Fachrun Nisa1, A.Tunggul Sutan Haji2*, Bambang Suharto2 dan Sukrisno Widyotomo3
1Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
2FakultasTeknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
3Pembimbing Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
ABSTRAK
Saat ini industri dituntut untuk memperbaiki sistem produksinya dengan menerapkan prinsip
pembangunan berkelanjutan, yakni keuntungan ekonomi, keseimbangan ekologi, dan
tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan sosial. Industri dari komoditas Kakao (Theobroma
cacao L.) menghasilkan produk sampingan berupa limbah kakao seperti kulit, daun dan daging
buah. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengolah hasil sampingan dari produksi
kakao ini menjadi sesuatu yang lebih bernilai seperti pupuk kompos sehingga didapatkan
tingkat eko-efisiensi yang lebih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan eco-
costs dan tingkat eko-efisiensi produk biji kakao kering serta memberikan rekomendasi dalam
upaya meningkatkan nilai eko-efisiensi. Data kebutuhan bahan baku, energi, harga jual produk
dan biaya produksi digunakan untuk menentukan tingkat eko-efisiensi melalui tahapan
diantaranya adalah analisis Life Cycle Assessment (LCA)dengan menggunakan metodeEco-Costs
2012 dalam software SimaPro v 8.0.4 sehingga didapatkan nilai eco-costs yang digunakan untuk
perhitungan Eco-efficiency Index (EEI), dilanjutkan dengan perhitungan Eco cost Value Ratio
(EVR) menggunakan nilai Net value Product untuk menghitung nilai Eco-efficiency Ratio (EER).
Nilai eco-costs dari proses produksi biji kakao setelah dilakukan pengomposan sebesar Rp.
610,133.00 dan sebelum dilakukan proses pengomposan sebesar Rp. 459,841.00. Eko-efisiensi
dari produk biji kakao meningkat dari sebelum dilakukan pengomposan sebesar 75.9% menjadi
76.2%. Peningkatan eko-efisiensi diperoleh dari keuntungan penjualan pupuk kompos.
Kata Kunci: Eco-costs, eko-efisiensi, kakao, Life Cycle Assessment (LCA), pupuk kompos.
Abstract
Recent issues for industrial development is the improving of production system by applying the
principles of sustainable development, such as economical advantages, ecological balance and the
responsibility of business to the social environment. Manufacture of Cocoa (Theobroma cacao L.) resulted
byproducts such as cocoa shell, leaves and pulps. Therefore, byproduct of the production cocoa beans
should be changed into more valuable product such as compost to increase eco-efficiency rate. The aim of
this study is to determine the eco-costs and eco-efficiency rate of cocoa beans productions, as well as
finding alternatives on improving eco-efficiency. Data of raw materials, energy, benefits and production
costs were used to determine eco-efficiency rate by analyzes Life Cycle Assessment (LCA) using Eco-
Costs 2012 method in the SimaPro v 8.0.4 software resulting eco-costs value to be used to calculate Eco-
efficiency Index (EEI), Net value Product and Eco Cost Value Ratio (EVR). Those value were then used
to calculate Eco-efficiency ratio (EER). The ecocosts value of cocoa beans products before composting is
Rp. 459,841.00 and after composting process is Rp. 610,133.00. Eco-efficiency rate of cocoa beans
33
Nisa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
products increase from 75.9% to 76.2%. The benefit from processing byproduct as compost could increase
the eco-efficiency rate.
Dalam proses fermentasi terjadi penurunan dapat melakukan pencacahan sebanyak satu
berat sampai 25%. kali. Dalam satu kali produksi menghasilkan
3. Pengeringan satu bak kompos dengan dimensi 2,99 m3.
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan
kadar air dalam biji dari 60% sampai pada Tahapan Life Cycle Assessment (LCA)
kondisi kadar air dalam biji tidak dapat Perhitungan LCA digunakan software
menurunkan kualitas biji dan biji tidak pembantu yaitu SimaPro versi 8.0.4 dengan
ditumbuhi cendawan. Pengeringan
dilakukan dengan dengan menjemur di
bawah sinar matahari. Sinar matahari yang
yang
INPUT PROSES PRODUKSI OUTPUT
Kakao 750 kg
Bijikaka
Air 90 L Pengangkutan Pemecahan buah Sortasi
Fermentasi Penjemuran o kering
Solar 3.8 L
(66.5 kg)
Listrik 1.8 kWh
Limbah (Kulit
buah kakao Kompos
Pencacahan Penimbunan Penyiraman Pembalikan (367.5
525 kg)
kg)
dibutuhkan waktu 2-3 hari, tergantung metode eco-costs 2012 untuk mendapatkan
kondisi cuaca, sampai kadar air biji menjadi nilai eco-costs dari dampak yang dihasilkan
7-8%. Untuk transportasi dari tempat dan memiliki lebih dari 3000 database emisi
pengolahan ke tempat penjemuran dan serta dapat digunakan dalam operasional
sebaliknya menggunakan traktor berbahan dengan database spesial untuk SimaPro.
