Anda di halaman 1dari 32

ABSTRACTING IN THE CONTEXT OF

SPONTANEOUS LEARNING
Gaye Williams
Deakin University

(Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta


Matematika di Pascasarjana Universitas Negeri Makassar)

NUR ISMIYATI
161050701118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena limpahan rahmat,

nikmat dan hidayah-Nyalah maka makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa pula

kiriman salam dan shalawat teruntuk junjungan Nabi besar Muhammad SAW,

pembawa terang bagi gelap umatnya.

Makalah tentang jurnal internasional yang berjudul Abstracting in the Context

of Spontaneous Learning dari Mathematics Education Research Journal, volume 19,

nomor 2, tahun 2007, halaman 69-88. Makalah tersebut merupakan tugas individu

dalam mata kuliah Kapita Selekta Matematika yang disusun guna mendukung

terciptanya proses belajar mengajar yang lebih aktif dan efektif.

Makalah ini membahas tentang pembelajaran secara spontan yang mengarah

ke pemahaman relatif dan pengaruh positif yang tinggi dengan mengkombinasikan

antara model RBC pada abstraksi dengan aktivitas mental Krustetskii.

Dengan demikian, semoga makalah sederhana ini mampu mewadahi beberapa

manfaat sesuai tujuan penyusunannya. Demikianpun penulis menyadari segala

kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan dan penyajian makalah ini. karena

itu, penulis sangat mengharapakan tutur kritik yang membangun dan sapaan saran

yang bermanfaat bagi semua orang, khususnya bagi para mahasiswa.

Makassar, 27 November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Sampul .................................................................................................................. i

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Masalah ................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................... 4

A. Pembelajaran Secara Spontan ................................................................. 4

B. Model RBC pada Abstraksi .................................................................... 5

C. Aktivitas Mental Krutetskii..................................................................... 6

D. Model Mengabstraksi Secara Spontan .................................................... 8

BAB III DESAIN PENELITIAN.......................................................................... 10

A. Desain Penelitian .................................................................................... 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 13

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 13

1. Abstraksi Secara Spontan Kerri ......................................................... 13

2. Proses Abstraksi Kerri ........................................................................ 14

3. Abstraksi Secara Spontan Eden.......................................................... 16

iii
4. Proses Abstraksi Eden ........................................................................ 20

B. Pembahasan Penelitian............................................................................ 22

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 26

A. Kesimpulan ............................................................................................. 26

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi rinci yang terfokus pada

pemikiran siswa. peneliti tertarik dalam pembelajaran secara spontan pada guru

matematika menengah. Peneliti bertanya-tanya mengapa siswa kadang-kadang

menjadi begitu terlibat dalam tugas-tugas yang membuat siswa kehilangan semua

waktu, diri, dan lingkungan di sekitar mereka, benar-benar terfokus pada tugas yang

dikerjakan, laporan mengembangkan pemahaman yang mendalam pada

matematika yang dieksplorasi oleh siswa, dan menampilkan indikator rasa senang

selama proses mengerjakan tugas. Peneliti akan mengeksplorasi proses

pembelajaran secara lebih rinci, khususnya mencari contoh abstraksi.

Mengabstraksi secara spontan mungkin lebih mudah diidentifikasi dari abstraksi

yang dihasilkan dari konstruksi yang dibimbing ke indikator bahasa tubuh pada

pengaruh positif yang tinggi yang akan peneliti diskripsikan. Berdasarkan hal ini,

penelitian mengabstraksi secara spontan dapat memberikan cara yang berguna

untuk mempelajari lebih lanjut tentang proses abstraksi.

Mengabstraksi secara spontan telah digambarkan pada proses progresif

menemukan kompleksitas (Williams, 2000a). Seorang siswa menemukan

kompleksitas matematika yang tidak jelas pada saat dimulainya tugas dan

memutuskan untuk memeriksanya. Untuk memfasilitasi eksplorasi ini, siswa secara

1
spontan merumuskan pertanyaan tentang kompleksitas dan terlibat dalam

pemikiran matematika yang komplkes untuk menjawabnya. Siswa menggunakan

lebih kecil konsep dan ide-ide mereka yang telah dikembangkan selama eksplorasi

pada kompleksitas sebelumnya untuk membantu dalam mengungkapkan ke orang-

orang.

Makalah ini melaporkan tentang mengabstraksi secara spontan pada dua

siswa yang dipilih secara luas. Untuk mempelajari mengabstraksi secara spontan,

model dibangun dengan mengkombinasikan antara model RBC pada abstraksi

dengan aktivitas mental Krutetskii. Menggunakan wawancara video dan model

kemudian digunakan untuk menganalisis perilaku dua siswa kelas 8 yang telah

menunjukkan mengabstraksi secara spontan. Kedua siswa yang belajar secara

spontan yakni Kerri (USA) dan Eden (Australia) yang berasal dari situasi yang

sama. Analisis yang penting adalah analisis sintetis dan evaluatif, dua proses yang

tampaknya tidak mungkin terjadi dalam membangun konstruksi.

