Anda di halaman 1dari 40

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI BERMAIN ANAK HOSPITALISASI PADA AN Z DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DHF
DI RUANG DAHLIA RSUD WONOSARI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik


Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh :
1. Halima Aulia Ita M (P07120215020)
2. Tya Kusumawati (P07120215038)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TERAPI BERMAIN ANAK HOSPITALISASI PADA AN Z DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DHF DI RUANG DAHLIA RSUD WONOSARI

Telah mendapatkan persetujuan tanggal : November 2017

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Pendidikan

( ) ( )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktek klinik keperawatan
dengan judul Satuan Acara Penyuluhan Terapi Bermain Anak Hospitalisasi Pada pada An
Z dengan diagnosa medis DHF, di bangsal Dahlia RSUD Wonosari sebagai tugas mata
kuliah Keperawatan Anak
Pembuatan laporan praktik ini tidak akan terlaksana tanpa adanya kerjasama,
bantuan, dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. Eko Suryani, SPd, S.Kep, MA selaku Pembimbing Pendidikan.
2. Dwi Letariningrum., S.ST selaku Pembimbing Lapangan Bangsal Dahlia RSUD
Wonosari
3. Teman-teman khususnya tingkat III Reguler yang juga banyak membantu dalam
menyelesaikan laporan praktik ini.
Penyusun menyadari laporan praktik ini banyak kekurangan, untuk itu penyusun mohon
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini, yang
diharapkan dapat menjadi perbaikan kami di masa mendatang.
Demikian laporan praktik ini disusun, apabila banyak kesalahan penyusun mohon maaf
dan semoga laporan praktik ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, November 2017


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu proses yang mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit dikarenakan suatu alasan yang berencana atau darurat, menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Lingkungan rumah sakit bisa menjadi stressor bagi anak, menurut Supartini
(2004) lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma bagi anak adalah
lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian
putih, alat-alat yang digunakan, dan lingkungan sosial antar sesama pasien.
Dengan adanya stressor tersebut, distress yang dapat dialami anak adalah
gangguan tidur, pembatasan aktivitas, perasaan nyeri, dan suara bising, sedangkan
distress psikologis mencakup kecemasan, takut, marah, kecewa, sedih, malu, dan
rasa bersalah.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan
untuk memperoleh kesenangan (Foster,2003). Pada dasarnya setiap aktivitas
bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan, sebab fungsi
utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali kondisi fisik dan
mental yang berada pada ambang ketenangan (Andang, 2009)..
Terapi bermain adalah salah satu terapi yang menggunakan segala
kemampuan bermain dan alat permainan, anak bebas memilih permainan yang ia
sukai dan perawat ikut serta dalam permainan tersebut.dan berusaha agar anak
bebas mengungkapkan perasaannya sehingga ia merasa puas, aman dan dihargai
(Fortinash & Warrel, 2005).
Dengan adanya terapi bermain bagi anak yang dihospitalisasi, diharapkan
dapat mengurangi stress pada anak yang dihospitalisasi. Anak tetap dapat bermain
sesuai dengan usia dan kemampuannya sehingga anak merasa senang, tidak
mengalami ketakutan dan trauma selama di rumah sakit, sehingga anak akan
kooperatif dan berdampak pada penyembuhan anak yang lebih cepat

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 1 x 30 menit, anak dapat
melanjutkan tugas tumbuh kembang, memahami pentingnya bermain,
memahami maksud dan tujuan perawatan yang diberikan, serta beradaptasi
terhadap hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
Pasien
a. Anak dapat menikmati permainan yang diberikan
b. Anak dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal
c. Anak dapat berlatih perkembangan kemampuan bahasa, personal sosial,
motorik kasar, dan motorik halus
Mahasiswa
a. Mampu melakukan pengkajian kebutuhan bermain pada anak
b. Mampu menentukan permainan yang tepat bagi anak
c. Mampu membuat perencanaan terapi bermain pada anak
d. Mampu melakukan implementasi dan evaluasi terapi bermain pada anak
e. Mampu membuat dokumentasi hasil terapi bermain pada anak

C. Manfaat
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
2. Memulihkan perasaan mandiri pada anak
3. Membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih,
tegang, dan nyeri
4. Meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif
5. Sebagai media rekreasi dan sosialisasi bagi anak dengan kesempatan untuk
bergaul dengan anak lainnya
6. Melatih motorik kasar dan halus
7. Mengembangkan kemampuan intelektualnya
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bermain
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk
memperoleh kesenangan.(Foster,2003).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan
tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk
belajar. Anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak serta suara dengan bermain (Wholey dan Wong, 2000).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono,
2000).
Bermain merupakan bahasa dan keinginan anak dalam mengungkapkan
konflik tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan
melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
Terapi bermain merupakan terapi yang menggunakan alat permainan dan
kemampuan bermain anak. Dalam terapi bermain, anak bebas memilih jenis
permainan yang ia sukai, perawat ikut serta dalam permainan tersebut dan
berusaha agar anak bebas mengungkapkan perasaannya, sehingga anak merasa
puas, aman, dan dihargai (Fortinash dan Warrel, 2005).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
terapi bermain merupakan kegiatan terapi yang dilakukan dengan menggunakan
alat permainan tertentu agar anak mendapatkan kesenangan dan mengungkapkan
perasaannya.

