sumber: pixabay.com
Suatu hari, dia bertemu dengan sepasang itik dan menceritakan semua
masalahnya. ?Kami dapat menolongmu untuk melihat dunia,? kata itik tersebut.
?Berpeganglah pada kayu ini dengan gigimu dan kami akan membawamu jauh ke
atas langit di mana kamu bisa melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi kamu
harus diam dan tidak berbicara atau kamu akan sangat menyesal.?
Kura-kura tersebut sangat senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu
tersebut erat-erat dengan giginya, sepasang itik tadi masing-masing menahan kedua
ujung kayu itu dengan mulutnya dan terbang naik ke atas awan.
Saat itu, seekor burung gagak terbang melintasinya. Dia sangat kagum dengan
apa yang dilihatnya dan berkata:
?Kamu pastilah raja dari kura-kura!?
?Pasti saja?? Kura-Kura mulai berkata.
Namun, saat dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia
kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan akhirnya terbanting ke atas batu-batuan
yang ada di tanah. Kura-kura sangat menyesal dengan tindakannya tersebut.
(dikutip dari ceritakecil.com dengan pengubahan)
2. Hewan yang dimintai bantuan oleh Kura-Kura adalah . . . .
A. sepasang itik
B. Dewa Jupiter
C. sepasang gagak
D. kelinci dan tupai
Bacalah fabel berikut.
Malini adalah nama sebuah danau. Pemandangannya sangat indah dengan air jernih
yang membuat senang para penghuninya. Berbagai jenis hewan air merasa aman dan
tenteram. Mereka hidup damai tanpa ada gangguan. Suatu hari, datanglah seekor
bangau yang terbang di atas danau itu. Ia amat terpesona melihat keindahannya.
Dengan segera ia mendekati danau itu dan mulai menjalankan akal muslihatnya. Di
tepi danau itu, ia mengambil sikap berdiri dengan satu kaki menghadap ke arah
danau, seakan-akan ia menjadi seekor bangau pertapa yang telah meninggalkan alam
keduniawian.
Berhari-hari ia bersikap demikian tanpa bergerak sedikit pun. Lama kelamaan
ikan-ikan di danau merasa heran dan mereka mulai berani mendekati Bangau yang
sedang ?bertapa?. Dua ekor ikan mencoba lewat di muka Bangau. Tetapi, bangau itu
tidak mengubah sikap sedikit pun. Ia seakan-akan tak mempunyai nafsu lagi untuk
menikmati kehidupan yang indah ini. Akhirnya, semua ikan di danau itu tak merasa
takut lagi padanya dan mereka tak merasa khawatir akan dijadikan mangsa oleh
bangau itu. Suatu hari, karena rasa ingin tahunya, Raja Ikan di danau itu bertanya
pada Bangau, ?Mengapa kau sedih wahai Bangau??
Bangau pun menjawab, ?Oh ikan yang baik, aku berbuat demikian karena
kehendak dewa. Aku telah sadar dari segala perbuatanku yang lalu, yang membuatku
sangat berdosa besar terhadap dewa-dewa. Oleh sebab itu, aku hendak menebus dosa-
dosaku itu dengan petunjuknya, dan mulai saat ini aku tak mau lagi memusuhi sesama
makhluk, termasuk engkau ikan-ikan, apalagi memakan kalian.?
(dikutip dari pendongeng.com dengan pengubahan)
Suatu hari, ada seekor monyet berjalan terhuyung-huyung kelaparan. Monyet itu
sedang mencari sesuatu yang bisa dimakan. Akhirnya, Monyet menemukan biji
pohon kesemek. Karena terlalu kecil, Monyet tidak memakannya.
Tiba-tiba, ada sebuah nasi kepal yang berjalan sendiri. Ternyata, nasi kepal itu
dibawa oleh seekor kepiting. Karena ukuran nasi yang besar, Kepiting menjadi tidak
terlihat, tertutup oleh besarnya nasi kepal tersebut. Monyet kemudian bermaksud
memakan nasi kepal itu dan menukarnya dengan biji pohon kesemek yang ia punya,
tapi tidak diizinkan oleh Kepiting.
Ternyata, dalam sekejap biji itu telah menjadi pohon kesemek dan berbuah banyak.
Mereka sangat senang.
(dikutip dari ceritanakkecil.blogspot.com dengan pengubahan)
8. Alasan nasi kepal dalam fabel tersebut terlihat seperti berjalan sendiri adalah . . . .
A. nasi kepal tersebut memiliki sepasang kaki
B. nasi kepal tersebut dibawa oleh serombongan semut
C. Monyet tidak sabar untuk memakan nasi kepal tersebut
D. nasi kepal tersebut dibawa oleh Kepiting berukuran kecil
Bacalah fabel berikut.
Suatu hari, seorang petani menemukan seekor ular yang tergeletak di jalan.