Untuk memahami secara rinci tentang mengabstraksi secara spontan dengan

menggunakan model RBC pada abstraksi dengan aktivitas mental Krutetskii maka

peneliti mengangkat judul penelitian Abstracting in the Context of Spontaneous

Learning.

B. Masalah

Masalah yang diangkat dalam jurnal ini adalah mendeskripsikan dua siswa

yang belajar secara spontan untuk mengetahui bagaimana kedua siswa tersebut

2
mengabstraksi secara spontan dengan model yang dibangun dengan

mengkombinasikan antara model RBC pada abstraksi dengan aktivitas mental

Krutetskii untuk menggambarkan proses berpikir yang terjadi selama

mengabstraksi secara spontan.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Secara Spontan

Istilah spontan sebelumnya telah digunakan untuk menunjukkan

pembelajaran siswa yang tidak disebabkan oleh guru yakni tidak menggunakan

secara spontan dalam konteks pembelajaran untuk menunjukkan tidak adanya unsu

dengan siswa saat berinteraksi. Sebaliknya, menggunakan istilah untuk merujuk

pada non-kausalitas pada tindakan mengajar, untuk reluasi diri pada siswa ketika

berinteraksi, yang menganggap proses belajar sebagai suatu proses secara spontan

dalam kerangka refrensi siswa (Williams, 2007).

Mengabstraksi secara spontan telah digambarkan pada proses progresif

menemukan kompleksitas. Seorang siswa menemukan kompleksitas matematika

yang tidak jelas pada saat dimulainya tugas dan memutuskan untuk memeriksanya.

Untuk memfasilitasi eksplorasi ini, siswa secara spontan merumuskan pertanyaan

tentang kompleksitas dan terlibat dalam pemikiran matematika yang komplkes

untuk menjawabnya. Siswa menggunakan lebih kecil konsep dan ide-ide mereka

yang telah dikembangkan selama eksplorasi pada kompleksitas sebelumnya untuk

membantu dalam mengungkapkan ke orang-orang (Williams, 2007).

Jenis pemikiran ini selama mengembangkan pengetahuan konseptual baru

dijelaskan dalam cara yang berbeda tetapi konsisten di peneliti lain (Krutetskii,

Chick, dan Csikszentmihalyi). Hal ini digambarkan seperti tdak hanya memilih

4
isyarat dan konsep dan seringkali isyarat yang tidak terduga dan konsep tapi

bahkan pertanyaannya saja (Chick), dan tidak terlalu banyak yang langsung

mencoba memecahkan masalah sebagai sarana untuk menyelidiki secara

menyeluruh, dengan informasi tambahan yang diekstraksi dari setiap percobaan

(Krutetskii). Sedangkan Csikszentmihalyi menggambarkan efek kumulatif dari

penemuan kecil yakni anda mungkin hanya memiliki satu wawasan besar, tapi saat

anda mencoba untuk menjelaskan, seperti yang anda coba jelaskan apa

wawasannya, anda juga memiliki wawasan kecil sepanjang waktu (Williams,

2007).

Proses abstraksi secara spontan melibatkan pengajuan pertanyaan untuk

mengeksplorasi, untuk mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang

kompleksitas matematika, dan mensintesis aspek dari pemahaman baru selama

proses pengembangan wawasan (Williams, 2007).

B. Model RBC pada Abstraksi

Menurut Dreyfus, Hershkowitz, dan Schwarz (Williams, 2007) abstraksi

merupakan aktivtias reorganisasi vertikal konsep matematika yang telah

dikonstruksi sebelumnya melalui sebuah struktur matematika baru. Istilah vertikal

mengacu pada pembetukan struktur matematika baru sebagai lawan memperkuat

hubungan antara struktur matematis dan konteks (Williams, 2007).

Ada tiga tindakan epistemis yang diidentifikasi terkait pada proses abstraksi

menurut Dreyfus dkk (2001) yaitu: Pertama, Recognising atau pengenalan struktur-

5
stuktur matematis yang dikenal, hal ini terjadi ketika seorang siswa menyadari

bahwa struktur itu melekat dalam situasi matematis yang diberikan. Proses

pengenalan melibatkan ketertarikan terhadap hasil dari tindakan-tindakan

sebelumnya dan mengekspresikannya dengan cara yang analog atau dicocokkan.

Kedua, Building-With terdiri atas pengkombinasian artefak-artefak (konsep-konsep

atau struktur-struktur hasil pemikiran sebelumnya) yang ada dalam rangka

mencapai sebuah tujuan seperti menyelesaikan masalah atau menjustifikasi sebuah

pernyataan. Tugas yang sama dapat mengarahkan seorang anak pada fase Building-

With tetapi mungkin hal ini tidak berlaku bagi anak yang lain. Hal tersebut

bergantung pada pengalaman yang sudah dimiliki oleh masing-masing anak.

Ketiga, Constructing adalah langkah utama pada abstraksi yang terdiri atas

kumpulan pengetahuan artefak untuk menghasilkan struktur baru yang menjadi ciri

khas para anggotanya.