bakar solar. Software ini berfungsi merasionalkan
4. Penyortiran/Pengelompokan perhitungan sistematik dari konsep
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran pemikiran manusia terhadap pengukuran
dan dikelompokkan berdasarkan mutunya. lingkungan. Suatu langkah yang sistematik
Sortasi dilakukan setelah 1-2 hari dan konsisten, dimana kita dapat
dikeringkan agar kadar air seimbang, menemukan suatu pilihan terbaik dalam
sehingga biji tidak terlalu rapuh dan tidak perbaikan suatu desain dan proses dari
mudah rusak, sortasi dapat dilakukan suatu produk atau jasa.
dengan menggunakan ayakan yang dapat Pada tahapan LCA dilakukan
memisahkan biji kakao dari kotoran. pengukuran mengenai besar dampak yang
5. Pengolahan limbah kulit kakao dihasilkan dari proses produksi biji kakao
Kulit kakao yang telah dipisahkan dari biji kering yang berkaitandengan aspek
kakao basah diangkut menuju tempat ekologi (Gambar 2). Adapun tahapan-
pengolahan limbah padat. Kemudian tahapan dari LCA diatur dalam standar
dilakukan pencacahan dengan ISO, meliputi ISO 14040-14043.
menggunakan mesin pencacah. Mesin 1. GoalandScope.
pencacah berbahan bakar solar dapat Tahap ini bertujuan untuk mem-
bekerja dengan kapasitas 2-3 m3 setiap formulasikan dan mendeskripsikan tujuan,
jamnya. Sehingga dalam satu kali produksi sistem yang akan dievaluasi, batasan-
35
Nisa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
batasan dan asumsi-asumsi yang ber- sumber antara lain Municipal Solid Waste
hubungan dengan dampak di sepanjang Total (MSWT), Municipal Solid Waste Fraction
siklus hidup dari sistem. Tujuannya untuk (MSWF), Methane Correction Factor (MCF),
mengetahui besar dampak dari produksi biji Degradable Organic Carbon (DOC), Fraction
kakao kering dan melingkupi pengangkutan DOC Dissimilated (DOCF), Fraksi dari CH4
hingga sortasi biji kakao kering hingga di gas landfill (F), Recovered CH4 (R), dan
pengolahan limbahnya. Oxidation Factor(OX). Sedangkan emisi
Single Score
Analisa Data
Eco-Efficiency Index (EEI)
Eco-Efficiency Ratio (EER)
Gambar 2. Analisis eko-efisiensi produk biji kakao kering menggunakan metode LCA
ini belum memiliki alat pengolahan gas di mengklasifikasikan nilai kategori impact
lahan pembuangan sampah maka nilai 0.4 berdasarkan aktivitas atau proses. Nilai
dipilih dalam perhitungan. Degradable single score akan terlihat aktivitas mana
Organic Carbon (DOC) yaitu degradasi yang berkontribusi terhadap dampak
organik karbon dengan nilai 0.3 karena lingkungan. Sehingga akan didapatkan nilai
komponennya mendekati kriteria wood and eco-costs dari proses produksi yang dapat
straw. Fraction DOC Dissimilated (DOCF) digunakan untuk tahapan analisa.
sebesar 0.77. sedangkan Fraksi dari CH4 di
gas landfill (F) merupakan fraksi Eco-Efficiency Index
berdasarkan volume gas metana di lahan Menurut Vogtlander (2010), net value
pembuangan sampah sebesar 0.5.Kemudian diperoleh dengan mengurangi harga jual
Recovered CH4 (R) yaitu CH4 yang tersimpan produk dengan biaya produksi yang
di instrumen pengolahan gas dan diperoleh berdasarkan metode harga pokok
dikarenakan Indonesia belum mempunyai proses (Persamaan 3).
instrumen pengolahan gas sehingga tidak Menurut Tak Hur (2003) dalam Sari
dapat diukur gas metana yang tersimpan (2012), perhitunganEco-Efficiency Index (EEI)
dari timbulan sampah maka nilai R berfungsi untuk mengetahui nilai affordable
ditetapkan 0. Selanjutnya Oxidation Factor dan sustainable dari produksi biji kakao
(OX) merupakan faktor oksidasi dan IPCC kering (Persamaan 4).
memberikan nilai standar 0,1.