Ketika didekati, ternyata ular itu sedang meregang nyawa karena terlindas oleh roda
sebuah pedati. (1) [ . . . ] tanpa berpikir panjang Si Petani merawat Si Ular dengan
saksama dan memberinya makan dan minum.
(2) [ . . . ] sembuh, tanpa disadari naluri hewani Si Ular muncul. Sambil berdesis,
dengan cepat Si Ular mematuk Si Petani. Si Petani mengerang kesakitan karena
gigitan Si Ular. Kemudian, Si Petani mengambil parang di pinggangnya dan
mengayunkannya ke arah Si Ular.
Ular terpotong menjadi tiga bagian, yakni kepala, ekor, dan tubuh bagian tengah.
Dengan susah payah, Si Ular berusaha menyatukan tubuhnya kembali, (3) [ . . . ]
malang akhirnya Si Ular mati karena terengah-engah kehabisan napas.
Itulah balasan karena Si Ular tidak tahu balas budi dan akhirnya menemui ajal di
ujung parang Si Petani.
(dikutip dari kumpulanceritabinatang.blogspot.com dengan pengubahan)
Karena ketakutan pada bencana yang akan menimpa, satu per satu ikan mulai
diterbangkan oleh Bangau. Namun, Bangau tersebut tidak menerbangkan ikan-ikan
tersebut ke tempat yang dijanjikan, tetapi justru membawa ikan-ikan tersebut ke
sarangnya. Di sarangnya, Bangau memakan ikan-ikan tersebut dengan lahapnya.
Demikian seterusnya, sampai ikan-ikan di danau tersebut habis.
Kini, tinggallah seekor kepiting di danau itu yang belum dipindahkan. Kepiting
itu kemudian dibawa terbang oleh Bangau. Namun, ketika Bangau itu menukik
menuju sarangnya, Kepiting melihat banyak sekali darah dan duri-duri ikan di sana.
Kepiting kemudian menyadari kalau ia juga akan dimakan oleh Bangau yang
serakah itu. Ketika Bangau menukik turun, dengan cepat Kepiting menyerang leher
Bangau dengan capitnya. Bangau kemudian menggelepar tidak berdaya.
?Lepaskan aku! Lepaskan!? teriak Bangau dengan suara parau. Kepiting makin
memperkeras jepitannya hingga akhirnya Bangau yang serakah itu pun mati.
?Hai, Gajah! Cepat minumnya karena aku akan segera memangsamu. Perutku
sudah tak kuat lagi menahan lapar,? ucap Buaya pada Anak Gajah. Anak Gajah itu
kaget mendengar ancaman Buaya, lalu berteriak memanggil induknya. Tidak lama
kemudian, beberapa ekor gajah besar datang ke tempat itu.
?Ada apa, Anakku? Adakah yang mengganggumu?? tanya salah satu gajah yang
paling besar.
?Ya, aku diganggu oleh Buaya itu. Katanya, ia akan memangsaku,? kata Anak
Gajah sambil menangis.
?Apa? Kau ingin memangsa anakku?? kata Gajah Besar yang marah pada Buaya.
?Oh, rupanya ada yang lebih besar lagi. Kalau begitu kau saja yang kumangsa,
supaya perutku kenyang!? seru Buaya yang serakah itu.
?Cobalah kalau dapat, wahai buaya yang serakah!? ucap Gajah Besar.
Buaya lalu menyerang Gajah Besar. Moncongnya yang panjang dengan gigi-gigi
yang tajam menyerang Gajah Besar. Gajah Besar melompat dan menginjak perut
Buaya. Dengan belalainya yang panjang, ia melilit moncong buaya itu. Ketika ekor
Buaya ingin menyambar tubuh Gajah Besar, kaki Gajah Besar menghadangnya lalu
menginjaknya. Buaya tidak dapat berkutik karena ekor dan kakinya tidak dapat
bergerak. Sementara itu, kaki Gajah Besar terus saja menginjak Buaya tersebut.
Buaya itu pun akhirnya tidak dapat bernapas lagi.
(dikutip dari pendongeng.com dengan pengubahan)
13. Pesan moral yang dapat ditangkap dari kutipan cerpen tersebut adalah . . . .
A. jangan pernah menganggap remeh orang lain
B. jangan pernah melupakan jasa orang pada diri kita
C. kebaikan akan selalu membawa pada keberuntungan
D. keserakahan hanya akan membawa pada kemalangan
14. Dewa Jupiter telah menghukum kura-kura karena kura-kura tersebut sangat malas .
Adjektiva pada kalimat tersebut adalah . . . .
A. malas
B. kura-kura
C. menghukum
D. Dewa Jupiter
Bacalah fabel berikut.