Brancing adalah variasi konstruksi yang terjadi saat mengkonstruksi

dipisahkan menjadi dua arah yang berbeda untuk mempelajari dua aspek yang

berbeda dari matematika yang terlibat dan kemudian bergabung kembali secara tak

terduga. Consolidating dapat terjadi ketika siswa bekerja dengan matematika yang

familiar, dan juga ketika siswa menggunakan entititas yang baru pada bagian yang

lebih abstrak (Williams, 2007).

6
C. Aktivitas Mental Krutetskii

Krutetskii mempelajari aktivitas pemecahan masalah siswa yang berpikir

keras saat mereka memecahkan masalah yang tidak biasa secara terpisah. Dia

mengidentifikasi berbagai aktivitas mental yang diawali dan dikendalikan oleh

kemampuan tinggi siswa dan tidak melakukan wawancara. Kegiatan ini termasuk

analisis, analitik-sintesis, sintesis, dan evaluasi. Keempat aktivitas ini merupakan

komponen penting dalam pembelajaran secara spontan (Williams, 2007).

Krutetskii menggambarkan analisis sebagai proses awal untuk memeriksa

suatu masalah elemen demi elemen. Unsur analisis yakni menggeneralisasikan

hubungan matematis satu demi satu dimana siswa memahami apa yang utama,

dasar, dan umum dalam elemen yang berbeda secara eksternal ataupun baru.

Dengan kata lain, sintesis melibatkan pengenalan sesuatu yang sudah dikenal yang

terintegrasi dalam sesuatu yang baru (Williams, 2007).

Krutetskii menyebutkan analisis secara simultan disebut sebagai analisis

sintesis. Proses analsis sintesis untuk siswa yang berbeda atau siswa yang sama

pada waktu yang berbeda dalam menghubungkan masalah pada elemen

matematika. Evaluasi diidentifikasi oleh Krutetskii sebagai pemeriksaan yang

konsisten terhadap matematika secara terus menerus yang dikembangkan selama

proses abstrak atau pengakuan entitas matematika yang hanya diabstraksikan untuk

tujuan lain. Evaluasi termasuk progresif merefleksikan situasi secara keseluruhan

yang bertujuan mengenali informasi yang tidak konsisten, atau merenungkan proses

7
pemecahan masalah yang bertujuan mengidentifikasi keterbatasan atau aplikasi

pada konteks lain (Williams, 2007).

Secara spontan pemecahan masalah meliputi tiga aktivitas mental yang

paling kompleks, antara lain:

1) Analsis

Analisis elemen adalah mengisolasi bagian dan memeriksa satu per satu.

Analsis sintetis adalah secara simultan memerika beberapa elemen.

Analisis evaluasi adalah analisis sintetis untuk tujuan pengambilan

keputusan.

2) Sintesis adalah identifikasi umum.

3) Evaluasi adalah refleksi tentang matematika yang semakin berkembang dan

hasil yang diperoleh.

D. Model Mengabstraksi Secara Spontan

Dalam upaya menggambarkan abstraksi yang berlangsung dalam

mengabstraksi secara spontan, peneliti telah mengintegrasi model RBC pada

abstraksi dengan ekstensi peneliti pada aktivitas mental Krutetskii menciptakan

model mengabstraksi secara spontan yang diilustrasikan pada Gambar 2.1.

Perhatikan bahwa semua subkategori pada analisis yang terkandung di

dalam building-with dan constructing mengandung sintesis dan evaluasi. Hanya

proses yang berhubungan dengan pembelajaran secara spontan (tidak dibimbing

dengan analisis elemen) termasuk dalam model mengabstraksi secara spontan.

8
Gambar 2.1 Model Mengabstraksi Secara Spontan

9
BAB III
DESAIN PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Makalah ini melaporkan tentang mengabstraksi secara spontan pada siswa

yang dipilih dari studi yang lebih luas. Penelitian ini sendiri tertanam dalam

penelitian persepektif Learner yang menyelidiki perspektif siswa pada

pembelajaran matematika di berbagai kelas 8 di sembilan negara yang berbeda

termasuk Australia dan Amerika Serikat. Dalam rangka untuk mendapatkan

pengembangan kreatif pengetahuan matematika baru pada siswa, dan untuk

menguji elemen sosial secara lebih rinci, tiga kamera sekaligus merekam aktivitas

guru, sepasang yang berbeda dari siswaa yang fokus terhadap setiap pelajaran dan

seluruh kelas. Gambar video campuran yang dihasilkan selama pelajaran (dengan

dua siswa fokus di layar tengah dan guru di pojok kelas) digunakan untuk

mengkonstruksi pemikiran siswa saat wawancara setelah pelajaran individu. Siswa

menggunakan remote video untuk mengidentifikasi bagian pada pelajaran yang

penting bagi mereka, dan mendiskusikan apa yang terjadi, dan apa yang mereka

pikirkan dan rasakan. Wawancara dilakukan untuk menghasilkan data verbal yang

berkualitas tetang aktivitas kognitif. Pewawancara tidak mengajukan pertanyaan

yang mencakup konstruksi subjek sebelumnya yang belum pernah dilaporkan,

sehingga subjek tidak mungkin menghasilkan jawaban tanpa memikirkannya

kembali. Sebaliknya, subjek secar spontan menjelaskan satu atau beberapa bagian

10
dari tujuan yang spesifik, dan ini relevan dengan masalah dan konsisten dengan

bukti lain dari proses solusinya. Asketchpad dan pena disediakan untuk

memudahkan komunikasi bagi siswa yang tidak mampu mengungkapkan

pengetahuan mereka yang baru dalam bentuk verbal.