3. Life Cycle Impact Assessment. Net Value= Harga JualBiaya Produksi (3)
Tahap Life Cycle Impact Assessment &'()*!)+,-
(LCIA)merupakan tahap analisa mengenai EEI = (4)
)+,-./)+ 0+,-
jenis dan besarnya nilai tiap kategori
dampak yang dihasilkan (nilai eco-costs) Produk dikatakan terjangkau dan
menggunakan metode eco-costs 2012, nilai sustain jika nilai EEI >1, sedangkan
dan indikator dari eco-costs berdasarkan dikatakan terjangkau namun tidak sustain
standar dari WBCSD (ProLH, 2007 dalam jika produk tersebut memiliki nilai EEI = 0-1
Sari, 2012). dan yang terakhir produk dikatakan tidak
Pada fase LCIA terbagi lagi menjadi terjangkau dan tidak sustain jika nilai EEI <
beberapa tahapan analisa diantaranya 0. Adapun data yang digunakan untuk
(Vogtlander, 2010): (a) Classification adalah menentukan hasil perhitungan dari EEI
langkah mengidentifikasi dan antara lain biaya bahan baku, energi, upah
mengelompokkan substansi yang berasal pekerja, biaya perawatan alat dan harga jual
dari LCI ke dalam kategori dampak yang produk.
heterogen yang telah ditentukan
sebelumnya sedangkan Characterization Eco-Efficiency Ratio
merupakan penilaian besarnya substansi Eco-Efficiency Ratio(EER rate) merupakan
yang berkontribusi pada kategori dampak. perhitungan akhir dari pengukuran eko-
Nilai kontribusi relatif dari substansi dapat efisiensi tehadap proses produksi biji kakao
diketahui dengan mengalikan substansi (Persamaan 6). Menurut Vogtlander (2010)
yang berkontribusi terhadap kategori hasil perhitungan EEI diperoleh dengan cara
dampak dengan characterization factors. (b) membagi nilai eco-cost yang dihasilkan
Normalization merupakan prosedur yang dengan nilai net value yang diperoleh
diperlukan untuk menunjukkan kontribusi sehingga diketahui rasio eco-costs dengan net
relatif dari semua kategori dampak pada valuekemudian hasilnya dikurangkan
seluruh masalah lingkungan untuk dengan 1 dan dikalikan 100% (Persamaan 5).
menciptakan satuan yang seragam untuk Adapun data yang digunakan untuk
semua kategori impact dengan mengalikan menghitung nilai EEI antara lain biaya dari
nilai characterization dengan nilai normal. (c) hasil representasi nilai atau output eco-costs
Weightingdidapatkan dengan mengalikan dan besar net value produk.
kategori impact dengan weighting factor dan
ditambahkan untuk mendapatkan nilai 1*- 2345* /)+!)+,-,
EER Rate = ( )x100% (5)
1*- 2345*
total. (d) Single score digunakan untuk
37
Nisa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan
35
yang terakhir adalah penetapan single score
30
dari besarnya dampak lingkungan yang
25
seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Tabel 3
20
merupakan output dari SimaPro setelah
15
dikurskan menjadi rupiah per tanggal 20-03-
10
2015.
5
0
Tabel 3. Output SimaPro single score -5 Sebelum Setelah
Kategori Setelah Sebelum pengomposan pengomposan
Dampak Pengomposan Pengomposan
Perubahan Climate change Human health
Rp. 587,918 Rp. 424,624
iklim Ecosystems Resource depletion
Kesehatan Social injustice
Rp. 26,945 Rp. 31,943 Comparing 1 p Sebelum Pengomposan with 1 p Sesudah Pengomposan;
manusia Method: ecocosts 2012 . V3 V3.02 / eco-costs 2012 V3.0 / Single score
Ekosistem -Rp. 2,917 Rp. 2,894
Penipisan Penelitian lain yang dilakukan oleh
sumberday -Rp. 1,813 Rp. 379 Oktiviarni (2012) menyatakan bahwa proses
a pengomposan di 6 Rumah Kompos Kota
Ketidakadil Surabaya Barat dan Pusat dengan
Rp. 0 Rp. 0
an sosial menggunakan windrow composting me-
Total Rp. 610,133 Rp. 459,841 mungkinkan terjadinya dampak di
38
Nisa, et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan