Anda di halaman 1dari 15

KONTRIBUSI TEORI ILMIAH

TERHADAP PENAFSIRAN

Ali Akbar
Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau
aliakbarusman@yahoo.co.id

Abstrak
Penafsiran terhadap ayat al-Quran tidak akan pernah berakhir, sesuai dengan
perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan. Munculnya tafsir ilmy dalam khazanah
inteleklual Islam merupakan respons supaya ajaran yang terdapat dalam al-Quran
tetap relevan dengan realitas atau fenomena-fenomena yang terjadi dan perkembangan
zaman. Selain itu, tafsir ilmy juga berupaya memperbaiki pengetahuan seseorang yang
telah ada dan membuka tabir makna ayat-ayat al-Quran tertentu yang belum mampu
dipahami oleh umat sebelumnya secara ilmiah. Adanya tiori-tiori ilmiah ini akan
menghasilkan penemuan-penemuan baru sesuai dengan pesan-pesan Allah SWT dalam
al-Quran. Di samping juga akan menunjukkan sifat fleksibilitasnya al-Quran yang
dipandang pantas, cocok dan sesuai untuk dipedomani umat manusia dalam segala
waktu dan tempat

Kata kunci: tafsir, al-Quran, dan ilmiah

Pendahuluan SWT yang bisa dijangkau baik yang tersurat maupun


Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang yang tersirat, ayat-ayat qauliyyah maupun kawniyyah,
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW sehingga ia bisa menjadi pedoman dan petunjuk.
untuk dijadikan sebagai hudan, bayyinah, dan furqan1 Artinya, Allah SWT sepertinya memberikan
oleh umat manusia dalam setiap aspek hidup dan kesempatan kepada umat manusia untuk
kehidupannya. Ia memiliki kedudukan yang sangat menginterpretasi isi al-Quran sesuai dengan
sentral dalam setiap sendi kehidupan dan selalu kemampuannya dengan tetap berpijak pada visi dasar
relevan dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu al-Quran sebagai rahmatan lil alamin. Banyak sekali
pengetahuan dan teknologi di masa kini maupun ayat-ayat yang menunjukkan tentang berbagai hakekat
mendatang (sholihun li kulli zaman wal makan). yang mengajak manusia untuk mengeksplorasi ayat-
Sebagai kitab yang terakhir diturunkan, al- ayat al-Quran yang berdimensi ilmiah,2 dan
Quran tidak hanya memuat pesan-pesan ilahiyah
tentang moralitas universal kehidupan dan masalah 2
Antara lain, misalnya tentang fenomena alam seperti yang
spritualitas, tetapi juga menjadi sumber ilmu diisyaratkan-Nya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit
pengetahuan yang unik sepanjang kehidupan umat dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
manusia. Al-Quran senantiasa mengajak para tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
pembaca mampu melakukan kerja-kerja penafsiran duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
yang maksimal untuk menemukan pesan-pesan Allah memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
1
Lihat QS. al-Baqarah ayat 185. kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran: 190-191).

JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015 31


berusaha menafsirkan serta menggali makna yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu
terkandung di dalamnya, sehingga menjadikannya suatu yang benar dan yang paling baik
sebagai inspirasi untuk menghasilkan penemuan- penjelasannya(QS. 25: 33).
penemuan baru sesuai dengan semakin
berkembangnya sains dan teknologi. Sementara kata ilmi secara bahasa
Upaya penafsiran terhadap al-Quran telah merupakan bentuk mashdar dari kata alima -
tumbuh dan berkembang sejalan dengan laju yalamu -ilman yang berarti mengetahui atau
perkembangan dan kebutuhan umat Islam untuk memahami.4 Kata ilmi ini merupakan bentuk
mengetahui seluruh segi kandungan al-Quran nisbah yang mendapat tambahan ya di akhirnya,
serta intensitas perhatian para ulama terhadap sehingga menjadi ilmy artinya berhubungan
tafsir al-Quran. Salah satu dari beberapa corak dengan suatu ilmu. Kata ilm dan berbagai
baru dalam bidang penafsiran yang berdimensi derivasinya kerap digunakan dalam al-Quran
ilmiah pada saat ini adalah penafsiran ilmiah atau dalam arti umum pengetahuan (knowledge),
dikenal dengan Tafsir Ilmy (Sciences Exegesis). termasuk untuk sains dan ilmu-ilmu kemanusiaan
Penafsiran ini dijadikan sebagai inspirasi untuk (sciences of nature and humanities). Selain itu,
mengeksplorasi ayat-ayat al-Quran yang kata ilm dalam al-Quran juga digunakan untuk
berdimensi ilmiah serta menghasilkan penemuan- pengetahuan yang diwahyukan (revealed)
penemuan baru yang bermanfaat bagi umat sekaligus digunakan untuk pengetahuan yang
manusia. Tulisan ini merupakan kajian ulang diperoleh di luar wahyu (acquired). Dengan
(review) atas kontribusi teori ilmiah terhadap demikian, penggabungan kedua kata tafsir
penafsiran dalam rangka me-refresh ilmy tersebut secara etimologis berarti
perkembangan pemikiran umat Islam, sehingga penjelasan atau perincian-perincian tentang ayat-
al-Quran senantiasa menjadi hudan li al-naas ayat al-Quran, khususnya ayat-ayat tentang alam
pada masa dan zaman yang tidak terbatas. semesta dan realitas sosial yang dapat
dipergunakan untuk kemaslahatan umat manusia.
Pengertian Tafsir Ilmy Sedangkan pengertian tafsir ilmy
Dilihat dari segi kebahasaan, kata Tafsir secara terminologi pula, berbagai definisi yang
ilmy berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari telah dikemukakan oleh para ulama yang
dua akar kata, yaitu at-tafsir dan al-ilm. Kata otoritatif dalam bidang ini, antara lain Husain
tafsir merupakan mashdar (konjugasi) dari kata Adz-Dzahabi dalam bukunya Tafsir wa al-
kerja fassara-yufassiru-tafsiiran, yang artinya Mufassirun misalnya, menyebutkan bahwa
penjelasan atau keterangan. Dalam Kamus Besar Tafsir ilmy didefinisikan sebagai sebuah corak
Bahasa Indonesia (KBBI) Online, kata tafsir penafsiran al-Quran yang menggunakan
diartikan dengan keterangan atau penjelasan pendekatan Teori-Teori ilmiah dan bertujuan
tentang ayat-ayat al-Quran agar maksudnya lebih untuk menggali Teori-Teori ilmiah dan pemikiran
mudah dipahami.3 Kata tafsir dalam arti ini filosofis yang terkandung dalam ayat-ayat al-
dijumpai pada surat al-Furqan ayat 33: Quran.5 Begitu pula menurut Fahd Abd Al-
Rahman menjelaskan bahwa Tafsir Ilmy adalah
nmV"]C_OU XTF\U\R<BY "#V9\-\W5S"
WcYXT

Artinya:Tidaklah orang-orang kafir itu


datang kepadamu (membawa) sesuatu yang
4
Louis Maluf al-Yassui dan Bernand Toffel al-Yassui,
al-Munjid al-Wasith fi al-Arabiyyah al-Muashirah
(Beirut: Dar al-Masyriq, 2003), 749.
3
http://kbbi.web.id/indek.php/w=tafsir. Diakses tanggal 5
Husain Adz-Dzahabi, Tafsir wa al-Mufassirun, Juz 2 (Al-
12 April 2015. Qahirah: Maktabah Wahbah, 2000), 474.