Video kelas dan wawancara berikutnya digunakan untuk menentukan

apakah fokus pemikiran siswa itu secara spontan atau tidak spontan. Hal penting

adalah apakah para siswa mengembangkan gagasan mereka sendiri atau ada

bantuan dari orang lain. Dari 86 siswa yang diteliti, 5 ditemukan telah secara

spontan mengabstraksi pada 8 kesempatan secara terpisah, hanya 5 dari kempatan

ini yang menjadi fokus para siswa. Tidak ada bukti pada mengabstraksi secara tidak

spontan.

Kedua siswa yang pembelajarannya secara spontan adalah Kerri (USA) dan

Eden (Australia) yang berasal dari situasi yang sama. Kedua kelas berisi siswa

dengan kemampuan matematika lebih tinggi dari rata-rata, dan interasi siswa

merupakan bagian dari proses pembelajaran. Kedua pelajaran mengabstraksi secara

spontan terjadi melibatkan pembelajaran tentang fungsi linear dan kedua guru

memulai topik dengan aktivitas langsung. Kedua siswa bisa membaca dan plot

koordinat Cartesius sebelum pelajaran. Namun, ada sejumlah perbedaan di antara

dua situasi tersebut.

Kelas kerri terdiri dari siswayang diidentifikasi sebagai kelas berbakat.

Sebelum penelitian dilaksanakan, mereka telah menemukan persamaan untuk

grafik linear dengan memplot dua titik, menghasilkan garis pada kertas grafik,

11
menggambar kemiringan segitiga, mengukur panjang dari dua sisi yang lebih kecil

dari segitiga, menemukan titik potong-y dengan tinjauan, dan mensubtitusi gradien

dan titik potong-y ke dalam persamaan umum pada fungsi linear. Kelas Eden adalah

kelas yang tidak dipercepat di sekolah dengan program akselerasi. Mereka tidak

mempelajari fungsi linear, namun Eden pernah mempelajarinya ketiga akselerasi

dengan gurunya kelas 7. Eden sudah lupa sebagian besar pelajaran ini dan jika dia

menemukan istilah gradien dan konsep yang terkait, dia tidak mengingatnya.

Pertama kali dia teringat kesadaran akan konsep gradien dalam pelajaran ketika di

mengabstraksi: dia memang menyadari bahwa dia telah menggunakan konsep

gradien tanpa mengetahui istilahnya. Tidak ada siswa yang mengetahui bagaimana

mensubtitusi nilai menjadi sebuah persamaan untuk menemukan nilai konstanta.

Meski analisis pemikiran kedua siswa ini terhambat karena mereka tidak

tertangkap secara terus-menerus di kamera ketika mereka sedang mengabstraksi,

masing-masing siswa memberikan kontribusi yang cukup untuk diskusi kelas

selama pelajaran berlangsung untuk menunjukkan bahwa mereka telah

mendeskripsikan konsep yang relavan sebelum mereka dijarkan secara normal.

Meskipun Eden adalah siswa yang tidak fokus dalam pelajaran sesuai dengan

abstraksi yang disimpulkan, dia duduk disamping siswa yang fokus (Darius).

Setiap kegiatan masing-masing siswa akan dilaporkan melalui ringkasan

naratif, analisis aktivitas kognitif dan sosial mereka yang relevan, dan representasi

diagram aktivitas mengabstraksi secara spontan oleh masing-masing siswa.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Abstraksi Secara Spontan Kerri

Kerri menggambarkan bagaimana dia mengenali kemiringan segitiga anda

dapat membayangkan garis dalam segitiga siku-sikut. Dia kemudian

menggunakan pengetahuannya tentang sistem koordinat Cartesius untuk

menemukan panjang sisi horisontal dan vertikal dalam hal ini segitiga dengan

mengurangkan koordinat yang sesuai dari dua titik (ide baru untuknya), dan

kemudian menerapkan peraturan yang sebelumnya dia pelajari untuk menemukan

gradiennya. Selanjutnya dia menyadari (ide baru lainnya) bahwa titik potong-y (b)

dapat ditemukan dengan mengganti gradien dan nilai-x dan nilai-y dari titik pada

garis ke dalam persamaan = + .

Refleksi Kerri menghasilkan wawasan baru: grafik tidak diperlukan,

menggunakan pasangan titik yang selalu bisa dioperasi sebagai gantinya. Kerri juga

mengakui penggunaan lain untuk penemuannya: dia bisa menemukan panjang

segmen pada garis dengan menerapkan Teorema Phytagoras antara sepasang titik

yang berbeda.

