Terapi Bermain Cendana RSUD Sleman
Terapi Bermain Cendana RSUD Sleman
Disusun oleh :
1. Halima Aulia Ita M (P07120215020)
2. Tya Kusumawati (P07120215038)
Mengetahui,
( ) ( )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktek klinik keperawatan
dengan judul Satuan Acara Penyuluhan Terapi Bermain Anak Hospitalisasi Pada pada An
Z dengan diagnosa medis DHF, di bangsal Dahlia RSUD Wonosari sebagai tugas mata
kuliah Keperawatan Anak
Pembuatan laporan praktik ini tidak akan terlaksana tanpa adanya kerjasama,
bantuan, dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. Eko Suryani, SPd, S.Kep, MA selaku Pembimbing Pendidikan.
2. Dwi Letariningrum., S.ST selaku Pembimbing Lapangan Bangsal Dahlia RSUD
Wonosari
3. Teman-teman khususnya tingkat III Reguler yang juga banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan praktik ini.
Penyusun menyadari laporan praktik ini banyak kekurangan, untuk itu penyusun mohon
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, yang
diharapkan dapat menjadi perbaikan kami di masa mendatang.
Demikian laporan praktik ini disusun, apabila banyak kesalahan penyusun mohon maaf
dan semoga laporan praktik ini bermanfaat bagi pembaca.
A. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit dikarenakan suatu alasan yang berencana atau darurat, menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Lingkungan rumah sakit bisa menjadi stressor bagi anak, menurut Supartini
(2004) lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma bagi anak adalah
lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian
putih, alat-alat yang digunakan, dan lingkungan sosial antar sesama pasien.
Dengan adanya stressor tersebut, distress yang dapat dialami anak adalah
gangguan tidur, pembatasan aktivitas, perasaan nyeri, dan suara bising, sedangkan
distress psikologis mencakup kecemasan, takut, marah, kecewa, sedih, malu, dan
rasa bersalah.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan
untuk memperoleh kesenangan (Foster,2003). Pada dasarnya setiap aktivitas
bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan, sebab fungsi
utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali kondisi fisik dan
mental yang berada pada ambang ketenangan (Andang, 2009)..
Terapi bermain adalah salah satu terapi yang menggunakan segala
kemampuan bermain dan alat permainan, anak bebas memilih permainan yang ia
sukai dan perawat ikut serta dalam permainan tersebut.dan berusaha agar anak
bebas mengungkapkan perasaannya sehingga ia merasa puas, aman dan dihargai
(Fortinash & Warrel, 2005).
Dengan adanya terapi bermain bagi anak yang dihospitalisasi, diharapkan
dapat mengurangi stress pada anak yang dihospitalisasi. Anak tetap dapat bermain
sesuai dengan usia dan kemampuannya sehingga anak merasa senang, tidak
mengalami ketakutan dan trauma selama di rumah sakit, sehingga anak akan
kooperatif dan berdampak pada penyembuhan anak yang lebih cepat
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 1 x 30 menit, anak dapat
melanjutkan tugas tumbuh kembang, memahami pentingnya bermain,
memahami maksud dan tujuan perawatan yang diberikan, serta beradaptasi
terhadap hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
Pasien
a. Anak dapat menikmati permainan yang diberikan
b. Anak dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal
c. Anak dapat berlatih perkembangan kemampuan bahasa, personal sosial,
motorik kasar, dan motorik halus
Mahasiswa
a. Mampu melakukan pengkajian kebutuhan bermain pada anak
b. Mampu menentukan permainan yang tepat bagi anak
c. Mampu membuat perencanaan terapi bermain pada anak
d. Mampu melakukan implementasi dan evaluasi terapi bermain pada anak
e. Mampu membuat dokumentasi hasil terapi bermain pada anak
C. Manfaat
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
2. Memulihkan perasaan mandiri pada anak
3. Membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih,
tegang, dan nyeri
4. Meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif
5. Sebagai media rekreasi dan sosialisasi bagi anak dengan kesempatan untuk
bergaul dengan anak lainnya
6. Melatih motorik kasar dan halus
7. Mengembangkan kemampuan intelektualnya
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk
memperoleh kesenangan.(Foster,2003).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan
tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk
belajar. Anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak serta suara dengan bermain (Wholey dan Wong, 2000).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono,
2000).
Bermain merupakan bahasa dan keinginan anak dalam mengungkapkan
konflik tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan
melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
Terapi bermain merupakan terapi yang menggunakan alat permainan dan
kemampuan bermain anak. Dalam terapi bermain, anak bebas memilih jenis
permainan yang ia sukai, perawat ikut serta dalam permainan tersebut dan
berusaha agar anak bebas mengungkapkan perasaannya, sehingga anak merasa
puas, aman, dan dihargai (Fortinash dan Warrel, 2005).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
terapi bermain merupakan kegiatan terapi yang dilakukan dengan menggunakan
alat permainan tertentu agar anak mendapatkan kesenangan dan mengungkapkan
perasaannya.