32 JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015


suatu ijtihad mufassirnya untuk menangkap ayat-ayat yang terdapat dalam al-Quran khususnya
hubungan ayat-ayat kauniyah di dalam al-Quran ayat-ayat kawniyyah dengan berbagai cara dan
dengan penemuan-penemuan ilmiah yang metode, sehingga dengan penafsiran ini akan
bertujuan memperlihatkan kemujizatan al-Quran dihasilkan teori-teori baru ilmu pengetahuan ataupun
yang menunjukkan atas sumbernya dan sesuai sesuatu yang berkesesuaian dengan ilmu
dengan waktu dan tempat.6 pengetahuan modern. Hal ini sejalan dengan apa
A. Mufakhir Muhammad mengutip yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya
pendapat Yusuf al-Qaradhawi menyebutkan berikut:
bahwa tafsir bi al-ilmy adalah penafsiran yang
menggunakan perangkat ilmu-ilmu kontemporer, O5U  1IV WWR.Wc /\O 1M5U  rXT V)[ r X=)WcX 2Icn?\y
realita-realita dan teorinya untuk menjelaskan
 ikM\ [G#rQ"WO5U \PWmWc1VXTU  rSV
sasaran dan makna al-Quran.7
Definisi Tafsir Ilmy lainnya dikemukakan Artinya:Kami akan memperlihatkan kepada
pula Said Agil Husein al-Munawwar. Menurutnya mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
tafsir ilmy adalah penafsiran ayat-ayat kauniyah segala wilayah bumi dan pada diri mereka
yang terdapat dalam al-Quran dengan sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-
mengaitkannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup
modern yang timbul pada masa sekarang. 8 bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi
Demikian pula menurut Muhammad Amin Suma, atas segala sesuatu? (QS. Fushshilat: 53).
Tafsir ilmy adalah penafsiran al-Quran yang
pembahasannya menggunakan pendekatan Ayat di atas dapat dipahami bahwa apa
istilah-istilah (term-term) ilmiah dalam yang diungkapkan al-Quran dapat dibuktikan
mengungkapkan al-Quran, dan seberapa dapat kebenarannya melalui sains atau ilmu
berusaha melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan yang berkembang. Misalnya, antara
pengetahuan yang berbeda dan melibatkan lain firman Allah dalam surat Yasiin [36] ayat 38:
pemikiran-pemikiran filsafat.9
Berdasarkan beberapa definisi yang 2j \scu\mci V"\Vl\IJmV W*-smIU%-XT
dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa tafsir Artinya:Dan matahari berjalan ditempat
ilmy adalah penafsiran terhadap ayat-ayat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang
kawniyah (penciptaan alam semesta) dalam al- Maha Perkasa lagi Maha mengetahui (QS.
Quran yang mengandung nilai-nilai ilmiah dengan Yaasin: 38).
pendekatan teori-teori ilmiah dan penemuan sains
modern, yang bertujuan untuk memperlihatkan Pada masa-masa sebelumnya, para mufassir
kemukjizatan al-Quran. Pada intinya Tafsir Ilmy menafsirkan ayat ini dengan gerakan lahiriah
merupakan sebuah upaya untuk mengeksplorasi matahari yang berjalan sehari-hari atau per musim.
Akan tetapi, pada masa kini, berdasarkan penemuan-
penemuan ilmiah dan sains baru, para ahli tafsir
6
Fahd bin Abdurrahman bin Sulaiman al-Rumi, Ittijahat menafsirkan ayat tersebut dengan gerakan matahari
al-Tafsir fi al-Quran al-Rabi Asyar (Mamlakah al-
Arabiyyah al-Suudiyyah,1997), 549.
menuju suatu titik tertentu yang di situ terdapat
7
A. Mufakhir Muhammad, Tafsir Ilmi (Banda Aceh: planet Vega. Semua penafsiran itu masih disertai
Yayasan PeNA, 2004), 3-4. dengan kehati-hatian dan bersifat moderatif.10
8
Said Agil Husein Al-Munawwar, Membangun Tradisi
Kesalihan Hakiki (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 72.
9
Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran 2 10
Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), 135. Penafsiran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 97.

JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015 33


Contoh lain pula dapat ditemukan SAW masih hidup, yakni pada saat al-Quran
misalnya pada firman Allah dalam surat QS. al- diturunkan. Rasulullah SAW berfungsi sebagai
Baqarah [2]: 61: mubayyin (pemberi penjelasan). Beliau
menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang
R<V jV iPXT 4\V rQ"W Xn5 CV \{S-Wc 2)  l XT arti dan kandungan al-Quran, khususnya
menyangkut ayat-ayat yang tidak mereka pahami
\I%SXT\I9XT\I WC%q)]0A"(X=VNmcf|^Xq
atau samar artinya. Kemudian setelah beliau
cR7jU  XSF t |ESiW*Q#U  W$V  \I _WXT SM}\iWXT
wafat, usaha penafsiran al-Quran dilanjutkan oleh
para shahabat dan para tabiin dimana wahyu
 nm\\XSFt sudah sempurna diturunkan. Estafet kegiatan
penafsiran al-Quran terus berkembang hingga
Artinya:Dan (ingatlah), ketika kamu masa sekarang.
berkata: Hai Musa, kami tidak bisa sabar Dalam peta keilmuan Islam, penafsiran al-
(tahan) dengan satu macam makanan saja. Quran terus berlanjut seiring berjalannya zaman
Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada dan semakin besarnya kebutuhan umat tehadap
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami penjelasan tentang kandungan ayat-ayat al-Quran.
dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur- Meskipun al-Quran telah berhenti, karena
mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, pewahyuan sudah berakhir dengan berakhirnya
kacang adasnya, dan bawang merahnya. Musa masa kenabian Muhammad SAW, namun al-
berkata: Maukah kamu mengambil yang Quran selalu terbuka untuk difahami dan
rendah sebagai pengganti yang lebih baik? ditafsirkan oleh para pembacanya. Sementara di
sisi lain, masalah-masalah yang timbul dalam
Ayat ini bercerita tentang kaum Nabi Musa lingkungan umat Islam, senantiasa berkembang
yang tidak puas dengan makan satu jenis makanan seiring dinamika zaman. Maka untuk
di pegunungan. Dalam hal ini, Thantowi Jauhari mempertemukan al-Quran dengan perkembangan
(w. 1940 M) mengomentari ayat ini dengan zaman, para ulama melakukan upaya-upaya
mengambil teori ilmiah Eropa, yakni bahwa untuk menjadikan al-Quran mampu berbicara
model kehidupan Baduwi di pedesaan atau pada setiap zaman yang berbeda, melalui
pegunungan, yang biasanya orang mengkonsumsi aktivitas penjelasan makna-makna al-Quran,
makanan manna wa salwa (jenis makanan yang dan usaha-usaha itu melahirkan suatu disiplin
tanpa efek samping) dengan kondisi udara yang ilmu yang kemudian dikenal secara luas sebagai
bersih, jauh lebih baik daripada model kehidupan tafsir. 12
di perkotaan yang biasanya orang suka Apabila disimak sejarah awal perkembangan
mengkonsumsi makanan siap saji, daging-daging, tafsir, pada mulanya usaha penafsiran ayat-ayat al-
dan berbagai ragam makanan lainnya, ditambah Quran, muncul dua jenis penafsiran al-Quran
lagi polusi udara yang sangat membahayakan secara estafet, yaitu tafsir bi al-Matsur atau disebut
kesehatan.11
Sekilas Penelusuran Tafsir Ilmy
12
Pengertian tafsir yang dikemukakan oleh ulama banyak
Dalam lintasan sejarah, perjalanan tafsir
sekali, antara lain misalnya Abu Hayan menjelaskan bahwa
al-Quran sudah berlansung ketika Rasulullah tafsir adalah ilmu yang membahas mengenai tata cara
lafadz-lafadz al-Quran, dalil-dalil, aturan-aturan ditinjau
dari kata (mufradat),susunan kalimat,serta penjelasan
makna yang terkandung dalam susunan kalimat. Lihat
11
Thantowi Jawhari, al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al- Muhammad Hussein Adz-Dzahabi, Al-Tafsir Wa Al-
Hakim, Juz I (t.tp.: Musthafa al-Halabi, t.th), 66-67. Mufassiruun, Vol. II (Kairo, Maktabah Wahbah, 2003), 14.