Bukti aktivitas mengkonstruksi Kerri sebelumnya ditemukan selama

pelajaran berlangsung. Saat guru menggunakan diagram gradien untuk

menunjukkan temuan persamaan tanpa grafik, dengan mengatakan anda akan

13
membuat grafik (3,4) dan (4,6) dan menggambar gradien segitiga kecil, Kerri

bertanya tentang cara guru anda masih menggambarnya. Setelah guru

menjelaskan karya baru tersebut, siswa-siswa lain di kelompok Kerri membangun

gagasan yang sebelumnya yang dikenal dengan memetakan grafik dan interval

pengukuran.

2. Proses Abstraksi Kerri

Gambar 3.1 merupakan proses mengabstraksi secara spontan Kerri. Proses

berpikirnya disimpulkan dengan memberi nomor sesuai urutan kejadiannya. Dalam

setiap proses pembuatan, nomor yang lebih kecil umumnya diasosiasikan dengan

mengenali dan membangun sedangkan nomor besar dengan mengkonstruksi.

Gambar 3.1 menunjukkan fitur lebih lanjut dari model mengabstraksi secara

spontan. Pada langkah 8, di elips Buiding-With, Kerri menganalisis prosedur dan

metode (analisis sintetis) gurunya baru dikembangkan dan kemudian dibandingkan

(analisis evaluasi). Sintetis diwakili dalam elips Constructing diatasnya, saat dia

mengenali kesetaraan representasi numerik dan grafis panjang (Langkah 10).

Abstraksi Kerri menyebabkan pembatasan karena dia tidak lagi

mempertimbangkan sketsa pertama. Realisasinya dari keanggunan dan generalitas

dari metodenya menyebabkan evaluasi spontan. Pengetahuan menyebabkan

pengembangan lebih lanjut.

Proses yang terkait dengan Langkah 11 tidak dipelajari secara rinci, tapi ada

data yang cukup untuk menunjukkan bahwa itu merupakan Building-With yang lain

14
dengan artefak kognitif daripada analitik-sintetik (bandingkan Gambar 2.1). Sulit

untuk diketahui apa artefak kognitif yang diandalkan Kerri di Langkah 11. Sintetis

lanjut terjadi ketika dia mengkombinasikan Teorema Phytagoras (Langkah 6)

dengan struktur matematika baru (Langkah 10) untuk menciptakan pengetahuan .

Dalam mengembangkan pengetahuan dan , Kerri membangun pengetahuan .

Kegiatan Kerri ini menunjukkan pentingnya analisis sintetis dan analisis

evaluasi dalam memungkinkan mengkonstruksi. Tanpa adanya kesempatan untuk

membandingkan prosedur pengetahuan barunya dengan prosedur guru. Dia

mungkin tidak mengenali persamaan representasi numerik dan grafik yang panjang

dan membuat keputusan tentang nilai pada metodenya. Saat dia mengingat

reaksinya dari pembelajarannya setelah dia mengerjakan masalah tugasnya, Kerri

mengungkapkan dampak positifnya yang tinggi.

15
Gambar 3.1 Proses Mengabstraksi Secara Spontan Kerri

3. Abstraksi Secara Spontan Eden

Kelas Eden berkesperimen dengan Green Globs, sebuah game komputer

yang secara acak menampilkan gumpalan pada bidang koordinat Cartesius bagi

siswa untuk mengenai dengan fungsi linear. Dalam game ini, skornya tergantung

pada seberapa banyak gumpalan yang terkena imbasnya.

16
Eden dan temannya Darius, bekerja berdampingan, memiliki tujuan yang

berbeda dalam hal pelajaran ini. Fokus utama Eden adalah memahami generasi dan

posisi garis miring (istilah Eden). Interaksi Eden dengan Darius menunjukkan dia

sadar bahwa Darius hanya menggunakan trial dan error. Ketika Eden bertanya ke

Darius, apa aturan untuk itu (garis miring pada layar Darius)? Itulah jenis

sudutnya..., dia mengikuti jawaban Darius dua x plus tiga secara harfiah dan

bertanya-tanya mengapa tidak ada yang terjadi saat dia memasuki istilah 2 + 3 ke

komputer. Ini didukung dengan pernyataan wawancara bahwa ia tidak ingat banyak

tentang persamaan linear. Ketika Eden memasukkan = 2 + 2 (mungkin

menghilangkan x dengan tidak sengaja) dan menghasilkan garis yang melintasi

sumbu-y pada 4, dia berseru oh, saya mendapatkannya, jika anda melakukan dua

ditambah dua adalah empat. Hal ini menunjukkan bahwa dia tidak sadar bahwa

istilah konstan dapat dikumpulkan secara bersamaan dalam persamaan.

Beberapa waktu kemudian, Darius menghasilkan sebuah garis sejajar yang

mendekat dan lebih dekat dengan titik yang ini dikenainya (Gambar 3.2). Eden

pindah ke Darius, tetap tak bergerak saat melihat layar berevolusi di komputer

Darius. Dia bertanya ke Darius saya tidak tahu bagaimana kamu

mendapatkannya. Tanggapan wawancara Eden kemudian menunjukkan bahwa dia

bertanya pada dirinya sendiri, bagaimana koordinat titik x dan y pada garis yang

berhubungan, dan mengapa mereka terkait dengan cara ini?.