B. Kategori Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi:
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi,
mencium, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain membangun/menyusun (Construction Play)
Contoh: menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan, menyusun
puzzle.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Contoh: anak bermain sandiwara boneka bersama teman-temannya.
d. Bermain fisik
Contoh: bermain bola, bermain tali, dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan
ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu
untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh: melihat gambar di
buku atau majalah, mendengar cerita atau musik, menonton televisi, dsb.
C. Ciri-ciri Bermain
1. Bermain dengan sesuatu atau benda
2. Ada timbal balik interaksi
3. Dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
6. Berdasarkan motivasi intrinsik yaitu berdasarkan keinginan sendiri
7. Diwarnai emosi & perasaan positif, ada nilai tersendiri sehingga cenderung
diulang
8. Fleksibel : kegiatan mudah beralih, dari satu aktivitas ke lainnya
D. Klasifikasi Bermain
Menurut isi permainan, bermain dibagi menjadi enam jenis yaitu :
1. Social of Affective Play
Dalam permainan ini, anak belajar memberi respon terhadap stimulus yang
diberikan oleh lingkungan.
Contoh : Orang tua mengajak bermain ciluk baa, maka anak memberi respon
tertawa, tersenyum.
2. Sense of Pleasure Play
Anak memberi perhatian, menstimulasi indera mereka dan memperoleh
kesenangan dari objek yang ada di sekitarnya. Objek tersebut seperti :
cahaya, warna, rasa, aroma, tekstur, dan konsistensi dari suatu benda.
Kesenangan tersebut dapat diperoleh dengan memegang objek tersebut.
Contoh : anak bermain boneka yang mengeluarkan suara apabila di goyang.
3. Skill Play
Permainan ini memberi kesempatan pada anak untuk belajar keterampilan
tertentu dan anak akan belajar secara berulang-ulang.
Contoh : anak belajar memegang sendok berukuran kecil.
4. Unoccupied behaviour
Anak tidak bermain scara penuh, namun hanya berfokus sebentar pada hal-
hal yang menarik perhatiannya.
Contoh : anak memukul-mukul meja atau kursi yang dilewatinya.
5. Dramatic Play
Anak berfantasi dengan menjalankan peran tertentu yang mereka lihat dalam
kesehariannya.
Contoh : anak bermain sebagi dokter, atau bermain dagang-dagangan
6. Games
Anak memilih jenis permainan apakah permainan yang melibatkan orang lain
atau anak bermain sndiri.
Contoh : anak bermain puzzel gambar atau menyusun lego
I. Bentuk-bentuk Permainan
1. Usia 0 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
msenggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misal: cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-
balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-
coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 36 bulan
Tujuannya adalah;
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f. Bola.
4. Usia 32 72 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
5. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat olah raga.
b. Alat masak
c. Alat menghitung
d. Sepeda roda tiga
e. Benda berbagai macam ukuran.
f. Boneka tangan.
g. Mobil.
h. Kapal terbang.
i. Kapal laut dsb
6. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
a. Pada anak laki-laki : mekanik.
b. Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
7. Usia Praremaja
Karakteristik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni,
mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
8. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.
Anak-anak sangat suka memberi warna melalui berbagai media baik saat
menggambar atau meletakkan warna saat mengisi bidang-bidang gambar yang
harus diberi pewarna (Pamadhi dan Evan Sukardi S, 2011: 7.4).
Mewarnai pada anak usia dini bertujuan untuk melatih keterampilan, kerapian
serta kesabaran (Pamadhi dan Sukardi, 2011: 728). Keterampilan diperoleh dari
kemampuan anak untuk mengolah tangan yang dilakukan secara berulang-ulang
sehingga semakin lama anak bisa mengendalikan serta mengarahkan sesuai yang
dikehendaki. Kerapian dilihat dari bagaimana anak memberi warna pada tempat-
tempat yang telah ditentukan semakin lama anak akan semakin terampil untuk
menggoreskan media pewarnanya karena sudah terbiasa. Kesabaran diperoleh
melalui kegiatan memilih dan menentukan komposisi yang tepat sesuai
pendapatnya seberapa banyak warna yang digunakan untuk menentukan
komposisi warnanya. Usaha yang dilakukan secara terus-menerus akan melatih
kesabaran anak.
1. Identitas
a. Nama Klien : An. H
b. Tanggal Lahir : 29-01-2013
c. Umur : 4 tahun 8 bulan
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Alamat : Terwilen, Margodadi
f. Diagnosa medis : Kejang Demam Simpleks
g. No Rekam Medis : 2429**
h. Tanggal masuk RS : 31-10-2017
3. Riwayat perkembangan
a. Motorik kasar:
Ibu klien mengatakan anak mulai tengkurap umur 3 bulan, duduk umur 6
bulan, berjalan dengan dipegangi (ditetah) umur 8 bulan. Dan mulai berjalan
pada usia 13 bulan. Saat ini klien sudah bisa berdiri, berjalan, lari-lari dan
menendang bola.
b. Motorik halus:
Anak mulai bisa memegang pada usia 3,5 bulan, sudah bisa coret-coret tidak
berbentuk pada usia 12 bulan. Saat ini klien sudah bisa coret-coret dan senang
bermain membuka dan menutup botol.
c. Bicara:
Anak mulai bisa mengoceh umur 3 bulan dan mulai bisa bicara pada usia 12
bulan. Usia 14 bulan klien sudah bisa mengatakan mamak dan bapak.
