berjalan. Pelaksanaan anggaran kinerja tidak
bisa dilepaskan dari proses pelaporan dan evaluasi atas aktivitas yang telah
dilaksanakan. Hal ini penting, karena salah satu ukuran keberhasilan anggaran kinerja
adalah kemampuan untuk diukur dan dievaluasi guna mendapatkan umpan balik.

G. ILUSTRASI APBN dan APBD


a. Ilustrasi umum
b. Ilustrasi APBN
c. Ilustrasi APBD
LAMPIRAN

Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD)

RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,


penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Hal-hal yang harus termuat dalam
RKPD:

d. Rancangan kerangka ekonomi daerah


e. Prioritas pembangunan dan kewajiban daerah
f. Rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah pusat ataupun daerah.

Penyusunan RKPD paling lambat diselesaikan akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran
berkenaan. Tata cara penyusunannya berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.

Kebijakan umum APBD (KUA)

Kepala daerah menyusun rancangan kebijakan umum APBD berdasarkan RKPD dan
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Mendagri setiap tahun. Pedoman
penyusunan APBD tersebut memuat, antara lain:

a. Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronasi kebijakan pemerintah pusat dengan


daerah
b. Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan
c. Teknis penyusunan APBD
d. Hal-hal khusus lainnya

Prioritas dan Plafon Anggaran

Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah


menyusun rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dengan
tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan skala prioritas untk urusan wajib dan urusan pilihan


b. Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan
c. Menyusun plafon anggaran untuk masing-masing program

Penyusunan KUA dan PPA

Pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup:


a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan dan
pembiayaan
b. Sinkronasi program dan kegiatan antar-SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai
dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan
c. Batas waktu menyampaikan RKA-SKPD kepada PPKD
d. Hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-
prinsip peningkatan efisiensi, efektivitas, transparansi, dab akuntabilitas penyusunan
anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja
e. Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA-
SKPD, analisis standar belanja, dan standar satuan harga.

Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)

RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka


menengah daerah, penganggaran terpadu, dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.

Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun


prakiraan maju yang berisi perkiraan kebutuhan anggaran dari tahun anggaran yang
direncanakan.
Pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan memadukan seluruh proses
perencanaan dan penganggaran di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen
rencana kerja dan anggaran.
Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja, dilakukan dengan memerhatikan
keterkaitan antara pendanaan dengan output yang diharapkan dari kegiatan dan hasil
yang diharapkan dari program termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan output
tersebut. Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja didasarkan pada:
1. Indikator Kinerja
Ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari program dan kegiatan yang direncanakan.
2. Capaian atau Target Kinerja
Merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang berwujud kualitas, kuantitas,
efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program/kegiatan.
3. Standar analisis Belanja
Merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk
melaksanakan suatu kegiatan.
4. Standar Satuan Harga
Harga satuan unit barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah.
5. Standar Pelayanan Minimal
Merupakan tolok ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib daerah.

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) APBD

RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola
keuangan daerah untuk dibahas lebih lanjut oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
Pembahasan dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan
kebijakan umum APBD dan lain-lain. Jika hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat
ketidaksesuaian maka SKPD melakukan penyempurnaan. Raperda tentang APBD
dilengkapi dengan lampiran yang terdiri atas:

a. Ringkasan APBD
b. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintah daerah dan organisasi SKPD
c. Rincian APBD menurut urusan pemerintah daerah, organisasi SKPD, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan
d. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, program,
dan kegiatan
e. Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan
daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara.
f. Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan
g. Daftar piutang daerah
h. Daftar penyertaan modal (investasi) daerah
i. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan asset tetap daerah
j. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan asset lain-lain
k. Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan
dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini
l. Daftar dana cadangan daerah
m. Daftar pinjaman dan obligasi daerah

Kepala daerah juga harus menyusun rancanagan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD yang dilengkapi dengan lampiran yang terdiri atas:
a. Ringkasan penjabaran anggaran pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan
daerah
b. Penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, program,
kegiatan, kelompok, jenis, objek, rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan

Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD wajib memuat penjelasan
sebagai berikut:

a. Untuk pendapatan mencakupdasar hukum, target/volume yang direncanakan, tariff


pungutan/harga
b. Untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan volume/tolok ukur, harga satuan, lokasi
kegiatan, dan sumber pendanaan kegiatan
c. Untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber penerimaan, pembiayaan,
dan tujuan pengeluaran pembiayaan

Setelah mendapatkan persetujuan DPRD, Raperda APBD diserahkan pada Gubernur/


Mendagri untuk dievaluasi. Setelah melawati tahapan evaluasi, dapat dilakukan
penetapan RAPBD menjadi APBD yang dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda).

Anda mungkin juga menyukai