Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
.
1.1 Latar belakang
CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh
masyarakat dengan istilah Stroke.Istilah ini lebih populer di banding CVA.
Kelainan ini terjadi pada organ otak.Lebih tepatnya adalah Gangguan
Pembuluh Darah Otak.Berupa penurunan kualitas pembuluh darah
otak.Stroke menyebabkan angka kematian yang tinggi.
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di negara maju
setelah penyakit jantung dan kanker pada kelompok usia lanjut,
sedangkan di Indonesia menduduki peringkat pertama. Stroke juga
penyebab utama kecacatan didunia (Sutrisno, 2007). Angka kejadian
stroke di Indonesia meningkat tajam. Saat ini Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki, 2007).
Kejadian sebagian besar dialami oleh kaum lai-laki daripada wanita
(selisih 19 % lebih tinggi)dan usia umumnya di atas 55 tahun.
Tanda dan gelaja yang biasanya muncul adalah peningkatan TIK
yang biasanya dijumpai dengan Perubahan tingkat kesadaran,
Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas Perubahan tanda vital Keluhan
kepala pusing dan juga timbul Kelumpuhan dan kelemahan.Penurunan
penglihatan.Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).Pelo / disartria.
Kerusakan Nervus Kranialis. Inkontinensia alvi dan uri.
Dampak fatal atau komplikasi yang biasanya terjadi akibat stroke ini
antara lain dalam terjadi kerusaakn otak misal epilepsy dan juga sakit
kepala, bisa juga terjadi masalah dalam hal imobilisasi, hal paralisis,
Hipoksia serebral, herniasi otak dan juga kontraktur.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan penanganan yang
komprehensif demi mencegah terjadinya tahap penyakit yang lebih lanjut
atau bahkan kematian. Disini diperlukan peran perawat sebagai
pelayanan dan juga pendidik yang mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan stroke melalui pendekatan proses
keperawatan yang benar.
Berdasarkan informasi di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut tentang penyakit CVA infark dan penangananya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi dari CVA Infark ?
2. Bagaimana Etiologi dari CVA Infark ?
3. Apakah Klasifikasi dari CVA Infark ?
4. Bagaimana Patofisiologi dari CVA Infark ?
5. Apakah Manifestasi Klinis dari CVA Infark ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan dari CVA Infark?
7. Bagaimana Komplikasi dari CVA Infark?
8. Bagaimana Pencegahan dari CVA Infark ?
9. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan dari CVA Infark?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Dalam penulisan makalah ini bermaksud untuk menambah
wawasan serta pengalaman nyata dalam pemberian askep pada
pasien dengan CVA Infark.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Definisi CVA Infark
b. Untuk Mengetahui Etiologi CVA Infark
c. Untuk Mengetahui Klasifikasi CVA Infark
d. Untuk Mengetahui Patofisiologi CVA Infark
e. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik CVA Infark
f. Untuk Mengetahui Penatalasanaan CVA Infark
g. Untuk Mengetahui Komplikasi CVA Infark
h. Untuk Mengetahui Pencegahan CVA Infark
i. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan CVA Infark

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Definisi
Menurut Corwin (2009), Stroke non hemoragik adalah
terjadinya penyumbatan arteri akibat thrombus (bekuan darah di
2
arteri serebri) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari
tempat lain di tubuh). Sedangkan menurut Batticaca (2008) Stroke
iskemik atau stroke non hemoragik adalah infark atau kematian
jaringan yang serangannya terjadi pada usia 20-60 tahun dan
biasanya timbul setelah beraktifitas fisik atau karena psikologis
(mental) yang disebabkan karena thrombosis maupun emboli pada
pembuluh darah di otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Emboli
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis (Muttaqin,
2008).
CVA infark adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak progresif cepat, berupa defisit neurologi, vokal, atau global
yang berlangsung 24 jam. Terjadi karena trombositosus dan emboli
yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak (Suzanne, 2005).
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba
defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian
dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus,
biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme
berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan
akibat ruptur arteri aneurisma (Suzanne, 2005).
Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda
dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu
(Brasherz, 2008).

