PENDAHULUAN
Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri
sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya. Formaldehid memiliki banyak manfaat, seperti anti
bakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan
pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk
pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan
produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formalin
juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak.. Di bidang industri kayu sebagai bahan
perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan
sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci
piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di industri perikanan, formalin
digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan.
Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit
seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang
batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin
daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk
keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran formalin digunakan untuk pengawetan mayat
manusia untuk dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran. Untuk pengawetan biasanya
digunakan formalin dengan konsentrasi 10%.
Besarnya manfaat di bidang industri ini ternyata disalahgunakan untuk penggunaan pengawetan
industri makanan. Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan, karena mereka tidak
terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Bahan makanan yang diawetkan
dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan asin dan beberapa makanang minnya.
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin
terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, sebagai bahan pengawet biasanya ditambahkan
metanol hingga 15 persen. Bila tidak diberi bahan pengawet makanan seperti tahu atau mi basah
seringkali tidak bisa tahan dalam lebih dari 12 jam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu
:
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan kita tentang senyawa
karbon dalam kehidupan sehari-hari, terutama tentang formalin.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kebahasaan bagi
peneliti dan pembaca.
a. Peneliti
Bagi penulis, penelitian ini memberikan masukan serta menjadi acuan untuk pembuatan makalah
berikutnya.
b. Pembaca
Bagi pembaca, penelitian ini memberikan penjelasan tentang formalin pada makanan.
Untuk memberikan gambaran terperinci mengenai langkah-langkah dalam penelitian ini, maka
diberikan sistematika penulisan ini sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penyusunan makalah, manfaat, dan sitematika penulisan makalah.
Bab II, Landasan Teori, bab ini menguraikan tentang Formalin, yang meliputi pengertian, faktor-
faktor, bentuk dan jenis korosi,dan penelitian korosi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FORMALIN
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan aldehida
dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau
padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh
kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.
Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab
itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung
dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi,
formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain
yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit
kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Formalin merupakan salah satu pengawet yang akhir-akhir ini banyak digunakan dalam
makanan, padahal jenis pengawet tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Formalin merupakan
larutan tidak berwarna, berbau tajam, mengandung formaldehid sekitar 37% dalam air, biasanya
ditambahkan metanol 10-15%.
Formalin mempunyai banyak nama atau sinonim, seperti formol, morbicid, methanal, formic
aldehyde, methyl oxide, oxymethylene, methyl aldehyde, oxomethane, formoform, formalith,
oxomethane, karsan, methylene glycol, paraforin, poly-oxymethylene glycols, superlysoform,
tetraoxymethylene dan trioxane.
B. SIFAT FORMALIN
Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karenanya
ketika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian
permukaan tahu hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat
unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal . Selain itu protein yang telah mati
tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau
makanan berformalin lainnya menjadi lebih awet.
Masalahnya, sebagai bahan yang digunakan hanya untuk mengawetkan makanan, dosis formalin
yang digunakan pun akan rendah. Sehingga efek samping dari mengkonsumsi makanan berformalin
tidak akan dirasakan langsung oleh konsumen.
Banyak pihak mengingatkan formalin juga memiliki sifat karsinogen atau dapat menyebabkan
kanker.Tetapi kemunculan kanker akibat bahan berbahaya ini dengan kanker dari penyebab yang lain
hampir sulit dibedakan, keduanya membutuhkan waktu panjang untuk menyerang tubuh manusia.
Isu kandungan formalin dalam berbagai produk makanan mendapat tanggapan serius dari
pemerintah, karena dalam jangka panjang dapat memicu terjadinya kanker. Menurut Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sampai kadar tertentu, formalin diizinkan untuk pengawet
kosmetik, yaitu untuk pasta gigi maksimum 0,1% dan untuk produk kosmetik lainnya 0,2%. Ketentuan ini
sesuai dengan aturan yang berlaku secara internasional seperti ASEAN Cosmetic Directive, European
Union Directive, dan SK BPOM untuk kosmetik.
C. PEMBUATAN FORMALIN
a. Persiapan bahan baku pembuatan formalin
Metanol cair dengan temperatur 30C dipompa dari metanol tank dan dipanaskan di preheater
(MP) sampai temperatur 65C lalu dimasukkan dalam vaporizer (VP). Di dalam vaporizer terjadi
perubahan fase dari cair menjadi gas dengan suhu dalam vaporizer 6575C. Metanol gas dari vaporizer
dipanaskan lagi dengan super heater (SH) di bagian atas vaporizer sampai suhu 95C dan langsung
dimasukkan ke mix gas (MG).