Eden tiba-tiba kembali ke komputer sendiri dan bekerja dengan sungguh-

sungguh selama tujuh menit sebelum membuat pernyataan yang hampir tak

17
terdengar y berpotongan dengan x. Dalam wawancara,awalnya dia tidak bisa

mengkomunikasikan idenya, tapi kemudian dia menggunakan sketsanya dan

dijelaskan saat dia membuat sketsa. Dia telah menemukan hubungan antara

koordinat titik x dan y pada grafik linear. Dia mencoba menjelaskan mengapa garis

miring seperti ini dan bagaimana hal ini terkait dengan adanya dalam persamaan,

khususnya mengapa beberapa persamaan membentuk garis miring dan lainnya

secara horisontal.

Green Globs memberi jalan bagi Eden untuk mengevaluasi gagasannya saat

dia mengerjakan dengan komputernya tanpa adanya masukan dari siswa lain atau

guru. Dia tidak membahas garis miring dengan orang lain. Komentar Eden y

berpotongan dengan x ditambah dengan intensitas perilakunya sesaat sebelum itu

dan tindakannya dalam pelajaran selanjutnya, konsisten dengan pendapatnya dalam

mengembangkan pengetahuan baru dalam pelajaran selanjutnya. Eden adalah orang

yang pertama menjelaskan persamaan tersebut yang dapat ditemukan dengan

menggunakan hubungan antara unsur-unsur yang berpasangan pada titik di garis

tersebut. Saat latihan, Eden segera menyadari bahwa semua pertanyaan memiliki

tipe yang sama. Saat para siswa duduk di kedua sisi Eden (Darius dan Marius)

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan latihan kemudian dalam pelajaran

tersebut mereka meminta dan menerima bantuan Eden. Kedua siswa biasanya

dilakukan sama dengan Eden.

18
Gambar 3.2 Garis yang muncul secara progresif di layar komputer Darius

Hasil penelitian dalam kasus lain yang menggunakan komputer yakni

penelitian Nurhasanah, dkk (2017) dengan menggunakan ala peraga maya dapat

berperan dalam menciptakan situasi mateamtis pada fase Recognising dan fase

Building-With. Dengan menggunakan DGS (Dynamic Geometric Software) dalam

proses pembelajaran geometri, berbagai representasi vusal bangun datar yang dapat

disajikan dilayar komputer serta dapat dimanipulasi oleh siswa memberikan suatu

situasi yang potensial dalam menemukan berbagai sifat-sifat dari bangun-bangun

tersebut, yang merupakan bagian dari proses abstraksi empiris sekaligus merupakan

fase Recognising. Kemudian, dengan melakukan manipulasi yang menghasilkan

respon dengan cepat dari hasil kerja komputer, siswa dapat melihat keterkaitan

antara manipulasi yang dilakukan dengan respon yang diperoleh sehingga potensial

untuk memuncullkan konjektur. Bahkan sekaligus dapat menguji konjekturnya

dengan bimbingan guru dalam melakukan eksplorasi. Aktivitas tersebut dapat

dikategorikan termasuk dalam fase Building-With.

19
4. Proses Abstraksi Eden

Dalam wawancaranya, Eden menggambar grafik yang dipilihnya sendiri

untuk membantunya dalam mengkomunikasikan ide-idenya. Setelah pewawancara

mengindikasikan bahwa dia perlu tahu lebih banyak tentang apa yang dia katakan,

dia mengubah grafik menjadi tabel nilai. Eden menunjuk ke sel-sel dalam tabel saat

ia menjelaskan hubungan yang ditemukan antara nilai x dan nilai y.

Eden dengan jelas berusaha mengungkapkan dengan kata-kata hubungan

aljabar = 1. Keragu-raguannya menyarankan agar dia mengerjakan

persamaan ini saat dia berbicara, dan itu membuat pengetahuan barunya rapuh.

Ketika pewawancara memintanya untuk meringkas apa yang telah dia temukan, dia

menyatakan bahwa grafik di layar Green Globs disediakan untuk membantu

menemukan persamaan garis.

Penjelasan wawancara Eden, dipertimbangkan dalam hubungannya dengan

aktivitas pelajarannya, menunjukkan bahwa proses membangunnya mengikuti

urutan yang ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Pengakuan Eden terhadap pola yang menghubungkan koordinat titik x dan

y pada garis (Langkah 7) merupakan analisis elemen secara spontan. Dalam

menggunakan tampilan visual yang dinamis di layar Darius untuk secara bersamaan

mempertimbangkan perbedaan representasi dari pola yang dia hasilkan (Langkah

8), dia menampilkan analisis sintetis. Selama kegiatan ini, dia menunjukkan minat

yang kuat. Ketika dia kembali ke komputer sendiri, dia melakukan analisis evaluatif

untuk menilai kewajaran gagasan yang telah dia kembangkan (Langkah 9). Seruan

20
terakhirnya tentang y menyebrang dengan x menunjukkan bahwa dia telah

membangun wawasan secara matematis (Langkah 10). Eden menyadari bahwa dia

tidak lagi membutuhkan grafik, tabel atau representasi verbal untuk

menggambarkan fungi linear. Dia puas dengan apa yang telah dia temukan dan tahu

mengapa hal itu terjadi.