Saat ini klien sudah bisa menyebutkan 6 kata, namun saat berbicara belum
begitu jelas.
4. Personal sosial
Anak mulai usia 6 bulan sudah bisa bertepuk tangan, usia 10 bulan bisa daag-
daag, dan usia 12 bulan bisa berjabat tangan. Saat ini klien sudah bisa makan
sendiri menggunakan sendok dan minum menggunakan gelas namun dengan
dibantu.
5. Kebutuhan terapi bermain
Anak dirawat di rumah sakit sejak tanggal 31 Oktober 2017. Anak tampak bosan
di kamar dan senang saat diajak bermain bersama, namun anak masih terlihat
lemas. Anak kooperatif dengan perawat praktikan walaupun kadang masih malu-
malu untuk dengan perawat dan praktikan.
9. Pengorganisasian
a. Pembimbing Pendidikan: Dra. Ni Ketut M., S.Kep., Ns., MSc
b. Pembimbing Lapangan : Isnaeni Romdliah, S.ST
c. Leader : Theresia Sani Tratami
d. Fasilitator : Findri Fadlika
e. Observer : Ayuningtyas Dian Utami
10. Tugas Masing-Masing
a. Leader, tugasnya:
1) Membuka acara permainan
2) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai.
3) Mengarahkan permainan.
4) Memandu proses permainan.
b. Fasilitator, tugasnya:
1) Membimbing anak bermain.
2) Memberi motivasi dan semangat kepada anak saat bermain
3) Memperhatikan respon anak saat bermain.
4) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat dan
keluarganya.
b. Observer, tugasnya:
1) Mengawasi jalannya permainan.
2) Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir permainan.
3) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
4) Menyusun laporan dan menilai hasil permainan
D. Setting Tempat
Ruang Cendana RSUD Sleman
Keterangan
: Meja
: Penyaji
:Tempat tidur
E. Sistem Evaluasi
1. Standar persiapan (struktur dan proses)
a. Alat: buku bergambar dan crayon
b. Pengaturan tempat: di atas tempat tidur klien agar anak dapat bermain
dengan lebih nyaman
c. Pasien mau memilih gambar yang akan diwarnai, warna crayon, dan
mewarnai gambarnya
2. Standar hasil: evaluasi pada akhir kegiatan:
a. Pasien mampu menyebutkan warna yang sedang ia gunakan untuk
mewarnai
b. Gambar selesai diwarnai
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2011. Tumbuh Kembang danTerapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Cipta
Fortinash & Warrel. 2005 . Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : IDI
Wong, Donna L., dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta:
EGC
BAB IV
HASIL TERAPI BERMAIN
B. Ada atau tidak jalinan kerjasama antara orang tua,anak dan perawat
Jalinan kerjasama antara orangtua, anak, dan perawat sudah baik. Ibu
menemani dan membantu anak pada saat proses terapi bermain. Perawat dan
orangtua anak bekerja sama dalam menstimulasi keaktifan anak selama proses
terapi bermain. Dalam satu ruangan, terdapat 3 pasien, 1 pasien yang lain berusia
13 tahun, agar tidak ada kecemburuan, kami memberikan buku cerita untuk bisa
dibaca pasien dan pasien tampak asyik membaca. Sementara, 1 pasien lagi berusia
3 tahun tampak sedang tidur, sehingga kami tidak mengajaknya untuk bermain.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain
sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu
untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran
diri, moral sekaligus terapi anak saat sakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya
mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu
anak untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di
rumah sakit.
Pengkajian pada anak untuk menentukan kebutuhan bermain sangat diperlukan
sehingga permainan tepat pada anak. Dari pengkajian ditentukan bahwa An. AAJ
tepat untuk diajak bermain dengan bermain bola tangan (melempar bola tangan
keatas), membangun menara dengan mainan berbentuk donat/ lingkaran dan
bermain boneka (menyuapi boneka dengan sendok) sesuai dengan umur anak 20
bulan. Anak dapat mengikuti setiap permainan yang telah dipersiapkan, dari awal
hingga selesai. Anak menjadi senang dan tidak bosan berada di ruangan.
B. Saran
Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Rumah sakit
juga sudah menyediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah
sakit dan sebaiknya dimanfaatkan.
Perwata dibangsal perlu mensosialisasikan kepada orangtua pasien baru bahwa
di rumah sakit sudah disediakan ruangan untuk bermain dan juga mainan sesuai
dengan usia anak, sehingga para orangtua tidak mengajak anak untuk jalan-jalan
keluar ruangan agar anak tidak bosan, karena beresiko anak-anak akan terpapar
kuman yang sangat banyak saat berada diluar ruangan.
Untuk An AAJ sebaiknya sering dilatih dalam aspek bahasa, seperti mengajak
berkomunikasi, menunjukkan gambar atau benda-benda yang sering dijumpainya
dalam kehidupan sehari-hari.