Udara dihisap melalui air filter (penyaring udara) dengan blower. Setelah dipanaskan dengan
pemanas udara sampai suhu 110C lalu dimasukkan ke dalam mix gas (MG). Steam masuk melalui
steam filter pada suhu 140 oC ke mix gas (MG).
b. Proses Reaksi
Udara, steam dan metanol gas bercampur rata di mix gas pada suhu 140 oC lalu masuk ke reaktor
(RE) dengan melewati mix gas filter (MGF) untuk menjaga agar tidak ada tetes-tetes cairan (kondensat)
masuk ke reaktor.
Pada saat start operation, temperatur katalis dinaikkan oleh heater sebagai pemanas awal sampai
suhu 400450C, setelah itu heater dimatikan sehingga suhu katalis naik dengan sendirinya sampai suhu
operasi yang diinginkan karena adanya reaksi eksoterm. Di dalam reaktor terjadi reaksi pembuatan gas
formaldehid dengan bantuan katalis perak pada suhu operasi 650700C. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut:
2. Dehidrogenasi metanol
Gas formaldehide yang terbentuk kemudian di-spray dengan larutan crude formalin 44% dengan
temperature 80 oC untuk menurunkan suhu gas formaldehid sampai dibawah 250 oC. Spray crude
formalin ini juga dapat menyebabkan terjadinya reaksi samping yaitu terbentuknya paraform dan asam
format (formic acid). Reaksi samping yang terjadi di dalam reaktor yaitu:
Hasil penyerapan di packed tower berupa formalin cair masuk ke control tank (CT). Sisa gas yang
belum terserap di packed tower masuk ke dalam bubble cap tower yang akan diserap oleh pure water
dari atas menara. Sisa dari penyerapan itu yang masih lolos nantinya dibakar di flare stack yang
sebelumnya melewati demister. Hasil penyerapan dari bubble cap tower masuk ke control tank (CT).
d. Proses pendinginan
Larutan crude formalin pada control tank (CT) temperaturnya 80C, karena temperaturnya
masih relatif tinggi maka didinginkan lagi dengan dilewatkan cooler (CO). Cooler yang digunakan yaitu
frame and plate dengan temperatur keluar 40C. Selain itu agar formalin yang terbentuk sempurna,
setelah melewati cooler larutan tersebut masuk ke crude formalin filter (CF) baru masuk ke crude
formalin tank . Kadar formalin di crude formalin tank (T-03) sekitar 43-44%.
e. Proses pengenceran
Untuk memperoleh formalin dengan kondisi standar yang digunakan oleh PT. PAI yaitu formalin
dengan kadar 37,3% maka formalin dari crude formalin tank diencerkan dengan menggunakan pure
water di mixing tank . Setelah terbentuk larutan formalin 37,3% disimpan dalam tangki penyimpanan.
sebagai pembunuh kuman, sehingga banyak dipakai dalam pembersih lantai, pakaian, kapal dan gudang,
pembasmi lalat dan serangga lainnya,
salah satu bahan dalam pembuatan sutera buatan, zat pewarna cermin kaca dan bahan peledak,
bahan pembuatan pupuk urea, parfum, pengeras kuku dan pengawet produk kosmetik,
Dalam konsentrasi kurang dari 1%, formalin digunakan sebagai pengawet dalam pembersih rumah
tangga, cairan pencuci piring, pelembut, sampo mobil, lilin, dan karpet.
Bahaya utama
Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit, dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan
dapat berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker
pada manusia.
Bila terhirup
Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan
serta batuk-batuk
Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru.
Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, kelelahan,
jantung berdebar, sakit kepala, mual, dan muntah.
Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yaitu kulit menjadi merah, mengeras,
mati rasa, dan ada rasa terbakar
Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatal-
gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka
formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.
Bila tertelan
Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan, dan perut terasa terbakar, sakit saat menelan, mual, muntah,
diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan darah
rendah ), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak,
limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat, dan ginjal.
Bila terhirup
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan pernafasan,
batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal, gangguan haid dan
infertilitas pada perempuan, kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru, dan otak.
Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan
konsentrasi, dan daya ingat berkurang.
Apabila terkena kulit akan terasa panas, mati rasa, serta gatal-gatal dan memerah, kerusakan pada jari
tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, serta terjadi radang kulit yang menimbulkan
gelembung.
Jika terkena mata bahaya yang utama adalah terjadinya radang selaput mata.
Bila tertelan
Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan ,muntah-muntah, dan kepala pusing,
rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.
Hidung : Mimisan.
Saluran Pernapasan : Sesak napas, suara serak, batuk kronis, sakit tenggorokan.
Saraf : Sakit kepala, lemas, susah tidur, sensitif, sukar konsentrasi, mudah lupa.
Formaldehida secara natural sudah ada dalam bahan makanan mentah dalam kisaran 1 mg per
kg hingga 90 mg per kg.
Deteksi formalin secara akurat baik secara kualitatif maupun kuantitatif hanya dapat dilakukan
di laboratorium. Namun demikian, untuk menghindarkan terjadinya keracunan, masyarakat harus dapat
membedakan bahan/produk makanan yang mengandung formalin dan yang sehat. Beberapa ciri produk
berformalin antara lain:
Ikan asin:
Awet sampai 3 hari pada suhu kamar, tidak mudah busuk dan bau.
Ayam potong:
Tahu mentah:
Awet sampai 3 hari pada suhu kamar, tahan sampai 15 hari dalam lemari es.
Mi basah:
Awet sampai 2 hari pada suhu kamar, tahan sampai 15 hari dalam lemari es.
Bakso:
Ada beberapa metode yang dilakukan untuk pengujian kadar formalin yang terdapat di dalam produk
namun sayangnya kebanyakan metode yang dilakukan hanya bisa dilakukan di laboratorium dan tidak
bisa dilakukan oleh masyarakat awam.
Pada makalah kali ini akan dibahas metode yang bisa dilakukan oeh masyarakat dengan mudah yaitu,
a. Persiapkan bahan yang akan diuji (sample) sebanyak 5 gram, alat dan bahan yang akan digunakan. Alat
yang diperlukan yaitu sebuah kompor, panci, sendok, gelas tahan panas, sedangkan bahan yang
digunakan untuk menguji sample adalah asam kromatofat sebanyak 5 ml, aquades sebanyak 50 ml.
b. Nyalakan kompor, lalu pasang panci dan rebus aquades hingga mendidih. Masukan sampel yang akan
diuji kedalam gelas, lalu rendam kedalam aquades yang sudah mendidih. Masukan asam kromatofat
kedalam gelas lalu aduk campuran dengan sendok. Sample yang mengandung formalin akan ditunjukan
dengan berubahnya warna air dari bening menjadi merah muda hingga ungu. Semakin ungu berarti
kadar formalin semakin tinggi.
c. Jika cara diatas belum menghasilkan uji yang positif, pasang kembali panci di atas kompor, rebus
aquades yang baru masukan gelas yang berisi campuran sampel kedalam panci. Waktu perebusan
selama 20 menit.
Sample diambil sebanyak 3 gram lalu ditambahkan 0.02 gram Chromotropic acid disodium salt
dehydrate (C10H6Na2O8S2.2H2O) dan ditambahkan juga 3 ml H2SO4 pekat, kocok, kalau ungu positif
formalinnya, kalau kuning negatif.
Semakin tinggi kandungan formalin, maka tercium bau obat yang semakin menyengat; sedangkan tahu
tidak berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas.
Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal), sedangkan tahu tak
berformalin jika ditekan akan hancur.Tahu berformalin akan tahan lama, sedangkan yang tak
berformalin paling hanya tahan satu dua hari.
Tahu yang memakai pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat penampakannya. Jika tahu
memakai pewarna buatan, warnanya sangat homogen/seragam dan penampakan mengilap. Sedangkan
jika memakai pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak cerah). Jika kita potong tahunya,
maka akan kelihatan bagian dalamnya warnanya tidak homogen atau seragam. Bahkan, ada sebagian
masih berwarna putih.
Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang baik sebelum dikonsumsi, kadar
formalin akan hilang.
Adapun untuk tahu sedikitnya ada beberapa tahap penanganan untuk mengurangi kadar
formalin, direndam dalam air biasa, dalam air panas, direbus dalam air mendidih, dikukus kemudian
direbus dalam air mendidih dan diikuti dengan proses penggorengan.
Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh BPOM, seperti :
melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy, classic cream, black currant, dan
manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang
digunakan dalam pangan; dan melakukan sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang
diizinkan dalam proses produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan
pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya dianggap gertakan
oleh para pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan. Tetapi Badan
POM tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang yang masih
menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar dalam melakukan razia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan aldehida dengan rumus
kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal
sebagai paraformaldehyde atau trioxane.
Pembuatan formalin
Proses Reaksi
Proses Absorbsi
Proses pendinginan
Proses pengenceran
Hidung : Mimisan.
Saluran Pernapasan : Sesak napas, suara serak, batuk kronis, sakit tenggorokan.
Saraf : Sakit kepala, lemas, susah tidur, sensitif, sukar konsentrasi, mudah lupa.