2.1.2 Etiologi
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh
rendahnya kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya
tekanan darah yang tinggi pembuluh darah mudah pecah.
Ada beberapa Faktor resiko penyebab stroke (Muttaqin, 2008).
A. Faktor resiko yang dapat di obati /di cegah
Perokok.
Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
Tekanan darah tinggi.
Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).

3
Transient Ischemic Attack ( TIAs)

B. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah


Usia di atas 65.
Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya
artheriosklerosis yang meningkatkan resiko serangan stroke).
DM.
Keturunan ( Keluarga ada stroke).
Pernah terserang stroke.
Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan patologi dan secara klinis (Brasherz, 2008).
1. Serangan Ischemia Sepintas ( Transient Ischemia Attack / TIA )
2. Stroke Ischemia (Stroke non Hemoragik)
3. Stroke Hemoragik
4. Gangguan pembuluh darah otak lain
Secara patologik suatu infark dapat di bagi dalam :
1. Trombosis pembuluh darah ( trombosis serebri ).
2. Emboli a.l dari jantung (emboli serebri ).
3. Arteritis sebagai akibat lues / arteritis temporalis.

2.1.4 Patofisiologi

4
(Sumber : Susan C.dewit, ESSENTIALS OF MEDICAL SURGICAL NURSING,
W.B SOUNDERS COMPANY, 2005).

2.1.5 Manifestasi Klinis


Ada beberapa tanda dan gejala yang biasanya muncul pada pasien
dengan CVA infark (Muttaqin, 2008).
1. Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan gejala :
- Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi dan respons
terhadap stimulus.

5
- Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan sampai
paralysis.
- Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral
dilatasi.Unilateral tanda dari perdarahan cerebral.
- Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi melebar,
nafas irreguler, peningkatan suhu tubuh.
- Keluhan kepala pusing.
- Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).
2. Kelumpuhan dan kelemahan.
3. Penurunan penglihatan.
4. Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).
5. Pelo / disartria.
6. Kerusakan Nervus Kranialis.
7. Inkontinensia alvi dan uri.

2.1.6 Penatalaksanaan Medis


1. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Mencakup Urinalisis, Kimia klinik, Masa protombin, Hitung
darah lengkap pasien dengan CVA infark mengalami
penurunan HDL dibawah nilai normal 60mg/dl, Laju endap
darah (LED) pada pasien CVA bertujuan mengukur kecepatan
sel darah merah mengendap dalam tabung darah LED yang
tinggi menunjukan radang jangka lama, misalnya artritis, panel
metabolic dasar (Natrium (135-145 nMol/L), Kalium (3,6 5,0
nMol/L), klorida) (Prince, 2005).

b. Diagnostik
SCAN KEPALA
Ultrasonografi (USG) : Evaluasi standart untuk mendeteksi
gangguan aliran darah karotis dan kemungkinan
memperbaiki kausa stroke.

6
Angiografi serebrum : Membantu menentukan penyebab
dari stroke secara spesifik seperti lesi ulseratrif, stenosis,
displosia fibraomuskular, fistula arteriovena, vaskulitis dan
pembentukan thrombus di pembuluh darah besar (Prince,
2005).
EEG.
Pungsi lumbal.
MRI : Menggunakan gelombang magnetic untuk memeriksa
posisi dan besar/ luasnya daerah infark (Muttaqin, 2008)
X ray tengkorak
2. Pengobatan
Berdasarkan pengobatan Konservatif dan operatif antara lain
(Muttaqin, 2008).
1. Konservatif
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan
infus.
b. .Mencegah peningkatan TIK.
Antihipertensi.
Deuritika.
Vasodilator perifer.
Antikoagulan.
Diazepam bila kejang.
Anti tukak misal cimetidine.
Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada manfaatnya
karena klien akan mudah terkena infeksi, hiperglikemi
dan stress ulcer/perdarahan lambung.
Manitol : mengurangi edema otak.
2. Operatif
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka
perlu dipertimbangkan evakuasi hematom karena
hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan
kehidupan klien.
3. Pada fase sub akut / pemulihan (> 10 hari) perlu :
Terapi wicara.
Terapi fisik.

7
Stoking anti embolisme.

2.1.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi CVA Infark (Muttaqin, 2008)
1. Dalam hal imobilisasi
a. Infeksi pernafasan
b. Nyeri tekan pada decubitus
c. Konstipasi
2. Dalam hal paralisis
a. Nyeri pada punggung
b. Dislokasi sendi, deformitas
3. Dalam hal kerusakan otak
a. Epilepsy
b. Sakit kepala
4. Hipoksia serebral
5. Herniasi otak

2.1.8 Pencegahan
Kontrol teratur tekanan darah.
Menghentikanmerokok.
Menurunkan konsumsi kholesterol dan kontrol cholesterol rutin.
Mempertahankan kadar gula normal.
Mencegah minum alkohol.
Latihan fisik teratur.
Cegah obesitas.
Mencegah penyakit jantung dapat mengurangi resiko stroke.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1 Pengkajian
1. Biodata
Pengkajian biodata di fokuskan pada :

8
Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi
terjadinya serangan stroke.Jenis kelamin : laki-laki lebih tinggi
30% di banding wanita.Ras : kulit hitam lebih tinggi angka
kejadiannya.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi :
penurunan kesadaran atau koma serta disertai kelumpuhan
dan keluhan sakit kepala hebat bila masih sadar.
3. Upaya Yang Telah Di lakukan
Jenis CVA Bleeding memberikan gejala yang cepat
memburuk.Oleh karena itu klien biasanya langsung di bawa
ke Rumah Sakit.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu di kaji adanya riwayat DM, Hipertensi, Kelainan Jantung,
Pernah TIAs, Policitemia karena hal ini berhubungan dengan
penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.
5. Riwayat Penyakit Sekarang
Kronologis peristiwa CVA Bleeding sering setelah melakukan
aktifitas tiba-tiba terjadi keluhan neurologis misal : sakit
kepala hebat, penurunan kesadaran sampai koma.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu di kaji mungkin ada anggota keluarga sedarah yang
pernah mengalami stroke.
7. Pemenuhan Kebutuhan Sehari - hari
Apabila telah mengalami kelumpuhan sampai terjadinya
koma maka perlu klien membutuhkan bantuan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan sebagaian
sampai total. Meliputi :
mandi
makan/minum
bab / bak
berpakaian
berhias
aktifitas mobilisasi
8. Pemeriksaan Fisik dan Observasi

9
A. B1 (Bright / pernafasan)
Perlu di kaji adanya :
Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan
kehilangan refleks batuk.
Adakah tanda-tanda lidah jatuh ke belakang.
Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor.
Catat jumlah dan rama nafas
B. B2 (Blood / sirkulasi)
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu
peningkatan Tekanan Darah disertai dengan pelebaran
nadi dan penurunan jumlah nadi.
A. B3 (Brain / Persyarafan, Otak)
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat.Periksa adanya
pupil unilateral, Observasi tingkat kesadaran .
B. B4 (Bladder / Perkemihan)
Tanda-tanda inkontinensia uri.
C. B5 (Bowel : Pencernaan)
Tanda-tanda inkontinensia alfi.
D. B6 (Bone : Tulang dan Integumen)
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan.Tanda-tanda
decubitus karena tirah baring lama.Kekuatan otot.
E. Sosial Interaksi
Biasanya di jumpai tanda kecemasan karena ancaman
kematian diekspresikan dengan menangis, klien dan
keluarga sering bertanya tentang pengobatan dan
kesembuhannya.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi
otak sekunder terhadap perdarahan otak .

10
2. Intoleransi aktifitas (ADL) berhubungan dengan kehilangan
kesadaran,kelumpuhan.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan
kelumpuhan.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan
kelumpuhan.
5. Kecemasan (ancaman kematian) berhubungan dengan kurang
informasi prognosis dan terapi.Kurang pengetahuan prognosis
dan terapi berhubungan dengan kurang informasi, salah
interpretasi.
6. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan dan kelumpuhan,
penurunan kesadaran.
7. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengankesulitan menelan (disfagia), hemiparese dan hemiplegi.
8. Inkoninensia uri berhubungan dengan defisit neurologis.
9. Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan mobilitas dan
kerusakan neurologis.
10. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan mobilitas, parise dan paralise.
11. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
ketidakmampuan bicara verbal atau tidak mampu komunikasi.
12. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan
dengan penekanan pada saraf sensori.
13. Resiko terjadinya : kekeringan kornea, Pneumonia ortostatik
sekunder kehilangan kesadaran.

2.2.4 Intervensi Keperawatan.


Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan isi
otak sekunder terhadap hipoksia, edema otak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak
mengalami peningkatan tekanan intra kranial
Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
Peningkatan tekanan darah.

11
Nadi melebar.
Pernafasan cheyne stokes
Muntah projectile.
Sakit kepala hebat.

Intervensi
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK Deteksi dini peningkatan
tekanan darah TIK untuk melakukan
nadi tindakan lebih lanjut.
GCS
Respirasi
Keluhan sakit kepala hebat
Muntah projectile
Pupil unilateral
2. Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat kecuali Meninggikan kepala dapat
ada kontra indikasi.Hindari mengubah posisi membantu drainage vena
dengan cepat. untuk mengurangi kongesti
vena.
3. Hindari hal-hal berikut : Masase karotid
Masase karotid memperlambat frekuensi
jantung dan mengurangi
sirkulasi sistemik yang
diikuti peningkatan sirkulasi
Fleksi leher atau rotasi > 45 derajat. secara tiba-tiba.
Fleksi atau rotasi ekstrem
leher mengganggu cairan
cerebrospinal dan drainage
Rangsangan anal dengan jari(boleh tapi dengan vena dari rongga intra
hati-hati ) hindari mengedan, fleksi ekstrem kranial.
panggul dan lutut. Aktifitas ini menimbulkan
manuver valsalva yang
merusak aliran balik vena
dengan kontriksi vena
jugularis dan peningkatan
TIK.
12
4. Konsul dokter untuk mendapatkan pelunak feces Mencegah konstipasi dan
jika di perlukan. mengedan yang
menimbulkan manuver
valsalva.
5. Pertahankan lingkungan tenang, sunyi dan Meningkatkan istirahat dan
pencahayaan redup. menurunkan rangsangan
membantu menurunkan
TIK.
6. Berikan obat-obatan sesuai dengan pesanan:
Anti hipertensi. Menurunkan tekanan
darah.
Anti koagulan. Mencegah terjadinya
trombus.
Terapi intra vena pengganti cairan dan Mencegah defisit cairan.
elektrolit.
Pelunak feces. Mencegah obstipasi.
Anti tukak. Mencegah stres ulcer.
Roborantia. Meningkatkan daya
tahan tubuh.
Analgetika. Mengurangi nyeri.
Vasodilator perifer. Memperbaiki sirkulasi
darah otak.

13
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese / hemiplegia
Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi kontraktur sendi
2. Bertambahnya kekuatan otot
3. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan
akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang
tertekan
2. Ajarkan klien untuk melakukan Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan
latihan gerak aktif pada kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan
ekstrimitas yang tidak sakit pernapasan
3. Lakukan gerak pasif pada Otot volunter akan kehilangan tonus dan
ekstrimitas yang sakit kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
4. Berikan papan kaki pada
ekstrimitas dalam posisi
fungsionalnya
5. Tinggikan kepala dan tangan
6. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi untuk latihan fisik klien

3. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan


penekanan pada saraf sensori.
Tujuan : Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.
Kriteria hasil :
Klien dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi persepsi
Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan
merasa
Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap
perubahan sensori