34 JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015


juga dengan tafsir bi ar-Riwayah13 dan tafsir bi melakukan kompromi antara ajaran Islam al-
ar-Rayi atau tafsir bi ad-Dirayah.14 Akan tetapi, Quran dengan perkembangan peradaban dunia
sejalan dengan lajunya dinamika masyarakat, luar, dan juga sebagai akibat gerakan
berkembang dan bertambah besar pula porsi penerjemahan buku-buku asing ke dalam dunia
peranan akal atau ijtihad dalam penafsiran ayat- Islam dan perkembangan yang terjadi di dunia
ayat al-Quran, maka tidak heran muncul berbagai Islam itu sendiri. 16 Gagasan ini selanjutnya
kitab atau penafsiran yang beraneka ragam ditekuni oleh imam Abu Hamid al-Ghazali (450-
metode dan coraknya. Masing-masing ulama 505 H) dan ulama-ulama lain yang sependapat
menggunakan cara dan pendekatan yang berbeda dengan dia.
dalam menafsirkan al-Quran sesuai dengan Abu Hamid al-Ghazali (selanjutnya
dinamika zaman dan perkembangan ilmu disebut Al-Ghazali) disebut-sebut sebagai salah
pengetahuan. Salah satu corak penafsiran al- satu tokoh generasi awal, di mana dianggap ikut
Quran itu adalah penafsiran ilmiah atau yang memberikan legitimasi terhadap munculnya
dikenal dengan sebutan tafsir al-ilmy. penafsiran ilmy ini. Hal itu ditunjukkan melalui
Dalam hal ini, kehadiran tafsir ilmy ungkapan-ungkapan dan riwayat-riwayat yang
berangkat dari sebuah asumsi bahwa al-Quran disebutkan dalam beberapa karyanya. Di
merupakan kitab suci yang di dalamnya antaranya dalam buku Ihya Ulumuddin, beliau
mengandung berbagai informasi ilmu, baik yang mengutip kata-kata Ibnu Masud: jika seseorang
terkait dengan persoalan agama maupun isyarat- ingin memiliki pengetahuan masa lampau dan
isyarat ilmu pengetahuan. Kecenderungan pengetahuan modern, selayaknya dia merenungkan
penafsiran al-Quran secara ilmiah ini sebenarnya al-Quran. Selanjutnya beliau menambahkan
sudah muncul benihnya semenjak masa ringkasnya, seluruh ilmu tercakup di dalam karya-
perkembangan ilmu pengetahuan di era dinasti karya dan sifat-sifat Allah, dan al-Quran adalah
Abbasiyah, khususnya pada masa pemerintahan penjelasan esensi, dan sifat-sifat dan perbuatan-
Harun ar-Rasyid (169-194 H) dan al-Makmun Nya. Tidak ada batasan terhadap ilmu-ilmu ini
(198-215 H).15 Kecenderungan tafsir ilmy saat dan di dalam al-Quran terdapat indikasi
itu terjadi sebagai efek dari tranformasi ilmu pertemuannya (al-Quran dan ilmu-ilmu).17
pengetahuan dan keinginan para ulama untuk Dunia Islam pada masa itu berada pada
puncak peradaban dunia, ilmu pengetahuan dari
luar diadopsi lewat penerjemahan buku-buku
13
Pengertian Tafsir bi al-Matsur adalah penafsiran ayat-
ayat al-Quran yang didasarkan dan mengutip ayat-ayat al- ilmiah. Semua kegiatan ini mendapat dukungan
Quran yang lain, Sunnah yang tertuang dalam hadits-hadits dan dorongan dari pemerintah saat itu. Karya-
Nabi, pendapat Shahabat dan Tabiin. Lihat Manna Khalil
karya klasik dari peradaban pra-Islam seperti
al-Qattan, Mabahits fi Ulumi al-Quran (Riyadh:
Mansyuraat al-Ashar al-Hadits, 1973), 347. Yunani, Persia, dan India dipelajari. Dari berbagai
14
Sedangkan Tafsir bi ar-Rayi adalah penafsiran al-Quran kajian terhadap keilmuan luar itu, pengetahuan
yang didasarkan pada pendapat pribadi mufassir setelah
dari dalam Islam sendiri seperti ilmu kalam, fikih,
terlebih dahulu memahami bahasa dan adat istiadat bangsa
Arab. Lihat Manna Khalil al-Qattan, 351. ushul fiqih dan dari luar seperti filsafat, fisika,
15
Al-Makmun sendiri merupakan putra khalifah Harun al- kedokteran menjadi berkembang. Kajian-kajian
Rasyid yang dikenal sangat cinta dengan ilmu. Salah satu
terhadap berbagai macam bidang ilmu digalakkan,
karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait
al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada
masa inilah, Islam mencapai peradaban yang tinggi sebagai 16
Abd al-Majid Abd al-Salam al-Muhtasib, Ittijahat al-
pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia. Lihat Badri Tafsir al-Asr al-Hadits (Beirut: Dar al-Fikr, 1987), 245.
Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 17
Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains Menurut al-Quran
2010), 53. (Bandung: Mizan, 1994), 137.

JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015 35


diskusi-diskusi keilmuan pun ramai digelar. H), dan Ruh al-Maani fi Tafsir al-Quran al-Adzim
Untuk memperkuat argumennya masing-masing, wa Sabal-Matsani karya Al-Alusi (w. 1217 H).
mereka menggali dari ayat-ayat al-Quran. Selain mereka yang disebut di atas,
Lahirlah berbagai corak penafsiran seperti tafsir terdapat beberapa mufassir lagi, seperti Ibn Abul
hukum, falsafi, sufi, teologi tertentu yang Fadhl al-Marasi (w. 655 H), Badruddin az-
mendukung pemikiran mereka. Kecenderungan Zarkasyi (w. 794 H), dan Jalaluddin as-Suyuthi
tafsir ilmy juga demikian halnya, terjadi karena (w. 911 H), yang termasuk dalam golongan para
adanya upaya untuk melakukan kompromi antara mufassir yang memiliki tendensi penafsiran
ajaran Islam (baca: al-Quran) dengan perkembangan saintis. Meskipun demikian, sebenarnya para
peradaban dunia luar Islam.18 Pada masa ini lahir mufassir ini tidak dapat dimasukkan ke dalam
kitab tafsir ilmy Mafatih al-Gaib karya kategori mufassirin yang memiliki aliran saintis
Fakhruddin al-Razi (w. 606 H). Hal ini diakui oleh dalam menafsirkan al-Quran, karena mereka
seluruh penulis Ahlusunnah dan riset lapangan hanya mengklaim bahwa al-Quran memuat
juga membuktikan hal itu.19 semua jenis dan disiplin ilmu pengetahuan, dan
Meskipun demikian, sebelum Fakhruddin hanya klaim ini tidak dapat dijadikan bukti bahwa
al-Razi, al-Ghazali (450-505 H) dalam bukunya mereka memiliki tendensi penafsiran saintis.
Jawahir Al-Quran juga telah menyebutkan Pada perkembanganm berikutnya, tafsir
penafsiran beberapa ayat al-Quran yang dipahami ilmy kian marak. Umat Islam dikejutkan oleh
dengan menggunakan beberapa disiplin ilmu, kenyataan bahwa mereka sedang berada dalam
seperti astronomi, perbintangan, kedokteran, dan keterbelakangan. Kondisi fisik dan keilmuannya
lain sebagainya. Jika upaya al-Ghazali ini dianggap mereka memprihatinkan. Sementara itu Eropah
sebagai langkah pertama bagi kemunculan mengalami kemajuan dalam hal ilmu pengetahuan
penafsiran ilmiah, tidak diragukan lagi bahwa al- dan teknologi. Banyak dari bangsa Eropa yang
Ghazali sendiri belum berhasil merealisasikan berdatangan ke belahan Timur, menjajah dengan
metode tersebut, setelah satu abad berlalu, barulah bantuan sains dan teknologinya. Untuk mengatasi
Fakhruddin al-Razi di dalam karyanya Mafatih ketertinggalan itu, segolongan pemikir Islam mulai
al-Ghaib-nya berhasil merealisasikan metode mengadakan pembaharuan. Salah satunya adalah
penafsiran yang pernah menjadi percikan dengan mengadopsi ilmu pengetahuan luar ke
pemikiran al-Ghazali itu.20 dalam ajaran Islam. Kemajuan Barat bermula dari
Pasca masa Fakhruddin al-Razi, tendensi kemenangan para ilmuan terhadap agama Kristen,
penafsiran ilmiah ini diteruskan dan menghasilkan di mana temuan-temuan ilmiah bertentangan
buku-buku tafsir yang sedikit banyak terpengaruh dengan kebenaran al-Kitab. Kemenangan ini
oleh teori penafsiran Fakhruddin al-Razi dalam kemudian dijadikan alasan oleh Barat untuk
ruang lingkup yang agak terbatas. Di antaranya menunjukkan bahwa kemunduran Islam adalah
adalah Gharaib Al-Quran wa Raghaib al- juga disebabkan oleh kitab suci al-Quran. Untuk
Furqan karya An-Nasyaburi (w. 728 H), Anwar at- menanggapi hal tersebut, umat Islam berupaya
Tanzil wa Asrar at-Tawil karya Al-Baidhawi (w. 791 membuktikan kitab al-Quran tidak bertentangan
dengan temuan-temuan sains dan kemajuan, salah
satunya adalah lewat tafsir ilmy.21 Pada masa ini,
18
Abdul Mustaqim, Pergeseran Epistemologi Tafsir
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 64. metode penafsiran saintis mengalami kemajuan
19
Sayid Musa Husaini, Metode Penafsiran Saintis di
dalam Buku-buku Tafsir Modern; diperoleh dari http://
quran.al-shia.com/id/metode/01.htm. di akses: 11 Oktober 21
Wildana Wargadinata, Perkembangan Pemikiran Zaman
2012. Abbasiah Sebagai Akar Tafsir ilmy Abad Modern, dalam
20
Rohimin, 94. Jurnal el-Harakah 9, No. 1 (2007), 24.

36 JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015


yang pesat. Tercatat sejumlah mufassir yang [07]: 54, Yaasin [36]: 80, an-Naml [27]: 88 dan
menekuni metode ini, seperti; Muhammad bin lain-lain. Disamping itu juga ada ayat-ayat al-
Ahmad al-Iskandarani (w. 1306 H), dalam Kasyf Quran yang menganjurkan manusia, baik secara
al-Asrar an-Nuraniyah al-Quraniyah-nya, Al- eksplisit maupun implisit untuk memperhatikan
Kawakibi (w. 1320 H), dalam Thabai al-Istibdad fenomena alam, di samping juga keinginan untuk
wa Mashari al-Istibad-nya, Muhammad Abduh mengetahui dimensi kemukjizatan al-Quran,
(w.1325 H) dalam Tafsir JuzAmma-nya, dan Ath- seperti dalam QS. Fushshilat [41]: 53, QS. al-
Thanthawi (w.1358 H) dalam Jawahir al-Quran, Ghasysyiah [88]: 17-20 atau al-Anbiya [21]: 30.
masing-masing menafsirkan ayat-ayat al-Quran Selain itu, adanya pernyataan al-Quran yang
secara saintis. disinyalir oleh sebagian mufassir menunjukkan
Kemudian perkembangan selanjutnya, bahwa al-Quran merupakan kitab yang memuat
pemikiran penafsiran secara ilmiah mengalami segala macam ilmu pengetahuan, seperti QS. an-
perkembangan yang lebih pesat sampai sekarang, Nahl [16]: 89 dan al-Anam [06]: 38. Kedua,
sehingga memberi dorongan yang cukup besar faktor eksternal yakni faktor-faktor di luar teks
bagi para ilmuan untuk menulis buku tafsir yang al-Qur an yang berkaitan dengan adanya
didasarkan atas pemikirin ilmiah secara tematik perkembangan ilmu pengetahuan dan sains
(al-maudhui).22 Berbagai kitab penafsiran ilmiah modern, yang meliputi kondisi sosial dan budaya
yang bersifat maudhuiy yang muncul, seperti umat Islam yang mulai bersentuhan dengan
Afzalurrahman dengan Quranic Sciences-nya perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan di
dimana menurutnya al-Quran dan ilmu dunia luar. Kondisi subjektif penafsir sendiri yang
pengetahuan itu sama-sama mengandung mempunyai disiplin keilmuan dibidang sains.
kebenaran, dan tidak ada pertentangan di antara Pengaruh pertentangan Gereja dengan kalangan
keduanya.23 Ada juga Maurice Bucaille dengan ilmuan di Eropa yang pada akhirnya dimenangkan
The Bible, The Quran and Science-nya, Abbas oleh para ilmuan dan jatuhnya otoritas kebenaran
Mahmud al-Aqqad dengan Tafsir al-Falsafah al- agama sebagai pusat kebenaran. Kondisi politik,
Quraniyah-nya dan masih banyak lagi tafsir- di mana di abad modern, dunia Islam dijajah
tafsir lainnya. bangsa Barat dengan kecanggihan teknologinya,
sementara umat Islam tertinggal jauh di belakang,
Latar Belakang Kemunculan dan Tokoh- ini mengakibatkan tumbuhnya rasa rendah diri di
Tokohnya dunia Islam. Untuk mengatasi hal ini, maka
Apabila dilihat dari rentetan sejarah, tafsir langkah-langkah politis dilakukan agar umat
ilmy dilatari beberapa faktor yang secara umum Islam bangkit dari kegelapan, salah satunya
dapat dibagi menjadi dua: Pertama faktor internal mempelajari ilmu pengetahuan, atau dengan
yakni faktor-faktor yang berada dalam teks ayat- mengataskan pengetahuan Barat itu diklaim sudah
ayat al-Quran sendiri. Adanya ayat-ayat al- terkandung dalam al-Quran.
Quran yang tidak sedikit memuat ayat-ayat Menurut Quraish Shihab, meluasnya corak
kauniah (alam semesta), di mana hal ini penafsiran ilmiah ini setidaknya dipengaruhi oleh
mendorong para mufassir untuk mendalaminya dua faktor, yang pertama adalah merupakan reaksi
lebih jauh dengan menggunakan perangkat ilmu terhadap ketertinggalan umat Islam dalam bidang
pengetahuan, seperti disebut dalam QS. al-Araf kemajuan ilmu pengetahuan dan teklnologi dari
dunia Barat. Oleh karena ketertingggalan ini,
Rohimin, 95-96.
22 mereka berusaha mencari kompensasi sebagai
Afzalur Rahman, Quranic Sciences (London: The
23 sebuah shock therapy atau sebagai salah satu
Muslim Schools Trust, 1981), 1. upaya untuk menutupi rasa rendah diri yang

JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015 37


berlebihan (inferiority complex) yang melanda 2. Dr. Abdul Aziz dalam al-Islam wa al-Thib al-
mereka. Salah satunya dengan mengingat Hadits.
kejayaan-kejayaan yang pernah diraih umat Islam 3. Al-Syekh Thanthawi Jauhari.
pada masa lalu yang baik secara langsung maupun 4. Ahmad Mukhtar al-Ghozali dalam Riyadh al-
tidak langsung berpengaruh terhadap perkembangan Mukhtar.
masyarakat Islam dalam menafsirkan al-Quran. 5. Al-Ustadz Hanafi Ahmad dalam al-Tafsir al-
Maka tidaklah mengherankan ketika ada penemuan ilmi Li al-Ayat al-Kauniyah fi al-Quran al-
baru, para cendekiawan muslim sepertinya Karim.
berlomba-lomba untuk mencari ayat-ayat al-Quran 6. Al-Alamah Wahid al-Din Khan dalam al-
yang berkesesuaian dengan penemuan tersebut dan Islam Yatahadda.
serta merta mengatakan bahwa apa yang ditemukan 7. Dr. Jamal al-Din al-Fandy dalam al-Ghida wa
sebenarnya sudah tercantum dalam al-Quran. al-Dawa dan
Faktor kedua yang menjadikan cendekiawan muslim 8. Ustadz Abd al-Razzaq Naufal dalam al-
melakukan hal ini sebagai reaksi atas resistansi yang Quran wa al-ilm al-Hadist.25
besar dari gereja terhadap ilmu pengetahuan yang
dikarenakan adanya pertentangan penemuan ilmiah Sedangkan menurut Abdul Majid
dengan kepercayaan atau teori-teori tertentu yang Abdussalam al-Muntasib, tokoh-tokoh penafsir
diyakini kebenarannya dan kesuciannya oleh ilmy kontemporer lainnya, yaitu:
Gereja. Pertentangan ini mengakibatkan 1. As-Syekh Muhammad Abduh.
terjadinya kekejaman dan penindasan terhadap 2. Muhammad Jamaluddin al-Qasimi dalam
ilmuwan yang dianggap kafir dan berhak Mahaasinu at-Tawil.
mendapat kutukan. Hal ini menimbulkan 3. Mahmud Syukri al-Aluusi (w. 1992 M) dalam
keyakinan di kalangan umum bahwa ilmu buku Maa Dalli Alaihi al-Quranu Mimmaa
pengetahuan bertentangan dengan agama. yadhidu al-Haiata al-Jadiidata al-
Pertentangan antara agama dengan ilmu Qawiimatu al-Burhan (Dalil-dalil al-Quran
pengetahuan ini memberikan pengaruh terhadap yang meneguhkan ilmu astronomi modern,
cendekiawan muslim. Mereka khawatir kalau- dengan argumentasi kuat).
kalau penyakit pertentangan ini timbul pula 4. Abdul Hamid bin Badis dalam Tafsiru Ibni
dalam dunia Islam, sehingga mereka senantiasa Badis fii Majaalisi at-Tadzkiiri min Kalaami
berusaha membuktikan hubungan yang sangat al-Hakimi al-Khabiir (Tafsir Ibnu Badis
erat antara ilmu pengetahuan dengan agama mengenai Firman Dzat Yang Maha Bijak dan
terutama al-Quran walaupun terkadang langkah Maha Tahu dalam forum-forum kajian).
mereka terlampau jauh dalam membuktikan hal 5. Musthafa Shadiq ar-Rafii dalam bukunya
itu.24 Ijaazu al-Qurani wa Balaghtu an-
Adapun tokoh-tokoh penafsir ilmy Nabawiyah (Mukjizat al-Quran dan
kontempoter selain yang di sebut di atas, menurut Balaghah Kenabian).26
Ali Hasan Al-Aridl adalah:
1. Dr. al-Kauniyah Ahmad Al-Ghamrawi dalam
kitabnya Sunanullah al-Kauniyah dan al- 25
Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir,
Islam fi Ashr al-ilm. Terj. Ahmad Akram, cet. II (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1994), 62-63.
26
Abdul Majid Abdussalam al-Muntasib, Visi dan
24
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur,an: Fungsi dan Paradigma Tafsir Al-Quran Kontemporer, terj.
Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Cet. XIX Mohammad Maghfur Wachid. Judul asli Ittijaahat at-
(Bandung: Mizan, 1999), 102. Tafsiir fi al-Ashri ar-Rahin (Bangil: Al-Izzah, 1997), 279.

38 JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015


Sikap Para Ulama Terhadap Tafsir Ilmy penalaran sehingga menimbulkan berbagai
Penafsiran secara ilmy, di samping teori yang berlawanan satu sama lain
bertujuan membenarkan dan mengkompromikan sebenarnya sudah dikemukakan dan
teori-teori ilmu pengetahuan dengan al-Quran, dirumuskan dalam al-Quran dan semuanya
juga bertujuan menggali ilmu pengetahuan dari dapat diketahui oleh para pemikir. 27 Al-
ayat-ayat al-Quran. Pada dasarnya tafsir ilmy Ghazali juga berpendapat dalam kitab
berangkat dari sebuah asumsi bahwa kitab suci Jawahir al-Quran bahwa segala macam
al-Quran tidak bertentangan dengan akal sehat ilmu itu termasuk dalam afal (perbuatan-
manusia dan mengandung berbagai macam ilmu, perbuatan Allah dan sifat-sifatnya).
baik yang terkait dengan ilmu agama maupun Pengetahuan tersebut tidak terbatas. Dalam al-
ilmu pengetahuan umum. Meskipun demikian, Quran terdapat isyarat-isyarat menyangkut
kehadiran tafsir ilmy masih mendatangkan prinsip-prinsip pokoknya. Hal terakhir ini,
berbagai komentar dikalangan para ulama; ada antara lain dibuktikan dengan mengemukakan
yang mendukung, yang menentang, dan bahkan ayat:
ada yang bersikap moderat.
 RdXSIV0mW%Vl XT
Adapun ulama yang mendukung dan
bersikap terbuka terhadap kehadiran tafsir ilmy, Artinya: Dan apabila aku sakit, Dialah
antara lain: yang menyembuhkan Aku(QS. Asy-
1. Al-Ghazali, adalah orang yang paling banyak Syuaraa: 80).
memasarkan tafsir ilmiyah di tengah
percaturan keilmuan Islam. Dalam kitabnya Menurut al-Ghazali, Obat dan
Ihya Ulumuddin pada pasal IV menyinggung penyakit tidak dapat diketahui kecuali oleh
mengenai pemahaman dan penafsiran al- yang berkecimpung dibidang kedokteran.
Quran secara rasional tanpa menggunakan Dengan demikian, ayat di atas merupakan
naql (al-Quran dan hadits). Beliau sepakat isyarat tentang ilmu kedokteran.28
dengan pendapat beberapa ulama bahwa al-
Quran mengungkapkan 77.200 macam/buah 2. Al-Marasi, seperti yang diungkapkan kembali
ilmu, karena setiap kata merupakan sebuah oleh as-Syuyuti dalam tafsirnya mengatakan
ilmu. Dengan mengutip hadis dari Ibn Masud bahwa ilmu ukur disebut dalam al-Quran:
yang menyatakan bahwa Nabi pernah Pergilah kamu mendapatkan naungan 29
bersabda: yang mempunyai tiga cabang (QS. al-
Mursalat: 30). Beliau juga menyatakan bahwa

Al-Jabar dan Aritmatik ditemukan dari huruf-
   huruf lepas pada permulaan beberapa buah

Artinya: Dari Ibn Masud ra. ia berkata:


Barang siapa ingin memperoleh 27
Al-Ghozali, Ihya Ulumuddin, Jilid I (Kairo: Al-Tsaqofah
pengetahuan tentang beberapa permulaan al-Islamiyah, 1356 H), 301. Lihat juga M. Quraish Shihab,
dan beberapa kesudahan, maka kajilah al- 101.
28
Al-Ghozali, Jawahir Al-Quran, Cet. 1 (Mesir:
Qur an dengan seksama.(HR. Ibn Percetakan Kordistan, 1329 H), 31-32.
Masud). 29
Yang dimaksud dengan naungan di sini bukanlah naungan
untuk berteduh, akan tetapi asap api neraka yang
mempunyai tiga gejolak, yaitu di kanan, di kiri dan di atas.
Beliau mengatakan bahwa segala sesuatu ini berarti bahwa azab itu mengepung orang-orang kafir
yang sulit dipahami dengan penginderaan dan dari segala penjuru.

JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015 39


surat al-Quran, karena dalam huruf-huruf itu Secara umum, argumentasi yang mereka
mengandung keterangan tentang kurun waktu, kemukakan untuk mendukung penafsiran ilmy
tahun-tahun dan hari-hari terjadi peristiwa- ini, antara lain:
peristiwa sejarah bangsa-bangsa terdahulu dan 1. Allah SWT memberikan peluang luas untuk
juga keterangan kelangsungan hidup ummat melakukan istidlal (penarikan kesimpulan dan
Muhammad SAW sekarang. Dari pernyataan pelajaran) dari hal-hal yang Allah SWT
itu tampak jelas al-Marasi berpegang pada tampilkan dalam al-Quran, seperti keadaan
pendirian bahwa ilmu-ilmu pengetahuan bisa bumi dan langit, pergantian siang dan malam,
ditemukan dan diformulasikan dari al- tingkah pola pergerakan dan keadaan benda-
Quran.30 benda angkasa dan keadaan alam lainnya.
3. Al-Kawakibi, mengatakan bahwa ilmu-ilmu Apabila mengkaji hal-hal seperti itu tidak
pengetahuan termasuk penemuan teori-teori diperkenankan, maka tentunya hal-hal tersebut
ilmiah di Eropa dan Amerika sekarang, tidak ditampilkan dalam al-Quran.
sebenarnya sejak abad 13 yang lalu telah 2. Firman Allah SWT dalam al-Quran yang
dijelaskan dan diisyaratkan dalam al-Quran. berbunyi:
Hal-hal yang masih belum terungkap pada saat
ditemukannya, nanti akan menjadi bukti \I<c\wXT \IR<kWAW \k[ 0IVSV \- rQ  Tm=Wc 2Q VU
kemukjizatan al-Quran.31
 NTmC%RNPW%XT
4. Fakhruddin ar-Razi, walaupun tidak sepenuhnya
sependapat dengan al-Ghozali, namun dalam Artinya: Maka apakah mereka tidak
tafsirnya Mafatih Al-Ghayb, dipenuhi dengan melihat akan langit yang ada di atas
pembahasan ilmiah menyangkut filsafat, teologi, mereka, bagaimana kami meninggikannya
ilmu alam, astronomi, kedokteran, dan dan menghiasinya dan langit itu tidak
sebagainya. mempunyai retak-retak sedikitpun? (QS.
5. Hal-hal senada juga dipegangi oleh Imam al- Qaaf: 6).
Syuyuti dalam al-Itqan, Al-Baidhawi dalam
kitab Anwaaru at-Tanzil wa Asraaru at- Dalam ayat tersebut Allah SWT
Tawil, An-Naisaburi yang lebih dikenal mendorong untuk melakukan perenungan dan
dengan an-Nadhdham al-Araj (penyair yang pemikiran tentang bagaimana kejadian tersebut,
pincang) dalam kitabnya Gharaibu Al-Quran yaitu:
wa Raghaibu al-Furqaani, dan Az-Zarkasyi 1. Dengan menggunakan pendekatan tafsir ilmy,
dalam kitabnya Al-Burhan fii Ulumul Al- penemuan-penemuan baru bisa digunakan
Quran. 32 Dan juga disampaikan ulama sebagai penegasan terhadap kemukjizatan
modern seperti Thantawi Jauhari dan ulama yang terdapat dalam al-Quran.
sebelumnya, bahkan Rasyid Ridha (w. 1935 2. Allah SWT akan mengisi jiwa seseorang
M), dalam Tafsir al-Manar menyatakan: Al- dengan keimanan terhadap keagungan-Nya
Quran mencakup segala hakikat ilmiah yang ketika ia menafsiri al-Quran dengan ayat-ayat
diungkap oleh pendapat-pendapat kontemporer, tertentu dan makhluk-makhluk yang sangat
khususnya bidang filsafat dan sosiologi.33 renik dengan menggambarkannya melalui
ilmu pengetahuan yang ada.34
30
M. Husain al-Zahabiy, 113-114.
31
Ibid., hal. 115
32
Ali Hasan Al-Aridl, 64. 34
Fahd ibn Abdurrahman Al-Rumi, Buhuts fi Ushul al-
33
Lihat M. Quraish Shihab, 102. Tafsir wa Minhajuhu (t.tp: Maktabah al-Taubah, t.th.), 97.

40 JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015


Dan juga didasarkan pada firman Allah dan Muhammad Maghfur Wachid mengatakan,
SWT: .....saya tegaskan, bahwa saya menolak
tendensi tafsir al-Quran ilmiah. Saya tidak
  [C% W*rX=mV% membenarkan praktik menunjukkan ayat-ayat
Artinya:Tiadalah Kami alpakan sesuatupun al-Quran pada ilmu pengetahuan alam
dalam Al-Kitab (QS. Al-Anam: 38). murni.....36
3. Muhammad al-Ghozali, mengungkapkan
Dan firman Allah SWT yang lain: ketidak setujuannya, berangkat dari problem
Ijaz al-Ilmi (mukjizat keilmuan) dalam al-
  [G#L;=Xk"_ W*|^kQ WWX=sW5XT Quran. Bila kita melihat secara seksama pada
Artinya: Dan Kami turunkan kepadamu sebagian isyarat ilmiah yang ada dalam al-
al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan Quran, lalu dibandingkan dengan ilmu-ilmu
segala sesuatu (QS. an-Nahl: 89). modern, masalah Ijaz al-Ilmi di dalam al-
Qur an adalah pendapat yang riskan.
Selain ada yang menerima, ada pula di Seandainya yang disebut adalah Ijaz al-Ilmi
kalangan ulama yang menentang kehadiran tafsir berarti kekalnya ketidakmampuan manusia
ilmy, antara lain: untuk mencapai sesuatu yang mampu dicapai
1. Abu Ishaq Ibrahim bin Musa as-Syatibi al- al-Quran termasuk mencapai esensi-esensi,
Andalusia (w. 790 H) dalam kitabnya al- ketentuan-ketentuan ilmiah, dan sebagainya
Muwafaqat menyatakan sebagai ketidak maka Ijaz untuk dunia saat ini tidaklah berarti
setujuannya terhadap tafsir ilmy, .....banyak terungkap sejumlahnya hukum ilmu
yang bersikap keterlaluan dalam memahami pengetahuan oleh manusia sebagaimana telah
al-Quran sehingga mereka mengaitkannya dicapai dan dibuktikan al-Quran dan apa
dengan semua ilmu pengetahuan baik yang yang diisyaratkan al-Quran merupakan Ijaz
disebut orang-orang dahulu maupun orang- pada kurun tertentu.37
orang sekarang. Lebih lanjut seperti yang
dinukilkan Al-Dzahabi, beliau mengatakan Sedangkan orang-orang yang menolak
bahwa ulama salaf yang saleh dari kalangan adanya penafsiran ilmy terhadap al-Quran
sahabat, tabiin dan tabiat adalah orang- semacam ini, mereka berargumen bahwa:
orang yang paling tahu tentang al-Quran, 1. Kemukjizatan Al-Quran ialah sudah menjadi
tentang ilmu-ilmunya dan kandungan isinya, suatu yang pasti dan tidak butuh hal-hal lain
namun kita tidak pernah mendengar bahwa untuk menjelaskannya seperti penfasiran
mereka membicarakan hal-hal sebagaimana macam ini terkadang bisa mengaburkan
mereka pegangi itu..... Al-Quran memang kemukjizatan Al-Quran.
tidak dimaksudkan untuk memberikan 2. Dorongan Al-Qur an untuk melakukan
pengakuan atas kebenaran pendapat mufassir penalaran dan perenungan pada peristiwa dan
ilmi.35 ilmu-ilmu merupakan suatu ajakan yang
2. Abu Hayyan al-Andalusi, Muhammad Rasyid menyeluruh dan bersifat pengambilan pelajaran
Ridha, as-Syeikh Mahmud Syaltut, as-Syeikh
Muhammad Musthafa al-Maraghi, Muhammad
Izzat Darwazat, Amir al-Khauli, Syauqi Dhaif 36
Abdul Majid Abdussalam al-Muntasib, Visi dan
Paradigma Tafsir Al-Quran Kontemporer, 330.
37
Muhammad Al-Ghozali, Berdialog dengan Al-Quran,
Terj. Masykur Hakim dan Ubaidillah (Bandung: Mizan,
35
Ali Hasan Al-Aridl., 65. 1996), 174-175.

JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015 41


(itibar), bukan untuk menjelaskannya secara Kedua, memperhatikan konteks antara kata atau
mendalam dan menggali ilmu-ilmunya. ayat, baik ayat sebelumnya maupun ayat
3. Penafsiran dengan corak ini memaksa penafsir sesudahnya. Ketiga, berdasarkan pada fakta ilmiah
untuk melakukan lompatan yang jauh dalam yang telah mapan. Di samping itu, penemuan
memaknai dan manfasirkan ayat Al-Quran ilmiah tersebut tidak dapat diatasnamakan sebagai
dari makna luar (zhahir) ayat tersebut. al-Quran. Al-Quran sebagai wahyu, kebenaran
4. Tafsir ilmy menjerumuskan orang yang al-Quran diakui secara mutlak, sementara
mendalaminya pada kesalahan dalam kebenaran temuan ilmiah bersifat relatif, maka
mengkompromikan dua istilah dari dua kutub jangan terjebak dalam trut claim.40
yang berbeda (al-Qur an dan ilmun Menurut kelompok moderat, tafsir ilmy
pengetahuan sains) dapat diterima dan diterapkan terhadap ayat-ayat
5. Ilmu-ilmu yang tergali dalam penafsiran ini al-Quran dengan catatan seorang mufasir
hanya bersifat sementara dan akan berubah memenuhi tiga syarat berikut ini, yaitu:41
ketika ada penemuan-penemuan baru yang a. Penafsirannya sejalan dengan kaidah
lebih besar. Hal ini membuat al-Quran tidak kebahasaan. Disebabkan al-Quran diturunkan
bisa untuk menemukan pijakan sebagai dalam bahasa Arab, maka ketika menafsirkan
sumber dari segala ilmu, karena terus berubah ayat-ayat ilmiah, seorang mufasir harus paham
penafsirannya.38 dengan kaidah-kaidah bahasa Arab. Selain
mengerti dengan ilmu irab, bayan, maani, dan
Selain dua sikap ulama di atas, ada pula badi, sesuai dengan kaidah-kaidah dalam kitab-
ulama kontemporer yang bersikap moderat, yang kitab tafsir dan kamus, seorang mufasir juga
mencoba mencari jalan tengah di antara dua kubu harus memperhatikan dan mempertimbangkan
yang berseberangan, yakni menerima dengan perkembangan arti dari suatu kata.
memberikan syarat tertentu, antara lain; Musthafa b. Memperhatikan korelasi ayat (munasabat al-
al-Maraghi (w. 1965 M), Sayyid Qutb (w. 1933 ayat). Selain menguasai kaidah kebahasaan,
M), dan Nashir Makarim al-Syayraziy menerima seorang mufasir ilmi harus juga dituntut untuk
tafsir ilmy namun dengan syarat bahwa teori sains memperhatikan korelasi ayat, baik ayat
yang diterapkan dalam al-Quran harus sudah sebelumnya maupun ayat sesudahnya. Hal ini
mapan dan pasti. Menurut al-Maraghi Kita tidak penting, mengingat penyusunan al-Quran
boleh menarik ayat-ayat al-Quran kepada ilmu tidak berdasarkan pada kronologi turun ayat,
sains, atau menghubungkan sains dalam melainkan berdasarkan pada korelasi makna
menjelaskan fakta-fakta al-Quran. Akan tetapi, ayat-ayatnya, sehingga kandungan ayat
al-Quran dapat ditafsirkan dengan sains jika sebelumnya senantiasa berkaitan dengan
lahiriyah ayat sejalan dengan fakta-fakta yang kandungan ayat yang berikutnya.
pasti39 c. Berdasarkan pada fakta ilmiah yang telah
Termasuk pula Muhammad Qurais Shihab, mapan. Sebagaimana diketahui, sebagai kitab
dalam bukunya Membumikan al-Quran wahyu, kebenaran al-Quran diakui secara
memberikan ketentuan tertentu. Pertama, mutlak. Otentisitas dan validitasnya dapat
penafsirannya sejalan dengan kaidah bahasa Arab. diuji dari berbagai perspektif, baik dari
perspektif sejarah, kebahasaan, berita ghaib,
38
Tim Forum Karya Ilmiah RADEN (refleksi anak muda
pesantren), Al-Quran Kitab Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir 40
M. Quraish Shihab, 105-110.
Kalamullah (Kediri: Lirboyo Press, 2011), 248-249. 41
http://suakakata. blogspot.com/2009/01/ debat-sekitar-
39
Abdul Mustaqim, 106. tafsir-ilmiah.html.