Pada suatu ketika, ada seekor keledai yang menemukan sebuah kulit singa yang
ditinggalkan oleh pemburu di dalam hutan. Keledai itu mengambil kulit singa dan
memakainya di tubuhnya. Kulit singa itu tepat sekali menutupi tubuhnya dan kini ia
mirip dengan singa asli. Lalu, muncul pikiran jahil dari Keledai. Dia kemudian
menggunakan kulit singa itu dan menghibur dirinya sendiri dengan cara menakut-
nakuti hewan lain. Secara diam-diam, Keledai mengenakan kulit singa, lalu
bersembunyi di semak-semak. Jika ada hewan lain yang melintas, keledai itu segera
meloncat keluar. Semua binatang yang melihatnya merasa takut dan lari terbirit-birit
karena menyangka ada singa yang akan menerkam mereka.
Keledai merasa begitu senang melihat semua binatang takut dan berlari menjauhi
dirinya. Keledai menjadi pongah dan menganggap seolah-olah dirinya adalah raja
hutan. Saking bangganya, Keledai mencoba untuk mengaum keras meniru suara
singa. Namun sayangnya, bukan auman singa yang keluar dari mulutnya, melainkan
hanya ringkikan keledai yang parau.
Seekor serigala yang semula turut berlari ketakutan bersama dengan binatang
lainnya, mendengar suara ringkikan itu dan berhenti berlari. Perlahan-lahan dan
penuh kehati-hatian, dia mendekati singa itu dan dengan kemampuan indra
penciumannya yang bagus, Serigala bisa mencium aroma Keledai. Begitu dia tahu
bahwa ternyata yang menakut-nakutinya itu hanyalah seekor keledai yang memakai
kulit singa, Serigala segera menerkamnya.
Serigala kemudian berkata sambil tertawa, ?Jika kamu menutup mulutmu dan
tidak mengeluarkan suara ringkikanmu yang parau, mungkin aku akan berlari
ketakutan juga. Kamu bisa menipu kami dengan kulitmu, tetapi tidak dengan
suaramu.? Setelah itu, Serigala kemudian memangsa Keledai malang tersebut.
(dikutip dari kamuslife.com dengan pengubahan)
17. Istilah untuk hewan yang gemar memangsa hewan lain seperti tokoh Serigala pada
fabel tersebut adalah . . . .
A. herbivor
B. omnivor
C. karnivor
D. predator
18. Kalimat yang menunjukkan bagian resolusi dari fabel tersebut adalah . . .
A. Kemudian, semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan
mereka tanpa mempedulikan Sang Belalang lagi.
B. ?Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan,? keluh Sang Belalang.
?Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah
berlalu.?
C. Saat itu, seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya, datang dan
memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makanan untuk
dirinya.
D. Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras
sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran
gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas.
19. Si Petani merawat Si Ular dengan saksama dan memberinya makan dan minum.
Berikut yang bukan makna dari kata yang bercetak miring pada kalimat tersebut adalah . . .
.
A. teliti
B. tepat
C. takut
D. cermat
(1) Pada zaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor
kera. (2) Namun, persahabatan itu tidak berlangsung lama karena kelakuan Si Kera.
(3) Pada suatu petang, Si Kera mengajak Si Ayam untuk berjalan-jalan. (4) Si Kera
mulai merasa lapar. (5) Kemudian, ia menangkap Si Ayam dan mulai mencabuti
bulunya. (6) Si Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. (7) Akhirnya, ia dapat
meloloskan diri.
Si Ayam berlari dengan sekuat tenaga. Untungnya, tidak jauh dari tempat
tersebut, ia menemukan kediaman Si Kepiting. Si Kepiting adalah teman sejati Si
Ayam. Dengan tergopoh-gopoh, Si Ayam masuk ke dalam lubang, kediaman Si
Kepiting. Di sana, ia disambut dengan gembira. Lalu, Si Ayam menceritakan semua
kejadian yang dialaminya, termasuk pengkhianatan Si Kera.
Mendengar hal itu, Si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan Si Kera. Ia
berkata, ?Marilah kita beri pelajaran Si Kera yang tidak tahu arti persahabatan itu.?
Lalu, ia menyusun siasat untuk memperdayai Si Kera. Mereka akhirnya sepakat akan
mengundang Si Kera untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan
buah-buahan. Perahu yang akan mereka gunakan adalah perahu buatan sendiri dari
tanah liat.
Kemudian, Si Ayam mengundang Si Kera untuk berlayar ke pulau seberang.
Dengan rakusnya, Si Kera segera menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang,
mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai di tengah laut, mereka lalu
berpantun. Si Ayam berkokok ?Aku lubangi ho!!!? Si Kepiting menjawab ?Tunggu
sampai dalam sekali!?
Setiap kali berkata begitu, maka Si Ayam mematuk-matuk perahu itu. Akhirnya,
perahu mereka pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam
ke dasar laut. Si Ayam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Kera yang
meronta-ronta minta tolong. Karena tidak bisa berenang, akhirnya Si Kera mati
tenggelam.
(dikutip dari fitrimanikbahraini.blogspot.com dengan pengubahan)