Gambar 3.3 Proses Mengabstraksi Secara Spontan Eden

21
B. Pembahasan Penelitian

Setiap siswa mengembangkan perbedaan pengetahuan terstruktur dan

hubungan pengetahuan dasar yang terkait dengan fungsi linear. Kerri menginginkan

pertanyaan tes dan Eden ingin mencari matematika yang akan membantu dia

mendapatkan nilai tinggi dalam permainan matematika. Setiap siswa mencari cara

untuk melanjutkan dan mengidentifikasi kompleksitas matematika yang mereka

sebelumnya tidak menyadari. Kerri mengidentifikasi hubungan antara representasi

grafis dan numerik, dan Eden mengidentifikasi pola yang menghubungkan nilai x dan

y pada titik di garis.

Kerri dan Eden memberikan kemampuan yang berbeda hal ini sesuai dengan

tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan (Hasratuddin, n.d) antara lain: 1) menggunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 2) memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 3) mengomunikasikan

gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan

atau masalah, 4) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Kegiatan Kerri saat menyelesaikan pekerjaan rumah secara lahiriah akan

nampak seperti latihan, tapi sebenarnya lebih kompleks. Kegiatan Kerri menimbulkan

22
pertanyaan tentang apa yang mungkin terjadi selama latihan. Kerri mempraktikkan

latihan pekerjaan rumahnya saat dia secara bersamaan menggunakan metode yang

baru dikembangkannya. Dia melakukan analisis sintetis dan analisis evaluatif saat dia

membandingkan proses dan menemukan atribut yang setara. Jenis pemikiran yang

lebih kompleks dengan buiding-with akahirnya menghasilkan sintesis.

Kerri menilai operasi numerik sebagai cara yang elegan untuk mencari gradien

dan memasukkan representasi lainnya ke dalam struktur matematisnya. Dia

menggeneralisasikan operasi numerik menjadi manipulasi aljabar pada koordinat. Dia

tidak hanya menerapkan peraturan (generalisasi empiris), dia memang benar sadar

akan makna dibalik prosedur yang dia terapkan (generalisasi teoritis).

Eden menganggap aktivitasnya menghasilkan dan memeriksa polanya

bersamaan dengan simbolisasi aljabar, dan proses ini menjadi hal yang mudah untuk

pengetahuannya. Eden menunjukkan dualitas ini dalam wawancaranya dengan

mengenkapsulasi konsepnya yang berfungsi dalam aktivitas mengenali dan

membanguun hubungan numerik antara elemen pasangan terurut saat dia

menggambarkan fungsi. Dia menampilkan ekonomi pemikiran dengan

menggunakan aljabar representasi untuk hubungan yang dia kenali, dan kemampuan

mengenali struktur barunya dengan mudah saat dia berseru bahwa pertanyaan dalam

latihan itu semua memiliki tipe yang sama.

Proses kognitif yang dilakukan oleh Kerri dan Eden mencakup hal yang sama

pada proses. Melalui pertimbangan simultan lebih dari satu representasi (analisis

sintetis), pada siswa memeriksa apakah gagasan yang mereka punya dikembangkan

23
secara masuk akal dan mempertimbangkan keanggunan relatif mereka (analisis

evaluatif). Kerri melakukan analisis evaluatif saat dia menggunakan metode

perhitungan guru untuk secara simultan memeriksa metode yang baru

dikembangkannya pada perhitungan panjang. Selama proses ini Kerri menyadari apa

yang bisa dia capai tanpa membutuhkan grafik. Dia mengembangkan metode yang

elegan yang tidak mengharuskan perencanaan dan pengukuran panjang pada grafik.

Eden melakukan analsis evaluatif saat dia mengembangkan representasi aljabar dari

polanya dan memeriksa kesamaannya ke bentuk umum fungsi liniear yang sebelumnya

tidak ada artinya (analisis sintetis berada dalam analisis evaluatif). Eden kemudian

menilai masing-masing representasi ini untuk mempertahankan pengetahuan.

Perwujudan dari cara elegannya untuk mengkonseptualisasikan pengetahuan barunya

yang menggolongkan representasi dalam satu sama lain sehingga berpikir dapat

dilakukan melalui representasi yang paling elegan. Transisi analisis evaluatif untuk

membangun menjadi lebih transparan saat kegiatan kedua siswa ini dipertimbangkan.

Struktur matematika dikembangkan melalui penggolongan representasi di tempat lain

bila atribut yang setara ditemukan melalui analisis evaluatif. Hal ini menimbulkan

pertanyaan tentang kualitas matematis relatif. Struktur dikembangkan dengan dan

tanpa analisis evaluatif.