B. Kategori Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi:
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi,
mencium, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain membangun/menyusun (Construction Play)
Contoh: menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan, menyusun
puzzle.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Contoh: anak bermain sandiwara boneka bersama teman-temannya.
d. Bermain fisik
Contoh: bermain bola, bermain tali, dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan
ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu
untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh: melihat gambar di
buku atau majalah, mendengar cerita atau musik, menonton televisi, dsb.

C. Ciri-ciri Bermain
1. Bermain dengan sesuatu atau benda
2. Ada timbal balik interaksi
3. Dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
6. Berdasarkan motivasi intrinsik yaitu berdasarkan keinginan sendiri
7. Diwarnai emosi & perasaan positif, ada nilai tersendiri sehingga cenderung
diulang
8. Fleksibel : kegiatan mudah beralih, dari satu aktivitas ke lainnya

D. Klasifikasi Bermain
Menurut isi permainan, bermain dibagi menjadi enam jenis yaitu :
1. Social of Affective Play
Dalam permainan ini, anak belajar memberi respon terhadap stimulus yang
diberikan oleh lingkungan.
Contoh : Orang tua mengajak bermain ciluk baa, maka anak memberi respon
tertawa, tersenyum.
2. Sense of Pleasure Play
Anak memberi perhatian, menstimulasi indera mereka dan memperoleh
kesenangan dari objek yang ada di sekitarnya. Objek tersebut seperti :
cahaya, warna, rasa, aroma, tekstur, dan konsistensi dari suatu benda.
Kesenangan tersebut dapat diperoleh dengan memegang objek tersebut.
Contoh : anak bermain boneka yang mengeluarkan suara apabila di goyang.
3. Skill Play
Permainan ini memberi kesempatan pada anak untuk belajar keterampilan
tertentu dan anak akan belajar secara berulang-ulang.
Contoh : anak belajar memegang sendok berukuran kecil.
4. Unoccupied behaviour
Anak tidak bermain scara penuh, namun hanya berfokus sebentar pada hal-
hal yang menarik perhatiannya.
Contoh : anak memukul-mukul meja atau kursi yang dilewatinya.
5. Dramatic Play
Anak berfantasi dengan menjalankan peran tertentu yang mereka lihat dalam
kesehariannya.
Contoh : anak bermain sebagi dokter, atau bermain dagang-dagangan
6. Games
Anak memilih jenis permainan apakah permainan yang melibatkan orang lain
atau anak bermain sndiri.
Contoh : anak bermain puzzel gambar atau menyusun lego

Menurut Karakteristik Sosial


1. Onlooker Play
Anak hanya mengamati hal yang menarik perhatiannya tanpa mau terlibat
atau anak hanya menjadi penonton yang aktif.
Contoh : anak mengamati anak-anak lain bermain sepeda
2. Solitary play
Anak bermain sendiri meskipun ada beberapa anak lain yang bermain
disekitarnya, biasanya dilakukan oleh anak balita toddler (1-3 tahun).
3. Parallel play
Permainan sejenis yang dilakukan oleh satu kelompok anak, masing-masing
anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi dan tidak saling
tergantung antara satu anak dengan yang lainnya, biasanya dilakukan oleh
anak prasekolah. Contoh : bermain balok.
4. Assosiative play
Anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama, tetapi belum
terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
5. Cooperative play
Anak bermain bersama dengan permainan sejenis yang terorganisasi dan
terencana disertai aturan tertentu, biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah.
E. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
intelektual/kognitif, sosial, kreativitas, kesadaran diri, moral, terapi, dan
komunikasi.
1. Perkembangan sensorik-motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan objek tertentu, misalnya
meraih pensil.
2. Perkembangan intelektual/kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk, ukuran, tekstur, kegunaan,
membedakan objek), memecahkan masalah dengan daya pikir dan imajinasi
anak secara maksimal
3. Perkembangan kreativitas
Anak akan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Contoh: menyusun
balok.
4. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang
lain/lingkungan. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak berinteraksi
dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai
sosial yang ada pada kelompoknya.
5. Perkembangan kesadaran diri (self awareness)
Anak belajar memahami kemampuan diri, membandingkan dengan orang lain,
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru, dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
Dalam berinteraksi dengan orang lain, anak belajar bertingkah laku sesuai
harapan teman, menyesuaikan dengan aturan kelompok, nilai moral dan etika,
membedakan tindakan benar dan salah, kejujuran, serta tanggungjawab.
Contoh: anak merapikan mainan setelah selesai bermain.
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan
yang tidak menyenangkan. misalnya: marah, takut, cemas, sedih, dan benci.
8. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan perasaannya secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, dan
bermain peran.

F. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1. Perkembangan motorik
Perkembangan aspek motorik pada anak terbagi dua yaitu perkembangan
aspek motorik kasar dan perkembangan aspek motorik halus. Perkembangan
aspek motorik kasar dan aspek motorik halus, masing masing mempengaruhi
permainan anak. Pada pengembangan aspek motorik kasar, tubuh anak
menjadi kuat yaitu otot yang semakin besar dan menguat. Dan memberikan
peluang bagi anak untuk bermain dengan baik sesuai jenis permainan yang
dilakukannya. Akan tetapi, jika perkembangan aspek motorik kasar anak
terhambat, maka benih benih bagi kecerdasan kinesthetic pun terhambat, yaitu
kemapuan untuk menggunakan anggota tubuhnya untuk segala kebutuhan
atau kepentingan hidup. Sedangkan untuk pengembangan aspek motorik
halus, menitikberatkan pada pengkoordinasian organ organ tubuh, seperti
tangan, mata, syaraf, dll. Dan jika, seorang anak telah terlatih dengan
pengkoordinasian anggota organ organ tubuhnya, maka kegiatan
pengembangan aspek motorik halus dapat anak lakukan dengan baik, seperti
menggunting, mengikuti arah dll.
2. Status kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi permainan
seorang anak, karena semakin anak memiliki kesehatan yang baik, maka
kegiatan bermain yang ia lakukan pun dapat dilakukannya dengan baik dan
begitu pula dengan sebaliknya, jika seorang anak memiliki kondisi kesehatan
yang buruk, maka kegiatan bermain yang ia lakukan pun tidak dapat
dilakukannya dengan baik. Akibatnya waktu yang digunakan anak untuk
bermain sebagai sarana belajarnya berkurang dan menghambat perkembangan
kecerdasan anak itu sendiri di bidang tertentu
3. Jumlah waktu yang terbatas
Waktu yang digunakan setiap anak untuk bermain berbeda beda. Hal ini
berdasarkan, berasal dari keluarga mana anak tersebut. Jika anak tersebut
berasal dari keluarga menengah ke atas cenderung memiliki waktu permainan
yang bebas atau banyak karena sang anak tidak memiliki tanggung jawab
kecuali hanyalah bermain dengan alat permainan yang disediakan oleh orang
tuanya sampai anak tersebut merasa puas dengan permainanya. Sedangkan,
jika anak tersebut berasal dari keluarga menengah kebawah cenderung
memiliki waktu permainan yang terbatas alias sedikit karena sang anak
memiliki tanggung jawab untuk membantu orang tuanya dan anak terkadang
merasa tidak puas dalam melakukan permainannya akan tetapi hal ini dapat
membantu perkembangan kepribadian anak di dewasa kelak. Jadi waktu dapat
menjadi factor yang mempengaruhi permainan anak.
4. Lingkungan
Lingkungan tempat bermain anak mempengaruhi permainan anak.
Lingkungan tempat bermain anak terbagi dua yaitu lingkungan bersih dan
lingkungan kotor. Jika lingkungan anak bersih maka, anak pun memiliki
semangat yang baik untuk bermain walaupun apapun itu permainannya.
Sedangkan jika lingkungan anak kotor, maka anak bisa saja tidak memiliki
semangat untuk bermain. Begitu juga, dari segi luasnya lingkungan tempat
anak bermain. Jika tempat bermainnya luas, maka anak akan merasa leluasa
untuk melakukan permainan yang ia inginkan akan tetapi jika tempat
bermainnya sempit, maka anak merasa tidak leluasa melakukan permainan
yang ia inginkan.
5. Alat permainan
Peralatan bermain merupakan factor yang mempengaruhi permainan. Apakah
itu dari segi jumlah peralatan bermain maupun layak dam tidak layaknya
peralatan permainan tersebut. Semakin banyak jumlah peralatan bermain anak
maka, semakin banyak aktivitas kegiatan bermain anak yang dapat
mengembangkan kecerdasan pada diri anak. Dan dari segi kelayakannya, jika
alat permainan tersebut layak maka, aktivitas kegiatan bermain dapat berjalan
dengan lancar, akantetapi jika peralatan brmain yang digunakan tidak layak
maka, kegiatan bermain tidak berjalan dengan baik. Contoh alat permainan
adalah bola sepak, jika bolanya baik anak dapat bermain bola dengan baik,
akan tetapi jika bolanya sudah robek atau kempes, maka permainan sepak
bola terganggu karena gelindingan bola tidak baik
6. Intelegensia
Intelegensi seorang anak mempengaruhi permainannya, yaitu ketika ia
berhasil melakukan suatu jenis permainan yang memiliki tingkat kesulitan
yang berbeda-beda dengan baik, maka ia mempunyai intelegensi yang baik.
Akan tetapi, jika seorang anak memiliki tingkat intelegensi yang kurang,
maka permainan yang ia lakukan pun tidak dapat dilakukannya dengan baik.
Dan terkadang perlu bantuan untuk menyelesaikan permainannya jika ia
bermain sendiri dan bila dalam permainan bersama, ia tidak menempati posisi
vital. Contohnya permainan bola, anak yang memilki intelegensi yang baik
ditempatkan pada posisi vital seperti penyerang karena ia memilki
kemampuan berfikir cepat untuk menentukan strategi bagaimana mencetak
gol pada lawan akan tetapi anak yang memiliki intelegensi yang kurang
terkadang ditempatkan pada posisi back (pada dasarnya semuanya memiliki
posisi yang penting akan tetapi penyeranglah yang memiliki posisi yang
terpenting)
7. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga anak sangat mempengaruhi permainan anak.
Jika anak tersebut dari keluarga yang kaya, maka permainan yang ia lakukan
memiliki alat permainan yang modern dengan harga yang mahal akan tetapi
cenderung bersifat individualis mengakibatkan anak bersifat egois dan
lingkungan bermainnya pun terbatas hanya pada lingkungannya sendiri.
Sedangkan, jika anak tersebut berasal dari keluarga yang mampu maupun
miskin, maka permainan yang ia lakukan memiliki alat permainan yang
sederhana dan tradisional dengan harga yang terjangkau bahkan tidak dibeli
dan dapat dibuat sendiri dari barang bekas dan dari alam. Dan sesama anak
anak dari kelurga yang mampu maupun miskin cenderung bersifat sosial dan
jiwa berbagi tertaman pada diri anak. Dalam melakukan permainan, baik dari
orang kaya maupun orang mampu maupun miskin, setiap anak merasa puas
dan senang dalam melakukan permainan yang mereka geluti.

G. Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap eksplorasi
Anak menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Anak mulai masuk dalam tahap permainan setelah mengetahui cara bermain.
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan.
4. Tahap melamun
Tahapan terakhir, anak membayangkan permainan berikutnya.
H. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan
1. Usia 1 bulan
Visual : lihat dengan jarak dekat, gantungkan benda yang terang dan
menyolok
Auditori : bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam
Taktil : memeluk,menggendong, memberi kesenangan
Kinetik : mengayun, naik kereta dorong
2. Usia 2-3 bulan
Visual : buat ruangan menjadi tenang, gambar, cermin ditembok,
bawa bayi ke ruangan lain, letakkan bayi agar dapat
memandang disekitar
Auditori : bicara dengan bayi, berikan mainan bunyi, ikutsertakan dalam
pertemuan keluarga
Taktil : memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan
lembut, gosok dengan lotion/bedak
Kinetik : jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air
3. Usia 4-6 bulan
Visual : bermain cermin,anak menonton televisi, berikan mainan
dengan warna terang
Auditori : anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama anak,
remas kertas didekat telinga, pegang mainan bunyi.
Taktil : berikan mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur
Kinetik : bantu tengkurap,sokong pada saat anak duduk

4. Usia 6-9 bulan


Visual : mainan berwarna, bermain di depan cermin, ciluk .ba,
berikan kertas untuk dirobek-robek
Auditori : panggil nama mama, papa, dapat menyebutkan bagian
tubuh, beritahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan,
berikan perintah sederhana.
Taktil : meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran
Kinetik : letakkan mainan agak jauh, lalu berikan perintah untuk
mengambilnya

5. Usia 9-12 bulan


Visual : perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai
tempat, bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh
Auditori : tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara
binatang
Taktil : beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas,
dan hangat.
Kinetik : berikan mainan
6. Usia Prasekolah
a. Cross motor and fine motor
b. Dapat melompat, bermain, dan bersepeda.
c. Sangat energik dan imaginatif
d. Mulai terbentuk perkembangan moral
e. Mulai bermain dengan jenis kelamin
f. Bermain dengan kelompok
g. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play
h. Anak laki-laki aktif bermain di luar rumah, anak perempuan didalam
rumah
Jenis mainan untuk anak usia prasekolah
a. Peralatan rumah tangga
b. Sepeda roda tiga
c. Papan tulis/kapur, kertas
d. Lilin mainan/plastisin,
e. Boneka
f. Drum
g. Buku dengan kata sederhana
h. Kapal, pesawat terbang, mobil-mobilan, truk

I. Bentuk-bentuk Permainan
1. Usia 0 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
msenggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misal: cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-
balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-
coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 36 bulan
Tujuannya adalah;
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f. Bola.
4. Usia 32 72 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
5. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat olah raga.
b. Alat masak
c. Alat menghitung
d. Sepeda roda tiga
e. Benda berbagai macam ukuran.
f. Boneka tangan.
g. Mobil.
h. Kapal terbang.
i. Kapal laut dsb
6. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
a. Pada anak laki-laki : mekanik.
b. Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
7. Usia Praremaja
Karakteristik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni,
mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
8. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.

J. Alat Permainan Edukatif (APE)


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk:
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak, terdiri dari motorik kasar dan
motorik halus. Contoh alat permainan motorik kasar: sepeda, bola, mainan
yang ditarik dan didorong, tali; motorik halus: gunting, pensil, bola, balok,
lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, melatih anak berbicara, menggunakan kalimat yang
benar. Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio,
tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk, warna, dll. Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungan/interaksi anak
dengan ibu, keluarga, dan masyarakat. Contoh alat permainan: alat permainan
yang dapat dipakai bersama, seperti kotak pasir, bola, tali, dll.