INTERVENSI RASIONAL

14
1. Tentukan kondisi patologis klien 1. Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang
mengalami gangguan, sebagai penetapan
rencana tindakan
2. Kaji kesadaran sensori, seperti 2. Penurunan kesadaran terhadap sensorik
membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, dan perasaan kinetik berpengaruh
posisi bagian tubuh/otot, rasa persendian terhadap keseimbangan/posisi dan
kesesuaian dari gerakan yang
mengganggu ambulasi, meningkatkan
resiko terjadinya trauma.
3. Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, 3. Melatih kembali jaras sensorik untuk
seperti memberikan klien suatu benda mengintegrasikan persepsi dan
untuk menyentuh, meraba. Biarkan klien intepretasi diri. Membantu klien untuk
menyentuh dinding atau batas-batas mengorientasikan bagian dirinya dan
lainnya. kekuatan dari daerah yang terpengaruh.
4. Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, 4. Meningkatkan keamanan klien dan
kaji adanya lindungan yang berbahaya. menurunkan resiko terjadinya trauma.
Anjurkan pada klien dan keluarga untuk
melakukan pemeriksaan terhadap suhu air
dengan tangan yang normal
5. Anjurkan klien untuk mengamati kaki dan
tangannya bila perlu dan menyadari posisi 5. Penggunaan stimulasi penglihatan dan
bagian tubuh yang sakit. Buatlah klien sentuhan membantu dalan
sadar akan semua bagian tubuh yang mengintegrasikan sisi yang sakit.
terabaikan seperti stimulasi sensorik pada
daerah yang sakit, latihan yang membawa
area yang sakit melewati garis tengah.

15
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi dan
kehilangan kesadaran.
Tujuan : Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil :
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan klien
Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk
memberikan bantuan sesuai kebutuhan

INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan dan tingkat 1. Membantu dalam
kekurangan dalam melakukan perawatan mengantisipasi/merencanakan
diri. pemenuhan kebutuhan secara individual
2. Meningkatkan harga diri dan semangat
2. Beri motivasi kepada klien untuk tetap untuk berusaha terus-menerus
melakukan aktivitas dan beri bantuan 3. Klien mungkin menjadi sangat ketakutan
dengan sikap sungguh dan sangat tergantung dan meskipun
3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien bantuan yang diberikan bermanfaat
yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi dalam mencegah frustasi, adalah penting
berikan bantuan sesuai kebutuhan. bagi klien untuk melakukan sebanyak
mungkin untuk diri-sendiri untuk
mempertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan
4. Meningkatkan perasaan makna diri dan
kemandirian serta mendorong klien untuk
4. Berikan umpan balik yang positif untuk berusaha secara kontinyu
setiap usaha yang dilakukannya atau 5. Memberikan bantuan yang mantap untuk
keberhasilannya mengembangkan rencana terapi dan
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus

16
5. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan sekunder kehilangan
kesadaran.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil :
Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
Hb dan albumin dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan klien dalam 1. Untuk menetapkan jenis makanan yang
mengunyah, menelan dan reflek batuk akan diberikan pada klien
2. Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada 2. Untuk klien lebih mudah untuk menelan
waktu, selama dan sesudah makan karena gaya gravitasi
3. Stimulasi bibir untuk menutup dan 3. Membantu dalam melatih kembali sensori
membuka mulut secara manual dengan dan meningkatkan kontrol muskuler
menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu
jika dibutuhkan
4. Letakkan makanan pada daerah mulut 4. Memberikan stimulasi sensori (termasuk
yang tidak terganggu rasa kecap) yang dapat mencetuskan
usaha untuk menelan dan meningkatkan
masukan
5. Berikan makan dengan berlahan pada 5. Klien dapat berkonsentrasi pada
lingkungan yang tenang mekanisme makan tanpa adanya
distraksi/gangguan dari luar
6. Mulailah untuk memberikan makan peroral 6. Makan lunak/cairan kental mudah untuk
setengah cair, makan lunak ketika klien mengendalikannya didalam mulut,
dapat menelan air menurunkan terjadinya aspirasi
7. Anjurkan klien menggunakan sedotan 7. Menguatkan otot fasial dan dan otot
meminum cairan menelan dan menurunkan resiko
terjadinya tersedak
8. Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam 8. Dapat meningkatkan pelepasan endorfin
program latihan/kegiatan. dalam otak yang meningkatkan nafsu
makan
9. Kolaborasi dengan tim dokter untuk 9. Mungkin diperlukan untuk memberikan
memberikan ciran melalui iv atau cairan pengganti dan juga makanan jika
makanan melalui selang klien tidak mampu untuk memasukkan

17
segala sesuatu melalui mulut

6. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan


batuk aktif sekunder gangguan kesadaran.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.

Kriteria hasil :

Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan


pertukaran udara.

Mendemontrasikan batuk efektif.

Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk R/ Pengetahuan yang diharapkan akan
yang efektif dan mengapa terdapat membantu mengembangkan kepatuhan
penumpukan sekret di sal. pernapasan. klien terhadap rencana teraupetik.

2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah
pengontrolan batuk. melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.
3. Napas dalam dan perlahan saat duduk R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih
setegak mungkin. luas.

4. Lakukan pernapasan diafragma. R/ Pernapasan diafragma menurunkan


frek. napas dan meningkatkan ventilasi
alveolar.
5. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian R/ Meningkatkan volume udara dalam
secara perlahan-lahan, keluarkan paru mempermudah pengeluaran sekresi
sebanyak mungkin melalui mulut. sekret.

Lakukan napas ke dua , tahan dan


batukkan dari dada dengan melakukan 2
batuk pendek dan kuat.
6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah R/ Pengkajian ini membantu
18
klien batuk. mengevaluasi keefektifan upaya batuk
klien.
7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan
viskositas sekresi : mempertahankan dan dapat menyebabkan sumbatan
hidrasi yang adekuat; meningkatkan mukus, yang mengarah pada atelektasis.
masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari
bila tidak kontraindikasi.
8. Dorong atau berikan perawatan mulut R/ Hiegene mulut yang baik
yang baik setelah batuk. meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : R/ Expextorant untuk memudahkan
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. mengeluarkan lendir dan menevaluasi
Pelaksanaan fisioterapi dada / postural perbaikan kondisi klien atas
drainase pengembangan parunya.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Konsul photo toraks.

2.3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan
melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam
hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan
strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menurut Corwin (2009), Stroke non hemoragik adalah terjadinya
penyumbatan arteri akibat thrombus (bekuan darah di arteri serebri) atau
embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh).
19
Sedangkan menurut Batticaca (2008) Stroke iskemik atau stroke non
hemoragik adalah infark atau kematian jaringan yang serangannya terjadi
pada usia 20-60 tahun dan biasanya timbul setelah beraktifitas fisik atau
karena psikologis (mental) yang disebabkan karena thrombosis maupun
emboli pada pembuluh darah di otak oleh bekuan darah, lemak dan udara.
Emboli menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. (Muttaqin,
2008)
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di negara maju
setelah penyakit jantung dan kanker pada kelompok usia lanjut, sedangkan
di Indonesia menduduki peringkat pertama. Stroke juga penyebab utama
kecacatan didunia (Sutrisno, 2007). Angka kejadian stroke di Indonesia
meningkat tajam. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki, 2007)
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan penanganan yang
komprehensif demi mencegah terjadinya tahap penyakit yang lebih lanjut
atau bahkan kematian. Disini diperlukan peran perawat sebagai pelayanan
dan juga pendidik yang mampu memberikan asuhan keperawatan kepada
klien dengan stroke melalui pendekatan proses keperawatan yang benar.

5.2 Saran
1. Kepada mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai
hal-hal yang patologi pada CVA Infark.
2. Kepada instansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan
program kesehatan masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya deteksi
dini terhadap CVA Infark.
3. Kepada masyarakat luas dapat membantu dan mematuhi program
kesehatan yang telah dicanangkan pemerintah maupun instansi
kesehatan sehingga mau bekerjasama dalam upaya peningkatan tingkat
kesehatan masyarakat, terutama menyangkut tentang CVA Infark.

20

Anda mungkin juga menyukai