Eden dan Kerri menggunakan berbagai artefak kognitif dan situasi dalam

konteks pembelajaran yang berbeda dalam beberapa hal. Salah satunya adalah

teknologi yang digunakan Eden dan yang lainnya yang melibatkan pekerjaan individu

(saat tes atau pekerjaan rumah). Walaupun demikian, kedua siswa secara bersamaan

24
mempertimbangkan berbagai elemen matematika yang terlibat (analisis sintetis) dan

memeriksa gagasan yang berkembang (analisis evaluatif). Dengan menggunan jenis

proses pemikiran yang sama, mereka berkembang dengan wawasan yang berbeda

tentang fungsi linear.

Kedua siswa tersebut walaupun menggunakan proses pemikiran yang sama

wawasan baru yang diperolehnya berbeda hal ini dikarenakan siswa dalam

mengkonstruksi pengetahuannya berbeda-beda mulai dari proses hingga kesimpulan

yang didapatkan, hal ini tidak terlepas dari pentingnya gaya belajar dan gaya berpikir

mereka didalam proses pembelajaran. Gaya belajar merupakan kunci utama untuk

mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Setiap peserta didik memiliki

gaya belajar tersendiri begitu pula dengan gaya berpikir yang merupakan cara

mengelola dan mengatur informasi yang diperoleh peserta didik (Setyawan &

Rahman, 2013).

25
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Model mengabstraksi secara spontan ditemukan cukup untuk

menggambarkan dan menguraikan proses abstraksi secara spontan yang dikerjakan

oleh Kerri dan Eden, dan untuk menjelaskan kesamaan di antara mereka.

Keragamaan pada kedua kasus mendukung ketahanan model. Penelitian ini

menegaskan bahwa pemahaman secara mendalam dapat dihasilkan dari abstraksi

secara spontan dan menunjukkan bahwa jenis ini pada pembelajaran bisa

menghasilkan pemahaman yang lebih terhubung daripada pembelajaran terarah.

Penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatnya kesempatan untuk melihat

aktivitas yang mendukung pembelajaran secara spontan. Melihat adalah sebuah

kegiatan yang dapat terjadi bila siswa tidak memiliki artefak kognitif yang sesuai

untuk kemajuan eksplorasi mereka. Untuk mengimbanginya, mereka memeriksa

artefak yang dihasilkan oleh orang lain dan menggali matematika yang tidak

eksplisit di dalamnya (misalnya, seperti Eden yang melihat layar Darius).

Dalam hasil penelitian lain, dalam aktivitas pemecahan masalah pada suatu

situasi, siswa sering menghubungkan aktivitas tersebut ke situasi pemecahan

masalah berikutnya. Jika siswa telah mampu menghubungkan secara eksplisit

metode penyelesaian masalah yang baru dengan masalah semula, penemuan seperti

ini memberikan kesan bahwa konstruksi dari struktur abstrak dapat memungkinkan

26
pemecah masalah mempunyai antisipasi tentang sifat dan ruang lingkup/jangkauan

dari aktivitias pemecahan masalah berikutnya, artinya mereka dapat melihat

bahwa pemecahan masalah berikutnya dalam beberapa hal sama dengan pemecahan

yang telah mereka miliki (Wiryanto, 2014)

Masing-masing kasus ini menunjukkan bahwa pembelajaran secara spontan

dapat meningkatkan minat siswa pada matematika. Pengaruh positif yang tinggi

disertai dengan memprakasai diri untuk mengenali dan mensintesis untuk Kerri,

dan analisis sintetis dan analisis evaluatif yang disertai dengan fokus intens pada

matematika.

Penelitian pada kedua kasus tentang mengabstraksi secara spontan telah

membantu menguraikan elemen sosial yang terkait dengan abstraksi secara

spontan, pembinaan terbimbing secara mudah dan sulit. Temuan ini bisa memberi

tahu para guru dan pendidik guru untuk membuat keputusan tentang intervensi

selama siswa belajar. Penelitian pada kasus lain dari mengabstraksi secara spontan

akan menguji generalisabilitas model mengabstraksi secara spontan dan membantu

menguraikan lebih jauh. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk menemukan

cara untuk mempertimbangkan pembelajaran secara spontan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Dreyfus, Tommy., dkk. (2001). The Construction of Abstract Knowledge in

Interaction. Proceedings of The 25 Conference of The International Group

for The Psychology of mathematics Education, Vol. 1-4, 377-384.

Hasratuddin. (n.d). Membangun Karakter Melalui Pembelajara Matematika. Jurnal

Pendidikan Matematika PARADIKMA, 6(2), 130-141.

Nurhasanah, Faida., dkk. 2017. Concept of Triangle: Examples of Mathematical

Abstraction in Two Different Contexts. International Journal on Energing

Mathematics Education, 1(1), 53-70.

Setyawan, Dedy & Rahman, Abdul. (2013). Eksplorasi Proses Konstruksi

Pengetahuan Matematika Berdasarkan Gaya Berpikir. Jurnal Sainsmat, 2(2),

140-152.

Williams, G. (2007). Abstracting in the Context of Spontaneous Learning.

Mathematics Education Research Journal, 19(2), 69-88.

Wiryanto. (2014). Level-Level Abstraksi Dalam Pemecahan Masalah Matematika.

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3(3), 569-578.

28

Anda mungkin juga menyukai