K. Bermain Di Rumah Sakit


1. Tujuan
a. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
2. Prinsip
a. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang
dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih
permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh
diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada
di ruangan rawat.
b. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana
c. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak
d. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama
e. Melibatkan orang tua
3. Kriteria Hasil
a. Anak dapat mengikuti dan menikmati aktivitas bermain yang diberikan
b. Anak dapat mengekspresikan rasa senangnya secara nonverbal dengan
tersenyum dan tertawa
c. Anak termotivasi untuk bermain lagi
4. Sasaran
a. Anak berumur 18-24 bulan
b. Anak tidak mengalami gangguan mobilitas
c. Kondisi anak memungkinkan untuk mengikuti permainan
5. Upaya perawatan dalam pelaksanaan bermain
a. Lakukan saat tindakan keperawatan
b. Sengaja mencari kesempatan khusus
6. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
a. Alat bermain
b. Tempat bermain
7. Pelaksanaan kegiatan bermain
Selama kegiatan bermain respon anak dan orang tua harus diobservasi dan
menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya
kelelahan pada anak permainan tidak boleh di teruskan. Proses dalam
melakukan permainan merupakan hal yang terpenting, bukan semata-mata
hasilnya.
a. Tahap perkenalan
Uraikan kegiatan bermain yang akan dilakukan. Ingat bahwa perawat
hanya sebagai fasilitator dan kegiatan bermain harus dilakukan secara
aktif oleh anak dan orang tuanya. Kegiatan bermain yang dijalankan
mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila
permainan akan dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas
setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap
anak.
b. Tahap kerja
Alat permainan yang digunakan tidak harus yang baru dan bagus.
Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang
perawatan. Yang penting adalah alat permainan yang digunakan harus
menggambarkan kreativitas perawat dan orang tua, serta dapat menjadi
media untuk eksplorasi perasaan anak. Perlu di ingat jangan pernah
mengeluarkan kata-kata kasar pada anak.
b. Tahap terminasi
Selama kegiatan bermain respons anak dan orang tua harus diobservasi
dan menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya
kelelahan pada anak permainan tidak boleh di teruskan. Proses dalam
melakukan permainan merupakan hal yang terpenting, bukan semata-mata
hasilnya.
8. Pelaksanaan bermain di rumah sakit dipengaruhi oleh :
a. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan rumah sakit, kerjasama tim dan
keluarga
b. Faktor penghambat
Tidak semua rumah sakit mempunyai fasilitas bermain
L. Mewarnai Gambar
Mewarnai secara harfiah adalah membubuhkan warna pada suatu gambar.
Mewarnai adalah sebuah ketrampilan yang disukai oleh anak dan sejauh ini, telah
menjadi media bagi mereka untuk memungkinkan segala imajinasi dan inspirasi
tentang segala hal yang mungkin pernah disentuh atau mereka alami. Dengan
demikian, tidaklah mengherankan apabila banyak orang tua, senantiasa berusaha
untuk memberikan rangsangan bagi buah hatinya untuk mewarnai sejak usia
sedini mungkin (Muhammad, 2009:11-12).

Anak-anak sangat suka memberi warna melalui berbagai media baik saat
menggambar atau meletakkan warna saat mengisi bidang-bidang gambar yang
harus diberi pewarna (Pamadhi dan Evan Sukardi S, 2011: 7.4).

Berdasarkan pernyataan tersebut maka kegiatan mewarnai merupakan


kegiatan yang menyenangkan untuk anak. Menyenangkan yang dimaksud di sini
terletak pada proses memilih warna yang digunakan untuk mewarnai bidang
gambar kosong. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sumanto (2005: 65) bahwa
kreativitas yang dapat dikembangkan pada kegiatan mewarnai bagi anak TK
adalah adanya kebebasan untuk memilih dan mengkombinasikan unsur warna
pada obyek yang diwarnainya sesuai keinginan anak.

Mewarnai pada anak usia dini bertujuan untuk melatih keterampilan, kerapian
serta kesabaran (Pamadhi dan Sukardi, 2011: 728). Keterampilan diperoleh dari
kemampuan anak untuk mengolah tangan yang dilakukan secara berulang-ulang
sehingga semakin lama anak bisa mengendalikan serta mengarahkan sesuai yang
dikehendaki. Kerapian dilihat dari bagaimana anak memberi warna pada tempat-
tempat yang telah ditentukan semakin lama anak akan semakin terampil untuk
menggoreskan media pewarnanya karena sudah terbiasa. Kesabaran diperoleh
melalui kegiatan memilih dan menentukan komposisi yang tepat sesuai
pendapatnya seberapa banyak warna yang digunakan untuk menentukan
komposisi warnanya. Usaha yang dilakukan secara terus-menerus akan melatih
kesabaran anak.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas dapat