42 JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015


dan bahkan dari aspek ilmiah sekalipun. Oleh dapat diatasnamakan al-Quran melainkan
sebab itu, pensejajaran al-Quran dengan teori- sebagai bukti kemukjizatan al-Quran secara
teori ilmiah yang tidak mapan, tentu saja tidak mutlak.
dapat diterima. Dan, bila diperhatikan secara
seksama, sesungguhnya menyandingkan ayat-
ayat al-Quran yang memiliki kebenaran Daftar Kepustakaan
mutlak dengan kebenaran temuan ilmiah yang
bersifat relatif, adalah salah satu alasan utama A. Mufakhir Muhammad. Tafsir Ilmi. Banda
kelompok yang menolak penerapan tafsir Aceh: Yayasan PeNA, 2004.
ilmy terhadap al-Quran.
Al-Aridl, Ali Hasan. Sejarah dan Metodologi
Kesimpulan Tafsir. Terj. Ahmad Akram. cet. II. Jakarta:
Adapun butir-butir pokok sebagai PT. Raja Grafindo Persada, 1994.
kesimpulan yang dapat dipetik dari pembahasan al-Yassui, Louis Maluf dan Bernand Toffel al-
mengenai kontribusi tafsir ilmy terhadap Yassui. al-Munjid al-Wasith fi al-
penafsiran al-Quran yang telah dipaparkan di Arabiyyah al-Muashirah. Beirut: Dar al-
atas, bahwa tafsir ilmy adalah penafsiran dengan Masyriq, 2003.
memakai pendekatan teori-teori ilmiah dan
Adz-Dzahabi, Husain. Tafsir wa al-Mufassirun.
pemikiran-pemikiran filosofis sesuai dengan
Juz 2. Al-Qahirah: Maktabah Wahbah,
dinamika dan perkembangan zaman dari teks
2000.
ayat-ayat al-Quran, di samping bertujuan
membenarkan dan mengkompromikan teori-teori Adz-Dzahabi, Muhammad Hussein. Al-Tafsir
ilmu pengetahuan dengan al-Quran, juga Wa Al-Mufassiruun. Vol. II. Kairo,
bertujuan menggali ilmu pengetahuan dari ayat- Maktabah Wahbah, 2003.
ayat al-Quran. Al-Ghozali. Ihya Ulumuddin. Jilid I. Kairo: Al-
Keberadaan tafsir ilmy mengundang Tsaqofah al-Islamiyah, 1356 H.
sikap pro kontra di kalangan ulama, ada yang
Al-Ghozali. Jawahir Al-Quran. Cet. 1. Mesir:
mendukung, ada pula yang menentang dan pula
Percetakan Kordistan, 1329 H.
yang bersikap moderat. Bagi yang mendukung
meyakini bahwa al-Quran memuat berbagai ilmu Al-Ghozali, Muhammad. Berdialog dengan Al-
pengetahuan yang dapat digali darinya. Yang Quran. Terj. Masykur Hakim dan
menentang berpendapat bahwa al-Qur an Ubaidillah. Bandung: Mizan, 1996.
bukanlah kitab ilmu pengetahuan, melainkan al-Muhtasib, Abd al-Majid Abd al-Salam. Ittijahat
kitab petunjuk moral dan ibadah bagi umat al-Tafsir al-Asr al-Hadits. Beirut: Dar al-
manusia. Sementara bagi yang moderat Fikr, 1987.
memberikan persyaratan tertentu, sehingga tafsir
al-Muntasib, Abdul Majid Abdussalam. Visi dan
ilmy tidak terlalu jauh melangkah dengan
Paradigma Tafsir Al-Quran
memaksakan teori-teori ilmiah ke dalam al-
Kontemporer. terj. Mohammad Maghfur
Quran. Di antara syarat-syaratnya adalah harus
Wachid. Judul asli Ittijaahat at-Tafsiir fi
sejalan dengan kaidah bahasa Arab,
al-Ashri ar-Rahin. Bangil: Al-Izzah, 1997.
memperhatikan konteks antara kata atau ayat
maupun konteks sosial masyarakat Arab, dan al-Qattan, Manna Khalil. Mabahits fi Ulumi al-
berdasarkan pada fakta ilmiah yang telah mapan. Quran. Riyadh: Mansyuraat al-Ashar al-
Di samping itu, penemuan ilmiah tersebut tidak Hadits, 1973.

JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015 43


al-Rumi, Fahd bin Abdurrahman bin Sulaiman. Muhammad Amin Suma. Studi Ilmu-ilmu Al-
Ittijahat al-Tafsir fi al-Quran al-Rabi Quran 2. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.
Asyar. Mamlakah al-Arabiyyah al- Rahman, Afzalur. Quranic Sciences. London:
Suudiyyah, 1997. The Muslim Schools Trust, 1981.
Al-Rumi, Fahd ibn Abdurrahman. Buhuts fi Ushul Rohimin. Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi
al-Tafsir wa Minhajuhu.(t.tp: Maktabah al- Model Penafsiran. Yogyakarta: Pustaka
Taubah, t.th. Pelajar, 2007.
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Said Agil Husein Al-Munawwar. Membangun
Rajawali Pers, 2010. Tradisi Kesalihan Hakiki. Jakarta: Ciputat
Ghulsyani, Mahdi. Filsafat Sains Menurut al- Press, 2002.
Quran. Bandung: Mizan, 1994. Sayid Musa Husaini. Metode Penafsiran Saintis
http://suakakata.blogspot.com/2009/01/debat- di dalam Buku-buku Tafsir Modern;
sekitar-tafsir-ilmiah.html. diperoleh dari http://quran.al-shia.com/id/
http://kbbi.web.id/indek.php/w=tafsir. Diakses metode/01.htm. di akses: 11 Oktober 2012.
tanggal 12 April 2015. Tim Forum Karya Ilmiah RADEN (refleksi anak
Jawhari, Thantowi. al-Jawahir fi Tafsir al-Quran muda pesantren). Al-Quran Kitab Studi
al-Hakim. Juz I. T.tp.: Musthafa al-Halabi, Ilmu, Sejarah dan Tafsir Kalamullah.
T.th. Kediri: Lirboyo Press, 2011.

M. Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur,an: Wildana Wargadinata. Perkembangan Pemikiran


Fungsi dan Peran Wahyu dalam Zaman Abbasiah Sebagai Akar Tafsir
Kehidupan Masyarakat. Cet. XIX. ilmy Abad Modern. Dalam Jurnal el-
Bandung: Mizan, 1999. Harakah 9, No. 1 (2007), 24.

44 JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015


UNDERSTANDING LEVEL OF TABLIGH JAMAAT MEMBERS AT
AN-NAHL Verse 125
(Case Study at Mosque of al-Falah II Jl. Sumatra Pekanbaru)

Jani Arni
Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau
Jani.Arni@uin-suska.ac.id

Abstract
This study studied the level of understanding of the Tabligh congregation members about
the letter of al-Nahl verse 125 which contains about methods in preaching. Tabligh
Jamaat is one group of Muslims who could be called active in proselytizing. They were
proselytizing door to door or directly into the homes of Muslims to invite to goodness.
Dawah in the congregation sermons made by all members, because they think that the
task of the mission is not only clerical duties. Al-Quran as a book of guidance has
explained how the procedures or methods in carrying out dawah. In Surat al-Nahl
verse 125 explained that there are three methods of dawah; bil hikmah, al-mauizhah
al-hasanah, and jadilhum billati hiya ahsan.From research conducted found that the
level of understanding and practice of members of Tabligh congregation was very varied;
some have a good understanding and practice, there are less in understanding the verses
about methods of dawah but its practices is good, as well as small part that have a
poor understanding and its practice.

Keywords: The level of understanding, Tabligh Jamaat, and Dawah

Introduction reference in proselytizing activities, as well as in


Etymologically, dawah implies to invite developing a concept of the next missionary
something and call to a problem. While in movement.2
terminology it has meaning to spread and convey Dawah is the command of Allah SWT in
Islam with all its teachings.1 Al-Quran is often His words. Among the verses that command to
referred to as a book of dawah, that al-Quran is perform the mission is:
the basic reference and authentic source of
knowledge about dawah (propaganda). Sayyid  B\W"CW%XT2W5U QXnmWrQ"W rQ  SjU r"j\yPk\F#
Qutb explains al-Quran is a book of propaganda
 |n-]C%2W5U W%XT]C\UyXT
which has a plant spirit, and serves as an amplifier.
Al-Quran serves as a guard, lights, explanatory, Say: This is the (religious) me, me and the
and legislation, as well as global concepts in people who follow me invites (you) to God
dawah. Moreover, the Koran is also the only with real proof, Glory to God, and Im not
place to return to the caller of propaganda in taking
2
Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Safei, Metode
Pengembangan Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2002),
1Lajnah Ilmiah bi Mahad al-Aimmah wal Khutaba, Sirah 15; see, Sayyid Quthb, Fiqh Dakwah (Jakarta: Pustaka
Nabawiyah dan Dakwah (Jakarta: Wamy, 2004), 63-64. Amani, 1995), 1.

JURNAL USHULUDDIN Vol. 23 No. 1, Juni 2015 45

Anda mungkin juga menyukai