disimpulkan bahwa mewarnai adalah membubuhkan warna atau cat pada suatu
gambar. Kegiatan mewarnai merupakan kegiatan yang sangat cocok diterapkan
untuk anak usia taman kanak-kanak, karena mewarnai merupakan kegiatan yang
menyenangkan. Selain itu, melalui kegiatan mewarnai dapat melatih keterampilan
dibuktikan dengan hasil mewarnai anak yang tidak keluar dari garis, kerapian
yang dibuktikan dengan hasil mewarnai bersih , dan kesabaran dibuktikan dengan
anak yang sabar ketika mewarnai gambar serta mengekspresikan keinginannya
untuk memberi atau membuat warna pada obyek gambar menggunakan pewarna
dan alat yang digunakan untuk mewarnai misalnya, menggunakan pelepah pisang,
pelepah daun pepaya dan cotton bud.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

A. Pengkajian Kebutuhan Terapi Bermain


Pokok Bahasan : Terapi bermain
Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain mewarnai gambar
Tanggal Pengkajian : Rabu, 1 November 2017
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Cendana RSUD Sleman
Oleh : Ayuningtyas Dian Utami, Findri Fadlika, Theresia
Sani Tratami
Metode : Observasi, wawancara, dan studi dokumen
Sumber : Klien, keluarga klien, rekam medis klien dan tim
kesehatan

1. Identitas
a. Nama Klien : An. H
b. Tanggal Lahir : 29-01-2013
c. Umur : 4 tahun 8 bulan
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Alamat : Terwilen, Margodadi
f. Diagnosa medis : Kejang Demam Simpleks
g. No Rekam Medis : 2429**
h. Tanggal masuk RS : 31-10-2017

2. Data Fokus Keadaan Saai Ini


DS :
- Ibu klien mengatakan anaknya demam disertai batuk dan pilek dari hari
Sabtu (20/10/2017), semakin lama panas semakin tinggi dan sempat kejang
pada hari Sabtu pukul 20.00 WIB, Sabtu malam ibu klien langsung
membawa anaknya ke klinik hari dan dirujuk ke RSUD Sleman. Ketika di
IGD suhu anak 39,9C, terdapat kaku kuduk, anak tampak lemas
- Ibu klien mengatakan ada riwayat kejang pertama kalinya pada Sabtu malam
kemarin
- Ibu klien mengatakan anaknya masih lemas, namun senang diajak bermain
DO :
- Klien terlihat lemas, namun tidak takut untuk bermain dengan praktikan
- Suhu klien Rabu, 01 November 2017 = 37,30C

3. Riwayat perkembangan
a. Motorik kasar:
Ibu klien mengatakan anak mulai tengkurap umur 3 bulan, duduk umur 6
bulan, berjalan dengan dipegangi (ditetah) umur 8 bulan. Dan mulai berjalan
pada usia 13 bulan. Saat ini klien sudah bisa berdiri, berjalan, lari-lari dan
menendang bola.
b. Motorik halus:
Anak mulai bisa memegang pada usia 3,5 bulan, sudah bisa coret-coret tidak
berbentuk pada usia 12 bulan. Saat ini klien sudah bisa coret-coret dan senang
bermain membuka dan menutup botol.
c. Bicara:
Anak mulai bisa mengoceh umur 3 bulan dan mulai bisa bicara pada usia 12
bulan. Usia 14 bulan klien sudah bisa mengatakan mamak dan bapak.
Saat ini klien sudah bisa menyebutkan 6 kata, namun saat berbicara belum
begitu jelas.
4. Personal sosial
Anak mulai usia 6 bulan sudah bisa bertepuk tangan, usia 10 bulan bisa daag-
daag, dan usia 12 bulan bisa berjabat tangan. Saat ini klien sudah bisa makan
sendiri menggunakan sendok dan minum menggunakan gelas namun dengan
dibantu.
5. Kebutuhan terapi bermain
Anak dirawat di rumah sakit sejak tanggal 31 Oktober 2017. Anak tampak bosan
di kamar dan senang saat diajak bermain bersama, namun anak masih terlihat
lemas. Anak kooperatif dengan perawat praktikan walaupun kadang masih malu-
malu untuk dengan perawat dan praktikan.

B. Permainan yang dipilih untuk anak


1. Jenis Kegiatan :
Mewarnai gambar dengan crayon
2. Media :
a. Buku bergambar
b. Crayon
3. Jenis permainan
Adapun jenis permainan yang digunakan dalam terapi bermain ini adalah Skill
play yaitu permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk belajar
keterampilan tertentu dan anak akan belajar secara berulang-ulang dan Sense
of Pleasure Play, yaitu anak memberi perhatian, menstimulasi indera mereka
dan memperoleh kesenangan dari objek yang ada di sekitarnya.

C. Perencanaan terapi bermain


1. Waktu dan tempat
Terapi bermain akan dilaksanakan pada Kamis, 2 November 2017, pukul
10.00-10.30 WIB, di bangsal Cendana RSUD Wates kamar 10.
2. Tujuan:
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit, anak mampu mengikuti
permainan dengan kriteria:
a. Mampu menggunakan crayon dengan baik
b. Mampu mewarnai dalam garis
c. Mampu mewarnai hingga selesai
d. Mampu menceritakan warna yang dipilih
3. Karakteristik peserta
a. Usia 32-72 bulan
b. Jumlah 1 anak
c. Keadaan umum baik dan kesadaran penuh
4. Metode
a. Ceramah
b. Bermain bersama
5. Alokasi waktu
No Terapis Waktu Subjek terapi
1 Persiapan 5 menit Menunjang
a. Menyiapkan ruangan. keberhasilan kegiatan
b. Menyiapkan alat-alat.
c. Menyiapkan anak dan
keluarga
2 Proses :
a. Membuka proses terapi 5 menit Menjawab salam,
bermain dengan Memperkenalkan diri,
mengucapkan salam, Memperhatikan
memperkenalkan diri.
b. Menjelaskan pada anak dan 5 menit
keluarga tentang tujuan dan
manfaat bermain,
menjelaskan cara
permainan.
c. Mengajak anak bermain . 15 menit Bermain bersama
d. Mengevaluasi respon anak 3 menit dengan antusias dan
dan keluarga. mengungkapkan
perasaannya
3 Penutup 2 menit Memperhatikan dan
Menyimpulkan, mengucapkan menjawab salam
salam

6. Skenario terapi bermain


a. Permainan untuk melatih personal sosial,
Anak diminta untuk berkenalan dan bersalaman dengan praktikan
b. Permainan untuk melatih motorik halus, bahasa, motorik kasar, personal
sosial
1) Anak diminta menggunakan crayon dengan baik
2) Anak diminta mewarnai dalam garis
3) Anak diminta mewarnai hingga selesai
4) Anak diminta menceritakan warna yang dipilih

7. Hal-hal yang perlu diwaspadai


Hal-hal yang perlu diwaspadai dalam terapi bermain diantaranya:
a. Ekstra energy
Untuk bermain diperlukan ekstra energy.
b. Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu bermain.
c. Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan
taraf perkembangannya.
d. Ruangan untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu lebar atau ruangan khusus untuk bermain.
Anak bisa bermain di ruang tidurnya.

8. Antisipasi meminimalkan hambatan


Untuk mengantisipasi hambatan-hambatan dalam terapi bermain, maka
langkah-langkah yang diambil adalah:
a. Saat bermain dilandasi rasa cinta dan kasih sayang juga menikmati
kebahagiaan bersama anak.
b. Dilakukan berjenjang dan berkesinambungan mengikuti tahapan
perkembangan anak.
c. Jika menggunakan alat saat melakukan stimulasi, bisa gunakan alat
sederhana, murah dan mudah didapat, disesuaikan dengan keadaan
setempat
d. Selalu berikan pujian atas keberhasilan yang dilakukan anak.
e. Tidak memarahi, menghukum, atau memaksa bila anak kurang mampu
melakukan stimulasi
f. Suasana menyenangkan, bervariasi, dan nyaman sehingga tidak
membosankan.
g. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
h. Meminta nasehat petugas bangsal atau pembimbing lapangan jika
ditemukan kesulitan dalam mencapai tahapan perkembangan yang
sesuai dengan umurnya.

9. Pengorganisasian
a. Pembimbing Pendidikan: Dra. Ni Ketut M., S.Kep., Ns., MSc
b. Pembimbing Lapangan : Isnaeni Romdliah, S.ST
c. Leader : Theresia Sani Tratami
d. Fasilitator : Findri Fadlika
e. Observer : Ayuningtyas Dian Utami
10. Tugas Masing-Masing
a. Leader, tugasnya:
1) Membuka acara permainan
2) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai.
3) Mengarahkan permainan.
4) Memandu proses permainan.
b. Fasilitator, tugasnya:
1) Membimbing anak bermain.
2) Memberi motivasi dan semangat kepada anak saat bermain
3) Memperhatikan respon anak saat bermain.
4) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat dan
keluarganya.
b. Observer, tugasnya:
1) Mengawasi jalannya permainan.
2) Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir permainan.
3) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
4) Menyusun laporan dan menilai hasil permainan

D. Setting Tempat
Ruang Cendana RSUD Sleman
Keterangan
: Meja
: Penyaji

:Tempat tidur

E. Sistem Evaluasi
1. Standar persiapan (struktur dan proses)
a. Alat: buku bergambar dan crayon
b. Pengaturan tempat: di atas tempat tidur klien agar anak dapat bermain
dengan lebih nyaman
c. Pasien mau memilih gambar yang akan diwarnai, warna crayon, dan
mewarnai gambarnya
2. Standar hasil: evaluasi pada akhir kegiatan:
a. Pasien mampu menyebutkan warna yang sedang ia gunakan untuk
mewarnai
b. Gambar selesai diwarnai
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2011. Tumbuh Kembang danTerapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Cipta

Erlita.2006.Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak. Terdapat


Padahttp://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2015

Fortinash & Warrel. 2005 . Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : IDI

Patmonodewo, S. 2003. Pendidikan Anak Usia Prasekolah. Jakarta: PT Rineka


Salemba Medika

Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Wong, Donna L., dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta:
EGC
BAB IV
HASIL TERAPI BERMAIN

A. Masalah yang muncul selama bermain


Secara keseluruhan proses terapi bermain berjalan dengan baik, anak terlihat
senang saat diajak untuk bermain. Pada terapi bermain yang dilakukan kali ini ada
3 kegiatan yaitu bermain bola tangan (melempar bola tangan keatas), membangun
menara dengan mainan berbentuk donat/ lingkaran dan bermain boneka (menyuapi
boneka dengan sendok). Permainan dilakukan secara berurutan atau satu persatu,
sehingga anak fokus pada masing-masing permainan.
Saat anak diajak bermain, anak paling tertarik untuk menyusun menara bersama
praktikan dan ibunya, namun dalam permainan anak masih sedikit bingung untuk
mengurutakan besar kecilnya lingkaran yang akan dimasukkan dan terkadang
belum benar dalam memasukkan sesuai urutan besar kecilnya. Permainan yang
kedua yaitu melempar bola tangan keatas, anak berusaha mencontoh praktikan
yang melempar bola keatas, anak dapat melakukannya walaupun masih tampak
kesulitan. Saat diajak bermain boneka (menyuapi boneka dengan
sendok/memberikan minum pada boneka), anak terlihat kurang tertarik dengan
permainan karena anak bingung dengan gelas yang tidak ada isinya, anak
cenderung memasukkan boneka kedalam gelas dan melempar sendok ataupun
gelas saat diminta untuk menyuapi boneka.

B. Ada atau tidak jalinan kerjasama antara orang tua,anak dan perawat
Jalinan kerjasama antara orangtua, anak, dan perawat sudah baik. Ibu
menemani dan membantu anak pada saat proses terapi bermain. Perawat dan
orangtua anak bekerja sama dalam menstimulasi keaktifan anak selama proses
terapi bermain. Dalam satu ruangan, terdapat 3 pasien, 1 pasien yang lain berusia
13 tahun, agar tidak ada kecemburuan, kami memberikan buku cerita untuk bisa
dibaca pasien dan pasien tampak asyik membaca. Sementara, 1 pasien lagi berusia
3 tahun tampak sedang tidur, sehingga kami tidak mengajaknya untuk bermain.

C. Respon anak terhadap kegiatan


Anak merasa senang dan terhibur setelah ikut terapi bermain. Hasil dari terapi
bermain sebagai berikut :
a. Personal sosial: Anak belum mampu menyuapi boneka dengan
sendok/memberikan minum pada boneka, karena anak kurang tertarik
dengan permainan, anak tampak bingung dengan apa yang akan dilakukan
karena tidak ada piring dan gelas tidak berisi
b. Motorik halus: Anak mampu menyusun mainan berbentuk donat/ lingkaran
menjadi sebuah menara, walaupun masih terlihat bingung saat mengurutkan
besar kecilnya ukuran lingkarang yang akan dimasukkan.
c. Bahasa: Anak belum mampu berkomunikasi dengan praktikan, saat anak
ditanya ini siapa? (praktikan menunjuk ibunya) ataupun saat anak diminta
untuk menunjukkan ibu mana? anak belum mau menunjukkan, saat
praktikan menunjukkan gambar ayam dan diminta untuk menyebutkan, anak
juga belum mampu untuk menyebutkan.
d. Motorik kasar : Anak mampu melempar bola tangan keatas.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain
sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu
untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran
diri, moral sekaligus terapi anak saat sakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya
mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu
anak untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di
rumah sakit.
Pengkajian pada anak untuk menentukan kebutuhan bermain sangat diperlukan
sehingga permainan tepat pada anak. Dari pengkajian ditentukan bahwa An. AAJ
tepat untuk diajak bermain dengan bermain bola tangan (melempar bola tangan
keatas), membangun menara dengan mainan berbentuk donat/ lingkaran dan
bermain boneka (menyuapi boneka dengan sendok) sesuai dengan umur anak 20
bulan. Anak dapat mengikuti setiap permainan yang telah dipersiapkan, dari awal
hingga selesai. Anak menjadi senang dan tidak bosan berada di ruangan.

B. Saran
Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Rumah sakit
juga sudah menyediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah
sakit dan sebaiknya dimanfaatkan.
Perwata dibangsal perlu mensosialisasikan kepada orangtua pasien baru bahwa
di rumah sakit sudah disediakan ruangan untuk bermain dan juga mainan sesuai
dengan usia anak, sehingga para orangtua tidak mengajak anak untuk jalan-jalan
keluar ruangan agar anak tidak bosan, karena beresiko anak-anak akan terpapar
kuman yang sangat banyak saat berada diluar ruangan.
Untuk An AAJ sebaiknya sering dilatih dalam aspek bahasa, seperti mengajak
berkomunikasi, menunjukkan gambar atau benda-benda yang sering dijumpainya
dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai